Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
Flat Soda
Keduanya duduk berhadapan, keduanya saling menatap meskipun detik berikutnya mengalihkan pandangan, keduanya sudah memiliki keputusan, tetapi tidak ada satu kata pun yang mampu diucap.
Kaku bagaikan orang asing yang tidak mengenali, memori yang mereka miliki lebih dari 9 tahun lamanya menguap dari dalam kepala entah ke mana.
Keduanya sudah terlalu jenuh. Namun tidak mampu mengambil keputusan selanjutnya. Merasa terjebak saat mereka bersama. Namun tidak mampu mengungkapkan secara langsung.
Janji yang dulu dibuat bersama, berbeda dengan kenyataan yang kini mereka hadapi. Keduanya memiliki keinginan yang sama, keduanya ingin berpisah.
"Sasuke."
Si pirang yang memanggilnya menatap ragu. Ekspresi wajah yang tidak bisa disembunyikan semakin membuat Sasuke tersadar bahwa keputusan yang akan diambilnya kali ini tidak salah.
"Apa kau pernah merasa sendiri?" lanjut Naruto.
Sasuke diam.
"Kau ada di sebelahku, tetapi terkadang," ada jeda sesaat, "aku tidak merasakan kehadiranmu dan itu membuatku sangat kesepian."
"Ya," sahut pelan dari bibir Sasuke terdengar. "Kita tidak lagi bicara seperti biasa. Aku terlalu sibuk mementingkan pekerjaan jika dibandingkan denganmu."
Kali ini Naruto yang diam.
"Aku hanya akan datang saat membutuhkanmu," ada jeda sesaat, "sentuhan yang sama. Namun berbeda, dan aku tidak berusaha menyadarinya mengapa kau melakukan hal itu, mengapa kau mulai bersikap berbeda. Aku tahu tidak seharusnya memprotes karena semua kesalahanku."
Naruto tersenyum memaksa, merasa bisa menghalau rasa sakit yang dulu pernah dirasa nyatanya tidak. Rasa itu kembali, rasa sakit yang sama tidak berkurang melainkan bertambah hebat, sedangkan Sasuke hanya mampu memalingkan wajah. Beberapa menit yang lalu merasa keputusannya sudah bulat, entah mengapa kini dia mulai ragu saat rasa sesal yang tidak pernah dipikirkan muncul tidak tahu dari mana.
"Ini bukan sepenuhnya salahmu, Sasuke," ucap Naruto menunduk, "kita berdua memiliki kesalahan masing-masing."
Sasuke mengatupkan bibirnya rapat. Wajah ikut menunduk, tidak mampu melihat si pirang.
Naruto tersenyum hambar. "Selalu meragukan apa masih ada cinta di antara kita, pertanyaan-pertanyaan negatif tanpa jawaban, tidak merasa nyaman dengan diri sendiri, berbohong hanya untuk menutupi apa yang kau rasa," ada jeda sesaat, "kita ..., tidak lagi bahagia saat bersama, Sasuke."
Sasuke kembali diam selama beberapa detik. Wajah yang menunduk diangkat, untuk balas menatap si pirang.
"Apa kau membenciku?" tanya Naruto.
Rasa sesak yang membuatnya kesal, rasa bersalah yang membuatnya gila, dan rasa sesal yang membuatnya frustasi. Sasuke bingung, dia tidak mengira hatinya bisa memberontak.
"Maaf, aku tidak bisa menepati janji-janji yang dulu ku—"
Kalimat Naruto terpotong. Tubuhnya terdorong ke belakang tiba-tiba karena Sasuke bangkit dari atas kursi, untuk memeluk tubuhnya erat.
"Jangan bodoh," ucap yang tidak jelas karena diiringi isak pelan, "bagaimana mungkin aku bisa tinggal bersama seseorang yang kubenci selama 9 tahun."
Tetes hangat di bahu membuat Naruto tersadar. Sasuke memang sosok yang dulu pernah dia cintai. Kedua tangannya membalas peluk, mendekapnya erat untuk terakhir kali.
Habisnya cinta di antara mereka bukanlah tanpa alasan. Sejak awal sudah memutuskan hal yang sama, mereka berpisah karena bersama akan terasa lebih menyakitkan.
.
End