RAMALAN

A SasuNaru FanFiction

Naruto © Masashi Kishimoto

Di zaman modern sekarang ini mungkin sudah sangat jarang orang yang percaya akan ramalan. Terutama orang dewasa atau remaja. Karena anak-anak mungkin masih percaya akan Santa Klaus bersama rusa-rusanya akan datang memberi kado lewat cerobong asap pada malam Natal. Klasik sekali.

Namun lain halnya dengan remaja pria yang tampan, Sasuke.

Ia masih sangat percaya akan ramalan. Mungkin karena keluarganya juga percaya akan ramalan. Oh tentu saja, buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Bahkan menurut cerita Mikoto, ibu Sasuke, Ia dan ayah Sasuke, Fugaku pun bertemu karena sebuah ramalan.

Dan terpengaruhlah Sasuke. Ia hampir pernah mengunjungi semua situs yang berhubungan dengan ramalan. Buku-buku berbau ramalan juga memenuhi perpustakaan pribadinya. Terlihat seperti maniak, tapi itulah Sasuke. Hingga pada suatu saat ia mendatangi seorang peramal tua yang terkenal akan ramalan-ramalannya yang benar-benar terjadi. Bertanya tentang ramalan akan kehidupannya nanti.

Dan itu menuntunnya kepada Naruto.


Ini aneh. Pikir Naruto. Bagaimana tidak dikatakan aneh, sudah seminggu ini ia mendapatkan hal-hal aneh. Dan itu semua berasal dari kakak kelasnya, pangeran sekolah yang terkenal itu, Uchiha Sasuke.

Ia heran mengapa Sasuke begitu gencar untuk mendekatinya. Seperti misalnya datang tiba-tiba ke kelasnya di kelas sepuluh. Mengajaknya makan siang bersama, menjemput dan mengantarnya pulang. Naruto bahkan tidak tahu sejak kapan Sasuke mengenalnya. Ingat saja tidak. Bagaimana mungkin ia mengetahui rumahnya?

Entahlah hanya Sasuke dan Kami-Sama yang mengetahuinya. Itu bukanlah hal yang menyenangkan untuk berdua bersama Sasuke. Suasana suram dan terasa berbahaya. Berlebihan sekali.

Tidakkah ia sadar bahwa sampai saat ini Naruto masih berdada rata? Dan jangan lupakan kesejatiannya di bawah sana. Yah walaupun berukuran kecil. Ups.

Untuk awalnya Naruto berpikir bahwa Sasuke mendekatinya hanya ingin menjadikannya korban bully-an. Atau mungkin hal bagusnya ingin menjadikannya sebagai temannya. Tapi dipikir-pikir berteman dengan Sasuke bukan hal yang meneyenangkan. Ia dingin, arogan –menurut Naruto, tidak perduli akan sekitarnya, dan juga terlalu jenius. Setidaknya itu yang dipikirkan Naruto.

Ia tidak tahu bahwa ini semua karena ramalan.

Ramalan masa depan Naruto bersama Sasuke.

Pagi ini pun sama.

Naruto sudah akan berangkat ke sekolah. Ia berangkat ke sekolah menggunakan bus. Karena ia tidak mahir menunggangi kuda mesin. Dan juga tidak punya uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil. Jelas, Naruto bukanlah orang kaya.

Terlihat Sasuke yang duduk di ruang tamunya. Pasti orang tuanya yang mengizinkannya untuk masuk dan mempersilakannya masuk. Tentu saja. Tidak salah lagi.

"Kau sudah siap, Naru?" Sasuke bertanya dan beranjak dari duduknya. Entah mungkin karena sudah sering bertemu, Sasuke sudah tidak terlalu pendiam –hanya jika bersama Naruto. Ia perhatian, sangat perhatian kepada Naruto. Bahkan terkadang Naruto merasa jika perlakuan Sasuke padanya seperti perlakuan sorang pria kepada kekasih wanitanya. Naruto meringis.

"Eh, I-iya sudah." Naruto terbata. Ia tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hal biasa yang dilakukan bila seseorang sedang salah tingkah.

"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang." Sasuke menarik tangan Naruto keluar rumah setelah sebelumnya mengucapkan salam kepada Minato dan Kushina –orangtua Naruto. Sopan sekali.

Sasuke menghampiri motor sport merah yang pastinya mahal yang terpakir di depan rumah Naruto.

Ia naik lalu diikuti dengan Naruto di belakangnya.

"Apa kau sudah sarapan?" Tanya Sasuke sebelum memakai helmnya.

"Belum, aku tidak suka sarapan. Hehe." Cengir Naruto.

"Ck, kau ini. Nanti kita akan sarapan dulu di salah satu café milikku." Kata Sasuke.

"Apa?" Tanya Naruto, namun Sasuke tidak menanggapinya. Ia memakai helmnya lalu menghidupkan motor mewahnya. Namun setelah beberapa saat, Sasuke tak juga melajukan motornya. Seperti menunggu sesuatu.

Namun tampaknya Naruto tidak paham juga. Tidak sabar Sasuke mengambil kedua tangan Naruto dan menempatkannya di depan perutnya. Melingkar erat di pinggangnya. Otomatis Naruto juga duduk semakin rapat dengan Sasuke.

Sasuke memundurkan duduknya memepet ke Naruto. Hingga sepertinya tidak ada jarak lagi. Sasuke tertawa dalam hati karena kejantanan Naruto menempel padanya. Ia bahkan bisa membayangkan kecilnya ukurannya. Seperti milik anak SMP. Poor Naru.

Sasuke melajukan motornya. Terlihat bahagia dengan Naruto di belakangnya. Hal lain dengan Naruto yang sudah pasti tidak nyaman dengan posisi intim seperti itu. Ia berusaha memundurkan sedikit demi sedikit tubuhnya menjauh dari tubuh Sasuke. Bahkan melonggarkan sedikit demi sedikit rangkulan tangannya di pinggang Sasuke.

Sasuke yang sadar akan hal itu menyeringai. Ia menggas kuat motornya hingga Naruto hampir jatuh terpental. Kontan Naruto kembali mengeratkan pelukannya pada Sasuke. Bahkan lebih erat daripada yang tadi. Ia menyembunyikan kepalanya di balik punggung Sasuke yang seperti seorang kesetanan. Oh Tuhan, ia takut sekali. Semoga ia tidak tinggal nama nanti.

Mereka berhenti di sebuah café yang terlihat mahal bahkan hanya dari luarnya saja. Naruto berani bertaruh jika secangkir coffee di dalam sana sama harganya dengan uang sakunya selama seminggu.

Sasuke membuka helmnya. Dia tampak seperti bad boy yang ada di film-film action, pikir Naruto. Walau penampilan Sasuke bukan seperti seorang bad boy, tetap saja.

"Kau ingin sarapan apa, Naru?" Tanya Sasuke setelah mereka masuk ke dalam café tersebut. Mereka berada di dalam ruangan khusus milik Sasuke. Interior dan desainnya membuat Naruto mebulatkan matanya. Sasuke yang melihatnya hanya tersenyum miring sambil terus menggenggam tangan lembut Naruto. Menyenangkan rasanya menggenggam tangan yang pas dalam genggamanmu. Sasuke yakin bahwa tidak salah lagi Naruto memang jodohnya sesuai dengan ramalan peramal tua waktu itu.

"Eh, terserah padamu saja." Naruto yang tersadar dari kegiatan mengguminya seketika menarik tangannya dari genggaman Sasuke. Namun Sasuke mencegahnya. Ia menahan tangan Naruto sambil terus menatap mata sapphire indah milik Naruto. Tidak tahan terus dipandangi dengan intens seperti itu Naruto menundukkan wajahnya yang kelihatannya sudah mulai memerah.

Naruto takut membuat Sasuke marah. Jadi ia membiarkan tangannya digenggam erat oleh Sasuke.

"Tapi Sasuke… a-aku tidak punya cukup uang. Bagaimana jika kau saja yang sarapan?" pinta Naruto dengan suara yang pelan.

"Hahaha. Apa kau pikir aku akan membiarkan kau membayarnya, Naru? Tidak." Jawab Sasuke seperti seorang dominan yang gentlemen sekaligus posesif.

"Lagipula café ini milikku. Jadi kau tidak perlu membayar. Datanglah kemari jika kau ingin. Akan kupastikan kau mendapat pelayanan terbaik." Kata Sasuke. Jelas sekali ia memberi kode kepada Naruto.

"Terima kasih sebelumnya. Tapi maaf sepertinya aku tidak akan pernah datang kemari lagi, Sasuke." Jawab Naruto.

"Kenapa? Ada yang salah di café ini? Katakan jika ada, aku akan memperbaikinya untukmu."

"Hah? Bu-bukan begitu maksudku. Maksudku aku bahkan ragu untuk memegang gelasnya… karena aku gugup dan mungkin aku bisa memecahkannya, dan pelayan akan menyuruhku untuk menggantinya, lalu aku akan dihukum karena telah memecahkannya lalu–"

"Sssst. Ada-ada saja kau ini. Jika mereka melakukan hal itu padamu kujamin mereka akan langsung dipecat." Kata Sasuke meletakkan jarinya di bibir merah Naruto.

Naruto tersipu mendengarnya. Ia hanya diam lalu menundukkan kembali wajah manisnya. Ya ampun Naruto, ingatlah kau ini masih seorang pria.


To be continue.