NO CO-PAST

NO REPOST

NO PLAGIAT

Ok?

(Isi Kotak Review Setelah Baca)

.

.

AMBIGUOUS

Sehun berulang kali memutar bola matanya malas melihat pasangan kekasih yang bertingkah menggelikan di depannya.

Demi Tuhan, Park Chanyeol dan Byun Baekhyun itu bertemu hampir setiap hari! Tetapi kenapa pasangan itu bertingkah seolah waktu semalam tidak bertemu bagaikan setahun tidak bertatap muka.

Biar Sehun ingatkan.

Dia juga memiliki kekasih oke? Bahkan kekasihnya saat ini juga sedang berada di sampingnya. Tetapi Demi Tuhan! Ini di tempat umum dan Chanyeol serta Baekhyun seolah memiliki dunianya sendiri. Pemuda itu benar tengah meruntuki ide Luhan untuk double date dengan pasangan mesum di depan mereka.

"Tidakkah kalian ingin berhenti? Ini tempat umum guys" Chanyeol dan Baekhyun menghentikan kegiatan mari saling memberikan kecupan yang mereka lakukan ketika suara Sehun mengintrupsi.

"Memangnya yang bilang ini kamar pribadimu siapa?" Jawaban Chanyeol yang asal-asalan membuat Sehun mendegus sebal.

Ya, mereka saat ini sedang menghabiskan hari minggu mereka untuk berkencan dengan mengunjungi Lotteworld. Hari sudah beranjak sore ketika keempatnya memutuskan untuk mengisi perut di salah satu cafe sekaligus restoran yang ada disana.

"Sayang, aku ingin ke toilet" Luhan berkata pada Sehun dan setelahnya mengecup singkat bibir kekasihnya sebelum beranjak.

"Aku ikut Lu" Itu Baekhyun. Mereka memang sedang menunggu pesanan mereka saat ini.

Kedua gadis bertubuh mungil itu berjalan menuju Toilet sedangkan Chanyeol dan Sehun sama-sama mengawasi kekasih masing-masing.

Oh ayolah, apakah mereka khawatir jika Baekhyun dan Luhan tersesat?

"Yeol, tentang keputusanmu kemarin apa kau serius?" Sehun memecah keheningan. Renstoran itu cukup sepi karena memang bukan jam makan siang ataupun makan malam. Mereka melewatkan makan siang mereka karena terlalu asik bermain. Hanya ada beberapa pengunjung yang menempati lantai dua dari bangunan itu, mungkin mereka orang-orang yang sama dengan mereka. Terlalu asik bermain sehingga melewatkan jam makan siang.

"Kenapa?" Chanyeol menjawab dengan sekenanya. Fokusnya terbagi pada ponselnya.

"Bukankah kalian masih terlalu muda?" Sehun tidak terlalu mengerti dengan jalan fikiran sahabatnya ini. Chanyeol kerap kali mengeluh jika dirinya kesulitan menahan diri setiap bersama Baekhyun. Pemuda itu juga sering mengeluh tentang kebutuhannya yang harus ia tuntaskan di kamar mandi. Lalu pada saat seperti itu, Jongin dan Sehun hanya bisa berkerut kening. Oh hayolah mereka sudah tidak hidup pada zaman kerajaan dimana seks menjadi hal tabu untuk di lakukan. Sehun dan Luhan bahkan sering melakukannya, begitupun dengan Jongin dan Kyungsoo.

Tetapi Chanyeol dan Baekhyun yang sejatinya lebih dulu berpacaran dari pada mereka justru belum melangkah menuju tahap itu sama sekali. Alasannya klasik, Chanyeol tidak mau merusak kekasihnya sendiri, katanya.

Oke, untuk hal satu itu mungkin memang cara berfikir Sehun dan Jongin berbeda dengan cara berfikir Chanyeol. Sebab jika Sehun dan Jongin memiliki prinsip tidak apa bukan mereka mengambilnya terlebih dahulu, toh mereka juga sudah memiliki komitmen tentang hubungan masing-masing. Mau di ambil sekarang atau nanti bukankah rasanya sama saja? astaga.

"Apakah ada larangannya jika kami masih muda?"

"Baekhyun setuju?" Chanyeol mengalihkan pandangannya dari ponsel pada Sehun lantas menghela nafas sedikit keras. Sehun berkerut kening.

"Aku belum pernah menanyakan hal itu padanya. Tetapi beberapa waktu lalu ibunya pernah membahas tentang hal itu dan Baekhyun terlihat biasa saja" Jujur saja beberapa waktu terakhir ini Sehun cukup prihatin dengan keadaan sahabatnya itu. Chanyeol terlihat kelelahan dalam beberapa waktu terakhir ini sebab tugas serta rutinitas kampus yang semakin padat di tambah dengan pemuda itu yang harus memenuhi tugasnya sebagai pekerja part time di perusahaan milik ayahnya. Chanyeol berusaha terlalu keras untuk satu keinginan yang pemuda itu simpan. Belum lagi beberapa minggu terakhir Chanyeol terlihat cukup terbebani akan rasa cemasnya tentang tanggapan kedua orang tuanya tentang satu niat yang ingin Chanyeol utarakan. Pria itu hanya tengah bimbang dan kekurangan kepercayaan diri.

Bagaimana jika orang tuanya menentang niatnya?

Bagaimana jika orang tuanya tidak yakin jika Chanyeol benar sanggup menanggung segala kosekuensi dari keinginannya?

Bagaimana tanggapan Baekhyun dan orang tua gadis itu?

Bagaiamana jika ternyata Baekhyun tidak berfikir sejauh itu tentang hubungan mereka?

Yaa, Chanyeol tengah krisis kepercayaan diri saat ini. Terlebih tanggal ujian akhir Baekhyun sudah tinggal satu bulan lagi. Seharusnya ia setidaknya sudah berbicara pada kedua orang tuanya tentang hal ini.

Jangankan mereka para orang tua. Bahkan Sehun dan Jongin masih sering meragukan kesanggupannya.

"Aku dan Jongin selalu mendukungmu Brother. Jika tekadmu sekuat ini aku yakin kau sudah mempertimbangkan segala hal dengan baik" Sehun mengulurkan tangan untuk memberikan tepukan penyemangat pada pundak sahabatnya.

"Aku bahkan sudah memikirkannya sejak satu tahun—"

"Mereka datang" Sehun segera mengalihkan pandangan pada ponselnya, begitupun dengan Chanyeol yang langsung menutup mulutnya.

"Kalian membicarakan apa?" Baekhyun memicing curiga pada kedua laki-laki itu, membuat Luhan ikut melakukan yang sama.

"Tidak ada" jawab Sehun.

"Bohong! Kalian membicarakan aku dan Luhan kan? Kenapa saat kami datang kalian langsung diam?" Siapapun tau bukan jika Baekhyun adalah si gadis keras kepala?

"Kami hanya membicarakan tugas kampus sayang" Chanyeol mengambil satu tangan Baekhyun dan menarik pelan kekasihnya supaya segera duduk beriringan dengan dua orang pelayan yang membawakan pesanan mereka.

"Yeeii makaaan!" Luhan dan Baekhyun bersorak riang. Bahkan melupakan begitu saja tentang kecurigaannya pada pembicaraan Chanyeol dan Sehun.

Mereka menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk makan. Dengan banyak candaan yang juga menemani sela-sela waktu untuk menghabiskan menu makanan yang mereka pesan.

Chanyeol sesekali di buat gemas dan berakhir menyerang bibir kekasihnya,membuat Luhan dan Sehun lagi-lagi memutar bola mata mereka malas.

"Baiklah orang dewasa, bagaimana jika kita pulang sekarang dan kalian bisa melanjutkan acara tidak senonoh kalian di kamar, heem?" Luhan merapatkan bibirnya geram pada Chanyeol dan Baekhyun. Sehun hanya tertawa melihat hal itu.

"Padahal siapapun tau jika pasangan yang paling mesum itu kalian, kenapa seolah-olah terganggu dengan kami yang hanya berciuman ck" Ini tidak akan selesai jika tidak di hentikan. Seorang Luhan dan Byun Baekhyun sedang berdebat. Percayalah itu lebih buruk dari pada jika kau berdiri di tengah-tengah keributan ibu-ibu pasar yang memasarkan dagangannya.

"Tidak! Jongin dan Kyungsoo lebih parah dari kami" Dimana keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah.

"Baiklah, berhentilah mendebatkan sesuatu yang tidak penting girls, kita harus segera pulang" Sehun meraih satu tangan Luhan dan mengajak kekasihnya itu berdiri.

Sedangkan Baekhyun sudah mendegus kesal dan berakhir di rangkulan Chanyeol.

Mereka pulang terpisah karena sejak awal mereka memang langsung bertemu di tempat dan membawa mobil sendiri-sendiri bersama pasangan masing-masing.

.

.

.

"Besok hari senin" Chanyeol menoleh saat Baekhyun tiba-tiba berguman di tengah hening yang sejak tadi memerangkap mereka. Pemuda itu cukup fokus pada kemudi dengan satu tangan setia menggenggam tangan kekasihnya.

"Hm?" Chanyeol berdehem, bermaksud mengatakan pada Baekhyun jika dia mendengarkan kekasih mungilnya itu.

"Kita akan kembali jarang bertemu seperti sebelum-sebelumnya. Kau sibuk dengan kegiatan kampusmu sedangkan aku harus menyibukkan diri dengan persiapan Ujianku" Chanyeol tersenyum mendengar keluhan sang kekasih. Memang benar jika selama beberapa bulan terakhir ini mereka sangat sulit bertemu. Chanyeol dengan segudang kegiatannya di kampus juga di kantornya. Sedangkan Baekhyun juga harus fokus pada persiapan Ujian akhirnya. Gadis itu bahkan selalu kelihatan lelah setiap Chanyeol menyempatkan diri untuk datang ke rumah Baekhyun sekedar untuk bertemu sesaat. Kekasihnya begitu keras berusaha untuk persiapan Ujian akhir dan juga Ujian masuk Universitas. Apalagi jurusan yang akan Baekhyun ambil adalah Jurusan paling sulit, Kedokteran.

Baekhyun memang seorang gadis yang penuh kejutan dalam hidupnya. Dia gadis ceria, sedikit bar-bar, sedikit tidak tau malu, sedikit aneh, dan juga sedikit nakal, tetapi gadis itu juga seorang dengan IQ tertinggi di antara siswa seangkatannya di BC High School. Juga gadis yang diam-diam memiliki cita-cita mulia. Baekhyun pernah bilang kepada Chanyeol jika dia ingin menjadi seorang dokter dan mengabdikan hidupnya pada mereka yang harus menjalani hidup dengan sebuah parasit menyakitkan di dalam tubuhnya. Gadis itu juga pernah bilang jika suatu saat dia ingin membangun sebuah hospice care untuk mereka-mereka yang memang sudah tidak memiliki harapan sehingga mereka dapat menjalani sisa-sisa hidup mereka dengan di kelilingi orang-orang yang peduli terhadap mereka.

Bukankah seorang Byun Baekhyun memang selalu mengejutkan?

Tidak heran bukan jika Chanyeol jatuh terlalu dalam pada gadis bermarga Byun tersebut?

Yaa, Baekhyunnya memang semenakjubkan itu.

"Aku akan menyempatkan waktu untuk menemuimu setelah pulang kerja, hm?" Chanyeol mengecup punggung tangan kekasihnya berulang kali.

Tidak, Sehun salah ketika mengatakan jika mereka bertemu setiap hari. Sudah selama satu bulan terakhir ini mereka bahkan hampir hanya bertemu di hari minggu. Waktu menyita habis pertemuan mereka, maka dari itu gejolak rindu yang di rasakan keduanya begitu hebat. Chanyeol merindukan Baekhyunnya, ia merindukan setiap kali menghabiskan waktu berdua dengan kekasih mungilnya itu. Ia merindukan tingkah ajaib si mungil. Ia merindukan segala celoteh dan rengekan dari Baekhyun. Ia merindukan kekasihnya sampai ke tulang-tulang.

"Sayang, jika terlalu berat untukmu bukankah sebaiknya kau fokus saja pada kuliahmu? Hampir satu tahun terakhir ini aku seperti tidak mengenali kekasihku. Kau sedikit kehilangan berat badanmu, kau terlihat lelah setiap kita bertemu, kau juga sering kali terlihat tidak baik-baik saja" Chanyeol tidak menjawab. Ada sejenak keheningan yang memerangkap mereka sebelum pemuda itu menepikan mobilnya.

Baekhyun berkerut kening, menunggu kekasihnya membuka suara.

Sedangkan Chanyeol justru diam, memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya pada kursi mobilnya.

Bukan. Yang membuatnya terlihat selelah itu bukan pada tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk dan berteriak untuk di kerjakan setiap hari. Bukan pula pada pekerjaan di kantor yang setiap hari semakin menuntutnya untuk belajar lebih. Ia telah menyanggupi itu dan segala resikonya sejak pertama kali memutuskan untuk kuliah sembari bekerja, dan dia tidak pernah sedikitpun menyesali keputusannya atas hal tersebut.

Chanyeol hanya..

Chanyeol hanya tidak tau bagaimana caranya mengatakan tentang keinginannya pada kedua orang tuanya. Chanyeol hanya sedikit frustasi oleh pikirannya sendiri.

Tentang tanggapan ayah dan ibunya, tentang bagaimana tanggapan kedua orang tua Baekhyun dan yang paling membuatnya memforsir lebih fikirannya adalah tentang Baekhyun.

Bagaimana tanggapan gadis itu? Bagaimana jika gadisnya tidak berfikir sama dengan dirinya? Bagaimana jika Baekhyun tidak menyetujuinya?

Chanyeol merasakan beban sedikit berat pada pahanya, dan ia tau jika itu adalah kekasihnya yang sudah pindah untuk duduk di pangkuannya. Ia masih tetap memejamkan mata, menikmati elusan lembut pada rahangnya dari si mungil.

Hiks..

Tetapi tidak lagi ketika sebuah isak tangis terdengar. Chanyeol membuka mata dan yang ia dapati adalah wajah basah kekasihnya yang sudah di penuhi dengan derai tangis.

Pemuda itu gelagapan, Demi Tuhan! Apa yang telah dia lakukan?!

Ia merutuki segala kebodohannya yang dengan cerobohnya memperlihatkan sisi menyedihkannya pada Baekhyun. Gadis itu pasti mencemaskannya. Oh Tuhan, seharusnya dia ingat jika Baekhyun harus fokus pada ujiannya dan sekarang? Dia baru saja menambah beban fikiran kekasih mungilnya.

"Hey.. hey, sayang. Kenapa menangis?" Chanyeol menangkup wajah Baekhyun, kedua ibu jarinya sibuk menghapus air mata sang kekasih.

Baekhyun masih sesenggukan, dan tangis gadis itu justru semakin menjadi setiap bertemu tatap dengan Chanyeol.

"Baby, Usshhtt tidak apa-apa. Tidak apa-apa sayang, aku baik.. aku baik-baik saja" Dalam hati Chanyeol sudah mengumpat habis-habisan pada dirinya sendiri. Kenapa dia bisa sebodoh ini hingga membuat Baekhyun menangis begitu hebat karena mencemaskannya.

"Hiks –Yeol, hiks ... –sangat lelah hiks" Chanyeol memeluk tubuh kekasihnya dengan sangat erat, sedangkan si mungil tengah sepenuhnya menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya, membuat Chanyeol tidak bisa begitu jelas menangkap kalimat Baekhyun yang terputus-putus oleh isak.

"Tidak, tidak sayang. Aku baik, jangan cemas. Aku baik" Chanyeol berulang kali melantunkan kalimat-kalimat penenang pada kekasihnya. Kecupan-kecupan kecil bersarang di puncak kepala Baekhyun.

Melihat Chanyeolnya seperti tadi benar-benar mampu menyakiti hatinya begitu dalam. Park Chanyeol tidak pernah terlihat selelah itu.

Baekhyun masih sesenggukan di dalam dekap hangat kekasihnya, hari masih sore, dan Chanyeol tidak mungkin terus berada disana atau petugas keamanan bisa saja mengetuk mobilnya. Maka yang di lakukan si tampan itu selanjutnya adalah memasang sabuk pengaman untuk melindungi dirinya sekaligus Baekhyun yang masih ia biarkan berada di atas pangkuannya.

Chanyeol mulai menjalankan kembali mobilnya untuk segera sampai ke apartemen. Masih ada cukup waktu sebelum ia mengantar sang kekasih pulang malam nanti. Toh ia juga sudah izin pada orang tua Baekhyun untuk mengajak kekasihnya itu jalan-jalan hari ini.

Satu tangan Chanyeol fokus untuk mengendalikan kemudi, sedangkan satu tangannya lagi bersarang di pinggang kekasihnya untuk menjaga tubuh mungil itu supaya tidak terjatuh. Butuh waktu sedikit lama untuk sampai di gedung apartemen tempar Chanyeol tinggal. Baekhyun sepertinya terlalu lelah menangis hingga gadis itu ketiduran. Chanyeol sungguh menyimpan rasa bersalah begitu besar karena telah membuat gadisnya menangis hingga matanya sembab seperti saat ini.

Dengan penuh kehati-hatian pria itu melepas setbelt dan segera menggendong kekasihnya di depan karena posisi Baekhyun yang sejak awal berada di pangkuannya. Tubuh mungil gadis itu sangat membantu sehingga Chanyeol tidak begitu kesusahan untuk mengeluarkan tubuh mereka dari dalam mobil.

Chanyeol juga sempat mengubah posisi Baekhyun sebelum memasuki lift untuk menjadi ia gendong secara bridal.

Chanyeol menatap lekat-lekat wajah sembab kekasihnya, lantas kepalanya menunduk untuk memberikan kecupan pada dua kelopak mata si mungil.

Setelah membuka pintu apartemennya ia segera membawa Baekhyun ke kamarnya dan menidurkan tubuh mungil kekasihnya di atas tempat tidur. Sedangkan ia lebih dulu memilih untuk melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selanjutnya setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit, ia kembali ke kamarnya dengan keadaan yang lebih segar. Chanyeol mengamati wajah lelap Baekhyun sebelum beranjak dan memilih bajunya yang akan ia pakaikan pada kekasihnya.

Pemuda itu dengan sigap membuka baju dan celana si kecil lantas segera menggantinya dengan baju miliknya yang baru saja ia ambil dari lemari.

"Aku membuatmu cemas, hm?" Ia berakhir merebahkan tubuhnya di samping sang kekasih, manarik pelan tubuh mungil itu untuk masuk ke dalam dekapannya. "Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu sayang" Ia bermonolog sendiri, seolah Baekhyun dapat mendengar suaranya.

"Aku hanya.. Aku hanya bingung bagaimana caranya mengatakannya padamu, sayang" Nyatanya segala kekhawatirannya tentang hal itu benar-benar hampir menyita habis tenaga dan pikirannya. "Aku takut kau tidak akan menyetujui usulanku.. aku takut jika kau justru merasa aku terlalu tamak dan berakhir dengan kau yang meninggalkanku. Aku sungguh tidak akan sanggup untuk kehilanganmu, Byun Baekhyun" Tanpa sadar, satu tetes liquid bening benat-benar lolos dari sudut matanya.

Yaa, sebesar itulah rasa cinta Chanyeol pada gadis yang berada di dekapannya. Ia benar-benar mencintai Baekhyunnya.

.

.

Baekhyun mendengar semuanya.. Yaa, ia terbangun sejak Chanyeol mengganti bajunya tadi dan keputusannya untuk tetap memejamkan mata membuahkan hasil. Sekarang ia tau hal apa yang membebani kekasihnya.

Tangannya bergerak untuk mengeratkan pelukannya pada tubuh jangkung kekasihnya, namun sepertinya Chanyeol belum sadar jika Baekhyun dalam keadaan terjaga.

"— Aku tidak akan sanggup untuk kehilanganmu, Byun Baekhyun"

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Chanyeol" Chanyeol melepas dekapannya pada Baekhyun. Wajah pria itu di penuhi raut terkejut, sejak kapan Baekhyun bangun?

Ia masih belum bisa merespon kalimat di mungil dan perkataan Baekhyun selanjutnya benar-benar menghantam kesadarannya.

"Ayo kita menikah, ayo kita menikah setelah ujianku selesai, sayang. Jika itu yang membuatmu sefrustasi ini, ayo kita menikah. Aku tidak akan mendebat segala pemikiranmu tentang hal itu. Aku mau menikah denganmu"

Yaa, Baekhyun tau semuanya. Dia tau tentang niatan kekasihnya untuk mengajaknya menikah setelah ia lulus dari senior high school, dia tau jika kekasihnya sudah memiliki niat itu dari satu tahun yang lalu, dan secara tidak langsung ia juga jado mengerti mengapa Chanyeol berusaha begitu keras untuk belajar sekaligus bekerja selama satu tahun terakhir ini. Meskipun ia baru mengetahui hal itu dua minggu yang lalu. Tepatnya saat ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan Chanyeol dengan Jongin dan Sehun saat Baekhyun berniat mendatangi apartemen Chanyeol dan berakhir dengan ia yang megurungkan niatnya untuk menemui kekasihnya dan keluar dari apartemen tersebut dengan sejuta keterkejutannya.

Hal itu pulalah yang menyebabkan dirinya sedikit menghindari Chanyeol selama dua minggu terakhir ini. Baekhyun hanya terkejut, dan ia tak tau harus merespon seperti apa.

Menikah muda?

Bukankah usia mereka masih terlalu muda untuk melakukan itu?

Banyak keraguan yang bersarang di benaknya selama dua minggu ini dan ia tak akan bisa menutupinya dari Chanyeol jika mereka bertatap muka. Maka dari itu selama dua minggu terakhir Baekhyun benar-benar membatasi pertemuannya dengan Chanyeol. Ia benar sibuk, tetapi sebenarnya ia masih bisa mencuri-curi waktu untuk menemui kekasihnya. Mereka hanya bertemu di hari minggu, itupun tidak akan lama. Sedangkan saat hari-hari biasa mereka hanya akan bertemu tidak lebih dari 30 menit saat Chanyeol tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa konfirmasi.

Namun Baekhyun benar-benar tidak tau jika apa yang membuat seorang Park Chanyeol terlihat begitu lelah dan frustasi akhir-akhir ini adalah hal itu.

Kekasihnya memikirkan tentang pendapatnya tentang hal itu. Baekhyun benar meragu, tetapi setelah melihat bagaimana wajah frustasi dan lelah Chanyeol, rasanya keraguan itu melenyap begitu saja.

Jika memang Park Chanyeol menginginkan hal itu, maka Baekhyun akan menyetujuinya. Tidak ada lagi alasan untuk ia ragu ketika kekasihnya seyakin itu bukan?

Chanyeol masih bergeming, mata mereka tertaut cukup lama dalam hening.

Baekhyun tersenyum, tangannya bergerak untuk menghapus setetes air mata yang mengalir melewati batang hidung mancung kekasihnya, lantas melayangkan satu kecupan singkat pada bibir penuh si tampan untuk menyadarkan lelaki itu.

Chanyeol mengerjap berulang, segala scenario tidak terangkai dengan baik di dalam kepalanya, ia kehilangan seluruh pembendaharaan kata yang ada dan diam adalah sesuatu yang hanya bisa ia lakukan.

"Aku mencintaimu" Baekhyun kembali berucap. Ia tau jika kekasihnya pasti terkejut sebab ia tau tentang hal itu.

"B?" Baekhyun menaikkan kedua alisnya dengan senyum cantik setia berada di bibir tipisnya.

"Kenapa tidak berbagi beban denganku, hm? Kau bisa menanyakan langsung padaku dari pada memendam segalanya sendiri, sayang" Baekhyun mengelus lembut rahang tegas sang kekasih.

Sedangkan Chanyeol justru di buat takjup oleh semua kelembutan yang Baekhyun berikan?

Dimana kekasihnya yang kekanakan? Kemana perginya sosok bar-bar dan konyol yang selalu membuatnya gemas sekaligus memijat kening pening atas segalatingkah ajaibnya itu?

Sejak kapan Byun Baekhyunnya menjelma menjadi sosok dengan kata-kata lembut dengan pemikiran dewasanya?

Nyatanya waktu begitu cepat berlalu, tanpa sadar kekasihnya sudah semakin dewasa dan mengagumkan dalam setiap hal yang di lakukan gadis itu.

Bagaimana bisa gadisnya yang begitu manja kini perlahan benar-benar berubah menjadi seorang gadis dengan segala pemikiran dewasa yang di miliknya. Yaa, walaupun sikap manja dan kekanakannya tidak sepenuhnya hilang begitu saja.

Dan Chanyeol akan tetap menjadi seorang pria yang tak akan pernah menyesal sebab telah menjadikan seorang Byun Baekhyun sebagai pelabuhan terakhirnya.

"Kau?" Chanyeol masih kehilangan segala kalimat yang ingin ia utarakan. Bagaimana bisa Baekhyun tau?

"Maaf, aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Sehun dan Jongin dua minggu yang lalu"

"Tapi sayang—"

"Tidak apa, aku mengerti. Jangan cemaskan apapun sayang, maaf aku banyak membebanimu"

"Tidak, tidak sama sekali Baekhyun. Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu" Chanyeol menyerang wajah kekasihnya dengan bertubi-tubi kecupan, membuat Baekhyun tertawa karena rasa geli dan juga bahagia yang ia rasakan.

"Aku juga mencintaimu, sangaaat mencintaimu Park Chanyeol"

~OoO~

Chanyeol tampak diam menunduk sembari mengaduk-aduk makanannya yang belum ia makan sedikitpun. Saat ini ia sedang berada di ruang makan bersama keluarganya. Ada Yoora juga disana, Oh ya.. Chanyeol belum menceritakannya bukan jika Yoora sudah pulang ke Korea dan resmi membuka usaha butiknya di Seoul sejak tiga bulan yang lalu.

"Chanie kenapa? Apa makanannya tidak enak?" Nyonya Park menyadari jika putranya berbeda hari ini, putra bungsunya itu sebelumnya tidak bernah menolak makanan buatannya. Maka melihat Chanyeol yang tampak diam mengaduk makanannya tanpa minat membuat wanita paru baya itu bertanya-tanya.

Praktis seluruh anggota keluarga Park yang lain segera mengalihkan pandangan mereka pada yang paling muda.

Sedangkan Chanyeol sedang bersusah payah untuk menelan ludahnya sendiri. Ia tak pernah segugup ini saat sedang berbiara pada kedua orang tuanya. Bahkan untuk sekedar meminta sesuatu yang memiliki harga lebih pun Chanyeol tak merasa sesulit ini. Rasanya suaranya tertelan begitu saja dan percaya dirinya entah hilang kemana.

Bagaimana jika ayah dan ibunya tidak setuju?

Bagaimana jika, bagaimana jika, bagaimana jika..

Banyak pertanyaan yang di awali oleh dua kata itu bersarang di benaknya. Tentu saja segala kekhawatirannya beralasan. Ini menyangkut tentang hubungannya dengan sang kekasih. Apalagi ia sudah memberitahu Baekhyun dan gadis itu juga sudah setuju, Chanyeol tidak mungkin mengecewakan kekasihnya.

Pemuda itu lantas mengambil nafas panjang sebelum menghembuskannya pelan.

"Appa, Eomma, Chanie ingin membicarakan sesuatu" Keadaan kembali hening, berterimakasihlah pada Yoora yang tidak mengikuti kedua orang tuanya untuk menghentikan makannya. Wanita itu masih tetap melanjutkan kegiatannya untuk menyantap masakan ibunya. Lagi pula masakan sang ibu bukanlah hal yang mudah untuk di tolak.

Tuan dan Nyonya Park mengeryit, tidak biasanya Chanyeol seserius itu. "Bicaralah, sayang. Chanie ingin apa?" Suara lembut sang ibu setidaknya sedikit membantu Chanyeol.

Sekali lagi ia memantapkan tekadnya di dalam hati. Yaa! Tentu saja ia tidak boleh ragu jika yang diinginkannya adalah kepercayaan orang tuanya.

"Chanie mau menikah"

Brusshh

Uhuk uhuk..

Yoora tidak bisa menahan makanan yang berada di dalam mulutnya untuk tidak menyembur keluar. Sedangkan tuan Park harus merasakan rasa sakit yang cukup membuatnya kesulitan bernafas karena tersedak minumnya.

Chanyeol meringis tertahan. Ia cukup bisa menebak jika beginilah reaksi mereka setelah mendengar kalimatnya.

"E-Eomma—"

"Tunggu sebentar Chanyeol, Eomma bantu Appa dulu" Nyonya Park sibuk menepuk-nepuk punggung sang suami. Sedangkan Yoora sudah menatap penuh konspirasi pada adiknya.

"Kau menghamili Baekhyun?"

"Ap—"

"Uhuk uhuk" Demi Tuhan, kedua kakak beradik itu berniat membuat ayah mereka masuk rumah sakit atau bagaimana?

Yoora bahkan tidak memperhatikan jika ayahnya sedang kembali meneguk air putih untuk meredakan sakit di tenggorokannya dan kalimatnya yang sembarangan barusan membuat pria paruh baya itu kembali tersedak.

Nyonya dan Tuan Park seketika memandang penuh tudingan pada Chanyeol, membuat si tampan itu cukup gelagapan di tempatnya.

"Ti-tidak, Appa" Chanyeol berdiri dari duduknya, kedua tangannya bergerak mengisyaratkan penolakan dengan berulang. "Eomma, tidak seperti itu" Chanyeol melempar raut memohon pada kedua orang tuanya. "Ya Tuhan! Apa yang kau pikirkan?" Lanjutnya beralih menuding kakaknya dengan tatapannya. Dimana Yoora justru memasang wajah yang sangat menyebalkan ke arahnya.

"Duduklah Chanyeol" Tuan Park sudah bisa mengatasi sakit pada tenggorokannya.

Chanyeol menurut meski ia masin beradu tatapan sengit dengan Yoora. Benar-benar wanita itu.

Keadaan menjadi hening untul beberapa saat sebelum tuan Park kembali membuka suara.

"Coba, bicaralah lagi dengan jelas. Kenapa setiba-tiba ini?" Suara penuh wibawa dari tuan Park kembali memecah keheningan yang memerangkap.

Chanyeol menarik nafas panjang kembali untuk kemudian mengutarakan segala yang ingin ia utarakan pada kedua orang tuanya, yaa dan tentu saja kakak perempuan menyebalkannya.

"Chanie menyukai Baekhyun, Appa Eomma. Chanie tidak ingin kehilangannya, maka dari itu Chanie ingin segera menikahinya"

"Bukankah kalian masih begitu muda? Baekhyun bahkan belum lulus bukan?" Nyonya Park ikut menengahi.

"Yaa, kami memang masih muda. Tetapi Eomma, bukankah untuk berumah tangga bukan umur yang menjadi tolak ukurnya?"

"Iyaa, Eomma tau. Tetapi apakah Chanie sudah siap? Sayang, berumah tangga bukan sekedar tentang hidup bersama dalam satu rumah lantas kalian bisa menyalurkan rasa cinta kalian pada pasangan masing-masing. Menikah bukan sesimpel itu, harus banyak komitmen yang di bangun disana untuk melandasinya"

"Chanie tau, Chanie sudah memikirkan itu sejak lama. Maka dari itu Chanie memutuskan untuk bekerja paruh waktu di kantor Appa sejak satu tahun belakangan. Chanyeol tau jika setelah kami menikah maka Baekhyun sepenuhnya akan menjadi kewajiban Chanyeol. Maka dari itu Eomma, Chanyeol telah merenungkan segalanya dan selama satu tahun ini Chanyeol berfikir, jawabannya tetap sama. Chanyeol yakin jika Chanyeol sanggup untuk membawa Baekhyun pulang sebagai menantu di rumah ini"

Ada yang menarik kedua sudut bibirnya dengan bangga dalam diam.

Yoora bahkan diam-diam sudah meneteskan air matanya. Ya Tuhan, Chanyeolnya yang manis ternyata sudah dewasa.

"Bagaimana dengan Baekhyun?" Tuan Park masih diam dan membiarkan sang istri yang menanyakan segala hal pada Chanyeol.

Bukan karena marah. Justru pria itu merasa bangga menjadi ayah seorang pemuda penuh tekad dan kedewasaan seperti Chanyeol.

"Kami sudah membicarakannya, dan Baekhyun menerima Chanyeol. Maka dari itu Appa, Eomma.. maukah kalian menemani Chanyeol untuk meminang Baekhyun pada orang tuanya?"

Tuan dan Nyonya Park saling pandang sebelum mengulas senyum bangga.

"Bolehkah Noona memeluk Chanie?" Yoora berdiri lantas merentangkan tangan, sebelum kemudian berjalan menghampiri Chanyeol setelah adiknya mengangguk semangat.

Wanita dengan wajah Chanyeol versi wanita itu memeluk erat tubuh jangkuk adiknya yang masih duduk dari samping.

"Eomma juga mau memeluk Chanie" dan Nyonya Park menyusul untuk bergabung dengan kedua anaknya sebelum Tuan Park yang akhirnya ikut memeluk seluruh anggota keluarganya tersebut.

"Chanie kami sudah dewasa" Yoora berteriak kencang, membuat ketiga yang lain tertawa nyaring.

Yaa, Chanyeol tidak perlu ragu lagi ketika orang tuanya pun telah percaya padanya.

~OoO~

"setelah ini, bersiaplah untuk tidak bosan padaku Byun Baekhyun. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu dari dekapanku"

.

.

.

TBC

.

.

Huwaaaaa... ini apaaaa?

Masih ngefeel gak sih? Jujur aku takut-takut tadi mau ngepostnya..

Takut ngecewain kalian.

.

.

Maaf aku lama gak update Ambiguous.. kemaren-kemaren memang lagi fokusin buat nyelesaiin yang mau ending dulu biar gak kebanyakan utang. Soalnya kalo kebanyakan hutang ffnya serius malah jadi makin lama aku buat nulisnya karena gak fokus.

Tapi sekarang mah udah berkurang yaa.. Semoga kedepannya bisa lebih cepet lagi updatenya..

Selain itu juga aku bukan spesialis yang manis-manis wkwkwk jadi kadang agak takut tiap mau nulis ff ini tuh. Secara kalo kalian mau lihat work milikku hampir semuanya yaa yang berbau angst-angst club gitu wkwkwk tapi emang pertamaa bikin ambiguous dulu emang nekad banget wkwkwk gak nyangka malah banyak yang suka sama keabsurd'an ini.. Thankyou :*

.

Makasih untuk para readers yang setia nunggu, yang nyempetin buat Follow, Favorit, dan Review.. ku sayang sama kalian semua. Enggak buat para siders yaa wkwkwk.. semoga cepet insaf kalian haha.

.

.

Udah gitu aja, maaf kalo feelnya kurang.. sampai bertemu lagi..

Salam Chanbaek is Real :*