Identitas Sang Jenderal Besar itu bersifat rahasia. Sangat misterius, berbeda dengan Jenderal-Jenderal sebelumnya yang lebih suka di sorot publik—bukti bahwa mereka lebih terbuka pada rakyat yang ia pimpin. Hanya beberapa orang penting dan orang-orang yang berada dilingkungan Sang Jenderal saja yang mengetahui wujud asli pemimpin tertinggi Allcean itu.

Wartawan dilarang mengambil foto atau rekaman Sang Jenderal Besar. Karena ia pribadi tertutup yang lebih ingin rakyat melihat hasil kerja-nya saja. Damai, aman dan sejahtera di bawah kuasanya. Juga karena Sang Jenderal suka menyamar, turut bergabung bersama rakyatnya tanpa ada rasa segan atau hormat berlebih seperti saat ia berperan sebagai Jenderal.

Seperti memiliki dua kepribadian, Sang Jenderal memiliki aura yang menyenangkan saat ia menyamar menjadi rakyat biasa. Membuat para bapak-bapak mengundangnya untuk minum kopi dan berdiskusi tentang politik, lalu ibu-ibu tak henti memberinya makanan berharap mendapatkan pujian dari pria sopan, rupawan, cerdas nan baik hati itu, lalu anak-anak menjadikannya teladan bahwa mereka harus bisa sekeren itu saat dewasa. Tapi saat ia berperan sebagai Jenderal, setiap jiwa yang melihat sosok itu reflek menunduk sebagai bentuk hormat atas jasanya, atau karena enggan ditatap oleh manik emerald itu begitu tajam seperti katana yang mengkilat siap menebas kepala musuh.

Rumor yang dibawa angin pada telinga rakyat pun berupa. Sebagian berpendapat bahwa Sang Jenderal pasti buruk rupa hingga tak ingin wajahnya disorot publik, sebagian lagi menyangkal dengan opini bahwa Sang Jenderal terlalu tampan hingga silaunya bisa merusak mata. Rakyat tak akan sanggup melihatnya—opini ini membuat pendapat pertama lebih banyak di gemari.

Hanya saja pendapat-pendapat itu tetap mengambang di udara tanpa pasti. Karena benar tak ada bukti konkrit yang mendukung masing-masing pendapat. Tanpa tau, sang Jenderal terkadang berada di sekitar mereka bertingkah seakan ia adalah warga sipil biasa.

Seperti saat ini. Saat Chanyeol memutuskan untuk menyalahgunakan kedudukannya sebagai pemimpin agar bisa melihat carrier cantik yang membawa hatinya 17 tahun silam. Jenderal besar Allcean itu bahkan tak memakai penyamarannya yang biasa, tak memakai softlens untuk menyamarkan mata emeraldnya, hanya rambut hitam nya saja yang di cat blonde. Seperti dulu. Saat mereka masih suka bersembunyi dibalik lemari pakaian.

Melakukan sesuatu.

Agar Baekhyun tau, dan langsung mengenalinya. Padahal Chanyeol mengharapkan pelukan selamat datang yang hangat. Kecupan kecil di pipi juga boleh, banyak-banyak dibibir sangat dibenarkan.

Tapi ini? Dia sejauh ini hanya untuk mendapati carrier itu berpaling darinya dengan seorang berondong yang bahkan terlihat serupa dengan Chanyeol.

Serupa?

oOo

A story by Baekspocket

Chanyeol x Baekhyun

With Jongin, Sehun, Eunwoo, Guanlin

And support

AU, Romance

Yaoi

Mpreg

TYPO(s) EVERYWHERE

Ps: narasi ngebosenin super panjang

oOo

Ensconsed

"Wah keren sekali!"

Guanlin sedang menikmati acara Larva di TV saat Jongin masuk kedalam rumah dengan suara cempreng-nya yang menyebalkan. Kesal, tangan Guanlin dengan gesit melempar remot ke arah Jongin.

HAP!

Tapi gagal dan benda itu di tangkap oleh Sehun yang entah datang dari mana. Sehun menyusul Guanlin dengan mata menajam dan tawa menyebalkan Jongin yang tidak jadi tertimpuk remot, sedang mengangsurkan belanjaannya ke meja dapur lalu kembali keruang tamu.

"Jangan remotnya, baru dua minggu yang lalu kita membeli yang baru." Ucap Sehun seraya mengambil sesuatu di atas meja.

"Pakai ini saja," Itu vas bunga dari kaca.

Guanlin dengan senang hati menerima vas bunga itu. Lalu bersiap melemparkannya kearah Jongin yang bersiap untuk lari, setelah sebelumnya mengancam Sehun dengan gerakan tangan menyilat leher.

Tapi Sehun tidak peduli. Fokusnya sekarang hanya pada tayangan televisi yang tadi di tonton oleh Guanlin.

"DIAM DISITU YA HYUNG!" Guanlin memperingati.

"MANA MAU AKU!" Jongin berusaha kabur. Mereka berputar-putar disekeliling ruang tamu (yang juga merupakan ruang keluarga), lama-lama berlari didapur lalu berputar ke kebun belakang rumah dan kembali lagi mengelilingi sofa, dengan tangan Guanlin yang masih berusaha melemparkan benda itu kearah Jongin yang gesit seperti kancil.

"IH ULAT BULU SEKALI! DIAM BISA TIDAK?" Guanlin mulai tak sabar. Nafasnya sisa seperempat, dua langkah lagi ia bisa saja sekarat.

Jongin tentu protes. "EH AKU MANA BISA DIAM KALAU KAU ANARKIS SEPERTI ITU!"

"Tapi aku lelah hyunggg."

Menjatuhkan badan kesofa, Guanlin menarik nafasnya pendek-pendek. Padahal itu hanya lari-lari sedikit saja. Jongin bahkan tak merasa kepayahan sedikitpun, walaupun faktanya mereka sudah mengelilingi seisi rumah selama setengah jam. Sehun bahkan sudah mengganti siarannya ke acara berita tengah hari.

"Hu cupu!" Ejek Jongin yang juga mendaratkan pantatnya disebelah Sehun. Matanya melirik Guanlin yang merengut, memilih untuk tidak membalas perkataan Jongin.

Mereka terdiam menyaksikan tayangan televisi saat tiba-tba Sehun bertanya. "Papa mana?"

Sebenarnya sedari tadi ia ingin bertanya, tapi Jongin dan Guanlin terlalu sibuk dengan tingkah konyol mereka. Maka Sehun memutuskan untuk menunggu sampai kedua gorila itu berhenti membuat ulah.

"Oh iya!" Seakan teringat sesuatu, Jongin memutar duduknya kearah Sehun.

"Aku tadi bertemu seseorang!" Ucapnya antusias.

"Siapa?" Tanya Guanlin yang ikut penasaran.

"Ayah!"

Keduanya terdiam. Baik Sehun dan Guanlin hanya menatap Jongin heran. Topik ini sebenarnya sangat sensitif untuk dibahas. Mereka sepakat tidak akan mengungkit-ungkit kata Ayah karena itu hanya akan membuat Baekhyun sedih. Baekhyun tidak menangis. Tapi keempatnya tau Baekhyun tidak suka jika mereka membahas tentang siapa Ayah mereka. Dari sana mereka berhenti bertanya tentang siapa Ayah mereka. Siapa yang butuh Ayah jika Baekhyun bisa menjadi keduanya?

Baekhyun itu papa super keren yang keempatnya pernah punya. Dan itu saja sudah lebih dari cukup.

Tapi kadang pernyataan itu tetap sering terlintas diantara keempatnya. Hanya saja mereka lebih memilih untuk tidak mengangkatnya dalam bahasan.

"Aku menanyakan Papa." Ujar Sehun tidak suka. Topik ini harus segara diganti.

"Tapi ini Ayah kita Hun!" Semangat Jongin lebih membara dari siapapun.

"Kita punya?" Tanya Sehun sarkastik. Sementara Guanlin memilih diam. Tidak tau harus merespon apa.

Jongin bersedekap dada. "Kita punya satu!"

"Mana?" Tanya Sehun menantang.

"Aku menemukannya di supermarket!"

"Mereka menjualnya sekarang?" Sehun menatap Jongin tidak percaya.

"Diskon tidak?" Lanjutnya meremehkan.

Jongin tentu saja tersinggung dengan ucapan Sehun. Hal ini bukan sesuatu yang bisa dijadikan bahan untuk bercanda dan Jongin kira Sehun sudah tahu itu. Maka dengan segenap harga dirinya Jongin melayang tinjunya kewajah Sehun yang tidak siap.

"HYUNG!" Teriak Eunwoo yang terkejut dengan tindakan Jongin yang tiba-tiba. Dia baru saja selesai mandi saat mendengar pertikaian saudaranya dari ruang tamu. Guanlin memegangi Jongin yang nafasnya naik turun dan kepalan tangan disisi tubuh.

"HYUNG KENAPA SIH?" Eunwoo memegangi Sehun. Takut-takut jika Hyungnya ini akan membalas. Tapi Sehun hanya diam. Tidak menyangka Jongin akan menghajarnya, di wajah. Dengan pukulan yang tidak main-main. Lebamnya bahkan sudah membiru dan Sehun merasakan sakitnya saat menggerakkan wajah.

Tapi ini bukan apa-apa. Keempatnya ahli bela diri sejak kecil. Berurusan dengan preman-preman gang juga sudah biasa. Dulu bahkan Baekhyun sering menangis karena mereka pulang penuh lebam karena berkelahi. Tapi mereka tidak pernah menyakiti satu sama lain.

Mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan ketika Guanlin membuat Baekhyun harus didamprat oleh bosnya karena Guanlin yang mengacau laptop Baekhyun, Jongin tidak memukulnya.

Jongin memang memiliki tempramen paling buruk dari keempatnya. Tapi juga yang paling bisa mengendalikan emosinya setelah Sehun. Jadi jika ia bisa memberi Sehun pukulan di wajah, berarti Sehun sudah benar-benar membuat Jongin marah.

"Papa sedang bertemu dengannya." Ucap Jongin sebelum melangkah pergi dari sana, meninggalkan debaman pintu yang terbanting dibelakangnya.

"Papa pulang,"

Lalu Baekhyun datang disaat yang tidak tepat. Matanya sembap dan Sehun dapat melihatnya dalam sekali lirik. Papanya pasti habis menangis.

"Sehun kenapa?" Baekhyun mendekat melihat Eunwoo yang terdiam disebelah Sehun. Begitu juga Guanlin yang ikut bungkam. Sementara Sehun hanya diam dengan pandangan menunduk.

"Jongin?" Tanya Baekhyun sekali lagi. Saat melihat sisulung tidak berada dimana-mana.

"Sehun bertengkar?" Baekhyun bertanya dengan lembut. Pada kondisi biasa dia akan panik luar biasa dan merecoki Sehun dengan pertanyaan layaknya seorang papa. Hanya saja itu mungkin bukan merupakan hal yang tepat untuk menghadapi Sehun yang sedang emosi.

Baekhyun bersimpuh didepan Sehun. Meraih wajah anaknya lalu mengusap lebam di pipi Sehun hingga anak itu meringis.

"Eunwoo bisa tolong Papa ambil kotak P3K?" Eunwoo mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Lalu Baekhyun beralih pada Guanlin.

"Guanlin tolong papa juga ya nak? Tolong ambilkan air hangat dengan mangkok kecil dan lap kain?"

"Okeydokey Pap!"

Tinggal mereka berdua disana. Dengan sangkaan Sehun tentang Baekhyun yang mungkin tahu asal lebamnya yang berasal dari Jongin. Hingga papanya tak terlihat panik dan marah, alih-alih menatapnya lembut penuh kasih sayang.

"Papa bertemu siapa?" Sehun mengangkat suara. Benar menyadari Baekhyun yang tiba-tiba membeku lalu saat tersadar melempar senyum pada Sehun.

"Teman."

Pembohong.

"Siapa yang memukulmu?" Baekhyun balik bertanya. Mengambil lap basah yang sudah dibawa oleh Guanlin lalu menekannya ke lebam Sehun. Diikuti Eunwoo yang kembali dengan kotak P3K ditangannya. Lalu ikut duduk disamping Baekhyun.

"Tidak ada." Jawab Sehun singkat.

"Jangan berbohong." Ucap Baekhyun memperingati. Tangannya masih sigap mengobati lebam Sehun.

"Iya, jangan berbohong," Jawab Sehun lagi. Tangannya perlahan menuju wajah Baekhyun lalu mengelus 'tanda merah' dirahang Baekhyun. Disana Baekhyun membeku, apalagi perkataan Sehun sesudahnya.

"Teman tak akan meninggalkan ini."

Sehun kembali menatap Baekhyun lalu mengambil kapas yang akan dipasangkan Baekhyun di lukanya saat Baekhyun tiba-tiba terdiam. Tau benar maksud Sehun apa.

"Papa istirahat saja, biar aku yang obati ini nanti."

Lalu kakinya melangkah dari situ, meninggalkan Baekhyun bersama Guanlin dan Eunwoo dalam diam.

"Papa benar bertemu Daddy?"

Eunwoo langsung menoleh ke arah Baekhyun saat Guanlin selesai dengan pertanyaannya. Benak-nya mulai bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dan kenapa hanya dia yang tidak mengetahui apapun.

"Daddy?" Maka Eunwoo bertanya pada Guanlin yang masih menunggu jawaban Baekhyun.

"Kata Jongin hyung, Papa bertemu Daddy di supermarket."

"Apa?"

Guanlin mendekat pada papanya. "Mereka benar-benar menjualnya? Diskon?"

Eunwoo dan Baekhyun sama sekali tidak mengerti maksud Guanlin apa. Pada kondisi seperti ini Eunwoo mempertanyakan otak Guanlin itu ada atau tidak.

"Tidak," Baekhyun menggeleng sambil tersenyum saat ia menemukan cara untuk mengendalikan diri. Tapi Guanlin dan Eunwoo masih menatap-nya sangsi. Maka Baekhyun mencari akal untuk mengatakan hal lain.

"Tadi kami melihat Kai EXO di jalan,"

Guanlin mengangkat alis tidak mengerti. "Lalu?"

Baekhyun tersenyum, mengusap surai Guanlin dan Eunwoo lalu menjetik hidung keduanya, seakan mereka balita dan bukan remaja 16 tahun. Eunwoo dan Guanlin meringis lalu kompak mengerucutkan bibir.

"Hyungmu merasa mirip dengannya, jadi ia mengaku Kai jadi Ayahnya."

Wah Baekhyun pintar sekali membual. Buktinya Eunwoo dan Guanlin langsung percaya lalu mendecih malas. Tak percaya dengan kepercayaan diri hyungnya yang memang diatas rata-rata. Kadang melebihi batas dan berujung pada pertikaian yang tidak penting ini.

"Ih Guanlin belum mandi ya?" Baekhyun berusaha mengganti topik. Jarinya menjepit hidung meyakinkan. Eunwoo pula membantu Papanya.

"Oh jadi bau busuk ini dari dari kau Guan? Ih bau sekali." Wajahnya menyerngit diikuti tangan yang ikut menjepit hidung.

Sementara Guanlin yang merasa dipojokkan menatap kedua orang itu tidak percaya lalu mencium bau tubuhnya sendiri. Sedikit bau keringat tapi tidak bau busuk kok! Ini efek setelah berlari-lari tak berencana tadi dengan Jongin.

"Awas ya! Kalau aku sudah wangi hyung pasti rela mencium ketiakku." Matanya melotot ke arah Eunwoo lalu dengan gerakan cepat mencium pipi Baekhyun, mendorong Eunwoo sampai jatuh dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Baekhyun dan Eunwoo yang balas melempar bantal sofa pada Guanlin. Eunwoo lalu mengalihkan perhatiannya pada Baekhyun. Melihat papanya dengan mata yang berbinar.

"Pisang Eunwoo Pa?"

Baekhyun tertawa lalu berjalan kedapur dengan Eunwoo yang mengekor di belakangnya.

Baekhyun menyentuh rahangnya yang Sehun sentuh tadi lalu menghela nafas. Menutup rapat-rapat kenyataan ia baru saja berbohong pada kedua anaknya. Guanlin dan Eunwoo mungkin dengan mudah percaya, tapi Sehun dan Jongin? Baekhyun tidak tahu bagaimana cara mengatasi mereka.

Bahkan tidak juga dengan ayah mereka, Chanyeol.

oOo

Baekhyun memberi alasan 'bertemu teman lama' pada Jongin saat meminta anak sulungnya itu untuk pulang terlebih dahulu. Tangannya gemetar karena rasa gugup, begitupula keringat sebesar biji jagung yang terus turun dari pelipisnya. Hal ini tak akan terjadi jika yang berdiri Pria yang sedang berdiri didepannya ini bukan Chanyeol.

Sang Jenderal Besar Allcean

Dan Pria yang harusnya tak Baekhyun temui lagi, demi menepati janjinya

"Maafkan saya Yang Mulia. Harusnya saya tidak lari seperti tadi."

Mereka sudah terdiam hampir setengah jam lebih dengan suasana yang benar-benar mencekam. Maka Baekhyun memutuskan untuk membuka suara agar ia bisa segera keluar dari tempat ini.

Ruangan luas yang Baekhyun yakini sebagai apartement sementara Jenderal Besar Allcean itu.

Oh soal itu, lepas Baekhyun yang bergegas menuju kasir dan membayar semua belanjaannya. Chanyeol memutuskan menunggu laki-laki itu dan mencegatnya dengan sapaan ramah seakan mereka adalah teman lama yang lama tidak bersua.

Itu bukan suatu kebohongan. Chanyeol memang sudah lama tidak bertemu dengan Baekhyun, tapi dulu mereka bukan sekedar 'teman'.

Chanyeol menyerngit mendengar panggilan yang Baekhyun lontarkan padanya. Alisnya yang tebal menyatu dan matanya yang tak berhenti melihat Baekhyun sedari tadi semakin menajam, tau benar bagaimana pandangan itu berdampak pada Baekhyun.

Yang mulia katanya? Yang benar saja!

Masih tidak berniat merespon perkataan Baekhyun Chanyeol melipat tangannya di dada. Memastikan pandangannya menghancurkan pertahanan Baekhyun, yang mati-matian berusaha ditahannya sedari tadi.

"Keparat!"

Ngomong-ngomong itu Baekhyun yang baru saja bersuara.

Dan yang sedang tergesa-gesa melangkahkan kaki kecilnya—demi menghapus jaraknya dengan Chanyeol, mengalungkan tangannya pada leher pria itu dan menyatukan bibir keduanya juga merupakan Baekhyun.

Perlakuan itu tentu saja memang sudah dinantikan oleh Chanyeol, Baekhyun baru saja memakan umpannya dan dia tidak akan melepaskan buruannya dengan mudah setelah ini. Maka tangan kekarnya spontan merengkuh pinggang Baekhyun, menyambut ciuman laki-laki yang dirindukannya itu penuh suka cita.

Chanyeol mengerang dengan nada rendah. Oh tuhan betapa ia merindukan bibir ini, tubuh ini, laki-laki ini untuk kembali dipeluknya. Dan sekarang Baekhyun disini melamparkan diri pada singa lapar yang tentu saja akan memakan Baekhyun hidup-hidup.

"I miss you like crazy."

"Shut up."

Chanyeol tersenyum disela ciuman itu. Betapa Baekhyunnya yang lugu sudah berubah menjadi berani. Tapi Chanyeol tetap suka. Tangannya mengusap pinggang Baekhyun, membawa gemetar aneh ketubuh Baekhyun dan bibirnya tidak berhenti memagut milik laki-laki itu. Yang lebih kecil melenguh, hampir kehabisan nafas maka ia berusaha menghindar—berusaha mengais udara yang menipis dari paru-parunya, tapi Chanyeol tentu saja tak akan melepaskan Baekhyun. Bibirnya kembali mengejar bibir tipis laki-laki itu yang mulai membengkak dan semakin memerah. Tangan Chanyeol berpindah kebelakang tengkuk laki-laki itu, menahan kepala Baekhyun agar tidak pergi kemanapun.

"Ungh…" Baekhyun kembali melenguh. Matanya terpejam merasakan Chanyeol mulai menjatuhkan kecupan kecupan itu melewati bibirnya menuju dagu Baekhyun. Bahkan Chanyeol menggunakan giginya disana, membuat Baekhyun meringis dan mendesah bersamaan. Chanyeol meningkatkan permainannya, hidungnya mengendus leher Baehkyun candu, matanya berkilat tajam dalam hasrat. Tangannya mengeratkan Baekhyun dalam pelukan, dunia tidak boleh tahu Baekhyun seharum ini. Bahwa aroma tubuhnya bisa membuat semua pria diluar sana menginginkan Baekhyun.

Hanya Chanyeol yang boleh tau. Hanya ia.

Chanyeol kembali menggeram rendah, bibirnya mengecup rahang Baekhyun kembali keatas dan mengecup bibir Baekhyun dari ujung keujung lainnya penuh pemujaan. Matanya mengawasi Baekhyun yang memerah dan merona dibawah ciumannya. Tubuh mereka rapat tanpa celah dengan tangan yang saling merengkuh, enggan lepas.

Lagi-lagi Baekhyun mendesah saat Chanyeol mencium bibirnya dalam, hingga kemudian menarik dirinya dari bibir Bawah Baekhyun saat menyadari laki-laki itu menitikkan air mata.

"Hei—" Chanyeol tentu saja panik mendapati Baekhyun yang tiba-tiba berlinangan air mata.

"—ck, diamlah." Baekhyun tersedu. Mengusakkan wajahnya didada Chanyeol yang hangat, mengusakkan hidungnya disana dengan lalu bergumam tidak jelas. Rasanya menenangkan dan Baekhyun ingin lagi merasakan perasaan ini.

"Baek—"

"Hiks.. kau jahat sekali membiarkan ku pergi, hiks.." Baekhyun merengek dan Chanyeol merasa sakit mendengar tangisan itu.

"Hei tenanglah sayang. Maafkan aku, aku disini sekarang." Chanyeol berbisik di telinga Bekhyun. Meninggalkan kecupan disamping kepala Baekhyun lalu mendekap kepala Baekhyun lebih erat ke dadanya. Tapi tangis Baekhyun malah menjadi.

"Hei—dengarkan aku, Baek berhenti menangis." Chanyeol kembali berbisik, tapi Baekhyun tak berhenti. Kenapa laki-laki ini jadi cengeng sekali. Padahal tadi Chanyeol menyangka Baekhyun benar-benar sudah berani.

Chanyeol menunduk lalu menangkap dagu Baekhyun untuk mendongak dan menatapnya. Memaksa laki-laki itu berhenti menangis.

Pandangan Chanyeol bertemu dengan mata Baekhyun yang berkaca-kaca, dan lagi-lagi ia mencelos untuk tangis Baekhyun, maka ia mencium sisa air mata di pipi Baekhyun, mengecup pangkal hidungnya lalu menyatukan dahi keduanya. Ditatapnya manik ocan blue Baekhyun lalu kembali mencium bibir Baekhyun dengan sayang.

"Kau memakai softlens."

Baekhyun mengerjap lucu. Kembali merengek lalu kembali mengusakkan wajahnya ke dada Chanyeol yang spontan membuat Pria itu tertawa. "Hahaha, kenapa?"

"Akan aneh jika aku tidak memakainya." Baekhyun bergumam kecil sekali. Tapi Chanyeol tetap mendengarnya. Tangannya mengelus rambut Baekhyun dan sebentar-sebentar meninggalkan kecupan dipuncak kepala Baekhyun.

"Matamu cantik Baek, yang amber adalah kesukaanku." Ssengaja di suarakan dengan suara rendah oleh Chanyeol hingga Baekhyun bergidik,

Baekhyun memang memiliki mata heterochromia, kedua matanya memliki warna yang berbeda, yang kiri berwarna ocean blue dan yang kanan berwarna amber terang yang cantik. Dulu Baekhyun di bully karena warna matanya, dan Chanyeol ada disana, buian untuk membelanya, tapi sebaliknya.

"Chanyeolie, aku lelah." Baekhyun tiba-tapi ba bergumam pelan.

Oh astaga! Chanyeol tidak ingat terakhir kali orang memanggilnya sekurang ajar itu. Sialan! Matanya kembali berkilat lalu mengangkat Baekyun dalam gedondongannya dan refelek Baekhyun mengalungkan tangannya ke leher Chanyeol lalu menyamankan kepalanya di dada Chanyeol yang nyaman.

Chanyeol ingat kenapa dulu membiarkan Baekhyun memanggilnya seperti itu. Panggilan yang tentu daja menghina drajatnya sebagai seorang Jenderal besar Allcean.

Dan sialnya dampaknya masih sama.

"Kau menggodaku Wu." Chanyeol berbisik rendah penuh hasrat dan Baekhyun kembali mengigil, mengigit bibirnya dan ronak merah itu muncur dipipi dan menjalar hingga telinganya.

Baekhyun tentu saja tidak bermaksud seperti itu. Lalu tiba-tiba alarm sialan itu bergaung dipala kecil Baekhyun. Membuat laki-laki itu meloncat turun dari gendongan Chanyeol.

"Hei kenapa?"

Baekhyun segera berlari kearah pintu dan dengan panik Chanyeol segera menggenggam tangannya. Menarik lengan itu hingga Baekhun kembali masuk kedalam pelukannya.

"Lepaskan aku—ugh Yeol, ini—ini terlalu erat."

"Jangan harap Baek." Suara Chanyeol begitu dingin dan tajam saat menyapa pendengaran Baekhyun hingga membuat rontaan Baekhyun berhenti.

"Kau tak akan kulepaskan." Bisikan penuh nada posesif begitu tenang tapi kemurkaannya sangat terasa hingga Baekhyun lambat-lambat mengkeret takut—tapi juga merasa senang disaat yang bersamaan.

Matanya mengerjap saat dirasanya degup jantungnya yang mengencang lalu ia meraih rahang Chanyeol yang mengeras. Mengelusnya lembut lalu menatap Chanyeol penuh sayang.

"Ada hal yang harus ku urus, dan kau bukan bagian didalamnya."

Chanyeol menyerngit, tentu saja tidak menyukai perkataan Baekhyun barusan. Hal apa yang begitu penting selain dirinya?

Yang benar saja!

"Aku akan kembali. Aku janji."

Maka Chanyeol melepaskan pelukannya dari Tubuh Baekhyun. Memilih percaya bahwa Baekhyun akan kembali. Tapi sebelum Baekhyun pergi Chanyeol kembali merengkuh Baekhyun dalam pelukannya. Dia masih rindu, oke?

"Aku pegang janjimu Wu."

"Tentu saja yang mulia."

Chanyeol mengerang. "Arghhh Baekhyun."

Baekhyun tertawa.

Maafkan aku Chanyeolie

oOo

Chapter 3

Fin.

a/n

Jadi the truth is, ini pertama kalinya aku bikin ff dengan tema seperti ini :') sangat susah :') tapi mau cobaaaa akkk (malah kesal sendiri). Biasa bikin yang santuy santuy pas di challenge bikin yang agak berat begini gak mampu wkwk. Tuh chanyeol harusnya nakutin malah diketawain wkwk.

Tapi, thankyou udah baca~!

Xoxo