HEALING CHAPTER 3

.

.

.

.

.

MEANIE

.

.

.

.

KIM MINGYU X JEON WONWOO

New Cast : Yoon Jeonghan

.

.

.

.

Mingyu menghabiskan waktu paginya setelah berdandan dengan menggedor-gedor kamar Wonwoo.

"Aish.. dia ini tidur apa mati sih?". Mingyu bahkan sudah ratusan kali memencet bel kamar Wonwoo. Dan itu pun tak ada sahutan sejak setengah jam yang lalu.

"Gila saja, makhluk apa yang tak mendengar pencetan bel sampai ratusan kali begini". Mingyu masih gigih untuk melanjutkan aksi –mari bermain bel dikamar seorang Jeon Wonwoo yang cantik- dengan penuh emosi dan nestapa.

Namun keajaiban berkata lain. Perlahan pintu kamar itu terbuka dan menampilkan sesosok namja yang luar biasa berantakan.

Dari rambut sampai pakaian, dan jangan lupakan mata sipit yang memicing karena masih menahan kantuk.

"Siapa?". Itulah kata pertama yang keluar dari bibir Wonwoo.

"Siapa kau bilang? Hyung kau lupa kita ada janji?". Mingyu sudah kepalang kesal. Bisa-bisanya Wonwoo bertanya ini siapa dan bukankah ini sudah lewat dari waktu janjian mereka.

Wonwoo mengucek matanya dengan polos dan sepertinya ia masih mengumpulkan nyawanya. Bahkan ia masih bergelayut manja pada daun pintu kamarnya.

"Hyung bangun, ada gempa!". Mingyu menekan kata gempa sambil mengguncang tubuh kurus Wonwoo.

Tepat! Cara membangunkan Mingyu sukses membuat Wonwoo membuka matanya dan meloncat kepelukan Mingyu.

"Tolong… Tolong aku belum mau mati". Teriakan panik Wonwoo tepat menusuk gendang telinga Mingyu. Wonwoo memeluk Mingyu dengan ketakutan seakan sebentar lagi akan ada tsunami yang menyapu daratan.

Detik berikutnya yang terdengar adalah gelak tawa Mingyu yang sangat menjengkelkan di telinga Wonwoo.

"Ya! Ya! Kau mengerjaiku lagi?". Wonwoo menatap kesal ke arah Mingyu.

"Salah sendiri, kau ini tidur atau mati? Ini sudah pukul berapa?". Mingyu menunjukkan jam tangannya –Wonwoo menduga pasti itu sangat mahal sekali- sambil mengetuk-ngetuknya didepan wajah Wonwoo.

Wajah polos bangun tidur khas Wonwoo langsung mendadak berubah panik kembali.

"Astaga aku lupa". Wonwoo menepuk jidatnya pelan dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

Mingyu hanya bisa mengggelangkan kepalanya meyaksikan kegiatan bangun siang Wonwoo yang penuh dengan huru-hara.

Ntah apa yang dicari Wonwoo, Mingyu hanya bisa melihat dari luar dan mendengar suara barang-barang jatuh setelahnya.

Mingyu berfikir apa Wonwoo akan pergi tanpa mandi?

Sebelum langkak kaki jenjang milik Kim Mingyu memasuki kamar Wonwoo, Wonwoo sudah keluar duluan sambil menenteng handuk dan perlengkapan mandinya.

"Cepat buka kamarmu".

"Hah?". Mingyu bingung.

"Aku mau mandi".

"Memang kau tak punya kamar mandi?".

"Kau lupa kamar mandiku tak bisa digunakan?". Wonwoo sudah kesal. Mingyu lebih kesal lagi. Tentu ini akan memakan waktu lama jika Wonwoo mandi dikamar mandinya seperti semalam.

"Hyung, hutangmu bertambah!". Mingyu lantas berbalik ke kemarnya dan membuka pintu kamarnya.

"Urusan nanti, aku mau mandi dulu". Wonwoo langsung berhambur masuk ke kamar Mingyu dan mandi dengan santai selama tiga puluh menit persis seperti dugaan Mingyu.

.

.

.

.

.

HEALING

.

.

.

.

Jika bisa dilihat mungkin saat ini kepala Mingyu sudah keluar asap, bagaimana tidak Wonwoo menghabiskan tiga puluh menit untuk membersihkan diri dan tiga puluh menit setelahnya untuk mempercantik diri, begitulah yang Mingyu sebut.

Mempercantik diri ala Wonwoo adalah berlari kesana kemari mencocokkan pakaian mana yang sesuai jika dirasa tak "cantik" (katakan didalam hati saja atau Mingyu akan dilempar koper oleh Wonwoo) maka Wonwoo akan membongkar kopernya lagi dan begitu terus sampai tiga puluh menit.

Mingyu yang tak sengaja terseret kedalam kamar Wonwoo pun mendadak merasa sangat pening. Wonwoo terlihat seperti bianglala, berputar pelan lalu lama-lama panik sendiri dan Mingyu berakhir dengan tiduran santai diatas kasur kamar Wonwoo.

"Kau sudah selesai?". Mingyu mendudukkan diri sembari merapikan rambutnya.

"Aku harus pakai baju yang mana? Kurasa ini terlalu biasa saja". Wonwoo mematut diri didepan cermin dengan kaos pink dan celana jeans biru laut selutut.

Oke ini bahaya, batin Mingyu.

Tubuh kurus Wonwoo yang aduhai (Menurut Mingyu setelah dilakukan pengamatan kurang dari 24 jam) dengan balutan kaos pink sangatlah emmm imut ditambah lagi kulit Wonwoo putih mulus bak putri kerajaan, Mingyu jadi meragukan jika Wonwoo ini seorang guru yang serius dikelas. Sepertinya Wonwoo ada bakat menjadi model. Dan mari kita lihat celana pendek selutut yang digunakan Wonwoo, apakah benar itu kaki seorang namja? Mengapa mulus sekali? Mingyu sepertinya sudah memasuki tahap menggilai Wonwoo yang cukup akut. Oke ini baru awal. Mingyu tak yakin jika setelah ini dia akan biasa saja ke Wonwoo.

"Emmm….". Mingyu berdiri dari posisinya yang nyaman di kasur Wonwoo dan mendekati Wonwoo. Berdiri persis di belakang Wonwoo, matanya memperhatikan penampilan Wonwoo lewat cermin di hadapannya.

"Katakan…. Ini biasa bukan?". Tanya Wonwoo. Wonwoo menatap Mingyu melalui cermin dihadapannya juga.

"Hyung kau ini benar lebih tua dariku? Kau sungguh imut". Mingyu tersenyum melihat penampilan Wonwoo.

"Ya! Itu pujian atau menggodaku?". Wonwoo berbalik badan dan memukul pelan dada Mingyu.

Mingyu menghindar sambil memegangi dadanya.

"Ini seriusan, kau model? Atau guru gadungan? Serius ini cocok denganmu?".

"Jadi aku memakai ini saja?". Wonwoo memandang ragu ke arah Mingyu.

"Tentu". Mingyu mengeluarkan jempolnya dan mengangguk mantap.

"Aish… kau memilih cepatnya kan?". Wonwoo Mendengus sebal.

Wonwoo mendekati kembali kopernya yang sudah terbongkar. Memilah-milah pakaian miliknya yang cenderung berwarna cerah. Wonwoo sepertinya mengambil tema summer sewaktu mengemas pakaiannya. Lihat saja ia bahkan hanya membawa dua celana panjang dan sisanya celana pendek yang cocok sekali di pakai di pantai, beberapa kemeja bernuansa summer (kemaja bermotif yang sungguh motifnya sangat bukan style Mingyu sekali, pikir Mingyu) dan kaos berwarna pastel yang errrr cukup imut jika pakai seorang namja.

"Hyung, jangan bilang kau akan mengganti pakaianmu lagi? Kita sudah telat". Mingyu menggaruk kasar kepalanya. Dan mulai ia tak sabar dengan apa yang diributkan Wonwoo.

Sungguh Wonwoo lebih merepotkan dari pada perempuan yang akan berkencan.

"Oh tidak, aku hanya merapikan koper saja". Ujar Wonwoo santai. Tak melihat bahwa Mingyu sudah menunggunya sejam dan benar-benar kehabisan kesabaran.

Ingin rasanya Mingyu melempar Wonwoo ke atas kasur dan memperkosanya. Namun hal itu tentu saja tak Mingyu lakukan atau koper itu benar-benar melayang ke kepala Mingyu.

.

.

.

.

.

.

HEALING

.

.

.

.

.

Sungguh, ini adalah pertama kali dalam hidup Wonwoo berada di tempat ini. Baiklah inilah Omnia Dayclub yang dikatakan Mingyu.

Mingyu tak membual soal ini. Tempat ini sungguh sangat sangat indah.

Bayangkan saja sebuah bar berada persis di ujung tebing dengan pemandangan hamparan luas Samudra Hindia. Wonwoo dengar bar itu icon dengan sebuah cube besar yang terdapat ditengah-tengah bar dan Wonwoo dengar sekali lagi bahwa itu adalah kotak crystal raksasa yang menjadi elemen khas dari Omnia Dayclub. Dibawahnya terdapat kolam renang dan disekiratr bar itu terdapat daybed untuk menikmati sinar matahari yang hangat. Di beberapa sudut terdapat tenda-tenda VIP yang bisa disewa jika ingin merasakan susasana tenang saat menikmati lautan luas sekaligus berparty ria tanpa terganggu oleh aktifitas orang-orang disekitar bar. Pemandangan tepi pantai dengan hamparan pasir putih bisa di nikmati diatas bar itu. Serius ini sangat bagus. Bagi seorang penghobi fotografi pasti tempat ini menjadi spot favorit. Belum lagi jika ditambah model cantik dan seksi seperti yang sedang Wonwoo lihat saat ini. Puluhan fotografer sedang memotret satu objek model yang sangat seksi dan meliuk dengan bikini one piece dan slendang yang berkibar-kibar dipermainkan angin laut. Rambutnya bermain nakal di wajahnya yang bagaikan malaikat.

Jadi ini yang sedang di potret Mingyu?, pikir Wonwoo

Wonwoo berdiri tak jauh dari spot foto yang sedang di kerumuni oleh banyak fotografer termasuk Mingyu.

Karena menunggu amat membosankan untuk Wonwoo maka ia memutuskan untuk berjalan ke lounge sambil memesan tropical drink.

Wonwoo menempati sebuah sofa santai dibawah sebuah tenda sambil menikmati pemandangan di luar. Beberapa turis mancanegara menikmati summer mereka dengan berenang di kolam renang dan beberapa ada yang berjemur sambil menikmati indahnya lautan luas. Music dari DJ Booth terdengar menghentak, tak sedikit para turis berjoget ria menikmati musiknya sambil memegang gelas minuman yang tentu saja itu beralkohol, minuman yang tak bisa Wonwoo minum.

Bukannya sok polos atau bagaimana, Wonwoo tak terlalu tahan minum minuman beralkohol, dan ia akan cepat mabuk. Sejenak Wonwoo penasaran dengan toleransi alkohol Mingyu namun niat untuk penasarannya terhenti setelah manik matanya menangkap siluet Mingyu yang saat ini tengah mengobrol santai dengan model seksi yang dilihat Wonwoo tadi.

Wonwoo menyipitkan mata, matanya menatap penuh selidik. Mingyu terlihat akrab sekali dengan model itu sambil sesekali tangan mingyu menyibakkan rambut si model yang menutupi wajahnya lantaran tersapu oleh angin nakal.

Ada rasa sedikit tak suka sekaligus kesal. Wonwoo tak tahu mengapa. Ntah kesal karena kedekatan mereka atau kesal karena Mingyu menyukai wanita, ntah yang mana Wonwoo tak bisa memilih.

Wonwoo berdiri dari posisi duduknya yang anggun dan berjalan mendekati Mingyu sambil membawa serta tropical drinknya. Mungkin bisa Wonwoo tuang ke kepala si Model jika ia terlalu genit pada Mingyu, pikir Wonwoo.

Wonwoo berjalan perlahan kearah Mingyu. Mingyu menoleh pelan saat dirasa ada seseorang yang mendekatinya.

"Ahh, hyung kemarilah". Mingyu menarik pelan tangan Wonwoo supaya lebih dekat dengannya.

Wonwoo menatap datar pada model cantik dihadapannya. Wonwoo menatap dari atas hingga bawah. Cantik memang namun ntah mengapa Wowoo berani berdeklarasi jika sang model itu adalah saingannya. Yah, ini terlalu berlebihan, toh Wonwoo siapanya Mingyu juga kan? Mengapa harus secemburu ini? Maka saat ini Wonwoo mengeluarkan senyum paling ramah yang ia bisa.

"Ahhh, kau sedang apa Mingyu-ya? Kalian terlihat sedang mengobrol asik sepertinya". Sebisa mungkin Wonwoo sangat ramah seperti seorang sales kompor.

"Aku lupa mengenalkanmu, Ini Yoon Jeonghan, hyung ini Jeon Wonwoo yang ku ceritakan tadi". Mingyu menarik Wonwoo semakin mendekat ke arahnya.

Wonwoo merasa sedikit berbunga, ahh ternyata mereka sedang mengobrolkan dirinya, its oke ini menarik. Lalu apa tadi? Mingyu memanggil si model ini apa? Hyung? Tunggu, hyung? Bukankah itu panggilan untuk pria ke pria yang lebih tua?

What the? Wonwoo manatap tak percaya dan terbengong.

"Hyung hentikan ekspresimu itu dan memang Jeonghan hyung ini namja". Mingyu melambaikan tangannya didepan wajah Wonwoo yang tengah terbengong. Apa pikirannya semudah itu terbaca oleh Mingyu?, pikir Wonwoo.

Si Model cantik itu, (sebentar bukan maksud Wonwoo tak sopan, dan sepertinya Wonwoo lupa jika dirinya juga cantik) si hyung cantik bernama Jeonghan itu terkikik.

"Kau orang sekian yang terkejut, hai aku Yoon Jeonghan, kebetulan aku sedang menjadi Drag Queen hari ini". Wonwoo menggaruk kepalanya dan menyembunyikan wajah malunya. Bukan bermaksud tak sopan tapi sungguh, jika kau terkejut kau tak akan bisa menyembunyikan ekspresimu, persis seperti yang Wonwoo rasakan.

Wonwoo menoleh kearah Mingyu secara spontan.

"Drag Queen?". Wonwoo bertanya sambil disertai tatapan bingung.

"Kau tak tahu Wonwoo-ya? Drag queen sebutan untuk pria yang menggunakan pakaian Wanita dan berdandan seperti wanita untuk keperluan show, pemotretan dan sederetnya. Sepertiku sekarang". Jeonghan lngsung menjawab dan menjelaskan dengan lembut. Wonwoo meoleh kearah Jeonghan dan mengangguk kikuk, disertai senyum canggung yang keluar dengan sendirinya. Wonwoo baru mengetahui ada dunia seperti ini.

"Baiklah Mingyu-ya, nanti malam oke? Harus datang dan ajak juga kekasih manismu". Jeonghan berlalu setelah mengedipkan mata dengan genit kearah Mingyu dan mencolek pipi Wonwoo setelahnya.

Wonwoo terbengong sambil mengusap pipinya. Apa-apaaan orang itu memegang pipi mulusnya, pikir Wonwoo.

"Tentu saja, sampai nanti hyung". Mingyu melambai tangan dan menatap Wonwoo yang tak paham apapun.

"Kalian ada janji nanti malam? Kenapa juga ia mencolek pipiku. Aishhh…". Wonwoo meminum pelan minumannya yang hampir saja ia siramkan ke namja cantik tadi.

"Hanya undangan kecil, ayo kesana". Mingyu menggenggam tangan Wonwoo dan berjalan ke salah satu tenda yang kosong.

"Kekasih?". Wonwoo bertanya lirih, namun cukup bisa didengar Mingyu. Mingyu hanya tersenyum menanggapinya.

Wonwoo dan Mingyu mendudukan diri di sofa mini yang terdapat di tenda itu. Tak terlalu ramai dan Wonwoo sedikit nyaman dengan tempat itu.

"Mingyu, boleh aku bertanya". Wonwoo meetakkan gelas yang ia pegang sejak tadi di meja sampingnya.

"Katakan". Mingyu menyalakan kameranya dan mengecek hasil fotonya tadi.

"Emm… itu tadi pekerjaanmu?". Wonwoo bertanya dengan ragu.

"Iya, Mengapa?". Mingyu mengalihkan pandangannya kearah Wonwoo.

"Memotret orang errr….". Wonwoo menirukan gesture Jeonghan tadi.

Mingyu tertawa melihat Wonwoo yang menirukan pose seksi jeoghan dengan kaku.

"Hyung kau lucu sekali, haha… maksudmu seksi?". Mingyu terbahak.

Wonwoo menarik sedotan di gelasnya dan melemparnya kerah Mingyu dan sekaligus mengirimkan tatapan sebalnya ke Mingyu.

"Oke oke hyung aku berhenti. Tadi aku hanya mengantikan temanku saja". Mingyu mengelap tangannya yang basah terkena lemparan sedotan. Dan tentu saja menghentikan tawanya.

"Jadi temanku seorang footgrafer juga dari majalah fashion dan life style, jadwal pemoretannya terbenturan dengan jadwalnya yang ada di Ubud, jadilah aku menggantikannya disini. Kurasa nanti malam kita bertemu. Kau harus ikut hyung, kau masih berhutang padaku". Mingyu melanjutkan dan ditambah dengan penekanan pada kata hutang.

Wonwoo memutar bola matanya. Nafsu berliburnya jadi berkurang jika teringat kata hutang.

Wonwoo menatap hambaran lautan dan berusaha mengacuhkan Mingyu.

Lautan berwarna biru itu membuat Wonwoo sedikit rileks.

Ntah mengapa ia jauh lebih sendu jika menatap lautan, ada perasaan tenang dan damai. Namun suasana sekitar kurang mendukung. Dipikiran Wonwoo akan lebih asik lagi jika menikmatinya sambil duduk di pasir putih. Tentu saja ditempat yang sepi dari hiruk pikuk pengunjung dan music-musik DJ yang menghentak-hentak. Sungguh itu bukan suasana syahdu.

Namun tempat ini cukuplah untuk Wonwoo dihari ini, mungkin ia bisa mengunjungi pantai lain di lain waktu, Toh ini baru hari pertama ia di Bali. Masih banyak waktunya untuk bisa mampir di pantai-pantai yang lebih eksotik, begitulah pikir Wonwoo.

Wonwoo masih memandang lautan dihadapannya dengan memijat pelan jemarinya. Sejujurnya Wonwoo membutuhkan suasana tenang untuk menyendiri, itulah tujuan asli Wonwoo ke Bali. Wonwoo ingin jalan-jalan sendiri tanpa arah dan tanpa ada yang mengikutinya atau mengagganggunya. Namun sepertinya gagal. Karena ada anak ayam (sebutan baru untuk Mingyu) yang memaksanya membayar hutang dengan menemaninya kemanapun anak ayam itu mau.

Ntah mengapa Wonwoo merasa tak keberatan. Wonwoo senang-senang saja namun itu justru membuatnya membatalkan niat untuk menyendiri. Banyak hal yang ingin Wonwoo pikirkan. Namun ia enggan untuk memikirkan saat dirinya bersama namja menawan disampingnya ini.

"Hyung, kau melamun". Mingyu mendekatkan wajahnya pada wajah Wonwoo. Sontak Wonwoo kaget dan memundurkan badannya.

"Ah.. aku menikmati pantai". Wonwoo berhasil kembali ke bumi.

Mingyu tersenyum dan kembali menatap kameranya, tanpa Wonwoo sadari sedari tadi Mingyu mengambil foto Wonwoo dengan diam-diam.

"Mingyu, kau tahu pantai yang indah dimana?". Tanya Wonwoo tiba-tiba.

Mingyu mengalihkan pandangannya dari foto Wonwoo yang menawan kearah objek aslinya.

"Semua pantai di Bali indah, kurasa". Mingyu menerawang. Mengingat-ingat mana yang bagus.

"Aish.. tunjukkan satu nama dan aku ingin kesana". Wonwoo menarik-narik lengan Mingyu seperti anak kecil.

"Hyung hentikan bajuku bisa melar". Mingyu membenarkan kemejanya yang ditarik-tarik oleh Wonwoo. Pelakunya hanya menyengir tak berdosa.

"Kau ingin bermain di pantai?". Tanya Mingyu. Wonwoo mengangguk penuh semangat.

"Sekarang?". Tanya Mingyu lagi, memastikan saja. Siapa tahu Wonwoo inginnya tiga hari lagi. Dari hasil pengamatan Mingyu, Wonwoo terkadang sedikit abstrak.

"Sekarang mingyu-ya, kau kira tahun depan?". Oke fix ini memang abstrak karena tiba-tiba Wonwoo ingin ke pantai yang bagus menurut versi Mingyu.

Mingyu menatap jam tangannya. Sembari memperkirakan waktu sampai. Wonwoo menatap Mingyu sejenak.

"Apa tak mungkin kesana sekarang?". Tanya Wonwoo khawatir. Wonwoo berfikir apa pantai itu ada di ujung pulau Bali dan memerlukan waktu berjam-jam untuk kesana?.

"Tentu saja mungkin, pekerjaanku juga sudah selesai. Kurasa memakan waktu tiga puluh menit kesana jika tak macet". Mingyu mengemasi kamera dan barang bawaannya.

Wonwoo mengangguk dan menatap kembali kearah pantai.

.

.

.

.

HEALING

.

.

.

.

Bagi Wonwoo perjalanan healing adalah pada saat ia menuju tempat yang ingin ia tuju, sepanjang perjalanan Wonwoo menatap jalanan dengan bersandar di jendela mobil dan memikirkan banyak hal. Wonwoo tak terlalu suka diajak bicara selama perjalanan, Wonwoo lebih banyak diam sambil melihat apapun yang dapat matanya tangkap. Benar kata orang, Bali tak ada yang jelek. Di sudut manapun selalu menarik. Wonwoo menghabiskan perjalanannya menuju pantai yang akan Mingyu tunjukan dalam diam. Mingyu pun tak berani untuk memulai percakapan. Jadilah didalam mobil yang dikendarai Mingyu sangatlah hening, hanya terdengar samar-samar musik dari radio mobil.

Mingyu memandang wajah sendu Wonwoo. Pemandangan ini berbanding terbalik dengan Wonwoo yang ia lihat sebelumnya. Mingyu merasa Wonwoo banyak menyimpan misteri. Wonwoo yang menjadi diam, Wonwo yang seperti sedang memikirkan sesuatu yang rumit dan Wonwoo yang menjadi dingin di sebelahnya. Wonwoo bahkan tak bertanya Mingyu akan membawanya kemana dan ke pantai apa. Ia hanya ikut dalam diam tanpa menghiraukan gaya menyetir Mingyu yang sedikit ugal-ugalan. Wonwoo sepertinya terlalu larut dalam lamunannya hingga ia tak sadar jika tujuannya sudah sampai sejak lima menit yang lalu.

Mingyu mengguncang pelan lengan Wonwoo "Hyung?".

Wonwoo berkedip dan menatap Mingyu.

"Ne?"

"Kita sudah sampai.". Mingyu menatap Wonwoo yang sejenak kehilangan fokusnya.

"Ahh.. ini?". Wonwoo turun dari mobil dan memandang sekeliling,. Cukup ramai dan bisa Wonwoo lihat jika posisi pantai itu dikelilingi tebing tinggi. Dan yang Wonwoo tangkap dari tebing itu adalah tulisan "Pantai Pandawa" yang sangat besar di atas tebingnya.

"Pantai Pandawa?". Wonwoo menoleh pada Mingyu yang turun dari mobil dan berjalan mendekati Wonwoo.

"Yeah kurasa ini pantai yang bagus dan tak terlalu jauh, kajja". Mingyu tersenyum dan menggenggam tangan Wonwoo.

Wonwoo tersenyum tipis dan menatap tangannya yang digenggam Mingyu.

Pantai Pandawa cukup ramai, banyak turis mancanegara yang berdatangan. Banyak pula diantara mereka yang membawa papan selancar. Wonwoo sesungguhnya sedikit merasa aneh namun ia diam dan mengikuti kemana Mingyu menariknya.

Saat mamasuki area pantainya bisa Wonwoo lihat hamparan pasir putih dan lautan birunya.

Mingyu menoleh kearah Wonwoo. Dan tersenyum ke Wonwoo.

"Ingin melepas sepatu? Kurasa lebih menyenangkan jika berjalan dipasir dengan kaki telanjang".

Wonwoo mengangguk dan melepaskan kaitan tangan mereka. Wonwoo melepas sepatunya dan berjalan menikmati lembutnya pasir pantai.

Mingyu pun sama ia sedikit menendang-nendang pasirnya, tangannya sebelah ia gunakan membawa sepatunya dan sebelah lagi untuk menggengam tangan namja imut nan dingin disampingnya.

"Kau pernah kemari sebelumnya?". Tanya Wonwoo.

Wonwoo berjalan mengikuti ntah kemana Mingyu membawanya.

Mingyu menoleh, "Baru dua kali, itu pun secara tak sengaja karena ada pemotretan".

Wonwoo mengangguk mengerti, pantas saja Mingyu terlihat hafal jalan menuju pantai itu. Dengan mobil sewaan yang disewa Mingyu mereka bisa sampai tempat itu tanpa bertanya pada GPS atau drama tersesat.

Mingyu berhenti di pantai yang agak tersembunyi di balik tebing menjorok. Ada bebatuan menjorok ke pantai dan Mingyu mengajak Wonwoo kesana. Tempat itu cukup sepi. Mungkin karena orang malas berada ditempat itu. Memang tempat yang dipilih Mingyu sangat teduh dan kebanyakan wisatawan justru berjemur atau bermain ditengah pantai supaya terkena matahari.

Wonwoo dan Mingyu duduk di pasir yang empuk dan menatap lautan biru. Wonwoo memainkan pasir di kakinya sambil menatap kearah lautan dan tersenyum tipis saat melihat seorang wisatawan asing tengah bermain selancar.

"Hyung?". Mingyu membuyarkan lamunan Wonwoo yang hampir dimulai.

"Ne?". Wonwoo menoleh. Mingyu menggelengkan kepalanya.

"Aish jangan menggangguku, aku sedang menikmati pantainya". Wonwoo cemberut,

Mingyu tertawa kecil melihat bibir Wonwoo yang sedikit maju saat ia sebal. Mingyu menyukai ekspresi itu dari pada melihat Wonwoo saat di mobil tadi. Ingin Mingyu bertanya apa yang tengah Wonwoo pikirkan namun Mingyu belum ingin mencampuri urusan Wonwoo terlalu jauh. Pertama karena mereka baru mengenal, kedua Mingyu tak yakin ia akan mendapatkan jawabannya, Mingyu mulai menebak jika Wonwoo sebetulnya sedikit Introvert.

Tanpa mereka sadari ombak laut berlari hampir mengenai kaki mereka. Wonwoo membiarkan air laut itu mengenai ujung kakinya.

Rasa rileks menghinggapinya saat angin laut berhembus mengenai wajahnya dan memainkan poninya.

Inilah yang Wonwoo inginkan. Duduk berdiam diri memikirkan banyak hal sambil menatap lautan.

Perjalanan healing yang sangat Wonwoo inginkan akhir-akhir ini. Pikirannya sedang kalut. Mungkin melarikan diri sejenak membuat otaknya mampu berfikir.

Acara melamun Wonwoo terhenti saat ia merasakan kakinya terpendam pasir.

"Ya! Apa yang kau lakukan". Wonwoo melihat kakinya terpenjam pasir dan ia baru menyadarinya.

"Memendam kakimu". Jawab Mingyu polos dan masih dengan kegiatannya menambah pasir agar kaki Wonwoo semakin terpendam.

"Ya!". Wonwoo membongkar kembali pasir yang memendam kakinya dan melempar sedikit pasir ke Mingyu.

"Ya! Ini bisa kotor. Awas kau Hyung". Setelah melempar pasir Wonwoo berlari ke pantai dan otomatis Mingyu mengejarnya.

"Tangkap aku kalau bisa anak ayam". Wonwoo memeletkan lidahnya

"Dasar kucing liar, awas kau". Mingyu mengejar Wonwoo sampai ke tengah pantai.

Berakhirlah mereka bermain air di pantai. Wonwoo tertawa terbahak saat ia menyipratkan air ke Mingyu. Mingyu tak mau kalah ia menghujani cipratan air laut ke Wonwoo.

"Ya! Kau curang!". Wonwoo mengomel dan balas mencipratkan air dengan brutal kearah Mingyu setelah itu Wonwoo berlari kabur.

"Hyung aku serius jika berhasil menangkapmu akan ku gigit telingamu".

"Coba saja kalau bisa". Wonwoo mengeluarkan smirk nakalnya dan berlari menjauh.

Mungkin Wonwoo lupa jika Mingyu yang kokoh itu memiliki kaki panjang yang dua kali langkahnya dari Wonwoo.

Mingyu dengan mudah menangkap pinggang Wonwoo dan mengangkatnya.

"Kena kau hyung". Wonwoo sedikit terlempar ke pantai dan ditindih oleh Mingyu.

Oh, Mingyu tak main-main ia sungguhan menggigit telinga Wonwoo yang berasa asin karena air laut.

"Akh… oke oke kau menang Mingyu-ya.. aish lepaskan.". Wonwoo mendorong-dorong wajah Mingyu namun Mingyu tetap menggigitnya dan selanjutnya mengulum telinga Wonwoo.

Wonwoo sedikit terkejut dan secara reflek memeluk tubuh basah Mingyu diatasnya.

Mingyu memejamkan matanya sambil menghisap telinga kanan Wonwoo. Menghisap seperti seorang bayi yang menghisap air susu ibunya.

Wonwoo memejamkan matanya, ada sensasi geli yang menjalar disekujur tubuhnya saat lidah basah Mingyu menghisap dan menjilat telinganya. Sensasi mengasikkan yang membuai Wonwoo.

Rasanya sedikit malu mengucapkannya namun Wonwoo tak munafik jika apa yang Mingyu lakukan kepadanya sedikit membuatnya bernafsu. Oke logika saja mereka berdua laki-laki normal. Oke normal dalam artian meraka peka terhadap rangsangan, normal bukan.

Lidah Mingyu menari-nari secara lembut dan pelan di daun telinga Wonwoo, lidah tumpul itu masuk kedalam lubang telinga Wonwoo dan menghisap kembali telinga Wonwoo. Mingyu mengulumnya cukup lama dan kembali menggigitnya pelan dan menjilatnya seperti diawal tadi.

Mingyu membuka matanya ia masih waras untuk tak melanjutkan aksinya. Ini adalah tempat umum tak mungkin ia bertindak lebih terhadap Wonwoo.

Mingyu melepaskan hisapannya dan menepuk pelan pipi Wonwoo. Wonwoo membuka matanya dan sedikit mendorong Mingyu menjauh. Wonwoo duduk ditengah air laut yang lewatinya, mengusap wajahnya yang basah dan menyembunyikan semburat merah di pipinya.

Mingyu lebih bodoh lagi, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal dan duduk dihadapan Wonwoo tanpa kata. Ia merasa ini hal konyol yang ia lakukan di awal perkenalan.

Wonwoo berdiri dari duduknya dan berjalan kembali ke tepi pantai.

Mingyu menaikkan bahunya dan berusaha melupakan kejadian barusan.

"Aku menang, traktir aku hyung". Mingyu mencairkan suasana.

Wonwoo memeras kaosnya yang basah ditepi pantai, dan menoleh kearah mingyu.

"Tidak, makanmu banyak". Wonwoo menggelengkan kepalanya. Ia sebetulnya masih malu untuk menatap Mingyu.

Bagaimana tak malu jika kedapatan menikmati sentuhan intim ah ini lebih dari sentuhan, ini adalah hisapan intim dari pria yang barusan saja ia kenal.

Jangan sebut Mingyu jika tidak dapat mengembalikan keadaan seperti semua, Mingyu mulai bertindak kenakan seperti malam pertama ia berjumpa di hotel. Jika dulu yang ditarik Mingyu adalah koper Wonwoo maka saat ini yang ditariknya adalah tali sabuk Wonwoo yang menjutai, Mingyu dengan kekanakannya menarik-narik sabuk Wonwoo seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan.

"Ayolah hyung, traktir sekali saja. Aku ingin nasi campur di depan hotel kita". Mingyu menggoyang-goyangkan tali sabuk Wonwoo dengan brutal.

Wonwoo saja hampir terjungkal kedepan dan berusaha melepaskan tangan Mingyu.

"Nasi Campur?". Wonwoo baru mendengarnya. Kata asing apalagi itu?, Pikir Wonwoo.

"Itu adalah nama makanan, masakan Indonesia banyak dijual di Bali dengan berbagai lauk dan sungguh hyung itu enak sekali, murah pula, kau tak akan keberatan jika aku minta tiga porsi". Ucap Mingyu sambil menaikkan alisnya dengan jenaka.

Wonwoo mendadak mual melihat Mingyu menaikkan alisnya dengan konyol, seperti om-om mesum malahan.

"Astaga, baiklah-baiklah lepaskan dulu, kau menariknya terlalu kencang". Wonwoo benar-benar kewalahan menahan tarikan Mingyu. Masalahnya jika Mingyu menarik tali sabuknya otomatis Wonwoo akan menempel pada Mingyu dan itu berbahaya.

Ya bisa kau bayangkan apa bahayanya jika terlalu dekat dengan Mingyu. Wonwoo hanya takut diperkosa saja. Ahhh seperti biasa Wonwoo berpikiran tak masuk akal.

Mingyu melepaskan tarikannya dan tersenyum super manis seperti anak kecil yang berhasil mendapatkan mainannya.

Wonwoo memutar bola matanya, bisa-bisanya ia tertarik pada namja dihadapannya itu. Jika ada maunya pasti akan mengeluarkan tingkah konyolnya, namun jika seperti tadi akan sangat…. Ahh sudahlah Wonwoo tak kuasa menyebutnya. Mingyu akan terlihat berbeda jika seperti tadi.

Wonwoo menepuk pipinya pelan, menyadarkan dirinya yang terlalu berfikiran kemana-mana. Yang tidak Wonwoo tahu, Mingyu bahkan sudah berfikiran kemana-mana melebihi Wonwoo.

.

.

.

.

Bersambung

NB :

Halo semuanya, aku datang kembali. Aku merasa jalan ceritanya sedikit lambat. Maafkan aku reader, aku hanya ingin membuat cerita ini tak selesai dengan cepat.

Oh iya, akan ada tambahan pemain disetiap chapter yang aku upload, supaya tak datar. Heheh…

Maaf rate M nya kurang nendang ya? Kkk.. maklum baru awal. Konyol kalau langsung ngajak ngamar. Kkkkk…

Sampai jumpa di chater selanjutnya.

Love u all.