Sorry for the typos, guys !

Chapter 5

Fair Enough

Main: SEHUN, LUHAN, HUNHAN

Slight: CHANBAEK

Minor: EXO

Back to Luhan's POV

"Chanyeol!" Aku mengejar Chanyeol dan menarik lengannya agar dia melihatku.

"Lu han. Aku-aku sungguh minta maaf." Suaranya terdengar bergetar saat dia melihatku dengan wajah yang bersalah. Aku menatapnya dan merasakan hatiku seperti di remas. Chanyeol terlihat begitu terluka, tidak mungkin aku marah padanya. Aku menggenggam lengannya lembut dan mengambil nafas dalam, "Um..tidak apa-apa, Chanyeol." Kemudian dia melihatku dan memaksakan senyumannya, "Tidak. Semua ini tidak benar. Aku minta maaf. Mari kita lupakan apa yang terjadi tadi dan lanjutkan kencan kita."

"Chanyeol, kumohon." Aku menelan ludah untuk apa yang akan kukatakan selanjutnya. "Jangan memaksakan dirimu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirimu dan Baekhyun, akan tetapi jelas kalau kau belum bisa melupakannya. Kau tidak perlu berpura-pura kau baik-baik saja... Mungkin kita bisa pergi keluar lain waktu ketika kau sudah merasa baikan... sebagai teman." Mata Chanyeol membesar dan melihatku sebelum akhirnya aku menganggukan kepala. Aku dapat melihat di binar matanya. Dia hanya memaksakan diri melepaskan Baekhyun. Dia belum siap dan...aku belum siap untuk menjadi pengganti lagi. Jadi, mungkin lebih baik kalau kita menjadi teman sekarang. Mungkin aku akan menunggunya...mungkin Chanyeol akan melupakannya.

"aku membuat keputusan bodoh, kau tahu?" Chanyeol tertawa lirih, akan tetapi aku bisa melihat luka dimatanya saat dia kembali menatapku, "Aku pernah menjadi tutor Baekhyun,,,dan aku tahu dia menyukaiku,,,tetapi aku selalu mengingatkan kalau ini hanya bisnis dan tidak peduli berapa kali dia meminta, aku tidak bisa membalas perasaannya." Aku merasakan jantungku berdebar saat dia menatapku dengan tatapan malu, "Tidak peduli beberapa kali aku katakan padanya jika aku tidak menyukainya, dia tetap gigih,,,so, I gave in."

"Apa?"

"Aku jatuh cinta padanya, Lu han..." Chanyeol mengalihkan padangannya dariku dan aku melepas genggamanku di lengannya, "Aku hanya tidak mau mengakuinya, akan tetapi Baekhyun tahu. Baekhyun tahu kalau aku mencintainya dan aku memberikan semua untuknya,,,tetapi kemudian orang tua Baekhyun tahu tentang hubungan kami dan mereka tidak setuju. Mereka berfikir kalau aku memanfaatkan Baekhyun untuk mendapatkan uang. Baekhyun mencoba membela diriku, akan tetapi kami tahu kelau kedua orang tua Baekhyun membenciku."

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya pelan sebelum dia tertawa pahit, "Baekhyun mendapatkan beasiswa ke Amerika dan dia menolak agar bisa bersamaku, Lu han." Chanyeol menggelengkankepalanya dan tertawa, "Dia begitu bodoh, dia mengorbankan mimpinya demi sesuatu yang bodoh bernama cinta...Baekhyun bilang kalau itu bukanlah masalah, kalau dia lebih baik meninggalkan mimpinya." Chanyeol melanjutkan, "Dia sungguh keras kepala. Baekhyun takut kalau aku akan melupakannya jika dia pergi, jadi aku mengatakan padanya kalau aku tidak mencintainya lagi dan putus dengannya. Itu satu-satunya jalan..."

"Jadi,,Baekhyun pergi?" aku mengangkat sebelah alisku sebelum Chanyeol menganggukan kepalanya setuju, "Aku senang dia bertemu Sehun. Dia membutuhkan seseorang yang akan mencintainya dengan baik dibandingkan diriku." Aku melihatnya menahan air mata dan melihat kearah lain.

PLAAAKK

"Ow!" Chanyeol berseru dan memegang belakang kepala dimana aku memukulnya. Kemudian Chanyeol menatapku terkejut. Aku mengambil nafas dalam dan menahan agar aku tidak berteriak padanya, "Kau sungguh bodoh." Chanyeol masih menatapku tidak percaya.

"Sudah jelas kalau kalian berdua masih saling mencintai!" aku membentaknya, "Tetapi—Baekhyun bahkan tidak ingin melihatku! Dia membenciku!" Aku kembali memukul lengannya dan mengerang, "Ugh! Tidak! Baekhyun terlihat akan menangis disana! Kenapa kau harus bohong padanya?! Kenapa kau harus seperti itu?! Kenapa kau tidak membicarakannya baik-baik dengan Baekhyun?! Kau pikir kau yang terluka?! Coba jika kau ada di posisi Baekhyun!" aku merasa jantungku seperti berlari. Aku mungkiin memang membenci Baekhyun karena menjadi sangat sempurna sebelumnya, tetapi sekarang aku sangat menghormatinya. Chanyeol mengambil langkah mundur saat aku mendekatinya.

"Apakah kau tahu bagaimana sakit rasanya untuk menunggu seseorang?" aku tidak bisa tenang.

"Tentu saja aku-aku tahu—aku sudah menunggu lama—" Chanyeol menjawab dengan terbata-bata sebelum aku memotong ucapannya.

"Tidak. Kau tidak tahu." Aku mengambil nafas dalam, "Dirimu tidak akan tahu, karena Baekhyun sdah menyukaimu sebelum kau menyukainya, Chanyeol. Baekhyun sudah menginginkanmu. Baekhyun sudah mencintaimu. Kau tidak perlu menunggunya untuk jatuh hati padamu. Kau tidak perlu menunggunya untuk perhatian denganmu. Baekhyun menggunakan semua waktunya untuk mendapatkan hatimu dan setelah dia mendapatkannya, kau menghancurkannya dan yang paling buruk, kau melakukannya karena kau pikir itu adalah yang terbaik- apa kau bercanda?" mata Chanyeol melebar saat aku mengeluarkan kata sumpah serapah, tapi aku tidak peduli.

"Kau sangat bodoh." Aku tertawa, "Ada banyak cara untuk membuatnya berhasil, tetapi kau memilih untuk berbohong padanya. Ini bukanlah sebuah Film atau drama, Chanyeol! Jika kau mencintai Baekhyun-kau tidak akan pernah melepaskannya! Aku tidak akan menerima alasan dan omong kosong darimu. Ini kenyataan. Jangan mengambil cintanya begitu saja!" Chanyeol kembali menatapku untuk beberapa waktu sebelum dirinya mengerutkan kening, "Aku juga bisa mengatakan hal yang sama padamu, Lu han?"

"Apa?" Diriku terkejut saat Chanyeol membenarkan posisinya.

"Kenapa kau melepaskan Sehun? Kau masih mencintainya, bukan? Aku berfikir ini tidak adil saat kau bisa menceramahiku disaat kau ada di posisi yang sama." Chanyeol membalasku dengan pelan ketika aku semakin marah. Aku hampir saja tertawa, akan tetapi tidak saat aku membalas ucapannya dengan tenang, "Chanyeol, bedanya adalah-aku sudah menunggu Sehun sepanjang hidupku." Matanya kembali melebar saat aku menyilangkan tanganku didepan dada, karena rasanya aku akan hancur dengan amarah.

"Dan aku pikir aku sudah menunggu cukup lama. Ini saatnya aku move on. Aku tidak bisa menunggunya lebih lama lagi." Rasanya benjolan mulai menggumpal di tenggorokanku dan dengan susah payah kutelan, "Aku pikir kau adalah satu-satunya...seseorang yang bisa menyelamatkanku dari menunggu tanpa henti, tetapi aku pikir aku salah. Aku memang menyukaimu, Chanyeol...akan tetapi aku tidak ingin menempatkan diriku di fase menunggu lagi. Jika kau masih mencintai Baekhyun, aku mohon perbaikilah hubunganmu dengannya...walaupun kalian tidak akan bersama lagi, kau tetap harus memperbaikinya dan mengatakan yang sebenarnya. Setidaknya, kalian bisa melihat satu-sama lain lagi tanpa adanya rasa benci dan miskomunikasi."

"Dan...kita?" Dia bertanya dengan mengakat alisnya, akan tetapi aku tahu kalau dia khawatir menyakitiku.

"Aku pikir...kita bisa menjadi teman baik." Aku tersenyum tulus, "Mungkin kita memang tidak cocok untuk jadi pasangan." Dia mengangguk setuju dan kembali minta maaf, "Maafkan aku karena aku bukan satu-satunya, Lu han." Ucapannya tulus dan rasanya aku ingin menangis, tapi aku menggelengkan kepalaku dan tertawa lirih, "Tidak apa-apa, mungkin memang diriku ditakdirkan sendiri." Dia menatapku sebentar kemudian tersenyum, "Kupikir tidak. Mungkin kau terlalu keras mencarinya. Aku yakin dia akan menemukanmu jika kau berhenti mencari, Lu han."

"Mungkin." Aku menghela nafas dan tersenyum saat Chanyeol akan beranjak pergi.

"Mampirlah ke toko untuk frozen yogurt gratis lain kali, okay?" Chanyeol tersenyum dan aku membalas senyumannya sembari melambaikan tangan, sebelum dirinya pergi aku menhembuskan nafas berat. Aku melihat Chanyeol menghilang diatara keramaian dan kemudian melihat kearah langit yang begitu cerah. "Aku sudah berhenti mencari. Sekarang saatnya aku menunggu seseorang menemukanku, bukan?" Great, another waiting cycle...tetapi kupikir itulah jalan hidup. Aku melihat orang lalu lalang. Mungkin aku akan berjalan-jalan sebentar? Atau aku menghubungi Suho untuk menemaniku keluar? Kemudian aku mengeluarkan handphoneku untuk menghubunginya.

"Lu Han!" Aku mendengar namaku dipanggil dan hampir saja tertabrak.

"Whoa! Ada apa, Sehun!" aku berseru ketika sehun berhenti tepat didepanku.

"Terimakasih Tuhan, aku menemukanmu!" Sehun terengah-engah.

"Apa? Kenapa? Dimana Baekhyun?" aku memegang pundaknya sembari mencari keberadaan Baekhyun.

"Yah! Dimana Chanyeol?" Sehun tidak menjawab pertanyaanku saat dia kembali mengambil nafas dan memperbaiki posisinya berdiri.

"Dia pergi. Kenapa?" aku bertanya dan mengambil botol minum didalam tas.

"Benarkah?" aku memberikan botol minumku kemudian Sehun meminumnya.

"Yeah." Aku menjawab malas.

"Dimana dia?" Sehun mencari-cari dengan marah.

"Sudahlah. Kita sudah bicara tadi." Aku memukul lengan Sehun untuk mengalihkan perhatiannya.

"Apa? Benarkah?" Sehun kembali menatapku dan aku menganggukan kepala, "Yeah. Kita sudah memutuskan kalau kita cukup jadi teman saja. Dan dia harus bicara pada Baekhyun untuk menghentikan drama diantara mereka." Aku mengangkat bahuku, dan kemudian sadar kalau aku sudah tidak berminat untuk jalan-jalan. Rasanya aku hanya ingin pulang dan tidur seharian. Aku sungguh lelah. "Sampai jumpa lagi kalau begitu."

"Tunggu. Kau mau kemana?" Sehun meraih lenganku walaupun aku belum pergi. Aku melihat tangannya dilenganku dan mengangkat alis karena bingung, "Um...pulang?" Sehun dengan cepat melepas genggamannya dan menggaruk kepala bagian belakang, "Oh, okay." Aku tertawa lirih, "Kenapa kau sangat canggung?" Pipi sehun memerah dan aku merasa jantungku berdebar, "See you, Sehun." Dengan cepat aku berbalik arah meninggalkannya, takut kalau jantungku akan semakin berdebar lagi.

"Tunggu, Lu han-" Aku kembali melihat Sehun, "Aku ikut denganmu."

"Bagaimana dengan Baekhyun?" Diriku mencari-cari Baekhyun, tetapi dia tidak ada.

"Dia pergi." Sehu menjawab dengan cepat kemudian menarikku dan berjalan kearah apartement. Aku masih bingung dan melihat kebelakangku kembali. Aku harap mereka tidak bertengkar. Aku akan merasa tidak enak, terutama sekarang aku tahu hubungannya dengan Chanyeol. Kalau aku tahu lebih awal, aku tidak akan pernah minta tolong Sehun untuk double date. Aku tidak ingin menyakiti siapapun. Aku merasakan lenganku diremas.

"Ouch! Kau menyakitiku muka datar." Aku berseru saat aku berhenti berjalan untuk mencoba melepas genggaman Sehun di lenganku. Sehun juga berhenti dan menatapku. Dia melihat kearah dimana tangannya berada kemudian mengejutkanku, "Maaf." Sehun pindah menggenggam tanganku lembut, "Lebih baik?" saat aku ingin menjawabnya, Sehun kemudian mengeratkan jemarinya diantara jemariku dan melanjutkan perjalanan tanpa menunggu jawabanku.

Tiba-tiba, aku seperti tidak dapat mendengar suara yang ada disekitarku lagi, yang aku lihat adalah punggu sehun yang menuntunku pulang. Suara yang terdengar hanyalah debaran jantungku. Dadaku sesak dan rasanya ada kupu-kupu yang terbang didalam perutku saat aku kembali melihat kearah tangan kami. Aku merasa hatiku bahagia dan juga sakit saat akhirnya aku mengakui, Tidak peduli jika aku ingin ataupun tidak... tidak ada jalan yang bisa menghentikanku untuk tetap menunggu Sehun.

"Kau ingin nonton apa?" Sehun bertanya dan mengambil remot kemudian duduk disofa bersamaku. Aku manrik selimut yang kubawa dari kamar dan mengangkat bahuku, "Film sedih." Sehun menatapku heran, "What?" Sehun hanya menggelengkan kepalanya dan menganti channel pada saluran Netflix, "Tidak ada...kenapa kau ingin menonton film sedih?"

"Tidak tahu? Mungkin karena aku ingin menangis?" aku menghela nafas dan kembali memperbaiki posisiku di sofa.

"Kenapa?" Sehun berhenti mengganti channel dan melihatku. Aku membuat wajah dan mengambil remot ditangannya dan memilih film berjudul Harmony. "Aku tak tahu. Hanya ingin saja." Itu bohong, aku mengerti kenapa diriku ingin menangis, tetapi Sehun tidak perlu tahu. Sehun baru akan bertanya sebelum aku menyuruhnya diam dan fokus pada film, karena aku tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Kami menonton dalam diam. Rasanya aneh karena, walaupun kami duduk bersebelahan, kami sama sekali tidak menatap satu sama lain. Biasanya aku akan mengeluarkan beberapa komen tentang betapa lucu atau sedih film tersebut, akan tetapi entah kenapa aku sedang tidak bisa menatap Sehun. Dari pengelihatanku, Sehun juga sedang fokus menonton. Apakah ini tidak mengganggunya sama sekali? Apakah dia tidak terganggu dengan Baekhyun yang memiliki masa lalu dengan Chanyeol? Kenapa dia bisa begitu santai disaat seperti ini? Aku menarik selimutku kembali.

"Lu han, aku pikir kita perlu berbicara." Sehun tiba-tiba dan menjeda film yang sedang kami tonton.

"Apa?" kemudian aku menatapnya, akan tetapi dia masih menatap layar televisi.

"Aku sudah berfikir belum lama ini dan..." Sehun berhenti, seperti sedang berdebat ingin mengatakannya atau tidak. Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia terlihat berhati-hati. Apakah karena ini melibatkan Baekhyun? Apakah dia takut aku akan menyerang Baekhyun lagi? Sehun masih ragu kemudian aku menyentuh lengannya, "Sehun, jika ini tentang Baekhyun, kau tidak perlu khawatir. Aku mungkin pernah meragukan dia, tetapi semua itu sudah berubah. Jadi kau tidak perlu khawatir. Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakanlah." Aku menepuk lengannya pelan, tapi bukannya merespon dengan positif, Sehun semakin terlihat makin bermasalah.

"Ada apa?" aku mendekatkan diriku ketika Sehun hanya menggelengkan kepalanya dan tertawa, "Lupakan." Dia tersenyum paksa kemudian kembali menonton. Aku menarik lengan bajunya tetapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan memintaku untuk fokus pada film yang sedang kami tonton, "Akan aku pikirkan lagi dan setelah itu aku akan membicarakannya denganmu."

"Okay..." Aku melepaskannya dan kembali fokus pada film. Mungkin ini sangat serius dari dugaanku? Apakah mungkin dia ingin bergerak lebih jauh dengan Baekhyun? Aku merasakan jantungku berdebar tidak tentu. Apakah tidak ada cara lain untuk melepaskan perasaan ini? Aku menatap sisi wajah Sehun dan menghela nafas dalam hati. Kenapa aku bisa jatuh cinta padamu? Kenapa bukan orang lain? Aku kembali melihat kearah film yang sedang diputar dan melihat scene dimana ibunya menangis setelah dia meninggalkan anaknya. Air mataku tiba-tiba keluar. How could she do that? Maksudku, aku tahu kalau ibunya tak punya pilihan lain dan anaknya mungkin akan diadopsi, tapi bagaimana bisa dia seperti itu, disaat dia begitu mencintainya? Aku menangis dan menahan air mataku agar tidak jatuh ketika Sehun bertanya, "Apakah kau menangis?"

"Yeah," Dengan cepat aku menghapus air mataku. Aku ingin menjadi kuat seperti pemeran wanita tersebut, meninggalkan semua perasaanku pada Sehun. aku mendengar Sehun tertawa dan aku berpura-pura terkejut, "Kau tidak punya hati! Kenapa kau tertawa? Ini sungguh sedih! Dia harus meninggalkan bayinya, lihat dia!" aku kembali fokus kearah televisi sembari memukul lengan Sehun dengan bercanda, "Maaf, maaf. Aku akan berhenti tertawa."

"Oh. Jadi kau menertawakanku!" aku memukulnya lagi, malu. Kemudian Sehun mendekatkan dirinya padakau dan menaruh kedua lengannya di pundakku sembari tertawa kecil, "Aku tidak menertawakanmu." Aku melotot padanya, "Yeah. Terserah. Jangan bohong."

"Benar. Aku serius. Berhentilah menangis, itu hanya film." Sehun tersenyum kemudian menyentil keningku. "Dasar tidak punya hati. Tetap saja itu sangat sedih." Saat sehun ingin menjawabku, handphonenya berbunyi. Sehun-pun mengambil handphonenya sebelum aku sadar kalau salah satu lengannya masih disekitarku. Jantungku berdebar lagi dan aku menggigit bibir bawahku agar aku tidak mengatakan hal-hal bodoh. Sehun selesai membaca pesannya kemudian menghembuskan nafas saat dia berdiri.

"Siapa?" aku bertanya sembari mengalihkan padanganku pada layar televisi.

"Baekhyun. Dia ada di luar." Sehun menghembuskan nafas kembali dan menuju kearah pintu keluar.

"Kenapa dia tidak masuk saja?" Aku bertanya dan kemudian berdiri dari dudukku karena, sepertinya ada sesuatu yang aneh.

"Mungkin kami akan keluar sebentar." Sehun menjawab dan lagi-lagi menghela nafas, "Oh, okay." Aku baru akan duduk kembali untuk lanjut menonton saat Sehun menyuruhku mendekatinya, "Tolong kunci pintunya. Ini mungkin agak lama." Aku mengerutkan kening, karena dia juga punya kunci cadangan sendiri, tetapi aku tetap menuju pintu.

"Have fun, jangan pulang terlalu malam, okay?" Aku menggoda Sehun sembari membuka pintu dan Sehun mengenakan sepatunya.

"Jangan Khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri." Sehun tertawa saat aku memukul lengannya. Kemudian dia membuat wajah jelek sembari mendekatkan tangannya untuk menyentil keningku akan tetapi aku tepis dan menjulurkan lidahku pada Sehun, "Aku tidak boleh khawatir denganmu, tapi kau selalu memperlakukanku seperti anak kecil."

"Itu karena dirimu bertingkah seperti anak kecil." Sehun tertawa dan berjalan keluar.

"Ugh. Tidak, aku bukan anak kecil." Aku membalas ucapan Sehun dan saat aku ingin menutup pintu, Sehun berbalik.

"Kau benar." Sehun tersenyum dan aku baru akan mebalasnya lagi tetapi sadar apa yang baru saja Sehun katakan. Aku menatapnya saat dia menganggukan kepala setuju kemudian melanjutkan ucapannya, "Kau bukan anak kecil lagi."

"Yeah. Jadi berhenti memperlakukanku seperti anak kecil, Sehun." aku menjawab dengan terbata-bata, terkejut dengan apa yang Sehun katakan. Tiba-tiba Sehun kembali menatapku dan menghela nafas. Aku mengangkat sebelah alisku, "A-pa—" Bibir Sehun menyentuh bibirku sebelum aku sempat bertanya. Pikiranku tiba-tiba kosong dan rasanya jantungku berhenti berdetak, kemudian Sehun melepaskan bibir kami dari ciuman yang tak terduga.

"I will, jadi pastikan kau bersiap. Karena aku tidak akan menahan diri lagi." Sehun berbisik sembari melihat bibirku kembali sebelum menutup pintu. Aku barus tersadar ketika mendengar suara pintu tertutup. Aku mengambil nafas karena aku sadar aku menahan nafas sejak tadi. Aku menahan diriku dengan memegang gagang pintu. WHAT THE HELL? Kemudian aku menyentuh bibirku tanpa sadar. Apakah Sehun baru saja menciumku?! Kemudian aku menatap pintu yang tertutup dan mendengar detak jantungku.

NO. Segara diriku keluar dari apartement dan mengejar Sehun. Aku tidak akan membiarkannya lari dari masalah ini! Memangnya siapa dia?! Dia mungkin memang sahabatku dan laki-laki yang aku cintai, tetapi dia tidak punya hak untuk mempermainkanku seperti ini! Aku berhasil sampai lift sebelum Sehun melihatku terkejut.

"Kau!" aku mendekat dan menarik kerah bajunya dan membawanya keluar dari lift kemudian mendorongnya kedinding dengan amarah. "Apa yang kau lakukan tadi?!" Sehun hanya menatapku polos dan mengedipkan matanya, "Apa maksudmu, Lu?" Aku bisa merasakan pipiku mulai memerah dan aku menatap tajam Sehun. Aku tidak akan diam saja seperti sebelumnya. Aku tidak peduli dengan wajahnya yang lucu atau dengan jantungku yang berderbar sangat kencang, aku sudah lelah selalu mengikuti aturan hatiku. Sehun berusaha melepaskan genggamanku pada kerahnya, namun aku kembali menahannya, "Jawab, Sehun!"

"Lu han, apa yang kau lakukan?" Sehun menghela nafas berat dan dengan hati-hati meletakkan tangannya dilenganku, akan tetapi aku lebih kuat darinya.

"Berhenti mengalihkan pembicaraan, Sehun!" Aku semakin mengeratkan genggamanku kemudian memukul dadanya, "Kenapa kau menciumku?! Kenapa kau melakukannya?! Itu adalah ciuman pertamaku, kau tahu?! Kenapa kau mencuri ciuman pertamaku?! Kau kan tahu kalau aku sangat menyukaimu! Kau tahu kalau dirimu memiliki kekasih! Kenapa kau mempermainkan hatiku seperti ini! Sebenarnya aku ini siapa bagimu?! Kenapa kau memperlakukan sahabatmu seperti ini?! Apakah kau tahu kalau itu tidak adil?!" aku terus memukul Sehun, dadaku terasa sesak saat akhirnya aku mengeluarkan semua pertanyaan yang sudah lama ada difikiranku sejak lama. Aku bisa merasakan airmata frustasi mulai datang, kemudian aku mendorong Sehun ke dinding melepaskan genggamanku di kerahnya ketika dia menggenggam lenganku.

"Lu han," Sehun memulai saat dia mengeratkan genggamannya.

"Lupakan." Aku mencoba menjauh, akan tetapi dia lebih kuat dan aku terkejut saat dia menarikku kepelukannya. Aku hampir jatuh, tetapi Sehun memperbaiki posisiku. Kemudian aku sadar kalau kalau Sehun lebih tinggi dariku. Aku tidak bisa menebak apa yang difikirkannya.

"Kau ingin tahu kenapa aku menciummu?" Dia bertanya lirih dan wajahku terasa panas. Jatungku seperti sedang balapan, rasanya aku tidak ingin tahu lagi. Aku tidak ingin mendengarnya. Aku tidak peduli lagi. Aku hanya ingin berlari. Aku takut. Kenapa Sehun menciumku? Tidak mungkin Sehun akan menyukaiku. Bahkan dia mengatakannya sendiri. Sehun mengambil nafas saat akan melanjutkan ucapannya tetapi aku menutup mulutnya dengan kedua tanganku.

"Tidak. Lupakan saja aku pernah bertanya. Kita hanya cukup berpura-pura tidak ada yang pernah terjadi." Aku berbisik dan Sehun hanya menatapku dengan mata lebarnya. Aku melepaskan tanganku yang menutup mulutnya dan ketika aku ingin meninggalkan Sehun, dia menghalangiku.

"Se-sehun—" Diriku terbata-bata dan dengan cepat mundur ketika Sehun terus mendekat sampai akhirnya aku merasakan ada dinding dibelakangku. Sehun meletakkan tangannya disebelah kepalaku untuk menghalangiku agar tidak kabur dan kemudian menghela nafas berat, "Bagaimana denganku, Lu han?"

"Apa maksudmu?" aku mengerutkan kening karena bingung dan menatapnya ketika wajahnya mendekatiku. Aku panik dan segera menghalanginya agar tidak mendekat lebih jauh.

"Kau bilang itu tidak adil, Jika aku mencuri ciuman pertamamu. Jika aku mempermainkan hatimu. Tetapi apakah dirimu tidak pernah berfikir sedetikpun apa yang kau lakukan padaku?" Sehun mendekat dan matanya gelap. Aku merasa bersalah karena dia benar. Aku terlalu fokus pada diriku sendiri, dan aku tidak pernah memikirkan bagaimana aku memperlakukan Sehun dan Bekhyun dulu. Aku menurunkan tanganku kemudian menunduk melihat kebawah, berbisik, "aku minta maaf,,,aku sungguh minta maaf—aku tidak sadar—aku pikir aku hanya terlalu tersakiti sehingga tidak berfikir jernih. Aku akan berhenti untuk tidak seperti anak kecil dan aku akan mundur.

"Apa?" Sehun terdengar bingung, jadi aku menatapnya kembali, dan juga bingung seperti dirinya.

"Apa maksudmu dengan, apa?" Aku mengangkat alisku ketika senyuman kecil terlihat dibibir Sehun dan dia mengalihkan pandangannya, kemudian tertawa, "Aish, apa yang harus aku lakukan denganmu?" Aku berdiri dan berfikir sejenak, tercengang dan makin bingung, "Tunggu, apa maksudnya? Apa yang sebenarnya terjadi?" Sehun hanya menggelengkan kepalanya dan tertawa lirih saat dia kembali menatapku dengan mata yang berbinar, "Lu han"

"Yeah, what?" Aku mengedipkan mata dan mencoba untuk mebuat wajahku tenang, tetapi mungkin aku berakhir membuat wajah kerena Sehun tersenyum lucu dan itu membuat jantungku bingung. Sehun membenarkan posisinya dan aku tegang, akan tetapi kembali tenang saat tangannya membenarkan poniku dengan lembut.

"Kau sadar kalau kita tinggal bersama bukan?" Dia menggodaku dengan senyumannya.

"Jadi, kenapa?" Aku menggigit bibir bawahku, karena Sehun makin membuatku frustasi. Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa dia tidak langsung mengatakannya saja padaku?!

"Aku juga berfikir itu tidak adil. Bagaiamana bisa Chanyeol membuatmu tersenyum dan tertawa dengan caranya? Bagaimana bisa aku tidak pernah membuatmu seperti itu? Bagaimana bisa kau lebih memilih menghabiskan waktumu dengan Chen dan Xiumin daripada menghabiskan waktumu denganku dirumah? Bagaimana bisa disetiap aku ingin menyelesaikan masalah denganmu, kau selalu mendorongku pergi? Bagaiamana bisa kau bercerita ke Yixing semua masalahmu, bukan kepadaku? Kau tahu kan aku peduli padamu. Kau tahu kalau aku mengkhawatirkanmu. Tapi, apakah kau tahu kalau dirimu membuatku gila?" Suara Sehun melembut sembari mendekat padaku. Aku terus mundur akan tetapi terhalang dinding.

"Taukah dirimu betapa hancurnya dirku saat aku mengira kau adalah salah satu penumpang di bus itu? Tahukah dirimu betapa bahagianya diriku saat aku bisa menyentuhmu kembali dipelukanku dan membuktikan bahwa dirimu masih hidup? Apakah kau sadar bahwa aku makin memperhatikanmu semenjak kejadian tersebut? Kau bilang ini tidak adil kalau aku berpacaran dengan Baekhyun-tapi bagaimana denganmu? Aku fikir itu juga tidak adil untukku, bagaimana kau menggodaku setiap pagi, bersolek untuk orang lain sedangkan diriku hanya duduk dan melihatmu pergi. Ini tidak adil, bagaimana kau bisa membuatku cemburu tanpa mencoba. Bagaimana bisa kau lupa kalau aku selalu bersamamu?" Wajah Sehun hanya beberapa inch saja dari wajahku dan dengan cepat aku melihat kebawah ketika dia meletakkan kedua tangannya, menjebakku.

"Sehun, hentikan." Aku dapat mendengar kalau suaraku sendiri bergetar, "Baekhyun masih kekasihmu dan dia menunggumu dibawah." Sehun tiba-tiba mem-pout-kan bibirnya dan matanya terlihat kecewa. Aku ingin mengatakan hal lain, apapun itu, tetapi jantungku berdebar begitu kencang dan aku merasa sebentar lagi aku seperti akan terjatuh.

"Lu han, apakah kau mendengar semua yang aku katakan?" Suara Sehun sungguh lirih.

"Aku tidak bodoh, Sehun. Jika kau ingin menyatakan kau menyukaiku, kau hanya perlu melakukannya." Aku berseru dan dengan cepat mendorongnya akan tetapi dia kembali menarikku kedalam pelukannya dan saat itupun pintu lift terbuka. Rasanya nafasnya meninggalkanku ketika aku merasakan lengan Sehun memelukku dengan sangat protektif seperti saat dia memeluk waktu Sehun mengira kalau aku adalah salah satu penumpang bus yang kecelakaan. Aku merasakan wajah Sehun di ceruk leherku saat dia menjawab, "Kau benar Lu han. Aku benar-benar jatuh cinta padamu." Wajahku terasa panas dan mencoba melepaskan pelukannya ketika aku melihat seseorang yang keluar dari lift. Aku terkejut dan mencoba melepaskan pelukan Sehun, "Le-lepaskan, Sehun."

"Aku minta maaf. Aku hanya belum sadar seberapa besar aku mencintaimu dan ketika aku tahu, aku tidak mau mengakuinya. Tetapi aku benar-benar mencintaimu, Lu han." Sehun semakin mengeratkan pelukannya dan wajahku mulai terasa terbakar saat aku mencoba melepaskan Sehun. Baekhyun menatap kami berdua dan rasanya aku ingin menembak diriku sendiri saat Baekhyun melihat kami dengan wajah yang terkejut. Aku memegang lengan Sehun dan mencoba melepasnya, tetapi Sehun begitu kuat. Aku tidak tahu kalau dia sekuat ini. Aku pikir akulah yang terkuat diantara kami berdua.

"Baekhyun-" Akhirnya aku mengeluarkan suaraku, karena tidak tahu lagi bagaimana bisa lepas dari Sehun. Akhirnya Sehun melepaskan pelukannya dengan lembut. Aku mengambil kesempatan untuk kabur akan tetapi Sehun menggenggam lenganku dan kembali tidak dapat bergeral kemana-mana. Rasanya aku ingin membuang wajahku karena malu sedangkan Baekhyun mendekati kami. Aku merasa buruk dan aku tidak punya ide harus berkata apa sedangkan Sehun masih terus menggenggam lenganku.

"Baekhyun." Sehun menghembuskan nafasnya lembut.

"Jadi...selama ini memang Lu han, bukan?" Baekhyun tertawa lirih dan aku merasa jantungku seperti melompat saat aku menatapnya tidak percaya. Aku berharap diwajahnya menampilkan wajah yang marah ataupun mengejek, tetapi dia mengejutkanku dengan wajah yang seperti biasanya, manis dan dengan senyuman yang cantik. Aku hanya diam saat Sehun menjawab, "Yeah...kau benar."

"Aku tidak bisa marah kalau begitu." Baekhyun menghela nafas dengan imutnya dan melihat kearah lain, "Well, aku datang karena aku ingin menjelaskan masalahku dengan Chanyeol, tetapi sepertinya tidak perlu sekarang, huh?" Baekhyun mengangkat bahunya dan melanjutkan tanpa memberi kesempatan untuk Sehun berbicara, "Dan juga, aku terlalu bertingkah hari ini... dan aku ingin minta maaf karena sudah merusak kencan pertamamu, Lu han." Aku menggigit bibir bawahku.

"Ini bukan salah siapapun, Baek." Aku menjawabnya lirih, tidak tahu harus mengatakan apa.

"Kau jangan terlalu baik, Lu han." Baekhyun menggelengkan kepalanya dan kemudian menatap Sehun, "Well...waktu kita bersama sangatlah menyenangkan, akan tetapi aku akan membiarkanmu pergi." Baekhyun kemudian menekan tombol lift dan Sehun membalasnya, "Maafkan aku, Baek..." Baekhyun hanya tersenyum, "Tidak apa-apa, sebenarnya aku sudah tahu semenjak insiden bus. Aku hanya tidak ingin mengakuinya, akan tetapi hal ini memang akan terjadi...maksudku, aku juga tidak akan bertemu Chanyeol seperti hari ini, bukan?" Baekhyun tertawa lirih, akan tetapi aku bisa melihat ketika Baekhyun menyebut nama Chanyeol lebih menyakitkan daripada putus dengan Sehun. Pintu lift akhirnya terbuka dan Baekhyun masuk, akan tetapi aku berseru sebelum pintu lift tertutup, "Chanyeol menceritakan semua padaku-dan dia meninggalkanku karena dia belum bisa melupakanmu."

"Apa?" Mata Baekhyun melebar karena terkejut kemudian pintu lift mulai tertutup

"Temuilah Chanyeol! Hwaiting!" Hanya itu yang bisa aku katakan sebelum pintu lift tertutup. Kemudian kami berdua hanya berdiri dalam diam untuk beberapa waktu, menatap pintu lift yang tertutup kemudian aku merasakan tangan Sehun memegang tanganku. Aku melihat kearah tangan kami berdua kemudian menatap Sehun. Pipinya memerah dan Sehun menggaruk-garuk lehernya sembari melihat arah lain dan bersua, "Jadi...aku sekarang single."

"Bagus. Nikmatilah." Aku melepas tautan tangan kami kemudian berjalan kearah apartement ketika Sehun memegang tanganku kembali.

"Lu han-" Sehun menggunakan jurus puppy eyes padaku dan aku menahan diri karena dia cemberut dengan imutnya, "Please?" Aku menatapnya cukup lama dan merasakan perasaan terkejut meruak diseluruh tubuhku. Jadi...sekarang benar-benar terjadi...Sehun memintaku untuk menjadi kekasihnya? Setelah apa? 23 tahun? Hatiku rasanya meluap dan aku tidak dapat menahan senyuman malu keluar dari bibirku saat aku meraih tangannya lembut. Mata Sehun berbinar tetapi kemudian aku tertawa, "Tidak."

"What?" Sehun terkejut.

"Karena-itu membuatnya terlalu mudah." Aku mengangkat bahuku menggodanya.

"Tapi-tapi Lu han~~" Sehun kembali meraihku, akan tetapi aku mundur dan menggelengkan kepalaku, "Ini saatnya kau menungguku, Sehun. Jika kau benar-benar mencintaiku seperti yang kau katakan, kau harus melakukan apa yang aku perintah. Karena ini waktunya kita melakukan hal yang sama, bukan?" Sehun menggigit bibirnya dan menghela nafas, "Jadi, kau masih mencintaiku juga...tapi aku harus menunggu sebelum kau benar-benar menjadi kekasihku."

"Duh. Kamu harus mengajakku pergi kencan dulu. Sheeesh, Sehun." Aku menggodanya membuat pipinya merah, "Ah, okay." Kemudian Sehun tersenyum dengan senyuman yang tipis. Aku melepaskan tangannya kemudian berjalan kearah apartement, dan melihat kearah Sehun, "Kita perlu melakukan hal yang sama sehingga pada akhirnya, itu adil bagi kita berdua." Sehun akhirnya setuju dan tersenyum kalah, "Fair enough." Akupun tertawa saat mendengar suara Sehun yang terlihat kalah. Entah kenapa begitu menyenangkan ketika menggodanya. Saat setelah aku membuka pintu apartment, Sehun mengikuti dari belakang. Kemudian saat kami berdua sudah masuk dan akan menutup pintu, tiba-tiba Sehun menarik tanganku dan mendorongku ke tembok dengan lembut. Aku terkejut saat wajahnya hanya beberpa inch didepanku.

"A-apa—" Belum selesai aku berbicara, aku sudah merasakan bibir Sehun bertautan dengan bibirku. Awalnya mataku terbuka lebar karena terkejut dan aku bisa melihat mata Sehun terpejam, akan tetapi bibir Sehun mulai bergerak dengan lembut dan akupun seperti luluh kemudian memejamkan mataku dan mengikuti gerakan bibir Sehun. Aku bisa merasakan jantungku berdebar dengan kerasnya. Wajahku terasa panas, dan aku hanya berharap Sehun tidak mendengar detak jantungku yang begitu cepat. Setelah beberapa saat kami berciuman, Sehun melepaskan tautan dibibir kami berdua dan menempelkan keningnya di keningku. Aku bisa merasakan nafas kami yang terengah-engah pasca berciuman.

"Ini adil bukan? Karena kau membalas ciumanku?" Sehun tersenyum sangat tampan sembari menatapku dengan matanya yang tajam akan tetapi aku bisa melihat binar matanya. Mungkin sekarang wajahku sudah benar-benar memerah karenanya dan tersenyum sebelum aku menjawabnya, "Yes, It's fair enough."

NOTED:

YASSSHH! Finally! Selesai, dan sebenarnya ada perubahan dan tambahan di endingnya hahaha biar moment HUNHAN-nya makin greget hehe.

Terimakasih sudah mampir buat kalian yang baca yaa, maaf kalau banyak typo gaje.

Terimakasih juga yang sudah review... maaf ga bisa balas semuanya...dan maaf kalau ga sesuai ekspetasi. But, thank you once again :)

SALAM HUNHAN SHIPPERS