Apakah eufemisme dari euforia adalah kebahagiaan? Dia mengangkat bahu nya, terlihat tidak peduli.

Euforia memang berarti perasaan senang yang berlebihan. Namun itu bukan istilah yang kasar ataupun buruk.

Apakah itu penting?

Selama jiwa dan raga mu berjingkrak penuh euforia, bukankah terminology adalah hal paling periferal yang harus kau pikirkan?

Ya. Tentu.

Hanya saja perasaan itu (bahagia) akan menjadi emosi paling menakutkan yang pernah kau alami.

Karena ketika kau bahagia, kau akan sulit kembali pada diri mu sebelum nya. Diri mu yang menyedihkan dan tenggelam dalam antipati.

Lalu tidakkah ini saat yang tepat bagi mu untuk mulai mencintai diri mu sendiri?

Bukankah mereka sudah memberikan mu cukup kesempatan?

Haruskah?

Kenapa bertanya pada ku?

Karena kau adalah bagian dari diri ku. Dia hanya diam sembari memalingkan wajah nya.

Jadi haruskah?

Tidak ada alasan untuk tidak mencoba nya.

-FMW-

Suho dan Seokjin berjalan dengan gontai menuju kelas. Perasaan bersalah, berkecamuk dalam benak kedua omega tersebut. Mereka tidak tahu harus menjelaskan apa kepada teman sekelas mereka. Selain fakta mengerikan bahwa kelas inferior 12 Omega 1, dipasangkan dengan kelas superior 12 Alpha 1 berdasarkan undian Asistensi. Dan lebih buruk lagi, mereka harus hidup bersama para Alpha selama sebulan penuh di cottage yang telah ditentukan pihak sekolah.

"Suho hyung.. Jangan bilang cottage yang dimaksud tadi itu, cottage di pulau Pajeon? Kelas Alpha ku tahun lalu kebetulan mendapat jatah undian ke pulau itu. Hidup disana terlalu mengenaskan, hyung. Tidak ada TV, tidak ada internet dan dikelilingi hutan belantara. Cottage nya juga bobrok parah karena sering ada makhluk liar yang nyasar kesana"

"Lagipula Assistensi mengharuskan kita untuk tinggal berpasangan dengan individu dari kelas lain. Aku tidak bermaksud kasar, tapi saat ini Alpha 'kecuali Jungkook' adalah makhluk yang paling kuhindari" ucap Seokjin dengan raut wajah horror yang sangat kentara.

Bagaimana tidak panik, Seokjin sedikit banyak bertanggung jawab dalam kegilaan ini. Karena dialah dalang dibalik kertas undian tersebut aka orang yang mengambil lot.

"Kemungkinan besar pulau itu yang dimaksud, Seokjin-ah. Tadi adik mu, si Namjoon seperti nya mengambil kertas undian yang berisi nama pulau itu. Aku tidak terlalu yakin. Tapi aku melihat ada tulisan jeon disana" Suho hanya bisa menunduk lemah. Sinar kehidupan terlihat meredup dalam manik gelap itu.

Suho sungguh tidak terlalu mempermasalahkan situasi mengerikan yang dideskripsikan Seokjin. Dia percaya diri dapat bertahan selama sebulan penuh dalam kondisi seburuk apapun.Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah Alpha.

Lebih spesifik nya Alpha bongsor yang mengganggu kedamaian pikiran nya, Oh Sehun. Bukannya bermaksud histeris ataupun hiperbola, seingat Suho, terakhir kali pertemuannya dengan Sehun berakhir tidak terlalu baik. Ia sendiri tidak sanggup membayangkan untuk bertatap muka dengan Sehun selama sepersekian detik. Dan sekarang mereka akan menghabiskan waktu bersama selama sebulan penuh, walaupun secara teknis terdapat teman-teman yang lain juga. Tapi tetap saja, tidak merubah fakta bahwa Oh Sehun akan berada di sekitarnya dalam waktu yang relatif lama dan menjadi manifestasi mimpi buruk Suho. Mengingat itu, rasa nya ingin mati saja.

"Sial! Dari semua orang, kenapa harus aku yang menanggung dosa ini. I won't let you get shit because of stupid reason, Kim Seokjin" Seokjin menggerutu sendiri sembari memijat-mijat dahi nya yang berdenyut keras. Jujur. Seokjin sebenarnya kagum dengan dirinya sendiri.

Apakah ia terkutuk? Mungkin saja, karena bagaimana bisa ada manusia yang sesial dirinya. Melihat kesialan yang beruntun dalam hidup ini, Seokjin sedikit banyak bangga dengan kemampuan bertahan hidup nya yang bagaikan rumput liar.

Jika masalah sekecil ini dapat membuat nya panik, maka mulai dari sekarang ia akan menulis nama nya secara terbalik dengan menggunakan bokong. JinSeok Kim. Seokjin merasa memiliki tanggung jawab moril untuk berpikir keras dan mencari solusi bagi omega lainnya.

"Hyung! Tidakkah hyung berpikir program ini terlalu berbahaya untuk para Omega? Menyatukan Alpha dan Omega remaja di bawah atap yang sama. Sekolah sama saja mendorong kita ke mulut harimau secara cuma-cuma"

"Ya, walaupun kita berada dibawah pengawasan para guru beta dan omega, tapi tetap saja terlalu beresiko untuk menyatukan para bocah remaja yang sedang dalam masa pubertas nya dalam satu rumah. Jika sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bukankah kita yang paling dirugikan, hyung?"

Suho mengangguk tegas, saat mendengar perkataan luar biasa Seokjin yang menyentuh ruang logika nya. Terdapat kilauan harapan di balik manik gelap itu.

"Apakah kamu ada ide, Seokjin-ah?" Seringai kecil tersungging manis di bibir merah tersebut. Dengan terburu-buru, Seokjin langsung menarik lengan Suho menuju kelas. Semenjak lahir, ia tidak pernah merasa secemerlang ini.

"Sun Tzu bilang kenali dirimu maka kau akan mengenali musuh mu. Suho-hyung, kita butuh konsensus dari seluruh teman-teman sekelas untuk mensukseskan rencana ini, karena menyerang adalah bentuk pertahanan terbaik. Serahkan semua nya pada ku, hyung" Suho menatap Seokjin dengan ekspresi 'bicara apa bocah ini?', namun ia mengangguk senang.

Tidak peduli seburuk apapun rencana Seokjin, selama mereka dapat meminimalisir kemungkinan saling bertemu dengan Alpha, Suho akan mengikuti nya.

"Aku percaya dengan mu, Seokjin-ah" ujar nya lirih.

-FMW-

Hari H

"Perhatian! Semua nya sudah berkumpul?" lengkingan suara Park Jimin tidak mampu memecah keributan yang menggema di seluruh deck ferry tersebut. Siswa omega yang berada di sebelah kiri sudah memfokuskan perhatian kepada wali kelas mereka tersebut.

Sedangkan, siswa Alpha yang berada di sebelah kanan masih sibuk bercengkrama dengan masing-masing topik menarik yang sedang mereka bicarakan. Suara baritone dan bass yang terdengar sangat berapi-api itu sukses menenggelamkan segala jenis bunyi yang ada di sekitar mereka.

Jika dilihat dari berbagai sudut, terjadi perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok. Pertama, walaupun Alpha dan Omega berada di ruangan yang sama, tidak ada interaksi berarti antara kedua nya. Para Alpha dengan segala cara berusaha untuk berkomunikasi dengan para Omega, namun respon Omega tidak terlalu baik dengan antusiasme tersebut.

Dan yang kedua, kelas Omega sangat mudah diatur. Mereka akan berbicara seperlunya dengan volume suara yang terkontrol. Sedangkan kelas Alpha yang penuh dengan jiwa bebas, tidak memperdulikan sekelilingnya dan sibuk dengan kesenangan mereka sendiri.

Minjae menepuk pelan bahu Jimin, mengisyaratkan kepada omega tersebut untuk bersabar dan memberikan sedikit waktu kepada para siswa untuk menyelesaikan pembicaraan mereka. Pria itu menghela napas seraya tersenyum maklum kepada sahabat nya. Mereka percaya diri 100% dapat mengatur omega, tapi Alpha..

Sekumpulan Alpha yang excited merupakan sekumpulan makhluk tidak terkontrol yang berbahaya. Mereka tidak akan mendengarkan individu lain yang jauh lebih lemah daripada mereka. Jimin dapat mengontrol mereka di kelas karena terdapat instruktur Alpha lain yang berada di belakang nya. Tetapi melihat kondisi sekarang, ia kehilangan kepercayaan diri akan hal tersebut.

Jimin dan Minjae merasa tertekan jika harus berhadapan dengan siswa nya dari golongan itu. Secara alamiah, Alpha adalah pemimpin dan hanya bersedia untuk mematuhi aturan pemimpin Alpha yang lebih kuat dari mereka. Jadi ideal nya harus ada instruktur Alpha lain yang secara khusus bertanggung jawab untuk mengawasi mereka.

Namun yang menjadi masalah adalah Professor Im dan Professor Choi yang merupakan wali kelas para Alpha, tidak dapat hadir karena alasan pribadi yang mendesak. Mereka ingin meminta bantuan kepada instruktur Alpha atau Beta lain. Malangnya, setiap instruktur sudah memiliki kelas masing-masing yang mereka ampu. Oleh karena itu, tanggung jawab otomatis jatuh kepada Jimin dan Minjae.

Membayangkan untuk menghandle para Gorilla ini selama sebulan membuat asam lambung mereka meningkat.

Namjoon selaku ketua kelas, terbawa perasaan melihat Professor Park tidak dihargai oleh teman-teman sekelasnya. Ia yang sudah diberi kepercayaan oleh Professor Im dan Professor Choi untuk mengatur kelas, langsung berdiri di samping Omega tersebut dan mengeluarkan feromon mengerikan yang menekan seluruh entitas di ruangan kapal itu.

Mengikuti insting mereka, para Alpha merespon nya dengan menggeram setelah menyadari ancaman tersebut, sedangkan para Omega terlihat meringkuk ketakutan. Feromon mencekik yang dikeluarkan dari tubuh Alpha yang tersulut berakibat buruk pada kelenjar heat Omega.

Jimin dan Minjae sangat panik dengan situasi itu, tapi saat ini mereka sendiri merasa tidak berdaya untuk melakukan apapun.

"Kenapa? Kalian marah? Tapi tidak bisakah kalian berpikir untuk sedikit saja menghargai Professor Park yang sedang berbicara di hadapan kalian? Naif sekali, jika kalian berpikir program ini akan terus berjalan jika kalian bertindak seperti hewan mamalia di hutan rimba"

Minho yang terkenal paling temperamental di antara para Alpha sontak berdiri dan mengaum keras mendengar perkataan Namjoon. Ia mengeluarkan feromon mengancam yang tidak kalah kuat dari feromon Namjoon.

Pertarungan urat syaraf yang meningkat di antara para Alpha menerbitkan kekhawatitan di dalam diri para Omega. Jika sampai Alpha berkelahi di ruangan sesempit ini, maka sedikit banyak Omega juga akan terkena imbas nya.

"NAMJOON BRENGSEK!! JANGAN SOK BERLAGAK MENJADI PEMIMPIN KAMI DI SINI. KEKUATAN KITA TIDAK JAUH BERBEDA. KAU TIDAK PUNYA OTORITAS UNTUK MENGATUR KAMI ATAUPUN HAK UNTUK MENGHENTIKAN PROGRAM INI. BACK OFF SIALAN!!"

Dengan seringai yang tersungging di bibir dan tangan terlipat di dada nya, Namjoon menimpali.

"Apa? Apakah Tuan Minho yang terhormat takut rencana besar untuk menghabiskan waktu dengan omega kesukaan nya gagal total?"

"APA KATAMU, SIALAN!!" Minho sudah menggulung lengan baju nya, bersiap-siap untuk menghajar Namjoon. Konfrontasi yang semakin memanas diantara kedua Alpha, mendidihkan rasa ketakutan di benak Omega. Namjoon menyeringai tipis melihat reaksi bodoh teman sekelasnya tersebut.

"Haha.. Asal kau tahu, Tuan Minho. Aku, Kim Namjoon memang tidak punya otoritas untuk menghentikan program ini, tapi Professor Park dan Professor Kim punya itu. Jangan kira aku tidak tahu rencana b--" busuk kalian.

Taehyung dan Chanyeol yang duduk di deretan paling depan segera menghampiri Namjoon dan membekap mulut pria tersebut. Chanyeol mendelik tajam kearah Taehyung, mengisyaratkan si Alpha untuk menenangkan saudara nya.

"Joonie-hyung, kalian menakuti Professor Park dan Omega lain dengan feromon kalian. Tolong hentikan! Kau juga, Minho-hyung!" Mendengar peringatan Taehyung, Minho kembali tersulut, namun memutuskan untuk duduk tenang di bangkunya. Memasang tampang kesal.

Namjoon tertegun setelah menyadari perkataan Taehyung. Ia menoleh kearah para Omega dan melihat sebercak kekhawatiran di wajah mereka. Walaupun tidak terlalu kentara, Namjoon dapat melihat rona pucat dan gemetar dari sebagian besar Omega. Taehyung yang berdiri di hadapan kedua instruktur nya, menoleh kearah mereka dan membungkuk lurus 90 derajat.

"Maafkan kami, Professor Park, Professor Kim dan teman-teman kelas Omega! Hal ini sungguh tidak akan terulang kembali"

"Mulai dari sekarang kami berjanji akan mengikuti seluruh perkataan Professor dan tidak akan mengganggu ketentraman teman-teman Omega lain"

"Kami juga akan berusaha untuk memperhatikan segala tindak tanduk kami ketika kita hidup bersama. Selama sebulan ini, tidak akan ada perkelahian ataupun kekerasan. Janji hm?"

Kim Taehyung mengacungkan jemari nya membentuk tanda V, seraya tersenyum sangat manis dengan puppy eyes nya yang diliputi perasaan bersalah. Para Alpha hanya bisa melongo bodoh melihat 'King of Violence' kelas mereka memasang tampang innocent dihadapan para Omega.

Sedangkan rona pink timbul di pipi setiap Omega, melihat wajah tampan Kim Taehyung yang terlihat sangat tulus, menyesali tindakan kelompok nya.

Hari itu, nilai popularitas Kim Taehyung melejit drastis di antara para Omega, bahkan beberapa Omega tanpa sungkan sengaja mengajak nya berteman, yang dengan senang hati diterima oleh Taehyung. Dengan tenang Alpha itu kembali duduk ke bangku nya, seraya bersenda gurau bersama teman barunya para Omega. Hal ini menyebabkan tatapan iri dari Alpha lain. Chanyeol memukul bahu Taehyung sembari berbisik rendah.

"Sialan.. Sejak kapan kau se-beradab itu, Casanova. Nice act dude.." Alpha tampan itu hanya menyeringai kecil mendengar perkataan Alpha tinggi di sampingnya. Ia balik berbisik kepada Chanyeol.

"Aku yang membukakan pintu kesempatan kepada kalian untuk berhubungan dengan para Omega. Bilang ke yang lain, aku akan ambil tagihan nya nanti, hyung" Taehyung tertawa renyah sembari menepuk pundak Chanyeol dengan ringan. Ia berdiri dan mengambil tempat di tengah-tengah para Omega.

"Bocah licik sialan" ujarnya pelan.

"Maafkan saya, Professor Park, Professor Kim. Saya sungguh tidak bermaksud.." Namjoon kehilangan kata-kata seraya menundukkan kepala nya di hadapan Park Jimin.Ia bermaksud ingin menolong, tetapi tindakan nya malah semakin mempersulit posisi kedua guru nya.

Jimin yang melihat ketulusan di balik kedua bola mata hazel itu tersenyum sambil menepuk-nepuk lengan pria besar di hadapan nya. Berupaya menenangkan.

"Ini b-bukan salah mu, Kim Namjoon. Sungguh. Ini kesalahan kami, para instruktur karena tidak mampu mengatur para siswa dengan baik. Terima kasih karena sudah mau turun tangan untuk membantu. Kami mengandalkan mu untuk sebulan kedepan. Hm?"

Lesung pipi sedalam samudra merekah di wajah Namjoon yang tampan. Seperti anak ayam yang mematuk beras, ia mengangguk dengan bersemangat.

"Tentu saja, Professor Park. Saya tidak akan mengecewakan anda. Saya akan membantu Professor dengan segenap kemampuan saya"

Saat ini giliran Park Jimin yang tersenyum manis. Dia sangat lemah melihat lesung pipi itu. 'Ya tuhan, kenapa bocah ini manis sekali?' sebersit pikiran melalui benak nya.

"Kalau begitu, apakah kamu bersedia menjadi tangan kanan Jimin, Kim Namjoon?"

Minjae segera menimpali. Ia mengerling manis kepada Jimin, yang dibalas cubitan kecil di pinggulnya. Omega itu gugup mendengar pernyataan tiba-tiba sahabat nya dan lebih gugup lagi mendengar jawaban Kim Namjoon. Ia berharap dan tidak berharap Namjoon akan menolak permintaan Minjae.

"Jika Professor Park bersedia, saya akan dengan senang hati menjadi tangan kanan nya" Jimin baru saja mau menampik perkataan itu, ketika Minjae membekap mulut nya.

"Mmm--"

"Kalau begitu, mulai dari sekarang Professor Park tanggung jawab mu, ok?" Namjoon sekali lagi tersenyum senang sembari mengangguk.

"Anda bisa tenang, Professor Kim"

Minjae melihat jam dan berpura-pura panik. Ia melangkah dengan cepat menuju pintu dek.

"Ya tuhan, lihatlah waktu! Sudah jam segini, bisa-bisa kita sampai di pulau Daejeon pada malam hari. Jimin-ah, aku ke cockpit dulu, ok?" Jimin mengangguk.

"Aku mengandalkan mu, Namjoon-ah" Minjae tertawa nakal sambil mengacungkan jari jempol kearah Alpha di hadapannya. Ia lalu melesat keluar menuju ruangan kapten dan hilang dari pandangan.

"Um, Professor Park. Silakan duduk di sini" Namjoon menunjuk kursinya.

"Saya akan mengecek sekali lagi persediaan makanan dan obat di gudang. Setelah itu--"

"Tidak perlu, Namjoon-ah. Aku dan Minjae sudah 2 kali melakukannya. Duduklah.." Jimin menggeser tubuh itu, memberikan space kepada Namjoon untuk duduk di sampingnya. Namjoon dengan ragu, mengambil tempat di sebelah Jimin dan duduk disana. Alpha itu memilin jarinya dengan gugup. Ia sesekali melirik Omega cantik di sampingnya. Hening. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang membuka mulut.

Untuk meredam perasaan canggung, Jimin melihat keadaan sekitarnya. Terlihat para Omega sudah lebih tenang bercengkrama dengan para Alpha sejak kejadian tadi. Mungkin penilaian mereka terhadap Alpha berubah sejak sikap gentleman kedua saudara itu.

Jujur saja, Jimin sendiri juga sedikit terpengaruh dengan sikap Taehyung dan Namjoon. Stigma buruk tentang Alpha yang mengakar di hati nya, sedikit demi sedikit terkikis karena kedua adik kembar Seokjin. Alpha mungkin memang tidak seburuk dan semenjijikkan pikiran nya. Mungkin memang ada Alpha luar biasa selain RM dan V di luar sana. Jimin tergelak kecil setelah menyadarinya.

Berbicara tentang Seokjin. Jimin baru sadar bahwa sedari tadi, dia tidak melihat anak angkatnya itu.

"Kim Namjoon.."

"Hm? Y--ya Professor?"

"Bukankah Seokjin sudah datang? Kemana dia?" Namjoon melihat sekelilingnya dan baru menyadari perkataan Jimin.

"Ah benar juga.. Jungkook juga tidak ada, Professor"

Taehyung yang juga baru sadar dan mendengar percakapan kedua pria tersebut, tanpa pamit langsung melesat keluar. Sembari menggerutu pelan, ia meninggalkan teman-teman baru nya yang asyik bercengkrama dengan para Alpha.

"Sial!!"

Dengan alis berkerut, Jimin dan Namjoon hanya saling bertatapan melihat keanehan Taehyung tersebut. Jimin ingin mengikuti Taehyung, namun Namjoon menahan tangan nya.

"Jangan ikut campur! Mereka harus menyelesaikan masalah mereka sendiri, Prof"

"Huh? Tapi.. "

"Tidak ada yang perlu anda khawatirkan. Anda sudah melakukan bagian anda dengan sangat baik"

"Huh? A-apa?"

"Terima kasih karena sudah menyelamatkan Jin-hyung, Professor Jimin"

"Kamu mengetahui nya?" Omega itu tertunduk dalam, menahan air mata yang hampir jatuh di pelupuk nya.

"Tidak sulit untuk mencari nya"

"Minjae?" Namjoon mengangguk tenang.

"Maaf" ucap nya lirih. Alpha itu menghela napas sambil menggenggam semakin erat tangan kecil yang ada di dalam kepalannya.

'Kamu memang eksistensi terbaik yang tuhan pernah ciptakan, Jimin-ah. I love you'

-FMW-

Di gudang.

"Umnn..ahah~ J-Juu.. mnng-- kook. Jung--kook. Jungkook! T-tung-- Tunggu!!" Jin mendorong pelan dada bidang Jungkook agar menjauh dari nya. Tautan lidah mereka terlepas. Pasca ciuman panas itu, hanya benang saliva yang menghubungkan kedua pria tersebut. Jungkook menjilat cairan yang menetes dari ujung bibir Seokjin sembari menarik pinggul ramping itu kearahnya.

"Ada apa, hyung?" Seokjin mengusap pipi Jungkook dengan lembut seraya tersenyum lebar.

"Apakah lebam di pipi mu masih sakit? Kenapa jatuh dari tempat tidur bisa separah ini? Disini ada obat, mau dikompres dulu?" Jungkook menggenggam jemari Seokjin yang mengelus kulit nya dengan penuh afeksi.

"Aku tidak apa-apa, hyung. Tidak ada rasa sakit sama sekali"

"Baiklah.. kalau begitu, apa kamu tidak merasa sesak? Disini terlalu gelap dan penuh barang, Jk-ah"

"Tidak.. Tidak sesak. Aku lebih suka berada disini dengan Jin-hyung"

"Benarkah? Kamu tidak mau balik ke dek? Kapal sudah bergerak, Jimin dan Minjae-hyung pasti sedang mencari kita" Alpha itu hanya menggeleng, tanpa memperdulikan perkataan mate nya.

"Aku tidak butuh apapun dan siapapun. Aku hanya butuh Jin hyung"

Jungkook menarik pinggang Jin ke dalam pelukan nya lagi dan menangkup bibir itu ke dalam ciuman yang dalam. Ia menggigit ujung bibir semanis Stevia itu sembari menelusuri mulut Seokjin dengan lidah nya.

"Mnnn ah.. Mnnn~ B--ber-- Berhenti!!" Kali ini Seokjin mendorong tubuh Jungkook dengan kuat. Walaupun, tidak ada dampak berarti mengingat, tangan sekuat besi yang mengunci pinggang nya. Tapi hal ini mampu menghentikan tindakan si Alpha yang begitu bernafsu untuk menelan nya.

"Kenapa lagi hyung?" tanya Jungkook lirih.

"Aku benar-benar akan melahap mu sekarang dan disini juga, jika hyung terus mengganggu waktu intim kita" Nada mengancam yang mengalun sensual dari suara rendah si Alpha lebih terdengar seperti godaan dibanding peringatan.

"C-ciuman mu terlalu kasar.. Bibir ku sakit.."

"Eh? Benarkah? Yang mana yang sakit?" Jungkook menghisap luka-luka kecil yang memenuhi bibir merah si Omega sembari sesekali menjilati nya. Bola mata gelap itu tidak dapat berkedip ketika menatap manik hazel Seokjin yang terang dan berkerudung nafsu.

"Masih sakit?" Seokjin menggelengkan kepala. Ia berinisiatif untuk melingkarkan lengan nya ke leher Jungkook dan melahap bibir si Alpha, ketika pintu gudang tiba-tiba dibuka secara paksa.

"GRAAK!!!"

Seokjin yang kaget mendengar suara keras itu, sontak melepaskan lengannya dari pelukan Jungkook. Ia menoleh kearah datangnya suara dan melihat wajah memerah Taehyung dengan napas yang terengah-engah dari balik pintu tersebut.

'Dia lihat. Taehyung melihatnya. Ya tuhan, memalukan sekali' Seokjin bergumam dalam hati.

"Tae-tae, se-dang apa di-sini? T-Toilet? Toilet di ruangan s-sebelah. Kamu salah masuk ruangan?" Seokjin dengan kikuk menyapa Taehyung yang terlihat sangat kesal. Telinga dan wajah Jin sudah merah membara, saat menyadari kehadiran adik kecilnya di ruangan itu. Jungkook yang berada di belakang Jin melingkarkan lengan kokoh tersebut di tubuh Omega nya. Mata gelap itu melirik tajam 'pengganggu kesenangan' yang balik menatap nya dengan feromon membunuh yang pekat.

"Toilet ada di sebelah. Kamu tidak dengar, adik ipar? Atau perlu kami antar?" tanya Jungkook cepat seraya tertawa garing. Ia sangat terganggu dengan keberadaan Taehyung yang sengaja merusak keharmonisan mereka. Jin mencubit pinggang Alpha nya, melepaskan lengan Jungkook dari tubuh itu, lalu berjalan menuju Taehyung.

"Kenapa diam saja, Tae? Beneran mau hyung antar ke t-toilet?" Seokjin berupaya meraih lengan Alpha tampan itu, namun segera ditepisnya.

"Jangan sentuh!! Bau mu seperti si brengsek itu. Membuatku mual"

"Eh?" Taehyung menyeringai sembari mengusak rambut gelap nya dengan frustasi.

"Kim Seokjin, Jangan pura-pura tidak mengerti alasan, kenapa aku disini. Aku tahu hyung lebih sensible dibanding siapapun"

"Jangan bicara yang aneh-aneh. Jika kamu tidak ingin pergi ke toilet. Aku pergi ke dek dulu. Jungkook-ah, Ayo!" Seokjin menoleh sekilas kearah Alpha nya dan berjalan cepat menuju pintu, ketika tangan Taehyung menahan lengan nya.

"JANGAN BERPURA-PURA BODOH, KIM SEOKJIN. ASAL HYUNG TAHU, AKU MELINDUNGI MU DARI ALPHA SELAMA INI BUKAN UNTUK DIEKSPLOITASI SECARA BEBAS OLEH MEREKA.BUKAN UNTUK MENJADI MAKHLUK PATUH YANG DIRUGIKAN DALAM SEGALA ASPEK. BUKAN UNTUK MENJADI PELACUR TAKDIR YANG SELALU TUNDUK PADA TUNTUTAN NASIB" Taehyung berteriak dalam satu tarikan napas. Dada nya naik turun, menahan emosi dan kekecewaan yang memuncak.

"Aku sangat berterima kasih atas segala hal yang kamu perbuat untuk ku selama ini, tapi aku tidak butuh perlindungan mu. Kamu tidak tahu apa-apa tentang ku, Taehyung-ah" Seokjin bergumam dengan wajah tertunduk. Taehyung tidak dapat melihat ekspresi wajah hyung kesayangan nya, namun kata-kata itu terngiang jelas di kepala dan benak nya.

"Aku tidak sebodoh dan sepelupa yang hyung kira. Memang tidak terlalu banyak, tapi aku tahu beberapa hal yang hyung sembunyikan"

"Aku tahu, selama ini hyung menyukai buku dan masakan, namun karena inferiority complex mu, hyung sengaja berbuat hal buruk untuk mendapat perhatian dari orang tua kita. Hyung membakar seluruh koleksi buku mu di depan semua orang dan tidak pernah memasak lagi karena trauma setelah menerima cacian dari orang tua kita"

"Aku tahu hyung membenci para Alpha borjuis yang mempamerkan harta dan kedudukan mereka. Aku tahu hyung membenci pesta dan sejenisnya, namun karena paksaan kakek, hyung terpaksa berteman dengan mereka serta menghadiri pesta-pesta menjijikkan yang mereka adakan"

Seokjin yang menerima shock setelah mendengar ucapan adiknya, menarik lengannya dari tangan Taehyung secara kasar. Ia berbalik, lalu menggenggam kerah baju Taehyung dengan segenap kekuatannya.

"Kamu yang menerima kasih sayang mereka seumur hidup, tahu apa tentang posisi ku, Golden Child? Lalu kalau kamu tahu, memang kenapa? Aku tidak butuh belas kasihan mu" Taehyung menghela napas berat. Ia menggenggam kedua tangan Seokjin yang berada di kerahnya, menarik omega itu untuk mendekat.

"Aku memang tidak mengerti posisimu. Aku juga tidak mengerti perasaan mu. Tapi aku melindungi mu bukan karena kasihan atau alasan bodoh lain nya" Manik terang secantik kijang betina itu menatap Taehyung dengan raut yang sulit dideskripsikan. Perasaan kaget, bingung dan bersalah berkecamuk di benak nya yang terbakar api kebisuan.

"Aku melindungi mu karena hyung itu lebih berharga dari siapapun. Aku melindungi mu karena hyung memiliki potensi luar biasa yang tidak pernah kamu sadari. Aku melindungi mu karena aku ingin hyung diterima oleh keluarga kita bukan karena status mu tapi karena kemampuan mu" Taehyung menunduk, menyenderkan kepala nya hingga sejajar dengan bahu Jin. Bisikan itu terdengar putus asa, namun dapat meruntuhkan benteng pertahanan yang Seokjin bangun selama ini.

"A-Aku melindungi mu karena aku mencintai mu lebih dari siapapun" ucap nya lirih.

Hening..

Jin terpaku, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus mengatakan apa dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia hanya berdiri disana, kehilangan kesadaran nya. Hingga suara itu menyadarkan akal sehat nya.

"Ok. Cukup! Berhenti sampai disini.Kalian bersaudara dan Jin-hyung adalah mate ku. Aku tidak akan menyerahkan Jin-hyung kepada siapapun termasuk kau, Taehyung" Jungkook merampas lengan Jin dan menarik nya, agar menjauh dari Taehyung. Ia mengalungkan lengannya di bahu Jin sembari menggigit punggung leher Omega itu hingga berdarah, sebagai tanda kepemilikan.

"A-ak..." Seokjin hanya menyerengit, tidak menolak ataupun berusaha untuk menghentikan tindakan Jungkook tersebut. Ia tertunduk lesu, menggumamkan omong kosong yang tidak dapat di dengar oleh kedua Alpha di ruangan tersebut.

Helaan napas ringan dan senyum maklum terbit di bibir Taehyung. Ia mengusak kepala Jin, dengan harapan menenangkan kondisi emosional Omega tersebut.

"Jin-hyung, tidak perlu merasa terbebani. Aku tahu batas ku. Jin-hyung tidak memiliki kewajiban untuk menjawab perasaan ini. Tapi aku akan menunggu. Menunggu hyung untuk jadi hyung ku lagi"

"Tolong jaga Jin-hyung, Kook"

Jungkook mengangguk tegas. Tidak ada keraguan di balik mata sedalam senja tersebut. Dengan senyum lega, Taehyung menepuk pundak teman baik nya itu dan berlalu keluar gudang. Meninggalkan bekas sayatan yang melebar di benak nya.

-FMW-

Good day, Kookjinners!!

Seperti yang kalian lihat, saya masih hidup dan akan mulai update secara berkala..

pinkykimbts terima kasih atas semangat dan support nya

Happy reading~