Happy Reading

"Tae, jika saja kau memiliki masa depan yang panjang, kau ingin seperti apa? Menjadi seorang dokter seperti cita-citamu dulu atau terus menjadi seorang model sampai tua?" Celoteh Jimin panjang lebar, menyamankan sandarannya di punggung Taehyung. Punggung Taehyung yang lebar dan hangat memang terasa sangat nyaman; untuk saat ini.

"Eum? Aku ingin menjadi seorang ayah." Ucap Taehyung sambil terkekeh pelan memikirkan hal lucu dengan pengandaiannya sendiri.

"Ayah yang baik? tidak buruk juga," Jimin ikut terkekeh mendengar keinginan sahabatnya di masa depan nanti. Kaki kecilnya bergerak mengetuk-ngetuk ujung sepatunya di atas bangku panjang yang sedang dia duduki bersama Taehyung.

"Jadi—kau berencana menikah, eoh?" Jimin sedikit bergerak, menolehkan kepalanya ke belakang, menatap wajah Taehyung yang justru tidak dapat dilihatnya.

"Tidak. Aku berencana mengadopsi seorang anak, mungkin." ucap Taehyung yang terdengar ragu di akhir, membuat Jimin mengerutkan keningnya; bingung.

Jimin mengalihkan pandangannya ke depan, menatap gulungan ombak di hadapannya. Pangkal hidungnya terlihat berkerut lucu, menandakan dia sedang berpikir; berusaha mencerna maksud dari perkataan Taehyung.

"Mungkin? Kenapa kau terdengar tak yakin seperti itu?" Jimin menggerakkan tubuhnya, menyamakan kembali sandarannya di punggung Taehyung. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit yang terlihat biru bersih tanpa awan.

"Aku memang ingin memiliki anak, tetapi untuk mengadopsinya— aku rasa, aku tidak bisa." Ucap Taehyung dengan suara pelan; tapi masih dapat Jimin dengar dengan jelas.

"Kenapa?"

"Aku tidak mau suatu hari nanti anak ku bertanya siapa ibunya,"

"Aku bisa mengisi peran sebagai ibu anakmu nanti," Suara Jimin terdengar sedikit melengking, seperti ada ketidak se-tujuan dalam suaranya.

"Kau sedang melamar ku, eoh?" Taehyung terkekeh, nafasnya terdengar tersengal diantara kekehan pelannya.

"Tidak! Hanya sekedar saran. Lagian sekarang hanya ada kita berdua Tae. Kalau kau tak berniat mencari pasangan, ya—berarti aku akan menjadi pasanganmu. Selamanya," Jimin mengatakan pengandaiannya yang jika memang mereka berniat akan terus bersama dalam waktu yang cukup lama.

"Aku tidak ingin mengikatmu Jim—" Nafas Taehyung terdengar semakin memendek, kekehan pelan terdengar di sela-sela ucapannya, membuat Jimin mengganguk setuju dengan perkataan Taehyung, "—biarkan kita tetap seperti ini,"

"Oke jika itu mau mu. Aku setuju. Tapi setidaknya biarkan aku mengisi peran agar kita bisa saling melengkapi tanpa harus saling menyakiti,"

"Tae?"

Jimin menolehkan wajahnya, kebelakang dan terdiam. Tak ada pekikan atau suara terkejut yang keluar dari mulutnya, hanya mata yang sedikit membola, menatap cairan merah kental keluar dari pergelangan tangan Taehyung dengan derasnya.

Jimin hanya terdiam, tangannya terkepal dengan bahu kecil yang mulai bergetar.

"Sialan kau Tae. Kau meninggalkanku lagi," Jimin mendengus kesal.

"Ma—af."

"Istirahatlah Tae. Aku tidak akan mengganggumu. Sebentar lagi aku menyusulmu." Tangan kecilnya terjulur mengambil benda pipih berbau besi yang tergenggam di tangan Taehyung.

Tak ada penolakan, Taehyung hanya terdiam, dengan mata yang tertutup rapat dan kepalanya bersandar di bahu kecil Jimin. Jimin menatap lekat wajah Taehyung yang sudah memucat.

"Sleep Well, Tae," Tangannya yang bebas, terjulur menggenggam tangan milik Taehyung yang terkulai lemas.

Hening, hanya suara deburan ombak yang membentur karang terdengar samar di kejauhan sana. Jimin mengerutkan bibirnya, menahan liquid bening yang siap meluncur di atas pipi gembilnya. Sekarang dia merasa sendiri.

Bau asin dari lautan tercium pekat bercampur dengan bau anyir yang menguar pekat di penciumanya.

"Tae, aku ikut denganmu,"

Tak ada jawaban, hanya suara dentingan besi yang membentur batu terdengar di indra pendengarannya sebelum semua penglihatannya memudar.

END