Disclaimer@Masashi Kishimoto

don't like don't read

Malam itu keduanya telah sampai di apartemen. Meskipun harus berhenti dulu di toko bunga milik Ino untuk mengambil belanjaan milik Sakura. Gadis itu dapat bernafas lega, karena kedua orang bawahan pamannya tersebut sudah tidak ada disana.

"Jadi, bagaimana?" tanya Sasuke yang sekarang tengah duduk di hadapan Sakura.

Gadis itu membelakangi jendela apartemen dan menatap Sasuke. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada pemuda di hadapannya tersebut.

"A... ano... " Sakura menundukkan kepalanya dengan mencuri-curi pandang pada Sasuke.

~flashback~

Hari itu adalah hari dimana seminggu setelah orang tua Sakura meninggal. Ia terdiam di kamarnya yang kini rumahnya tersebut dirawat oleh pamannya sendiri.

Ia tidak ingin keluar dari sana. Karena satu alasan yaitu ia sangat ingin menghindari pamannya. Asuma memang bersikap baik kepada nya saat orang tuanya meninggal. Namun, semakin lama Asuma semakin merasa berkuasa di rumah itu.

"Sakura, keluarlah! Paman ingin berbicara denganmu" seru Asuma yang sudah ada di depan pintu kamar Sakura.

Gadis itu memeluk kedua lututnya di atas kasur. Ia sangat takut. Ia ingin pergi dari rumahnya tersebut. Namun, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk dapat kabur dari sana.

Tidak beberapa lama, Sakura memberanikan diri untuk berdiri. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.

Krieet...!

Sakura hanya membuka sedikit pintu kamar nya dan menatap pamannya tersebut.

"Ada apa? Aku sedang ingin sendiri, paman" ucap Sakura dengan dinginnya.

"Keluarlah sebentar saja... " ucap Asuma yang memasang wajah malaikat.

"Baiklah" Sakura akhirnya keluar dari kamarnya dan menemui pamannya itu.

Grep!

Tiba-tiba saja Asuma menarik tangan Sakura dengan paksa dan menyeret gadis itu menelusuri lorong di rumah tersebut. Pria itu tidak berbicara sedikitpun meski Sakura mencoba berontak.

"Lepaskan aku! Kau mau membawaku kemana?!" Gadis itu terus mencoba melepaskan dirinya.

"Diam! Ikuti saja aku!" seru Asuma yang membuat Sakura terdiam.

Rupanya gadis itu dibawa ke sebuah ruangan serupa kamar namun tidak benda apapun didalamnya. Hanya terlihat beberapa paku yang sudah menancap di dinding.

"Lepaskan aku!" seru Sakura.

Rupanya kedua tangan gadis itu diikat ke Paku-paku tersebut. Sakura sudah seperti orang yang akan disiksa.

"Diam! Gadis bodoh! "

Asuma melepas ikat pinggang nya dan mulai membuat Sakura takut dengan semua itu.

Plak!

Ya, Asuma memukul kaki gadis itu dengan ikat pinggang nya. Sakura sendiri hanya bisa meringis kesakitan.

.

.

.

Beberapa hari berlalu. Pagi itu ada salah satu bawahan Asuma yang memasuki ruangan dimana Sakura di siksa. Gadis itu masih tetap di ikat disana.

"Waktunya untukmu makan, Sakura" salah satu bawahan Asuma itu memiliki rambut hitam klimis. Dia mendekati Sakura dan membuka ikatan talinya.

"Te-terima kasih, Sai-san" ucap gadis itu dengan lemas nya.

Sakura langsung terduduk dan menerima makanan dari Sai, bawahan Asuma itu. Gadis itu terkejut saat Sai menyentuh kepala pinknya itu. Dia mendongak dan melihat Sai tengah tersenyum padanya dengan wajahnya pucat nya itu.

"Sakura, kau pasti sangat sulit menjalani semua ini" ucap Sai yang membuat Sakura mengeluarkannya air matanya meskipun sedang makan.

"Jika kau mau, larilah dari sini dan jangan kembali lagi. Karena Asuma-sama sangat kejam dalam menyiksa seseorang" bisik Sai di telinga gadis itu.

Sakura terdiam beberapa saat dan kembali dengan acara makannya. Ia mengucapkan terimakasih saat sudah selesai dengan makanannya.

"Ba-bagaimana aku bisa keluar dari sini, Sai-san?" tanya Sakura dengan terbata.

"Saat aku keluar dari sini, aku tidak akan mengunci pintunya. Saat itulah kau harus lari. Kau pasti mengetahui betul rumah ini, jadi kau pasti bisa keluar dari sini" Sai menepuk pelan rambut merah muda milik Sakura.

Sakura menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Pemuda itu mengambil bekas makan Sakura dan beranjak pergi.

"Terima_" baru saja gadis itu akan mengatakan rasa terimakasih nya, namun Sai memberi tanda agar ia diam.

Sai keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Sakura. Setelah itu, Sakura mencoba berdiri dan mendekati pintu. Ia mendengarkan setiap langkah yang ada di depan pintu. Karena ia tahu pamannya memiliki banyak bawahan yang benar-benar harus menjaganya agar ia tidak kabur.

Sakura membuka sedikit pintu itu dan melihat dari celah yang terbuka. Tidak ada orang sama sekali disana. Ia mulai keluar dari ruangan tempatnya disiksa itu dan melewati lorong dengan mencoba agar tidak menimbulkan suara.

Rumah dengan suasana Jepang itu membuat Sakura harus melewati beberapa lorong untuk menuju taman belakang. Karena ia tahu dengan jelas, rumahnya itu mempunyai jalan di dekat taman belakang. Ia menyelinap dengan sangat hati-hati.

Sakura terus berjalan dengan hati-hati. Saat itu pamannya memang sedang keluar. Jadi, penjaga di rumah pun hanya sedikit dengan penjagaan yang tidak cukup ketat.

Saat Sakura mencapai halaman belakang rumah. Ia melihat kamera CCTV di atas pintu dan juga mendengar suara mobil yang memasuki halaman depan rumah. Itu berarti pamannya sudah datang.

'Gawat, aku harus cepat pergi dari sini' ucapnya dalam pikiran nya. Sakura pun langsung berlari tanpa peduli pada kamera CCTV tersebut.

Ia mendapati pintu di halaman belakang tidak terkunci, mungkin ayahnya semasa belum kecelakaan lupa untuk menguncinya. Ia pun segera keluar dari sana. Pintu itu mengarah ke jalanan yang ada di belakang rumah. Memang jalan kecil tapi muat untuk sepeda motor.

Sakura dapat mendengar keributan di dalam rumahnya tersebut. Ya, ia pasti ketahuan kabur dari sana. Dia tidak peduli dan terus berlari tanpa tahu arah tujuan nya.

Hari sudah malam saat ia berhasil menjauh dari rumahnya. Ia beristirahat di depan toko-toko yang sudah tutup.

~flashback off~

"Begitulah a_"

Bang!

Prangg!!

Sebuah peluru dari tembakan di belakang apartemen kecil Sasuke berhasil memecahkan pintu jendela itu dan mengenai sedikit lengan Sakura. Namun, Sasuke berhasil menghindari peluru yang sekarang sudah menghancurkan meja kecilnya. Sadar akan hal yang terjadi itu, Sasuke langsung menutup tirai jendelanya dan mematikan lampu di apartemennya tersebut.

"Sakura, aku akan hentikan pendaratannya"

Pemuda itu mengambil kain pembalut luka di laci meja kerjanya. Walau dengan cahaya remang-remang, ia berusaha membalut luka di tangan Sakura agar pendaratannya terhenti.

"Akh... " Sakura meringis dan mencoba menahan air matanya. Dapat Sasuke lihat, gadis itu mencoba menahan rasa sakitnya.

Sasuke melihat ke arah pintu jendela yang sudah ia tutup tadi, terlihat sedikit cahaya yang terpantul dari senapan sang penembak.

"Sakura, ayo kita pergi dari sini. Sepertinya mereka terus mengawasimu"

Sakura hanya menganggukkan kepalanya. Sasuke menuntun gadis itu untuk pergi dari sana.

Sakura tetap menahan rasa sakit nya saat berada di dalam mobil. Ia duduk di samping kursi pengemudi. Saat itu, Sasuke hanya membawa beberapa barang yang ia butuhkan dan langsung pergi dari sana sebelum orang-orang yang menembak apartemen nya turun dari atas gedung dan menuju kearahnya.

.

.

.

~to be continue~

Haha, aku telat terus ya

maaf, maaf, banyak kerjaan plus malas juga