- 10 Oktober 2032


Awalnya, ia tak akan pernah mengira jika dunia akan berubah menjadi seperti ini, sungguh.

Dunia yang diperjuangkan dengan mati-matian dan penuh tubuh yang mati, berubah menjadi sebuah dunia yang damai. Dunia yang tak ada lagi darah bercecer akibat sebuah kunai yang melayang.

Dunia yang telah ia nikmati selama bertahun-tahun, tiba-tiba berubah dengan begitu cepat. Seolah, tahun-tahun yang telah lalu tak ubahnya dengan satu menit yang telah berlalu.

*Booooomm!*

Ya ... Dunia dimana nama Uzumaki Naruto terukir sebagai pahlawan perang menjadi sirna.

*Booooom!*

Uzumaki Naruto, seorang pria paruh baya dengan senyum yang telah hilang dari wajahnya, kini menatap sepuluh ribu pasukan gabungan dari keempat desa besar; Konohagakure, Tsuchigakure, Kumogakure, Kirigakure tanpa dipimpin oleh seorang kage. Tatap mata mereka penuh akan satu rasa benci yang tak terima kan suatu kenyataan yang telah lalu.

*Swuuuuush!*

Naruto menggeser kepalanya saat satu kunai melesat ke arahnya, hingga hanya berakibat pada helai rambut pirangnya yang terpotong sedikit. Ia perlahan mengukir senyum pahit. Sungguh, tak pernah terlintas di kepalanya jika dunia bakal menjadi seperti ini.

Sebuah dunia, dunia yang membencinya, dunia dimana hanya ia seorang yang menjadi antagonis tanpa tahu apa yang telah ia perbuat.

Ia benar-benar tidak pernah berpikir jika semuanya berakhir menjadi seperti ini.

Apa, apa yang telah ia lakukan?

Apa sebenarnya yang salah dari dirinya?

Apa yang salah dari perbuatannya hingga mereka membunuh semua keluarganya?

Apa yang membuat Sasuke memberikan rinnegan padanya, padahal awalnya Sasuke juga turut ingin membunuhnya?

Apa, apa yang sebenarnya telah terjadi?!

*Blaaarr!*

Kepul asap yang besar muncul di tengah-tengah medan perang, menghalangi pandang Naruto akan sepuluh ribu pasukan yang tengah berlari dan siap menerjangnya. Menunggu beberapa detik, kepul asap itu menghilang lalu memunculkan pasukan yang lebih banyak lagi.

Sepuluh, bukan. Seratus ribu orang tengah berlari kearahnya dengan tatap netra yang sama.

"UZUMAKI NARUTO! BERSIAPLAH UNTUK MATI ATAS APA YANG KAU PERBUAT SELAMA INI, BANGSAT!"

Sungguh, Naruto benar-benar tidak tahu apa yang terjadi ...

Maka dari itu, Naruto melompat ke atas, menciptakan seribu bunshin—yang nyatanya, perbedaaan diantara mereka benar-benar sangat jauh—untuk berjaga-jaga, menyiapkan banyak oodama rasengan dan siap melemparkannya pada seratus ribu orang di depannya.

"Entah apa yang sebenarnya terjadi, -"

"- namun maaf, apa yang kulakukan tidak lebih sekadar membela diriku sendiri!"

"Cho Oodama Rasengan!"


.

.

.

.

.

.

.

.


- Final Destination


.

.

.

.

.

.

.

.


*Blaaaarr!*

Ratusan oodama rasengan itu sekiranya menghancurkan kurang lebih sekitar seribu sampai dua ribu pasukan depan dengan tubuh yang penuh akan darah. Sebuah pencapaian yang lumayan hingga harus merelakan chakra di dalam tubuhnya berkurang drastis. Namun meskipun begitu, Naruto tak lagi mengukir senyumnya.

*Pooofftt!*

Seluruh bunshinnya menghilang dalam sekejap, saat tubuhnya tak lagi dapat melayang lebih lama di atas udara. Dari sini, ia mendapati seratus ribu pasukan yang berkurang sedikit itu terpaku pada mayat aliansi mereka yang terkapar tanpa nyawa. Dalam hal ini, lagi-lagi satu benci yang kuat muncul di dalam diri mereka, lalu menatap Naruto dengan penuh amarah.

"NARUTO KEPARAT!"

Teriakan itu seakan menjadi pembakar semangat sejati ...

Lalu, ketika Naruto mendarat di atas tanah, ia mengeluarkan sebuah katana dari fuin penyimpanan di lengannya dan dipegang di tangan kiri. Sebilah katana tajam dari seorang pria yang pernah diberi gelar The Last Uchiha—yang nyatanya, ia benar-benar tidak pernah menyangka jika Sasuke kembali menjadi musuhnya lagi, -

- dan mati, ditangannya ...

Rinnegan di mata kirinyasecara tiba-tiba bersinar cerah, lalu mengeluarkan sedikit darah tanpa ia duga. Tangan kanannya lurus ke depan, menghadapkan telapak tangannya pada sekurang-kurangnya sembilan puluh delapan ribu pasukan itu sambil merapal sesuatu.

"Shinra tensei!"

*Boooooooomm!"

Pasukan depan dari aliansi lima desa besar itu terdorong ke belakang berkat sesuatu yang tak mereka tahu, hingga meluluhlantakkan tanah yang mereka pijak. Di sini, Naruto segera melesat begitu cepat dengan katana yang siap di sisi.

*Swuuuuuush!*

Ia benar-benar tidak menyangka, rinnegan adalah sesuatu yang diluar perkiraannya ….

Naruto berlari dengan sangat cepat, mengabaikan luka-luka lecet yang selama ini telah ia terima. Pandang matanya mendapati pasukan depan yang mencoba kembali bangkit. Maka dari itu, ia melompat lebih tinggi dan menerjang masuk ke tengah-tengah pasukan depan dari pasukan gabungan lima desa besar.

*Crasssss!*

Ayun lengan membawa sebilah katana menebas tiap-tiap tubuh yang ia lewati, bersamaan dengan tatap mata yang menajam mencoba meminimalisir serangan yang diterima. Naruto menebaskan pedangnya secara vertikal, mengucurkan darah segar dari tiga orang di depannya.

"Aaaaarrggggg!"

Sementara pasukan didiamkan selama beberapa detik berkat teriakan aliansi mereka yang terluka, Naruto membuka kedua telapak tangannya, lalu meregangkannya ke sisi yang berbeda. Merapal sesuatu, lalu memberi tatap yang sama seperti kurang lebih sembilan puluh delapan ribu musuh di depannya.

"Aku, aku mungkin membenci kalian, -"

"- membunuh Hinataku, juga kedua anakku, memfitnahku bahwa ini semua adalah salahku. Meski nyatanya, aku tak tahu apa masalah sebenarnya"

"Shinra tensei!"

*Boooooooomm!*

"Apa ini takdirku sebagai seorang pahlawan yang dikhianati dunia?"

Seluruh pasukan di sekitarnya secara tiba-tiba terdorong oleh sesuatu yang sangat kuat, hingga menjauhkan mereka dari Naruto yang masih berdiri tegak di sana. Tatap mereka masih belum berubah. Malah, sekarang mereka yakin akan apa yang mereka tuduhkan pada seorang Uzumaki Naruto.

"UZUMAKI NARUTO KEPARAT! BAHKAN SAMPAI KINI, KAU TAK TAHU APA SALAHMU HAH?!"

Naruto terdiam saat seluruh pasukan di depannya berteriak keras, meneriakkan namanya yang kini telah ternoda. Wajahnya mengeras. Ia benar-benar merasa dikhianati dunia.

"Ya! Tentu saja! Aku bahkan tak tahu apa salahku! Aku bahkan tak tahu jika Konoha yang kupimpin berkhianat padaku!" teriak Naruto mencoba membela diri.

"APA KATAMU BANGSAT?! KAMI TAK TERIMA MEMILIKI SEORANG PEMIMPIN HINA SEPERTIMU!"

Naruto meringis mendengarnya. Perlakuan mereka yang sekarang persis seperti masa lalunya.

"Maka dari itu, jelaskan padaku apa yang salah!"

"DASAR MANUSIA HINA! KAU BAHKAN TAK TAHU APA SALAHMU SENDIRI!"

"KAU, KAU ADALAH PEMBUNUH DARI PEMIMPIN KAMI, PENGHANCUR DESA KAMI, DAN, DAN -"

"KAU, KAU MENCURI SEMUA BIJUU YANG SEHARUSNYA TAK BOLEH TERJADI!"

"KAU KEPARAT! APA YANG KAU RENCANAKAN HAH?! KAMI TAK TERIMA KAU MEMBUNUH PEMIMPIN DESA KAMI DENGAN KEPALA TERPOTONG DAN MELULUHLANTAKKAN TEMPAT TINGGAL KAMI!"

"A-apa?"

"KAU MENGELAK LAGI HAH?! MATI SAJA KAU SIALAN!"

Naruto benar-benar tidak percaya jika semua ini akan terjadi.


.

.

.


Sebenarnya, apa yang terjadi?


.

.

.


Ia tidak pernah sedikitpun melukai keempat kage yang lainnya, tapi mengapa mereka terbunuh dengan cara yang menggenaskan?


.

.

.


Ia tak pernah menghancurkan desa lain, ia hanya terus berada di Konoha, di meja kerjanya. Tapi, tapi mengapa semua ini terasa tidak masuk akal?


.

.

.


Ia bahkan tidak tahu sama sekali, jika Bijuu lain telah dicuri. Bahkan laporan di meja kerjanya pun tak pernah ada tentang kejadian itu.


.

.

.


Sebenarnya, apa yang telah terjadi?


.

.

.

.


"KATON : GOKAKYOU NO JUTSU!"

Naruto benar-benar tidak menyangka, di ulang tahunnya yang ke tiga puluh dua ini, ia dihadiahkan dengan ratusan bola api yang melesat ke arahnya.

Telah ia tetapkan. Di sini, di atas medan perang ini, Naruto bertarung sampai mati untuk membela diri!


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


- 11 October 2032


*Bruukk!*

Naruto mengukir senyum pahit, di atas tanah penuh bercak darah, di bawah pagi esok hari yang telah datang menemani.

Pasukan terakhir dari seratus ribu pasukan aliansi di depannya ambruk saat katana di genggam tangannya menembus dada kiri, hingga menumpahkan darah dan membasahi pakaian Naruto. Tubuhnya ambruk tak bernyawa, bersama dengan mayat dari seratus ribu pasukan aliansi yang telah mati di tangannya.

Naruto mengembalikan katananya di penyimpanan, lalu tersenyum pahit. Ia berpikir apa yang akan menjadi hukumannya setelah ia membunuh manusia sebanyak ini atas dasar membela diri?

Apa masih ada seorang Shinobi di dunia ini, selain penduduk sipil yang tak ikut perang tak seimbang ini?

Naruto berpikir jauh tentang itu.

Tubuhnya kini benar-benar lemas sekarang. Pakaian yang ia kenakan pun tak layak untuk kembali dipakai. Bahkan, ia benar-benar tidak bisa membedakan mana darah dari tubuhnya dan darah orang lain yang menempel di tubuhnya. Juga tentunya luka-luka lecet yang memenuhi tubuh serta chakra yang berkurang sangat drastis.

Naruto bahkan tak kuasa untuk berdiri hingga jatuh terduduk di antara ratusan ribu mayat di sekitarnya.

Lalu, lalu ….

*Blaaarrr! Blaaarr! Blaaarrr! Blaaarr! Blaarr! Blaarr! Blaaarr! Blaaarrr!*

Ledakan besar terdengar keras menusuk gendang telinga, memaksa Naruto untuk melihat sekitarnya. Bunyi ledakan itu terasa sangat jauh, juga bunyi yang berasal dari empat arah yang berbeda. Naruto berkeringat dingin.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

*drap!*

"Sudah kuduga jika kau akan menang dalam perang bodoh ini …."

Naruto menengadahkan kepalanya, mendapati sosok misterius berjubah hingga menutupi kepala dan bermasker hitam berdiri di depannya. Naruto terkejut, bukan karena penampilannya, tapi karena rinnegan dan sharingan di kedua bola mata sosok di depannya.

Naruto tak dapat bertarung lagi. Ia benar-benar lelah sekarang setelah menghadapi ratusan ribu pasukan yang berniat membunuhnya. Dan sekarang, si misterius pengguna rinnegan dan sharigan?

Ia benar-benar merasa tolol akibat tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Siapa kau?"

"Kau tak perlu tahu siapa aku. Aku hanya memerlukan rinnegan milik Uchiha Sasuke yang diberikan kepadamu"

"Ba-bagaimana bisa kau tahu?!"

*Swuuush*

*Braaakk!*

Naruto tak kuasa mengeluarkan ludahnya, lalu terhempas ke belakang saat sosok misterius di depannya memberikan tendangan kuat. Naruto meringis. Ia benar-benar lelah sekarang.

Naruto terkapar diantara tumpukan mayat penuh dengan noda darah. Netranya berfokus pada langit yang tak lagi biru. Debu mengepul dimana-mana, dan hembusan angin yang terasa menusuk hati. Tubuhnya tak lagi mampu untuk bergerak banyak sekarang.

Ia benar-benar bodoh untuk satu sisi yang tidak ia ketahui ….

*Grep!*

Naruto meringis saat kerah bajunya ditarik ke atas hingga mengangkat tubuhnya melayang. Naruto menatap sosok misterius di depannya. Ia benar-benar terpaku pada sharingan yang perlahan mencoba mengambil alih akal pikirannya.

Naruto terdiam saat tiga jemari sosok di depannya mencoba bergerak maju di depan rinnegan yang tertanam di lubang matanya. Ia benar-benar tidak bergerak, seolah meyakinkan sosok itu bahwa ia tengah dalam kendali.

Namun sebelum itu, Naruto menutup kedua matanya, lalu memberi tinju yang kuat pada pipi sosok di depannya.

Sosok misterius itu terhempas ke belakang berkat tinju Naruto yang tak seberapa, melepaskan penutup kepala dari jubah yang ia kenakan juga masker yang dikenakannya. Sementara itu, Naruto mencoba mati-matian untuk bisa berdiri dari rasa lelah yang melanda.

Lalu, saat sosok misterius itu mencoba berdiri. Naruto melihatnya dengan tatap netra tak percaya.

Lalu, lalu ….

"Mengejutkan bukan? Diriku?"

"Si-siapa kau sebenarnya?!"

"Aku? Aku adalah dirimu, Uzumaki Naruto yang datang dari masa depanmu. Seorang jinchuuriki Juubi. -"

"- sebuah ketidakmungkinan yang tidak masuk akal bukan? Aku bahkan tak percaya jika ini menjadi sebuah paradox yang menyenangkan. Bermain dengan masa lalu juga menyenangkan"

"Jangan berbohong padaku, keparat!"

"Dasar, kau persis seperti diriku di masaku"

"A-apa?"

"Sekarang cepat berikan rinnegan itu padaku!"

Di sini, di detik ini, di dalam kondisi yang tak memungkinkan ini, Uzumaki Naruto terkejut pada takdir yang menimpa jalan hidupnya.

Di depannya adalah Uzumaki Naruto, dirinya sendiri, dari masa depan, dan mengincar rinnegan yang ia miliki.

Sebenarnya, apa yang telah terjadi?!


.

.

.

.

.

.

.

.

.


. - Final Destination -

Disclaimer © Masashi Kishimoto


.

.

.

.

.


- To Be Continued -


Note : Untuk world building mungkin agak sedikit buruk. Namun yaa … Masalah utamanya masih belum dapat diterka-terka kok. Jadi, masih aman.

Salam. Hana Natsuki di sini. Maafkan segala dosa yang kumiliki.

Oke, kali ini kebetulan pengen buat multi-chapter lagi—dan yeah! Anti-mainstream tentunya! /hahah—. Gak ada yang spesial. Ide juga muncul dari kegabutan yang saya sebut membawa berkah. Terima kasih buat teman-teman di kapal laut yang saya tumpangi, diskusi yang kita lakukan membuat saya berpikir tentang fanfiksi yang satu ini. Serasa, ingin berkata 'ARIGATOU SENPAI-TACHI! KALIAN MAU MEMBIMBING NEWBIE YANG HINA INI' meski agak malu untuk diungkapkan /innocent.

Jangan permasalahkan soal word. Saya gak bisa nulis di angka yang gila sekarang. Seadanya aja asal ceritanya nyambung di otak, itu udah cukup. Well, efek kebiasaan nulis di genre yang beda, mungkin? (Belakangan lagi kepincut ama kapal orang).

Selebihnya, sampai jumpa di chapter selanjutnya. Gak ada yang spesial dari note kali ini. Tapi, ke depannya mungkin agak sedikit membingungkan. Bye Bee~

Tambahan; kalo cuma mau review 'Next' dan 'lanjut' atau spam lainnya, mending gak usah deh. Jadi silent reader aja. Saya tau kalo punya tanggung jawab untuk lanjut, jadi gak usah diingetin /hahah.