07:00 AM

"Selamat pagi."

Bagian atas tubuhnya menoleh ketika sebuah sapaan pagi terdengar menyapanya dari belakang, bersamaan dengan telur mata sapi yang telah sepenuhnya matang siap dihidangkan diantara celah roti sarapan sederhana mereka.

"Oh, apakah aku melewatkan bagianku? Sepertinya kopi yang seharusnya kuseduh untuk kita berdua sudah dalam keadaan siap minum."

Yang menyapa kemudian menempati kursi meja makan minimalis mereka, merasa seperti seorang raja ketika seluruh kudapan pagi mereka nyatanya telah siap sedia.

"Ya, kurasa ini spesial dihari keberangkatanmu, inginya aku membuat sesuatu yang lebih dari ini, tapi ayah tau kan, hari ini aku harus berada dikampus lebih awal dari biasanya."

Telur dengan bagian kuningnya yang dibiarkan setengah matang itu kemudian diletakkan secara langsung pada permukaan roti, masih panas, dan itu akan terasa menakjubkan ketika mereka menyantapnya bersama-sama.

"Tak apa. Aku berterimakasih kau sudah melakukan semua ini, tidakkah kau bangun terlalu pagi untuk menyiapkannya? Setidaknya biarkan aku mengerjakan bagianku."

Yang dipanggil ayah menerima dengan senang hati sajian telur andalan putra satu-satunya yang begitu telaten dan dapat diandalkan.

Mereka telah menjalani ini bahkan ketika putranya masih berada dibangku sekolah dasar, lalu saat putranya memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, rasa mandiri itu mulai tumbuh dimana putranya dengan senang hati mengajukan diri untuk membagi tugas rumah mereka supaya bisa dikerjakan bersama-sama.

"Ayah, biarkan Baekhyunie mencuci piring ketika kita selesai makan. Jika ayah memasak, maka Baekhyunie yang akan mencuci piringnya, jika ayah menyapu, maka Baekhyunie yang akan mengepel lantainya. Ibu guru bilang jika kita bekerjasama maka semuanya akan terasa mudah dan akan terselesaikan dengan cepat."

Begitulah ucap putranya ketika anak semata wayangnya menginjak tahun terakhir sekolah dasar.

Lalu ketika putranya menduduki bangku sekolah menengah pertama, ia mulai berani mendekatkan diri dengan alat masak rumah mereka, mencoba memotong beberapa sayuran hingga tahun demi tahun mereka berdua berbagi resep masakan dan mengelola rumah mereka bersama-sama layaknya sepasang rekan kerja yang bekerja bahu membahu memajukan perusahaan mereka.

"Aku tau ayah tidak cukup tidur akhir-akhir ini, jadi biarkan jagoanmu ini mengerjakan semuanya. Lagipula, itu tidaklah sebuah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan, makanlah, aku akan berangkat sebentar lagi."

Satu lagi telur yang telah matang itu diletakkan pada piring lain milik putranya yang duduk disisi lain meja makan, hanya ada dua bangku yang selalu mereka tempati setiap harinya, dua piring, dua gelas, dua sendok, dan dua lainnya yang akan mereka gunakan masing-masing ditengah-tengah kehidupan mereka yang hanya tinggal berdua dalam sebuah hunian besar.

"Baekhyunie, kau tau kan kali ini ayah akan pergi lebih lama dari biasanya? Bisakah kau menjaga diri sendiri dan pulang tepat waktu? Sepertinya ayah tidak akan tenang jika ayah tidak menyambutmu secara langsung ketika kau pulang kerumah."

Byun Baekhyun,

Putranya bernama Byun Baekhyun, sembilan belas tahun berada di semester empat, tahun ke duanya di Universitas.

Menghabiskan waktu bersama-sama lebih dari lima belas tahun, tetaplah membuatnya dilanda rasa khawatir ketika ia harus meninggalkan rumah untuk urusan pekerjaan.

Selama itu mereka tinggal berdua, dan selama itupula hanya dirinya yang memperhatikan setiap jengkal pertumbuhan putranya hingga pada tahap sekarang. Dan Baekhyun masihlah seperti Baekhyun yang berumur lima baginya.

"Ayah, aku tidak perlu diperhatikan seperti itu lagi mulai dari sekarang. Kau bahkan tidak perlu memperhatikan jam tidurku jika kau mau, aku bisa mengatur semuanya, jangan berlebihan. Ini bukan pertama kalinya kau meninggalkan rumah kan?"

Ukuran roti lapis itu kian berkurang ketika putranya melahap sarapan berbahan gandum kedalam mulutnya, hingga setelahnya, segelas cairan putih ia teguk hingga gelasnya kosong.

Sarapan penuh vitamin itu habis diakhiri dengan putranya yang mengusap bibir atasanya dari jejak susu yang diminumnya.

Baekhyun sudah besar sekarang.

Tidakkah ia membesarkan anaknya itu dengan benar?

Bahkan ketika ia harus membagi waktu ditengah-tengah pekerjaan yang mencekiknya, ia masih bisa memperhatikan putra kesayangannya hingga jagoan kecilnya itu kini tumbuh dengan sangat baik dan sehat.

Baekhyun begitu mandiri, bahkan ketika ia masih kecil, dirinya tidak begitu dibebani perihal pertanyaan kenapa ibunya tak kunjung pulang? Sehingga ia tidak perlu repot-repot mengarang cerita yang mungkin akan menyakiti perasaan putranya ketika ia sudah dewasa dan mengerti akan kenyataan yang sebenarnya terjadi.

Baekhyun kecil bisa menerima itu semua dan tetap menjadi seorang anak yang periang, memiliki banyak teman, bahkan berprestasi selama berada dibangku sekolah.

Mungkin sampai sekarang anaknya itu telah menjadi seorang jenius cetakan dirinya.

Baekhyun mengambil jurusan Biologi.

Baekhyun kecil bilang jika sudah besar nanti ia ingin menjadi seorang Analis Laboraturium seperti ayahnya.

Ya, seorang Analis Laboraturium.

Itulah pekerjaannya.

Pekerjaan yang begitu menyita waktu dengan jas putih yang akan terus kau kenakan, menghabiskan waktu setiap harinya dalam sebuah laboraturium dengan berbagai bahan kimia yang mungkin beberapa orang lebih memilih untuk menghindarinya.

Namun Baekhyun berbeda, dia tidaklah membuang jauh-jauh pekerjaan yang membutuhkan kinerja otak itu, Baekhyun malah memilih untuk menjatuhkan dirinya kejurang dimana orang-orang pintar berkumpul untuk memecahkan sebuah pengetahuan baru yang akan bermanfaat bagi orang banyak.

"Ayah, Baekhyunie akan menjadi seorang Analis Laboraturium seperti ayah ketika Baekhyunie besar nanti."

Itulah yang selalu terngiang dalam benaknya, penyemangatnya,

Putranya.

"Ayah? Kau belum menghabiskan sarapanmu, tidakkah sebentar lagi kau harus segara berangkat?"

Oh, ia lupa mengenai jadwal keberangkatan yang akan membuatnya meninggalkan rumah untuk beberapa hari kedepan.

Selain menjadi seorang Analis Laboraturium, nyatanya pekerjaannya yang hebat itu membuatnya menjadi seorang Konsultan terpercaya juga.

Untuk beberapa kesempatan dirinya ditunjuk secara langsung untuk ikut serta dalam sebuah pekerjaan dimana dia harus pergi meninggalkan rumah selama berhari-berhari.

Memang itu adalah sebuah kesempatan emas yang tentusaja tidak bisa ditolak,

Tidak setiap hari memang, namun untuk beberapa waktu, hal itu selalu membuatnya berada disebuah jalan bercabang.

Dengan karir dan juga keluarganya.

"Pastikan semuanya dalam keadaan aman ketika kau meninggalkan rumah dan ketika kau akan tidur, kabari aku saat kau tiba dirumah, kau mengerti kan?"

"Aku mengerti, berangkatlah."

"Aku mencintaimu, jangan kemasi barang-barangmu sebelum aku kembali."

"Hahaha, aku mengerti. Hati-hati dan jaga kesehatan."

Pelukan erat akan kasih sayang itu berat untuk dilepas ketika masing-masing tanggung jawab mereka menunggu untuk tetap dilaksanakan.

Sebenarnya, Baekhyun tidak suka jika ia harus tinggal seorang diri dirumah, itu terus berlangsung bahkan ketika ia melupakan masa kecilnya.

Tapi Baekhyun tau kesenangan itu.

Ia tau jika kesenangan yang menjadi pekerjaanmu tidak bisa kau tinggalkan begitu saja.

Karna Baekhyun pun menginginkannya,

Suatu hari nanti.

08:00 AM

Masih ada banyak waktu yang tersisa sebelum kelas pagi benar-benar dimulai.

Namun seorang mahasiswa ini terlihat begitu tergesa disetiap langkah besarnya.

Langkahnya terlihat begitu mantap dengan sorot serius ketika ia menapakkan kakinya pada pelataran kampus.

Berjalan tanpa membiarkan manik jernihnya menikmati hal lain selain fokus itu tertuju pada setiap orang yang berlalu lalang menghalangi langkahnya.

Kakinya semakin ia bawa kedalam kawasan dimana ia menimba ilmu, seringkali sepasang sipitnya melirik jam tangan yang melingkar pas dipergelangan tangannya.

Baekhyun benci ini.

Lelaki itu membencinya ketika ia memiliki kelas pagi namun ia belum berada didepan kelasnya bahkan ketika lima belas menit bersisa masih ia miliki sebelum kelasnya dimulai.

Itu seperti cambukkan tak kasat mata yang membuatnya dalam keadaan tergesa. Biasanya, Baekhyun sudah harus berada didaerah kampusnya dua puluh menit sebelum semua pelajaran kesukaannya itu dimulai.

Ya, hanya terlambat lima menit dari tenggang waktu yang selalu ia tepati ketika berangkat ke kampus.

Dan itu semua menjadi ketakutan tersendiri baginya.

Karena jika sudah sekali kau keluar dari jadwal rutinitasmu, maka semua seolah keluar dari garis dan kau harus segera bergegas mengejar agar semuanya tidak semakin berantakan.

Paginya ia habiskan terlalu lama untuk melepas rindu satu sama lain bersama ayahnya yang akan melakukan pekerjaan diluar kota kurang lebih untuk seminggu kedepan.

Dan Baekhyun terlalu larut dalam pelukan panuh kasih ayahnya itu.

Ruangan yang menjadi kelasnya masih terkunci.

Namun itu bisa membuat Baekhyun menghembuskan nafas lega, bersamaan dengan rasa puasnya karena nyatanya ia tidak terlambat.

Tantusaja tidak.

Masih ada sepuluh menit lagi, bahkan beberapa mahasiswa yang sekelas dengannya belum seluruhnya berada di lokasi.

Termasuk sahabat dekatnya.

Ketika kelas akan dimulai dan semuanya sudah bersiap dengan jas putih mereka, Baekhyun mendapat sebuah tepukan cukup keras pada bagian pundaknya hingga ia terhuyung beberapa langkah kedepan. Sontak membalikkan badan, nyatanya itu adalah sahabat seperjuangannya dari awal mula semester pertama,

Lu Han.

Baekhyun hendak melayangkan sebuah tinju, namun sahabat yang menumpu berat pada lutut dengan nafas yang terengah itu membuat Baekhyun menahan balasan bogem untuk sahabat dekatnya.

"Huhh.. aku- tidakh.. terlambat kan?"

Tubuh yang menunduk itu kini menegak dengan usapan punggung tangan pada pelipisnya yang dialiri keringat, sedang Baekhyun hanya diam dan menatap tanpa belas kasihan pada sahabatnya yang masih membenarkan nafas.

"Sebenarnya kau hanya beruntung. Kau itu terlambat, tapi dosen Jun keluar untuk mengambil beberapa alat praktek yang tertinggal."

Lalu Baekhyun melanjutkan kegiatannya mengenakan Disposable Gloves, sebuah sarung tangan berbahan karet yang mereka gunakan untuk menjaga tangan mereka tetap steril selama praktek berlangsung. Sedang Luhan buru-buru mengeluarkan jas laboraturium miliknya sebelum dosennya itu kembali dan mengusirnya dari kelas karena tertangkap menyelundup masuk tanpa ijin.

Baekhyun adalah mahasiswa jurusan Biologi, dengan nilai sempurna sejak tahun pertama.

Sedang Luhan hanya jatuh cinta pada Kingdom Animalia dan bersyukur ketika ia bisa melanjutkan semesternya tanpa harus mengambil ulang mata kuliah dengan nilai yang tidak memuaskan.

"Melihatmu membuatku semakin ragu. Sebenarnya, apa tinggal di asrama kampus itu membuatmu semakin malas pergi ke kempus? Kupikir jika kau tinggal dekat dengan kawasan kampus kau tidak akan terlambat masuk kelas."

"Eiy.. apa itu. Ini karena teman sekamarku tidak membangunkanku. Kau tau kan? Oh Sehun? Yang pernah kuceritakan padamu? Saat aku bangun sepertinya dia lebih parah dariku karena kurasa tidurnya sepuluh kali lebih nyenyak dibanding aku. Tidak perlu khawatir aku yakin kau tidak akan terlambat masuk kelas meski kau memiliki teman sekamar yang malasnya melebihi Sehun, benarkan kan mahasiswa teladan Byun Baekhyun?"

Sudut sipitnya menusuk sepasang mata indah yang melayangkan sebuah godaan untuknya.

Mereka kini berada dalam laboraturium dengan masing-masing masker yang dikenakan oleh setiap orang. Namun tetap saja, seolah bisa menembus kain penutup itu, Baekhyun yakin jika kini Luhan tengah memperlihatkan wajah menyebalkannya.

Kelas pagi mereka akhirnya usai, Luhan segera mengejaknya mencari sesuap makanan karena ia tidak sempat sarapan sebelum mengikuti kelas paginya. Namun Baekhyun harus menolak ketika ia harus pergi ke perpustakaan karena dosennya meminta ia mengerjakan sebuah laporan yang membutuhkan beberapa referensi untuk pengerjaannya.

Yah tidak aneh memang.

Sejak awal tahun keduanya di Universitas, beberapa dosen mulai mengenalnya, ditambah Baekhyun adalah pribadi yang mudah akrab dengan orang lain, lalu kepintarannya selalu ia bagikan dengan teman-temannya, sejak saat itulah ia menjadi tangan kanan beberapa dosen jurusannya dan tidak menjadi hal aneh lagi baginya ketika salah satu dosen memintanya untuk berbagi pendapat mengenai subjek yang tengah mereka pelajari.

"Bagaimana dengan mengantarku untuk sebungkus roti dan aku akan menemanimu selama diperpustakaan?"

"Tidak boleh membawa makanan kedalam perpustakaan, kau ini bodoh ya?"

Si jenius melangkah mendahului, kakinya ia putar arah demi menjunjung rasa persahabatan diantara keduanya, mencari buku referensi mungkin tidak akan memakan waktu selama itu, jadi ada baiknya jika ia menemani sahabatnya terlebih dahulu.

Lagipula, tidak bohong memang jika nyatanya Baekhyun pun merasa perutnya harus kembali diisi.

"Bagaimana dengan ayahmu? Apa beliau sudah berangkat?"

"Ya, setelah berpisah satu sama lain selama setengah jam."

"Hahaha, kalian ini lucu sekali. Ahh aku jadi merindukan paman. Jadi apa kau dirumah seorang diri? Ingin kutemani?"

Alih-alih melontarkan basa-basi, nyatanya ada udang dibalik batu.

Luhan memang sudah beberapa kali menginap dirumahnya, dan itu membuat sahabatnya menjadi dekat dengan sang ayah secara tidak langsung.

Awal mula Luhan berkunjung kerumah Baekhyun adalah suguhan dimana setiap sudut rumah besar itu jauh dari jatuhnya butiran debu.

Luhan bahkan merasa ragu untuk menapakkan kakinya pada mengkilapnya lantai rumah Baekhyun.

Apa Baekhyun mengepel lantai rumahnya duakali dalam sehari?

Rumah Baekhyun amat sangat bersih dan juga rapih.

Mulutnya sempat menganga ketika Baekhyun bilang ia dan ayahnyalah yang selama ini mengurus rumah mereka bersama.

Dan ketika mengetahui jika ayah Baekhyun memiliki profesi sebagai Analis Laboraturium, darisana Luhan benar-benar yakin, jika buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Makadari itu dirinya yang cukup pemalas dan cukup mengenyampingkan kebersihan, harus mentaati peraturan keluarga Byun yang selalu berpusat pada ketepatan waktu dan juga kerapihan yang tidak bisa dinomor duakan.

"Tidak perlu, aku lebih baik tinggal sendiri daripada ditemani olehmu. Kau hanya akan mengotori rumahku."

"Dasar membosankan. Tapi kau tidak akan membatalkan rencanamu kan? Apakah pihak Universitas sudah memberitaumu mengenai asrama kosong yang bisa kau tempati?"

"Sebenarnya mereka sudah memberitauku, mereka bilang aku bisa langsung menempati asrama jika aku mau. Kebetulan kamar itu hanya ditempati oleh satu orang sejak semseter dua, hanya ada satu orang yang menempatinya hingga sekarang. Jadi aku diperbolehkan pindah ke asrama kapan saja."

"Wow.. aku baru tau jika asrama kita memiliki kamar kosong, gedung mana? Apa mereka juga memberi taumu siapa orang yang akan sekamar denganmu?"

Pertanyaan itu dijawab dengan sodoran ponsel Baekhyun yang menyala, memperlihatkan balasan Email mengenai pengajuan dirinya untuk tinggal di asrama,

Sebenarnya Baekhyun tidak begitu peduli dengan teman sekamar yang akan tinggal bersamanya kelak, hanya mengetahui jika asrama Universitasnya memiliki kamar kosong untuk ditinggali olehnya sudah membuatnya merasa lebih dari cukup.

Luhan nampak dengan seksama membaca lampiran seorang mahasiswa yang hanya menempati kamar asrama selama kurang lebih setahun kebelakang,

"Park Chanyeol, jurusan Seni.. dia berada di tahun ajar yang sama seperti kita. Tapi tunggu, kupikir wajahnya tidak terlalu asing, apa aku pernah melihatnya disuatu tempat ya?"

Kepalanya memiring ke kiri dan ke kanan dengan pandangan yang lamat-lamat ia fokuskan pada sebuah foto terlampir dilayar ponsel.

Luhan yakin jika ia pernah melihat rupa itu, terasa tidak asing.

Tapi dimana?

"Kenapa kau begitu penasaran sekali? Kau ingin sekamar dengannya ya?"

Baekyun segera mengambil alih ponselnya, mematikan layar tanpa memberi sebuah lirikan pada wujud identitas yang akan menjadi teman sekamarnya.

"Utuk apa aku ingin menjadi teman sekamarnya? Itukan teman kamarmu, untukmu saja!"

Luhan mendengus lalu menyesap kemasan susu yang telah dibeli olehnya,

Ngomong-ngomong soal teman sekamar..

"Ah benar! Aku mengenalnya! Hey bukankah dia dari jurusan Seni? Sudah pasti aku mengenalnya dari Sehun! Pantas saja wajah itu terasa tidak asing."

Luhan lalu kembali terdiam untuk beberapa alasan yang tidak Baekhyun ketahui,

"Hm.. tapi tunggu.. aku tidak mengingatnya lagi, apa mungkin dia bagian dari band ya?"

"Astaga, kupikir pembahasan ini sudah berakhir, kenapa kau begitu susah payah mengingatnya? Akan kuberitau nanti ketika aku bertemu dengannya dan bertanya padanya secara langsung. Kau puas?"

"Tidak-tidak.. bukan begitu, kau harus tau ini Baek. Jika dia memang anggota dari band kurasa.."

"Kurasa?"

Luhan terlihat menggigit bibir bawahnya dengan raut wajahnya yang terlihat ragu, menimang-nimang dengan hilangnya suara yang kerap ditunggu Baekhyun mengenai kalimat tak selesai yang diucapkan olehnya.

"Jika teman sekamarmu merupakan anggota dari band.. sudah pasti mereka.. sangat jorok."

"Oh Shit."

Keputasan dimana Baekhyun berakhir memilih asrama kampus untuk tinggal adalah, banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan dalam kurun waktu berdekatan.

Tidak jarang ketika Baekhyun mulai disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang harus dikerjakan secara berkelompok hingga terjun langsung kelapangan.

Mengharuskan Baekhyun lebih sering menghabiskan waktunya dikampus bahkan hingga matahari berputar digantikan oleh gelap bumi.

Setidaknya itu cukup menguras tenaga, dengan beberapa jadwal yang keluar dari jalur seharusnya, membuat Baekhyun harus siap siaga demi memperoleh hasil maksimalnya.

Rasa lelah itu membawakan sebuah celah dimana ada jalan lain untuk mengatasi masalahnya.

Luhan yang sudah tinggal diasrama kampus sejak tahun pertama manawarkan fasilitas kampusnya yang tentu saja bisa dinikmati bersama.

Hal itu tentusaja menjadi bahan pertimbangan untuknya.

Hingga diskusi yang panjang bersama ayahnya menghasilkan sebuah ijin dimana Baekhyun dilepas untuk bisa meninggalkan rumah.

Sang ayah memang dilanda sebuah kesedihan, dimana ia akhirnya harus tinggal seorang diri didalam rumahnya,

Tapi apa yang bisa ia lakukan ketika ia tidak bisa membantu apapun namun tetap memaksakan keegoisannya yang hanya memberatkan anaknya.

Maka setelah kepulangan dirinya dari tugas luar kota, ia sendiri yang akan mengantar anaknya ketempat tinggal baru dimana Baekhyun akan meraih mimpinya.

10:45 PM

"Ahh, Chanyeol.. shh pelan-pelanh.."

Pinggulnya semakin menungging tinggi ketika dorongan dibelakangnya semakin cepat dan kasar, menumbuk tanpa henti miliknya didalam sana yang kian mengedut dan mengerat,

Sedang yang diteriakan namanya semakin bersemangat kala dirinya yang hanya bisa diam dan pasrah demi menyelesaikan kegiatan mereka yang entah sudah berlangsung sejak kapan.

Yang menumbuk didalam dirinya kian mengembung dan mengeras, Chanyeol menggila karena dinding rektum itu benar-benar memanjakan penisnya dengan sensasi yang membuatnya tidak rela untuk berhenti.

Chanyeol mengawang,

Nafas beratnya bersahutan dengan desahan nikmat yang dilolongkan oleh lelaki yang kian menungging menyajikan kenikmatan yang bisa mereka nikmati bersama.

Geraman tertahan membuatnya menambah tenaga pada sebuah titik, dimana pusat kenikmatan itu terus-menerus menggodanya untuk sebuah kepuasan tiada tara.

Ia tarik sebelah tangan yang tengah menungging hingga tubuh itu terangkat dari posisinya, menempelkan bagian atas tubuh mereka pada sebuah tumbukan yang masih berlanjut, membuat kedua belah pantat itu menjepit miliknya yang masih senang keluar masuk lubang berkerut.

"Ahh.. tau kau senikmat ini, seharusnya sudah dari dulu aku melakukannya bukan?"

Telapak tangannya ia usapkan pada tubuh telanjang yang membusung ketika sapuan tangannya berhenti pada sebuah dada yang tidak memiliki gundukan.

Meski begitu, tonjolan kecil yang kian mengeras membuatnya lebih menarik karena Chanyeol dengan gemas memilin nipple kemerahan itu hingga korbannya semakin memohon untuk sebuah kepuasan.

Belum mencapai puncak yang diinginkan, ponselnya bergetar dengan suara nyaring yang sangat mengganggu, getaran kecil itu sedikitnya cukup membuyarkan konsentrasi ketika permukaan kasur yang digunakannya itu turut menyalurkan sedikit geteran yang berujung pada kerutan dikedua alisnya.

"Angkatlah terlebih dahulu, sepertinya itu penting."

"Tidak usah. Abaikan saja, kau pikir aku akan menghentikan semua ini begitu saja?"

Menolak untuk mengangkat panggilan yang kian mengeluarkan suara nyaring, Chanyeol mengumpat ketika lagi-lagi nada dering itu membuatnya kehilagan konsentrasi.

"Sudah kubilang, angkatlah dulu.. kurasa itu hal yang tidak bisa diabaikan."

Sebelum getar ponsel itu berakhir, sepasang mata akhirnya terbuka dengan gurat-gurat merah dibola mata kantuknya.

Tangannya meraba permukaan bantal disebelahnya dengan kesadaran yang belum sepenuhnya ia dapatkan.

Benda digenggaman tangan itu menunjukan pukul sebelas malam dengan sebuah nama yang tertera sebagai sang pelaku panggilan.

"Ada apa sialan?"

Suaranya yang serak dipaksa keluar ketika ia mengangkat panggilan.

Berdoalah jika ini adalah hal yang penting, karena jika bukan, Chanyeol akan bersumpah menghajar siapapun yang berani menghentikan acara malam menggairahkan dibawah alam sadarnya.

"Apanya yang ada apa? Kau dimana sialan? Sudah kubilang untuk kumpul terlebih dahulu setelah rapatku selesai. Kau pikir kau bisa tidur nyenyak seorang diri dan membiarkan yang lainnya latihan hah? Cepat kemari!"

Panggilan itu resmi berakhir dengan suara meninggi yang memerintahnya untuk segera bergegas dan pergi.

Sedang Chanyeol mengacak rambutnya frustasi dengan kenyataan yang tidak bisa ia pilih.

Haruskah ia kembali tidur dan berharap mimpi indahnya kembali berlanjut?

Atau haruskah ia segera bergegas dan pergi sesuai yang diperintahkan?

Mata kantuknya melirik hal lain yang ikut terbangun bersamaan dengan panggilan yang merusak mimpinya.

Benda diantara pahanya itu benar-benar mengacung.

"Harus kuapakan kau sekarang?"

Dengan berat hati akhirnya Chanyeol berakhir ditempat yang tidak diinginkan olehnya.

Sudah ada tiga orang lain yang mengisi ruangan yang ditempati olehnya, masing-masing menduduki sebuah kursi lengkap dengan beberapa lembar kertas yang mereka gunakan untuk mencatat sesuatu yang dirasa penting.

Hanya Chanyeol yang tidak memiliki benda apapun diatas mejanya.

Mukanya bahkan tidak terlihat ramah untuk sekedar diajak berbincang.

Namun orang lain disana seolah tidak peduli dengan bentuk protes tak kasat mata yang ditunjukkan olehnya, mereka bahkan melanjutkan pembicaraan yang memang sudah berlangsung bahkan sebelum Chanyeol berada dikursinya.

Ayolah bung, latihan apa yang dilakukan pada jam sebelas malam?!

"Jadi itu hanya perhitunganku saja. Apa kalian tidak masalah dengan ketentuan yang sudah ku jelaskan? Ini merupakan perjalanan pertama kita keluar kota, jadi kurasa akan memakan sedikit pengeluaran yang bisa jadi diluar perkiraan kita. Bagaimana menurut kalian?"

"Aku tak masalah. Lagipula kita mungkin tidak akan mendapat tawaran ini untuk kedua kalinya jika kita memilih mundur. Bukankah ini bisa menjadi awal baru? Kurasa dengan begitu orang lain akan lebih mengenal band kita, dan sepertinya aku sudah mencium bau uang yang akan segera berlomba-lomba menghampiri setelah penampilan perdana kita besok."

Itu Sehun.

Oh Sehun, basis, jurusan Seni.

"Selama kau sudah memastikan semuanya, aku akan dengan senang hati mengikutinya. Terimakasih telah mengurus semuanya sayang."

Itu Jongin.

Kim Jongin, drumer, jurusan Seni.

"Baiklah aku sudah memiliki dua suara sekarang. Lalu bagaimana denganmu Chanyeol? Aku tidak menyuruhmu datang kesini hanya untuk absen muka dan merajuk seperti anak kecil yang kesal karena dibangunkan."

Itu Kyungsoo.

Do Kyungsoo, vokalis, jurusan Seni,

Dan yang paling penting..

Ketua band.

"Pfftt..."

Sehun dan Jongin menahan tawanya sedang Chanyeol yang mendapat bahan ejekan menyudutkan mereka dengan tatapan ancaman yang sepertinya tidak begitu berpengaruh untuk dua orang sahabatnya yang menyebalkan.

"Ayolah Soo, kau pasti sudah tau jawabanku. Tidak bisakah aku menyetejuinya lewat panggilan saja? Kita akan terlambat bangun jika membuang-buang waktu seperti ini. Bukankah semuanya sudah selesai? Bisakah aku kembali sekarang?"

Tidak ingin berlama-lama, lagipula semua informasi panjang yang dipaparkan oleh Kyungsoo sepertinya tidak dicerna dengan baik oleh otaknya yang menolak untuk berpikir.

Nyawanya masih berada diatas ranjang dengan angan-angan permainan panas yang baru saja dimimpikan olehnya oke.

Jadi mari selesaikan ini dengan cepat lalu kembali ke alam mimpi demi keberangkatan mereka esok hari.

"Dengar, aku bukanlah pengangguran sepertimu. Bahkan aku barusaja menyelesaikan rapat organisasiku sebelum aku datang kemari. Masih banyak yang harus kuurus dan kau lebih mementingkan dirimu sendiri untuk tidur dan bersantai? Kita latihan dua lagu untuk besok!"

Lagi.

Perintah tak terbantah itu membuat Chanyeol memutar bola mata dan terpaksa beranjak ketika dua sahabatnya yang lain segera menurut layaknya hewan peliharaan.

"Bersabarlah sedikit lagi bung, kau taukan ini untuk masa depan?"

Sehun kembali menggodanya dengan kedua alis yang sengaja dinaik turunkan, menepuk sebelah pundaknya sebelum berlalu menuju ruang latihan yang sudah dipesan,

Sedang tepukan lain turut ia terima dari Jongin dengan raut wajahnya yang terlihat menyedihkan untuk mengejek tampilannya malam ini.

"Berhentilah mimpi menumbuk sebuah lubang dan mulailah mencari uang bung, kau taukan? Ini untuk tabungan masa depan?"

Pusat pandangannya berhenti sejenak pada celananya yang masih terlihat mengembung.

Oh Jongin tau sekali betapa menyiksanya itu.

"Sialan. Mati saja kau Kim Jongin."

Jongin hanya tertawa terbahak dan memilih menyusul yang lainnya untuk segera berlatih,

Chanyeol harus mengatur hembusan nafasnya beberapa kali hingga perasaan menyiksa itu sedikitnya berkurang dan kembali menggendong tas gitarnya untuk mengasah kemampuan memetiknya.

Besok adalah penampilan perdana mereka.

Awalnya hanya main-main.

Mereka semua dipertemukan dalam sebuah project panggung acara tahunan jurusannya.

Kyungsoo adalah panitia acara, satu tahun lebih tua darinya.

Sedang Sehun dan Jongin kala itu menjadi satu kelompok dengannya yang mewakili kelas mereka untuk tampil dipesta seni.

Tak lama dari sana, Jongin kembali dipertemukan dengan Kyungsoo, karena nyatanya, si panitia acara melakuan pergantian kamar asrama dengan teman Jongin.

Kyungsoo masih mengingat penampilan mereka kala itu, dan sebuah tawaran main-main diajukan oleh yang lebih tua untuk mengadakan sebuah pertemuan ketika mereka latihan.

Nyatanya, si panitia acara memiliki suara yang luar biasa indah.

Latihan selanjutnya selalu diikuti dengan kehadiran Kyungsoo yang secara tak langsung menempati posisi vokalis dan menggantikan Chanyeol.

Sebuah formulir perlombaan dibawanya kala itu.

Niat hanya ingin mencoba dan untuk kedua kalinya tampil dimuka umum, nyatanya mereka pulang dengan sebuah piala dan beberapa jumlah uang yang mereka dapatkan sebagai hadiah juara pertama.

Darisana lah mereka tercipta.

D'SKY.

Kini mereka terkenal dengan nama itu.

Sebuah band yang terdiri dari pemuda tampan yang sangat berbakat dengan sang vokalis yang memiliki suara bak malaikat.

Selain menjadi mahasiswa, ternyata mereka memiliki pekerjaan lain yang cukup membawakan untung.

Lambat laun, mereka mendapati beberapa permintaan panggung untuk mengisi sebuah acara, baik itu cafe, sebuah acara dilapangan terbuka, ataupun mengisi salah satu event Universitas mereka.

Puncak karirnya adalah besok.

Untuk pertama kalinya, sebuah amplop berisikan permintaan tampil disebuah acara cukup besar mereka dapatkan dari kota sebrang.

Memang tidak begitu terkenal hingga nama mereka tersebar ke negeri orang, namun permintaan resmi yang kini mereka dapatkan cukup membuktikan jika mereka telah diterima dikalangan masyarakat luas.

Tidak ada manager atau apapun itu yang mengurus kegiatan dan semua jadwal mereka,

Semuanya murni diurus dan dikerjakan oleh mereka sendiri, karena mau bagaimana pun, mereka tidak memiliki agensi yang menaungi nama mereka, melainkan nama Universitaslah yang turut menjadi payung atas kepopuleran yang mereka dapatkan.

Maka lagi-lagi yang tertualah yang mengurus segalanya.

Kyungsoo menjadi pemeran penting baik didepan maupun dibelakang layar.

Maka dari itu seorang pengangguran layaknya Park Chanyeol harusnya tidak memiliki niatan untuk membantah segala perintahnya.

Sebelum sinar matahari menghangatkan mereka, keemapatnya sudah siap berada disebuah stasiun demi perjalanan meraih mimpi mereka.

Latihan tadi malam sepertinya tidak begitu membuat mereka melupakan rasa gugup yang kini mereka rasakan.

Ini bukanlah penampilan pertama mereka, namun tetap saja untuk beberapa alasan, ketika mereka memperlihatkan kemampuan mereka diatas panggung, hal itu selalu berhasil membuat mereka mengeluarkan keringat dingin akan rasa gugup,

Orang lain menyebutnya demam panggung.

Yeah begitulah ketika dua dari sahabatnya meredakan demam panggung mereka dengan saling menggenggam erat kedua tangan, menyalurkan kasih sayang dan memberi semangat.

Chanyeol memutar bola mata malas saat mereka telah duduk didalam kereta, adegan menjijikan itu segera dimulai dimana Jongin dengan jantan meraih kedua tangan Kyungsoo, mengusapnya sayang dan membisikkan kata-kata penyemangat layaknya Kyungsoo akan melahirkan seorang anak.

Sudah tidak aneh memang.

Entah sejak kapan mereka berdua mulai bercinta, sepertinya itu sudah berlangsung sejak si panitia acara pindah kamar asrama.

Lalu Chanyeol menoleh pada sahabat lainnya yang menjadi teman duduknya.

Sehun lebih tenang dari kelihatannya, Sehun memang tidak banyak tingkah dalam beberapa situasi dan kondisi, namun setidaknya itu membuat Chanyeol nyaman ketimbang harus bergabung dengan sepasang kekasih yang sedang berbagi rasa.

"Wow, sepertinya dia akan datang lagi kali ini."

Chanyeol kembali menoleh ditengah-tengah dirinya yang sedang memanjakan beberapa penggemar diakun media sosialnya, pandangannya segera disuguhi dengan sebuah foto seorang gadis memamerkan sebuah tiket dimana band mereka akan tampil.

"Noona ini sepertinya kembali datang, bukan begitu?"

Sehun kembali memainkan ponselnya setelah memastikan Chanyeol telah melihat salah satu postingan yang lewat di timeline media sosial miliknya.

"Yeah, sepertinya begitu. Tidak usah dihiraukan, aku tidak akan sempat berbicara dengannya ketika sampai nanti."

"Sombong sekali. Kau semakin pamer setelah ketahuan memiliki fans fanatik yang selalu datang melihat penampilan kita, padahal dia bisa menemuimu dikampus. Kau kan bukan artis, berlebihan sekali."

"Diamlah Sehun, aku tau jelas jika iri itu sangat menyiksa."

"Sialan. Noona itu akan patah hati ketika dia tau jika kau bahkan tidak tertarik pada payudaranya."

Chanyeol kemudian tidak menyahut, dia lebih memilih menunduk dan kembali memainkan ponselnya dengan membalas beberapa komentar yang meramaikan postingan yang barusaja di upload olehnya.

Sehun menyeringai dalam duduknya, mengetahui jika pernyataan itu sedikitnya menyinggung kenyataan yang menjadi hal manis yang sengaja disembunyikan dari publik.

"Benarkan? Mengaku saja. Kau hanya membuang-buang waktumu dengan bermain-main dan bergonta-ganti wanita. Penismu itu.. tidak pernah merasa benar-benar dipuaskan dengan sebuah vagina kan?"

Chanyeol seketika terkesiap, segera mengalihkan pandangan pada sekitarnya, takutnya omongan kurang ajar sahabatnya itu didengar oleh penumpang lain.

"Berengsek, tidak bisakah kau mengatakan itu dengan pelan? Bagaimana jika orang lain mendengarnya bodoh?"

"Ow.. tuan ini takut ketahuan ternyata."

"Diam sialan. Lagipula kau tidak sepenuhnya benar. Aku bahkan tidak pernah mencicipi lubang lain selain yang dimiliki oleh para wanita itu, bagaimana bisa kau memukulku telak dan mangatakan jika aku ini gay hah? Berada ditengah-tengah pasangan dan sahabatku yang seorang gay, tidak berarti akupun sama seperti kalian, mengerti?"

Ya.

Sehun gay.

Begitupun Jongin dan Kyungsoo.

Sepertinya seluruh lelaki diasramanya sudah saling jatuh cinta dengan teman kamar masing-masing. Jongin dan Kyungsoo bahkan tiba-tiba berkencan setelah kepindahan Kyungsoo ke kamarnya, mereka tidak saling kenal sebelumnya.

Tidakkah itu terdengar aneh?

Sehun tidak jauh berbeda.

Lelaki itu bahkan sudah bicara beribu-ribu kali jika bercinta dengan teman sekamarnya selalu terasa menyenangkan itu disetiap malamnya.

Chanyeol hanya tidak mengerti dengan kenyataan yang ia alami.

Pasalnya, dia tidak lagi memiliki teman sekamar.

Mungkin saat tahun pertama perkuliahan dia memiliki teman kamar, tapi itu hanya bertahan selama satu semester sebelum teman sekamarnya memutuskan untuk keluar dari asrama dan berakhir dengan dirinya yang tidur seorang diri dikamar asrama selama satu tahun lebih.

Dan seingatnya dulu, tidak ada yang spesial dengan memilki teman sekamar, itu hanya memberimu sedikit bonus dengan kau bisa berbincang atau bermain game sepanjang malam.

Tidak ada yang benar-benar spesial hingga mereka jatuh cinta satu sama lain, bercinta dan berubah menjadi seorang gay.

Chanyeol tidak percaya dengan hukum alam yang seperti itu.

Tapi mimpinya akhir-akhir ini selalu membuatnya terbangun dengan keadaan penis mengacung.

Semua bunga mimpi itu terasa benar-benar nyata, bahkan Chanyeol bisa degan jelas merasakan bagaimana perasan lubang sempit itu menjepit penisnya.

Ya Tuhan, jangan lagi.

"Tapi.. apa bermimpi bercinta dengan seorang laki-laki bisa merubahmu menjadi seorang gay?"

Sehun melongo dengan pertanyaan tak penting dari Chanyeol, namun raut wajah itu terlihat sangat serius dengan setiap perkataannya,

"Chanyeol, kau itu tidak gay. Tapi kau seorang maniak."

Itulah jawaban dari Sehun atas pertanyaan serius yang sangat ingin diketahui olehnya.

Acara besar itu berlangsung selama kurang lebih lima jam, mereka hanya membawakan tiga lagu dari keseluruhan acara.

Semuanya berjalan mulus sesuai rencana.

Mungkin mereka kembali dengan sebuah nama dan beberapa penggemar tambahan.

Sebuah bayaran lebih mereka dapatkan.

Ini adalah kali pertama dimana semua lembar uang dalam amplop itu menjadi keringat manis atas segala waktu dan tenaga yang mereka persembahkan.

Tidak pernah menyangka jika keringat mereka akan berbuah manis seperti sekarang.

Maka dari itu setelah mereka kembali ke Seoul, sebuah jamuan pesta segera mereka selenggarakan.

Beberapa botol minuman dan makanan mahal mereka persembahkan untuk penampilan perdana mereka yang sukses total.

Dentingan gelas atas acara bersulang mereka kembali memeriahkan perasaan bahagia dimasing-masing dada.

Meski mereka telah membicarakan tentang bagaimana hal itu berjalan begitu mulus disepanjang perjalanan, namun tetap saja euphoria mendebarkan itu tetap menjadi denyut menyenangkan bagi mereka.

Sesuap ssam Sehun persembahkan bagi semua anggota bandnya yang sudah berhasil mencetak sejarah.

Chanyeol dengan senang hati mengisi penuh setiap gelas yang telah kosong dengan soju yang turut menghangatkan perasaan mereka, sedang Jongin dengan ahli memanggang potongan daging mahal yang akan mengisi perut mereka dengan gaji pertama mereka yang bisa dibilang fantastis untuk seorang anak baru.

Sedang Kyungsoo tentusaja menerima dengan senang hati perlakuan sahabat dan kekasihnya yang berubah menjadi seorang pelayan yang siap melayaninya.

Tidak ada usaha yang menjadi sia-sia.

Seberat apapun itu, semelelahkan apapun itu, sebanyak apapun itu, rasa manis itu pastilah ada.

Tidak mudah untuknya menjalani semua tanggung jawab yang harus ia kerjakan sehari-hari, seolah-olah semuaya berada ditanganmu dan kau harus mengerjakannya hingga tuntas.

Dia adalah yang tertua, dan anak-anak ini sudah sangat bekerja keras bersamanya.

Tidak menyangka kedatangannya pada waktu itu bisa berlangsung hingga membawanya pada sebuah panggung kesuksesan.

Kyungsoo tidak pernah membayangkannya, maka dari itu setiap tetes keringat yang sengaja mereka teteskan bersama selalu membuat Kyungsoo dilanda haru.

Ketika satu diantara mereka mengeluh dengan kurangnya waktu yang bisa mereka habiskan selama waktu latihan, selalu berhasil ia cegah dengan sebuah janji manis yang akan mereka dapatkan.

Sebuah tantangan tersendiri dimana mereka bahkan memiliki berbagai rintangan ketika masa-masa latihan, jadwal mereka yang tidak selalu sama, dan kesibukan Kyungsoo sebagai mahasiswa aktif dikampusnya selalu berakhir dengan jam malam yang seharusnya digunakan sebagai jam istirahat kini direbut dengan sebuah latihan demi sebuah kesuksesan.

Ya.

Kesuksesan yang bukan sebuah angan-angan.

"Wow bung, kau terlihat seperti seorang berandalan yang tidak pernah mencicipi manisnya soju. Biarkan kutuangkan lagi untukmu kawan."

Chanyeol kembali mengisi penuh gelas Jongin yang mulai terlihat bereaksi ketika minuman keras itu mulai mempengaruhi kesadarannya.

Sehun terbahak dengan sumpitnya yang kian mengambil potongan daging untuk disantap.

Kyungsoo mengambil alih gelas kekasihnya, meminum minuman Jongin yang mulai kehilangan akal warasnya.

"Kalian seperti orang gila. Jangan sampai kalian tidak bisa pulang sendiri, kalian pikir aku bisa mengangkut kalian semua? Sudah jangan terlalu banyak minum."

Selain menjadi ketua, manager, Kyungsoo juga bertugas sebagai penengah dan pangasuh bocah-bocah gila yang susah diatur.

Bukankah mereka ini lebih terlihat seperti segerombolan orang-orang yang baru saja memenangkan uang judi?

"Hyung, ayo memesan beberapa samgyeopsal, ini masih kurang. Bukankah uang kita masih banyak?"

Sehun melayangkan sebuah keinginan layaknya seorang bocah yang minta dibelikan daging mahal, Chanyeol kemudian menimpali dengan semangat yang terlalu membara, yang paling tinggi itu bilang untuk menambah minuman mereka yang mulai kehabisan cairan dalam botolnya.

"Kalian ingin menghabiskan seluruh uangnya disini? Aku bahkan telah merencanakan sebuah liburan menyenangkan untuk menghabiskan uang kita. Berhenti memesan dan pulanglah ketika kalian menghabiskan semua ini. Kurasa Jongin sudah tidak bisa bergabung dengan pesta minum kalian."

Sehun dan juga Chanyeol tentusaja bersorak hingga beberapa pengunjung disana memandang meja mereka dengan tatapan terganggu, itu semua dihiraukan dengan perasaan mereka yang kian menggebu denga sebuah rencana liburan yang akan segera mereka dapatkan.

"Wow bisakah kita seperti ini setiap minggu? Aku yakin ibuku akan senang ketika aku pulang nanti membawakan beberapa lembar uang."

"Haruskah kita menetapkan bayaran untuk setiap penampilan kita? Kurasa ini adalah awal kesuksesan yang akan terus berlangsung hingga aku wisuda hahaha."

"Sialan, bagaimana dengan seratus limapuluh ribu won?"

"Berengsek, tidakkah itu terlalu sedikit? Hahahaha."

"Dasar gila. Aku akan pulang terlebih dahulu, jangan membuat kekacauan dan pulanglah dalam keadaan sadar, mengerti? Akan kuberitau mengenai agenda kita besok. Sudah ya."

Kyungsoo selesai degan semua barang-barangnya lalu segera meraih lengan Jongin untuk dilingkarkan pada pundak kecilnya.

Lelaki yang lebih tingginya itu sudah terkulai tak sadarkan diri dan mulai melanturkan beberapa hal yang tidak masuk akal.

Untunglah mereka berada dikamar asrama yang sama, makadari itu Kyungsoo tidak merasa keberatan untuk menyeret kekasihnya itu pulang.

"Kau ada acara besok pagi?"

Sehun kembali melanjutkan mengisi perut karetnya dengan semangkuk daging terakhir mereka malam ini.

Chanyeol turut menghabiskan kudapan mahal mereka tanpa niat menyisakannya sedikitpun.

"Kurasa tidak ada. Oh sial, sepertinya anak itu akan datang besok pagi."

"Siapa?"

"Orang yang akan mengisi kamarku."

"Wow, benarkah? Tunjukan padaku orangnya."

Chanyeol hanya menyodorkan ponselnya, dan Sehun dengan senang hati mencari sosok yan akan menjadi teman sekamar sahabatnya setelah sekian lama.

"Jurusan Biologi? Wah kurasa kau akan menjadi mahasiswa jenius setelah hidup bersamanya."

"Yeah, fotonya bahkan terlihat membosankan, bukankah itu hanya kumpulan anak-anak culun dengan tumpukan buku tebal mereka?"

Chanyeol kembali memberikan lirikan matanya pada layar ponsel dimana pihak universitas memberinya sebuah Email mengenai informasi data diri mahasiswa yang akan tinggal menetap diasrama, dikamarnya.

Seorang mahasiswa yang seangkatan dengannya,

Byun Baekhyun, jurusan Biologi.

Dari fotonya saja terlihat jika anak itu tipikal anak yang kaku, pasti membosankan ketika yang menjadi teman sekamarmu lebih suka menghabiskan waktu dengan tumpukan buku daripada mengacau dan meminum sesuatu.

"Kurasa tidak buruk. Tunggu saja sampai kau yang pertama kali menjilat ludahmu sendiri. Kau bilang tidak pernah percaya dengan hukum alam yang biasa mereka rasakan ketika memiliki teman sekamar bukan? Tunggu dan lihatlah hingga saat itu tiba kau meminta bantuanku Park."

Sehun kemudian memberikan kembali ponsel sahabatnya yang terlihat tak peduli dan kembali malanjutkan minum,

Chanyeol hanya akan membiarkan informasi tak masuk akal itu melewati pendengarannya, dia tidak berencana mempercayai omong kosong itu dan memilih menghilangkan kesadarannya sendiri hingga malam ini berlalu.

"Kurasa dalam waktu dekat ini kau akan mengetahui jika kau bukanlah seorang penggemar vagina lagi."

Sehun bergabung pada pesta minum mereka yang belum usai, malam masihlah panjang, dan dia tidak merasa keberatan jika harus berakhir kehilangan kewarasannya ditempat makan ini.

Chanyeol menyentak gelasnya pada meja, kapalanya tertunduk dengan rasa pusing yang mulai menyeruak, tatapannya yang mulai kabur berpusat pada layar ponselnya yang masih menyala lengkap dengan foto seorang mahasiswa yang akan menjadi teman sekamarnya,

Beberapa detik ia biarkan berlalu dengan tenggelam pada jepretan sosok yang sama sekali belum pernah ia temui selama dirinya berada di Universitas,

Lagipula siapa yang peduli?

"Aku bukan gay sialan."

Hingga beberapa gelas selanjutnya pemilik toko harus dengan susah payah menyuruh pegawainya menyeret dua mahasiswa mabuk kedalam sebauh taxi untuk mengirim dua pemuda itu kealamat yang sesuai dengankartu identidas mahasiswa mereka.

Entah sudah berapa jam Chanyeol berpetualang dalam alam mimpinya, rasanya begitu singkat ketika kesadarannya mulai terganggu dengan suara ketukan pintu kamarnya.

Oh sejak kapan dia berada dikamarnya?

Bukankah semalam dia masih berada disebuah tempat makan dengan Sehun?

Suara ketukan itu nyatanya terus berlanjut dengan paksaan kedua matanya yang ia ajak terbuka lengkap dengan kepalanya yang terasa begitu berat dan berputar.

Tenggorokannya bahkan terasa sangat kering dengan rasa tak nyaman yang berpusat dalam perutnya.

Sepertinya Chanyeol terlalu banyak menampung minuman keras dalam perutnya.

Lima detik berikutnya Chanyeol masih terlentang mengerikan dengan semua sisa kesadarannya yang terasa begitu menyiksa, namun orang yang mengetuk pintu kamarnya sepertinya belum menyerah sebelum Chanyeol membukakan pintu untuknya.

Padahal Chanyeol tidak pernah mengunci pintu kamarnya.

Yah sudah pasti karena sahabatnya selalu menjadi alarm tambahan ketika dia tak kunjung membalas pesan atau mengangkat panggilan saat mereka semua harus kumpul untuk sebuah latihan.

Matanya bergulir pada pakaiannya yang tercium begitu buruk.

Chanyeol belum mengganti pakaiannya, dan aroma tak sedap itu semakin membuat perutnya bergejolak tak enak,

Mungkin sebentar lagi Chanyeol akan memuntahkan seluruh cairan yang ada didalam perutnya.

Kembali ketukan itu berubah menjadi sebuah gedoran tak sabaran ketika Chanyeol masih tak mau beranjak dari tempatnya.

"Ah.. si culun itu sudah datang."

Menyematkan jarinya pada helai rambut dan meremasnya pelan, dengan kepala pusing Chanyeol membangkitkan tubuhnya, rambutnya bahkan terasa lengket, namun remasan lain ia berikan untuk setidaknya memperbaiki pandangannya yang masih berbayang.

Tas dan jaketnya yang ia kenakan semalam tergeletak menyedihkan diatas lantai, Chanyeol sedikitnya mencicipi aroma tubuhnya yang sesungguhnya tidak jauh lebih baik dari seorang yang belum mandi,

Namun bagaimana lagi?

Akhirnya ia bawa tubuh tinggi miliknya pada sebuah langkah, menuju pintu yang masih menghasilkan sebuah ketukan dari luar.

Tidak perlu mempersiapkan diri untuk membuka pintu dan menyambut teman yang akan hidup bersamanya,

Bukankah mereka harus terbuka satu sama lain? Jadi tak perlu menutup-nutupi kebiasaanmu untuk bisa mengenal satu sama lain.

Knop pintu ditariknya memperlihatkan tamu pertamanya dipagi hari.

Wajahnya yang kusut mulai bereaksi ketika sosok lain nyatanya terlihat begitu rapih dipagi yang cerah ini.

Perutnya yang bergejolak mual berhenti memberontak ketika hidungnya menghirup aroma buah segar berpusat pada lelaki pendek yang nampak terkejut dihadapannya.

Mata yang lebih sipit itu sedikit membola dengan bibirnya yang terbuka dan tangannya yang membentuk kepalan kecil menggantung diudara.

Untuk sementara semuanya terasa terhenti tanpa suara.

Dua pandangan yang terlontar menyembunyikan sebuah reaksi yang berbeda.

Yang baru saja bangun tidur seperti kehilangan detak jantungnya ketika melihat lelaki mungil yang tercium begitu wangi dengan ekspresi menggemaskan yang ingin ia bawa lari,

Oh apakah Chanyeol terlihat tampan sekarang?

Sedang yang datang dengan sebuah koper mengalami rasa keget yang luar biasa ngeri ketika yang membukakan pintu adalah sosok yang tak jauh dari gambaran pria pengangguran yang gemar mabuk-mabukan.

Bau menyengat alkohol itu terlalu kentara dengan penampilan menakutkan lelaki yang membukakan pintu kamar, bahkan wajahnya saja tak terlihat seperti telah tersentuh air dalam waktu yang lama.

Baekhyun terkejut setengah mati hingga ia kehilangan suaranya.

Namun pose mereka yang berada diambang pintu selama beberapa detik harus segera diakhiri dengan deheman Baekhyun yang segera menurunkan tangannya dan berusaha terlihat sopan dalam pertemuan pertama mereka dipagi hari.

"Hai, kupikir tidak ada orang didalam. Namaku Byun Baekhyun, aku yang akan menjadi teman sekamarmu mulai dari sekarang."

Lelaki pendek itu kemudian tersenyum dengan bias cahaya matahari yang entah kenapa terasa begitu hangat dan menyegarkan, kedua mata yang lebih kecil dari miliknya melengkung indah menjadi sebuah senyuman lembut yang begitu menawan,

Chanyeol masih terhipnotis seperti orang dungu yang bahkan bingung harus membalas kalimat perkenalan singkat itu seperti apa.

Berlawanan degan otaknya yang tak kunjung memberi jawaban, bibir itu kemudian terbuka dengan sendirnya, menjawab sebuah kalimat singkat sebagai perkenalan mereka.

"Namaku Park Chanyeol, dan aku gay."

.

.

.

.

.

Namanya Byun Baekhyun, semester empat yang memutuskan untuk tinggal bersama diasrama kampus. Jurusan Biologi yang selalu menomor satukan kebersihan dan kedisiplinan. Baik, pintar, rapih, lucu, cantik, dan polos.

Namaku Park Chayeol, dan aku Gay.

We Live Together

-Biikachu-

CHANBAEK / YAOI

The original story are purely mine. All cast are belongs to God and their parents. This is just my imagination, not real. If there's any similarities with other story, its purely unintentionally, or it can be a mate (?)

CAUTION !

THIS IS A CHANBAEK YAOI STORY, ALL SCENES AND SITUATION IN THE STORY ARE MERELY FICTIONAL USING IMAGINATIVE WRITERS THAT MAY NOT HAPPEN IN REAL LIFE. IF YOU DONT LIKE IT, PLEASE DON'T READ.

DO NOT COPAST AND REPOST WITHOUT PERMISSION, ENJOY

Cast:

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

EXO Member

Support Cast

.

.

.

.

.

LANJUT JANGAN? WKWKWK

Hai haiiii, siapa kangen akuu? Wkwk, ini dia yang sempat memenuhi SG kalian di IG lololol, kebanyakan nebak judulnya Life ya? Beda sikit lah, yang bener itu pake Live yaaa .. ada yang merasa nebak bener gak tuh?

Btw.. ini ff sebenarnya sudah direncanakan sejak aku KKN so, sudah dari bulan januari ff ini tersimpan dalam ingatan wkwk, dann.. ceritanya memang terinspirasi dari kisah ku selama KKN WKWKWWKWKWK penasaran gak tuh kira-kira?

DAN LAGI ini ff yaoi keduaku! Setelah oneshoot yang masih terlihat sangat amatir beberapa tahun yang lalu wkwk.

Kenapa YAOI?

Yakali woyyy Baekhyun semakin sini semakin menggemaskan dan minta dimakan banget, jangan tanya kenapa dia bisa imut dan begitu uwu, aku aja udah cape dan lemes liatnya.

Apalagi si bapak.

Yeuu udah keker makin ganteng pula.

Dah ah takut lupa diri dan malah ngebusa.

Aku harap kalian berkenanan meninggalkan review juga kritik saran yang membangun yaa, kalau emang cerita baru ini cukup membuat penasaran, haruskah ini dilanjutkan? :P

Untuk informasi tambahan dua ff yang lagi on going itu seperti biasa mengalami kendala dalam hal imajinasi dan kemalasan yang selalu menguasai diri wkwk, malah ngejamah ff baru kan jadinya : ")

Maaf kalo masih terdapat typo.. udah dicari tapi kayaknya gak ketemu :(

SOOO.. JANGAN LUPA REVIEW DAN TINGGALKAN JEJAK OKAY?

FOLLOW IG biikachu FOR MORE UPDATE AND MORE ME WKWK

SEE YOU VERY SOON, AND BE HAPPY Y'ALL

I LOVE YOU!

PYEONG!