Disclaimer : Highschool DxD © Ichie Ishibumi

Dan beberapa karakter yang tentunya bukan milik saya

Rate : M

Warning : OOC, Gaje, typo, dll

Summary : Mereka, eksistensi yang diberi kelebihan dari yang lain. Kekuatan yang seharusnya digunakan untuk saling menjaga malah digunakan untuk saling menjatuhkan. Manusia hanyalah makhluk yang lemah. Itulah yang dipikirkan makhluk supranatural. Namun apakah benar seperti itu?

Baca di tempat terang, dan semoga kalian menikmati

Chapter 2 : The Amazing Silver

.

.

.

"Perkenalkan, namaku Valiana Luciel. Senang berkenalan dengan kalian!" Setelah menunduk tanda perkenalan, ia mendongakan wajahnya. Seketika juga kelas menjadi ramai. Issei yang awalnya mengantuk langsung terbangun melihat bagaimana cantiknya murid baru itu.

Wajahnya cantik, sangat cantik malah. Issei yakin, jika si murid baru itu dan Asuna melakukan perlombaan kecantikan. Pasti hasilnya akan seri. Ia yakin akan hal itu. Tidak ada satu orang pun yang dapat menolak fakta tersebut.

Tubuhnya bagaikan Malaikat di surga. Meskipun Issei belum pernah bertemu Malaikat, ia yakin Malaikat itu akan malu ketika melihat bagaimana cantiknya Valiana.

Sementara Issei masih berkutat dengan pikirannya, Asuna yang di sebelahnya mulai menyipitkan matanya. Ia yakin, murid baru ini memakai guna-guna agar semua siswa dikelasnya merasa tertarik. Bahkan Issei tersayangnya juga ikut.

"Baiklah anak-anak, apa ada yang ingin ditanyakan?" Ibu guru menawarkan pertanyaan sebelum Vali mulai mengikuti pelajaran. Seketika itu juga terjadi keributan.

"VALI-SAN, APA KAU MASIH SINGLE?"

"BERAPA UKURAN DADAMU?"

"DIMANA TEMPAT TINGGALMU? APA KAU INGIN SELALU KU JEMPUT SETIAP HARI?"

"BAGAIMANA CARAMU MENDAPATKAN TUBUH MALAIKAT ITU?"

Pertanyaan terus mengalir. Ibu guru yang memberi kesempatan bertanya hanya bisa menghela napas. Sepertinya memberikan kesempatan bertanya itu buruk.

"DIAAAAAMMMM!" Dengan sekali hentakan, ibu guru berhasil menenangkan seluruh kelas. "Nah Vali-san, kau bisa menjawab beberapa pertanyaan yang sekiranya perlu dijawab" Ibu guru akhirnya memberikan pemecahan yang bijak.

"Aku adalah murid pindahan dari Italia. Orang tuaku asli dari Jepang, namun bekerja di Italia. Aku juga anak tunggal. Tempat tinggalku tidak perlu kalian ketahui untuk alasan keamanan. Aku cukup pandai dalam hal pelajaran dan juga olahraga. Sepertinya semua itu cukup, sensei." Vali memberikan senyum kecil pada sensei nya.

"WOOOAAAAAAHHHH!" Tentu saja semua siswa memberi respon positif bahkan termasuk Issei. Asuna yang melihatnya hanya memberikan ekspresi cemburu. Padahal ia juga menarik kan?

"Silakan duduk di sebelah Hyodou Issei-san. Issei-san, bisa kau angkat tanganmu?" Perintah sang sensei membuat semua siswa mendesah kecewa. Kenapa harus si Hyodou sialan itu? Pertama Asuna-san dan sekarang Vali-san? Rasanya hidup ini sangat tidak adil. Itulah yang semua siswa pikirkan.

"Ah, saya sensei!" Issei mengangkat tangannya kemudian diikuti tubuhnya. Sekarang ia sepenuhnya berdiri menghadap Vali secara langsung.

"Jika ada yang ingin kalian tanyakan, tanyakan saja pada Vali-san nanti setelah istirahat. Sekarang buka bukunya halaman tiga!" Sang sensei memberi instruksi setelah mempersilahkan Vali untuk duduk.

Ketika Vali sudah sampai disamping Issei, ia sempatkan berkenalan sebentar dengan Issei. "Hai, kau Hyodou Issei kan? Senang berkenalan denganmu!" Vali menyodorkan tangannya meminta untuk berjabat tangan.

Tentu saja Issei tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia langsung menjabat tangan halus Vali. "Senang berkenalan denganmu, umm… Vali saja tak apa kan?" Issei agak ragu untuk memanggilnya apa.

"Tentu saja… umm... apa kau tak keberatan untuk menemaniku berkeliling sekolah ini nanti ketika istirahat?"

JDERRR…

Sepertinya dewi fortuna sedang berada di pihak Issei. Keberuntungan akhirnya mulai berpihak kepadanya. Tanpa keraguan sedikitpun, ia mengangguk menyetujui ajakan Vali. Ia tidak merasakan killing intens yang Asuna berikan kepadanya.

Singkat cerita, istirahat akhirnya datang. Semua murid mulai berhamburan keluar kelas. Hanya menyisakan Asuna, Issei, dan Vali.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Vali mencoba menghilangkan suasana hening di kelas. Issei yang mendengarnya hanya tersenyum lalu berjalan ke pintu kelas. Asuna yang melihatnya hanya cengo. Dia sangat jarang melihat Issei tersenyum tulus seperti ini. Ini… tidak mungkin kan?

"Ayo!" Tanpa menunggu lama, Vali berjalan mendekati Issei lalu menarik tangannya. Baru beberapa langkah keluar dari kelas, Asuna tiba-tiba menerjang kedua nya sehingga pegangan Vali terlepas.

"Ahh… sepertinya seru! Aku Hyodou Asuna, salam kenal. Aku juga ingin ikut berkeliling ya?" Asuna tidak akan membiarkan Issei jatuh ke tangan wanita ini. Jadi ia mencoba menggunakan trik ini untuk memisahkan mereka.

"Hyodou? Jadi kalian bersaudara?" Vali tidak menyangka Asuna adalah saudara Issei. Dilihat darimanapun mereka tidak terlihat bersaudara. Issei yang melihat kedatangan Asuna hanya bisa menghela napas. Kenapa keberuntungannya menguap begitu saja?

"Yap, dia adik kembarku. Sejak kecil ia selalu dekat denganku. Makan bersama, mandi bersama, bahkan kami pernah tidur bersama. Jadi kau tahu kan seberapa dekatnya kami?" Jawaban Asuna begitu frontal, Vali dan Issei yang mendengarnya langsung memerah wajahnya.

"Hoiii…" Issei ingin protes karena jawaban Asuna sebagian besar bohong, namun pegangan Asuna pada lengannya diperkuat. Bukan hanya itu saja, dada Asuna juga menekan lengan bagian atasnya sehingga membuat jantung Issei berdegup begitu kencang.

Untung saja tidak ada orang lain di dekat mereka sehingga apa yang dikatakan Asuna tidak akan menyebar. Asuna hanya masa bodoh kalau apa yang dikatakannya akan tersebar. Itu berarti Issei hanya akan menjadi miliknya seorang. Yap, Asuna tidak rela Issei bersama orang lain selain dirinya.

Vali yang melihat pemandangan ini mulai menggelengkan kepala tidak percaya apa yang Asuna katakan. Apa dia benar-benar mencintai saudaranya sendiri? Vali pikir Asuna mungkin sudah gila.

Setelah menghilangkan pemikiran kotornya, Vali kemudian menarik Asuna agar menjauh dari Issei. Usaha yang ia lakukan berbuah hasil namun Asuna tidak sepenuhnya melepaskan Issei. Buktinya tangan mereka masih bergandengan.

Tentu saja apa yang Vali lakukan mendapat deathglare dari Asuna. Berani sekali ia mencoba memisahkannya dengan Issei. Asuna baru saja ingin mencengkeram krah Vali sebelum suara Issei menginterupsi kegiatannya.

"Ayo kita mulai tour nya!" Issei berjalan meninggalkan keduanya. Tak berselang lama, mereka akhirnya bersama lagi. Issei yang paling kiri, Asuna yang tengah, dan Vali berada paling kanan. Tidak ada pegang-pegangan tangan lagi. Namun saling lempar tatapan menjadi permainan keduanya.

Hah… sepertinya ini akan menjadi tour kematian.

Setelah beberapa saat, mereka sampai di sebuah bangunan tua yang tidak jauh dari sekolah. Vali penasaran kenapa ada bangunan seperti ini di lingkungan sekolah. Namun sebelum ia sempat bertanya, Issei sudah menjelaskan tentang bangunan ini.

"Tempat ini adalah tempat pertemuan anggota Occult Research Club. Di ketuai oleh Rias Gremory dan wakilnya Akeno Himejima-senpai. Aku tidak tahu info detailnya, jadi…"

"Kau bilang Gremory?" Vali menginterupsi penjelasan Issei.

"Ya, Rias Gremory. Salah satu dari Great Onee-sama Kuoh Gakuen. Asal kau tahu saja, aku juga menyandang nama itu!" Bukannya Issei yang menjawab, Asuna malah mendahuluinya sekaligus memamerkan julukan yang ia miliki.

"Ahh… aku penasaran, berapa lama waktu yang aku perlukan untuk jadi Great Onee-sama disini?" Tanya Vali sambil mengedipkan matanya kearah Issei. Issei yang melihatnya hanya salah tingkah. Ahh, kenapa banyak sekali yang suka menggoda Issei?

Asuna hanya mendecih melihat tingkah Issei. Ia sudah menolak banyak pria demi Issei, tapi kenapa Issei malah melirik ke wanita lain? Dasar para pria, diberi paha malah minta dada. -_-

Perjalanan mereka diakhiri dengan melewati ruang Osis. Kebetulan, sang ketua Osis juga baru saja keluar dari ruang Osis.

"Ah, Issei-kun, ada perlu apa kau kesini?"

"Aku-…"

"Kita datang kesini bertiga, tapi kenapa hanya Issei saja ya yang disapa, Vali?" Sepertinya untuk kali ini Asuna harus bekerja sama dengan Vali untuk menyingkirkan sang ketua Osis. Bisa gawat kalau Issei juga terjerat pesona mata empat ini, itulah yang Asuna pikirkan.

"Yah, kurasa Sona-kaichou hanya melihat Issei saja. Dan kudengar, kaichou juga jarang menyapa orang lain kecuali orang dekat kan?" Vali ternyata menyetujui rencana Asuna untuk beraliansi sementara.

Apa yang dikatakan mereka berdua membuat wajah Sona merah seketika. Sial, mereka mencoba menjauhkan dirinya dari Issei. Bukannya Sona mencintai Issei, yah, sedikit cinta mungkin.

Kenapa mereka selalu over-protektif pada Issei? Kalau Asuna, ia sudah tidak terkejut. Tapi Vali? Murid baru yang langsung mendeklarasikan kalau ia juga suka terhadap Issei berani melawan senior mereka sekaligus ketua Osis.

Sona tidak mempunyai pilihan lain. Mengalah adalah hal yang paling baik untuk saat ini. Ia bisa saja melawan, namun ia tidak yakin akan menang. Walau ia jenius, tapi dua lawan satu. Selain itu, bisa saja beredar gosip kalau Sona mulai mendekati Issei. Ia tidak mau mendengar hal itu, bisa tercoreng nama baiknya.

Dengan wajah merah menahan marah dan malu, Sona berlalu membiarkan mereka berdua mengoceh. Issei hanya cengo melihat hal tersebut. Sangat jarang melihat sang ketua OSIS kalah dalam hal seperti ini.

Kemudian, Issei melihat Vali dan Asuna yang terlihat menahan tawa. Apa segitu senangnya mereka mengalahkan Sang Absolut Sona-kaichou? Tanpa pamit, Issei juga berjalan meninggalkan mereka berdua. Sangat melelahkan tahu bersama mereka.

Bel tanda masuk menjadi akhir kesenangan para siswa yang baru beristirahat. Tapi tidak untuk Issei. Ia rasa, masuk mungkin lebih baik daripada istirahat saat itu. Saat istirahat, dia selalu terganggu pertarungan Vali-Asuna. Tapi saat masuk, mereka berdua akhirnya diam.

"Issei, bisa kupinjam buku catatan bahasa mu? Aku agak ketinggalan tadi!" Vali berkata agak halus agar orang lain tidak merasa terganggu. Issei hanya mengangguk kemudian mengambil buku tersebut dari dalam tasnya. Tentu saja hal ini tak luput dari penglihatan Asuna.

Tak berselang lama, guru yang mengajar meminta ijin untuk keluar sebentar. Tentu saja setelah meninggalkan kumpulan angka laknat untuk dikerjakan. Issei tak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal-soal tersebut. Terbesit niatan untuk bertanya pada Asuna yang cukup memahami pelajaran ini.

Saat ia menoleh ke kanan, yang ia dapati adalah lirikan tajam dari Asuna. Ia benar-benar tidak tahu apa salahnya kali ini. Saat ia mau mendekati meja Asuna, suara Vali menghentikan kegiatannya.

"Apa kau ingin bertanya Asuna bagaimana mengerjakan soal yang mudah itu?" Ada sedikit kata ejekan terselip di kalimat pertanyaan Vali. Perempatan muncul di dahi Issei. Dilihat dari manapun, semua soal ini berada pada tingkatan yang lebih tinggi.

"Mendekatlah kesini, akan kuajari cara tercepat mengerjakan semua soal ini!" Vali memberi isyarat agar Issei segera mendekat. 'Apa-apaan dia itu?' Batin Issei merasa Vali hanya mencoba mendekatinya.

Yah, tentu saja Issei mendekat. Toh, walaupun Vali tidak benar-benar mengajari dengan benar tapi ia masih untung bisa melihat wajah cantik Vali. Jadi ini yang dinamakan mengambil kesempatan dalam kesempitan?

Vali mulai memberikan rumus yang segera dipahami Issei. Tentu Issei terkejut. Kenapa ada sosok imbalance di dunia ini berada di dekat Issei? Cantik, cek. Sexy, cek. Pintar, cek. Hanya 'menjadi milik Issei' saja yang belum terisi. Ahh… andai saja Vali hanya miliknya seorang.

[Time Skip]

Saat ini mereka berdua, Asuna dan Vali berada di taman sekolah. Hanya ada mereka berdua. Semilir angin juga ikut menemani mereka, menerpa wajah ayu keduanya. Rasa dingin mulai berdatangan menandakan sore sudah tiba namun hawa panas yang dikeluarkan Asuna dan Vali membuat dingin menjadi tak terasa.

Berdirinya Vali disini karena undangan dari Asuna. Tepat setelah pulang sekolah, Asuna menyuruh Issei untuk pulang dulu karena ia ada urusan sebentar. Dan inilah urusan itu.

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" Tanya Vali memulai percakapan. Sebenarnya ia tahu apa yang akan dikatakan Asuna. Pasti tidak jauh dari yang berhubungan dengan Issei.

"Jauhi Issei mulai dari sekarang!" Perintah Asuna yang terkesan dingin dan mutlak membuat semua yang mendengarnya merasa berada di ujung kematian, tapi tidak dengan Vali. Ia masih menanggapinya dengan santai.

"Aku takkan membiarkanmu melukai perasaan Issei. Kau punya niat terselubung kan?" Asuna kembali melanjutkan perkataannya, kali ini dengan nada mengimintidasi.

"Tenang saja, aku takkan mencampakkan Issei. Kalau tentang niat, aku memilih Issei karena ia tidak seperti lelaki pada umumnya. Ia tidak melihat tubuhku, ia tidak menginginkan tubuhku. Dia lelaki yang baik, kenapa aku harus melukainya?" Vali menjawab pertanyaan Asuna dengan tulus.

"Jika kau kakak yang baik, kau seharusnya menginginkan adikmu bahagia kan? Sepertinya ia selalu bahagia kalau di dekatku" Ucap Vali diakhiri bisikan di dekat telinga Asuna.

"Sebelum ia bertemu denganmu, kebahagiaannya hanya padaku seorang. Sebagai seorang kakak, aku…"
"Apa kau memang menganggapnya seorang adik?" Pertanyaan Vali seketika menohok Asuna. Apakah ia benar-benar mencintai Issei sebagai seorang wanita pada pria?

[Time Skip]

Tidak ada yang membuat Issei lebih bingung hari ini. Yang pertama, kenapa Asuna memberikan tatapan tajam padanya ketika di sekolah padahal ia tidak salah apa-apa. Dan yang kedua, setelah Asuna pulang ke rumah. Nee-chan nya langsung menuju ke kamar tanpa menyapa Issei sedikitpun.

Ia sudah berusaha menanyakan apa yang terjadi namun keheningan lah yang ia dapat. Mungkin Asuna perlu menenangkan diri terlebih dulu sebelum mau bercerita. Maka pergilah Issei ke kafe tempatnya bekerja untuk bekerja.

Dan sepertinya keberuntungannya masih belum berakhir. Hari ini kafe tutup lebih awal yaitu pukul delapan. Issei jadi sempat untuk menghabiskan waktu dengan Asuna hanya berdua. Hari ini ia bahkan hanya mendapat sedikit waktu untuk berdua bersama Asuna.

Namun di tengah jalanan di dekat taman Kuoh, tiba-tiba saja langit mulai berdistorsi. Terjadi perubahan warna di langit. Issei jadi was-was, apakah Fallen Angel itu menuntut balas dendam?

Issei kemudian merilis busur di tangan kanannya. Bersiap kalau-kalau terjadi pertarungan. Tiba-tiba, sebuah [Light Spear] menuju kearah Issei. Dengan indra yang lebih peka, serangan tersebut berhasil dihindari sesaat sebelum kepalanya tertembus.

DUARR…

Ledakan terjadi di sebelah Issei. Ia sudah menduga kalau teman-teman Fallen Angel itu akan membalas dendam. Terbukti dari [Light Spear] tadi. Issei merasakan hawa tiga makhluk hidup. Rasanya seperti cahaya yang bercampur dengan kegelapan. Yap, hawa Fallen Angel.

Entah kenapa, Issei jadi bisa merasakannya. Mungkin ini adalah salah satu kemampuannya. Selain itu, saat ia memfokuskan penglihatannya ke arah salah satu semak, Issei bisa melihat dengan lebih jelas pergerakan Malaikat Jatuh yang sedang bersembunyi.

"Keluarlah kalian, apa kalian terlalu takut untuk melawanku yang hanya seorang manusia?" Ejek Issei dengan keras agar semua Malaikat Jatuh tersebut keluar. Dan benar saja, mereka terpancing atas ejekan Issei. Tiga orang Fallen Angel, sama dengan yang Issei rasakan sebelumnya.

"Sombong sekali manusia satu ini. Ayo segera kita kalahkan dia dan laporkan pada Kokabiel-sama!" Ucap salah seorang Malaikat Jatuh sambil melempar [Light Spear] yang sudah ia buat sebelumnya.

Dengan mudah, Issei berhasil menghindarinya dengan melompat ke samping kiri. Tanpa mengambil aba-aba lagi, segera ia lepaskan tarikannya pada tali busur. Malaikat Jatuh yang melihatnya segera membuat sihir pertahanan agar panah itu tidak menembus tubuhnya.

Wush…

Jleb…

Masih sama seperti sebelumnya, panah Issei menembus sihir tersebut sekaligus jantung Si Malaikat Jatuh. Issei tersenyum melihat kematian Fallen Angel itu. Tapi masih ada dua lagi, dan sepertinya ini takkan mudah. Mereka berdua mungkin sudah bisa menemukan cara agar panah tersebut tidak dapat menembus tubuh mereka.

"Serangannya bisa menembus sihir kita. Ini bukan berarti dia bisa meniadakan sihir, tapi sihir kita tak mempengaruhi panahnya. Dengan kata lain, sihir tak bisa digunakan untuk melawan serangannya. Tapi ini pasti bisa!" Ucap Malaikat Jatuh yang sepertinya adalah kapten.

Kapten Malaikat Jatuh itu mengeluarkan perisai baja yang terlihat ringan namun sebenarnya sangat kuat. Ia lalu melemparkannya pada Malaikat Jatuh di sebelahnya.

"Kau yang bertahan dan aku yang menyerang, jika dia menembakkan panahnya, segera lindungi aku. Panahnya mempunyai kemampuan menembus sihir, namun tidak dengan benda. Kau paham kan?" Tanya si kapten dan dijawab anggukan partner di sebelahnya.

Jarak mereka tidak terlalu dekat, namun Issei bisa mendengar semua perkataan mereka dengan menajamkan pendengarannya. Jadi panahnya memiliki kemampuan menembus sihir pertahanan namun tidak bisa menembus benda dengan pertahanan tinggi ya?

Issei mulai memikirkan berbagai cara untuk mengalahkan mereka. Mulai dari mengalihkan perhatian, menyerang sembunyi-sembunyi, sampai menyerang tangan kosong. Tapi, semua rencananya resikonya sangat tinggi. Ia juga tidak bisa memastikan keberhasilannya seratus persen.

Andai saja ia bisa menembakan panah sihir. Tunggu… apakah ia mungkin bisa? Yap, ia mungkin bisa. Hanya dengan membayangkan panahnya ia mungkin bisa menciptakan panah yang tajam. Lebih tajam dari panah sebelumnya.

"Ayo!" Kapten Malaikat Jatuh mulai menciptakan dua sihir di tangan kanannya. Terciptalah dua [Light Spear] di masing-masing tangannya. Dengan cekatan, ia melemparkan satu persatu [Light Spear]-nya mengarah pada Issei yang masih berpikir cara untuk mengalahkan mereka.

Issei yang melihat serangan tersebut datang, segera saja menghindar menuju ke arah hutan. Ia berencana menghabisi satu Malaikat Jatuh lewat cara serangan diam-diam. Sebelum ia masuk ke arah pepohonan, ia tembakan panah yang biasa mencoba mengetahui apakah panah tersebut dapat menembus perisai mereka atau tidak. Yah, siapa tahu teori mereka salah.

Wush…

Trankk…

Perisai yang dipegang Malaikat Jatuh itu berhasil menahan panah Issei. Issei yang melihatnya hanya mendecih kemudian memasuki hutan. Kedua Fallen Angel tadi tidak akan membiarkannya lolos setelah apa yang Issei lakukan.

"Jangan mencoba pergi kau!" Kapten Malaikat Jatuh mulai membuat lingkaran sihir lagi. Sepertinya, akan terjadi sihir penyerangan.

"Terima Ini, [Wind Slash]!" Angin mulai terbentuk menjadi pisau tajam. Siapapun yang terkena pasti akan terbelah badannya jika tidak menggunakan sihir pertahanan. Pisau angin tersebut diarahkan menuju pepohonan tempat Issei bersembunyi. Berharap, pohon-pohon di hutan terpotong lalu roboh membuat Issei tidak dapat bersembunyi lagi.

Harapan kapten Malaikat Jatuh itu sirna saat melihat Issei dengan lincahnya melompati pepohonan yang mencoba menimpanya. Lompat ke batang, lalu ke ranting, kemudian melompati pisau angin. Semuanya Issei lakukan seakan ia tahu gerakan apa selanjutnya.

Di saat-saat terakhir, datanglah pisau angin bersama pohon yang roboh berusaha menjatuhkannya disaat bersamaan. Dengan satu lompatan, Issei menggunakan batang yang roboh itu sebagai pijakan untuk menghindari pisau angin tersebut. Membuat ia melayang diudara.

Sambil melayang, Issei mulai menarik tali busurnya. Panah mulai terbentuk di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Kali ini panahnya mempunyai efek seperti dikelilingi angin. Yap, Issei akan menggunakan panah angin untuk mencoba menembus perisai tersebut.

Ia memanfaatkan sifat angin yang ringan namun tajam. Pusaran angin mulai mengelilingi panah Issei. Dengan kekuatan penuh, ia melepaskan tarikannya di udara.

Wusshhh…

Angin seperti terbelah ketika panah Issei melewatinya. Memberikan perspektif kalau panah angin tersebut dapat menembus apapun. Dengan percaya diri, Malaikat Jatuh yang memegang perisai berada di depan berniat menahan panah Issei.

Si kapten yang melihatnya langsung melompat menjauh, mengerti kalau panah satu ini tidak dapat ditahan dengan perisai. Ia tidak sempat memberi tahu temannya karena khawatir akan terkena efeknya.

Blarr…

Malaikat Jatuh beserta perisainya hancur berkeping-keping. Menyebabkan lubang di tempat berdirinya Malaikat Jatuh tersebut. Hanya tinggal satu musuh lagi, Issei yakin ia bisa mengalahkannya.

Mungkin setelah ini, Issei akan menamai masing-masing panahnya. Untuk yang pertama, panah yang bisa menembus sihir namun tidak dengan benda akan ia namai [Piercing Arrow]. Dan yang kedua, panah yang mengeluarkan kemampuan angin yang luar biasa, namanya [Wind Arrow]. Ia tidak sabar untuk mengeluarkan panah-panah dengan efek spesial lainnya.

"Kau bukan manusia biasa. Berhasil mengeluarkan kekuatan seperti itu tanpa bantuan orang lain, kemudian meningkatkan kekuatan serangannya. Kurasa kau cukup sepadan untuk melawanku dalam keadaan terkuatku!" Puji kapten Malaikat Jatuh sambil mengeluarkan perisai lagi melalui sihirnya.

"Apa kau sudah memikirkan cara untuk melawanku lagi?" Tanya Issei sambil bersiap menarik tali busurnya lagi. Hasrat bertarung Issei sepertinya mulai bangkit. Ia mungkin akan menjadi seorang petarung yang sangat hebat di masa depan mengingat kemampuannya saat ini.

Tapi Issei masih merasa kurang. Untuk memusnahkan eksistensi supranatural, ia perlu lebih kuat lagi. Jauh lebih kuat. Issei memutuskan untuk lebih sering melawan makhluk supranatural agar kekuatannya semakin meningkat. Lawan yang lebih kuat akan membuatnya lebih berkembang lagi. Itulah yang Issei pikirkan.

Issei tidak membuang waktu lagi, segera ia tarik busurnya. Mengeluarkan [Wind Arrow] untuk merobek perisainya lagi. Namun, kapten Malaikat Jatuh ini pasti sudah menemukan kelemahannya kan?

Wussshhh…

Perisai milik Fallen Angel tersebut mengeluarkan cahaya kuning. Serangan Issei berhasil ditahan menggunakan perisai. Ini mengejutkan Issei. Apa perisai itu juga bisa mem-blok sihir? Ini akan menjadi pertarungan terakhir yang sulit.

Tanpa mengambil jeda waktu, Issei menembakkan [Piercing Arrow] kearah si kapten. Tentu saja, serangannya berhasil di-blok lagi. Malaikat Jatuh itu tersenyum penuh kemenangan saat melihat dua serangan Issei berhasil ditahan.

"Apa kau sudah selesai? Lemah sekali!" Ejek Malaikat Jatuh tersebut sambil melemparkan [Light Spear] di tangan kanannya. Serangan demi serangan berhasil Issei hindari namun beberapa kali juga ia terkena serangan. Sehingga menyebabkan sedikit robekan di bajunya.

"Aku sudah menemukan cara untuk mengalahkanmu!" Teriak Issei sambil menarik tali busurnya. Kali ini warna panahnya berubah lagi menjadi hitam, dan ujungnya juga tidak terlalu tajam. Malah kelihatan tumpul. Malaikat Jatuh yang melihatnya hanya tertawa.

Serangan dengan panah sihir ataupun nonsihir dapat ia antisipasi. Jika Issei menyerangnya dari dekat, [Light Spear] juga sudah siap mengoyak tubuh Issei. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan dari panah tumpul itu. Tak berselang lama, panah akhirnya dilepaskan.

Wush…

Sesaat setelah panah itu menyentuh perisai, muncullah asap hitam. Asap itu terus membesar sampai jarak lima meter dari Malaikat Jatuh dengan tinggi tiga meter. Hal ini tentu saja tidak ia duga akan terjadi. Menggunakan panah tumpul untuk mengecoh lawan.

Mengabaikan penglihatannya yang terganggu akibat asap, ia mencoba menggunakan pendengarannya untuk mendengar suara panah yang mungkin saja ditembakan. Perlahan, ia mencoba keluar dari kumpulan asap. Namun asapnya semakin membesar dan ketika di dalam sini, ia merasa hanya berputar-putar saja. Tiba-tiba…

Jlebb…

Tanpa suara, sebuah panah berhasil menembus dada kapten Malaikat Jatuh. Jantung lebih tepatnya. Ada apa sebenarnya? Apa asap ini juga meredam suara?

Setelah beberapa detik, asapnya mulai menghilang. Memperlihatkan seorang Fallen Angel dengan luka di dada. Issei dengan santainya mendekati Malaikat Jatuh tersebut. Dari jarak tiga meter, ia mulai berbicara padanya.

"Sangat mengagumkan melihat seseorang yang jantungnya sudah tertembus masih hidup. Makhluk supranatural memang luar biasa!" Puji Issei sambil memutari tubuh kapten yang terbaring lemah.

"Apa kau suka bagaimana caraku mengalahkanmu?" Tanya Issei dengan kalimat yang dingin. Ia ingin mengubah karakternya ketika berada di pertarungan. Dari yang ceria, penuh senyum, dan pengertian ketika di dekat Asuna. Menjadi suram, dingin, dan tak berperasaan ketika bertarung melawan makhluk supranatural.

Untuk apa mengasihani makhluk yang tidak pernah mengasihani manusia? Mereka pantas mendapatkannya. Mereka harus tahu kalau manusia juga bisa menyaingi mereka kalau manusia mau berusaha.

"Panah yang pertama, namanya [Smoke Arrow]. Berguna membuat kabut hitam untuk membutakan penglihatan. Semakin lama akan semakin membesar jangkauannya. Dan siapapun yang sudah masuk ke dalam kabut, mereka hanya akan berputar-putar di tempat yang sama. Sangat berguna untuk menghadapi gerombolan saat dikejar!" Jelas Issei.

"Panah yang kedua, memiliki kemampuan membunuh tanpa suara. [Silent Assasin] namanya. Sama seperti namanya, panah ini sering digunakan para Assasin untuk melakukan pembunuhan. Semakin sedikit suara di sekitarnya, semakin tajam panahnya." Jelas Issei mengakhiri penjelasan tentang panahnya.

"Melawan makhluk supranatural sangat sulit, indra kalian lebih tajam dari kami. Untuk itu, pertama kali aku membutakan penglihatanmu agar kau menggunakan indra yang lainnya. Aku pikir kau akan terbang untuk menghindar, tapi kurasa kau lupa caranya untuk terbang kan? Hahaha… di dalam kabut ini, kemampuan terbangmu disegel sementara sampai kau keluar dari sini." Issei menerawang jauh di angkasa, memikirkan kata selanjutnya.

"Indra selanjutnya yang akan kau gunakan pasti pendengaran. Dan benar saja, hanya dengan menggunakan serangan tanpa suara saja kau bisa dikalahkan. Heh,,.." Dengan satu tarikan, ia menembakkan panah ke kepala kapten Malaikat Jatuh itu. Tidak memberikan kesempatan hidup padanya. Membunuh dengan keji.

"Akhirnya selesai juga, kekuatanku jauh lebih hebat dari yang kuduga. Ah, sekarang sudah malam. Pasti nee-chan sudah menungguku!" Ucap Issei sambil melangkah keluar barrier yang sudah mulai memudar.

Beberapa menit kemudian, akhirnya ia sampai di rumahnya. Tidak seperti biasanya, tidak ada suara Asuna yang menyambutnya hari ini. Issei rasa ia harus mencari tahu apa yang terjadi pada Vali dan Asuna. Kenapa mereka selalu bertengkar?

Issei mulai mengingat-ingat kejadian sehari penuh ini. Mulai dari datangnya murid baru, Vali namanya. Yang menunjukkan secara langsung ketertarikannya pada Issei. Issei tidak tahu apa yang membuat Vali tertarik padanya. Padahal Issei belum menunjukkan kelebihannya.

Apa ini yang dimaksud cinta pada pandangan pertama? Entahlah, Issei juga tidak tahu. Kalaupun Vali suka pada Issei, Ia takkan menolak. Hanya jual mahal sedikit saja.

Selanjutnya adalah kejadian barusan. Tiga orang Fallen Angel mencoba mengeroyoknya dan membunuhnya. Namun mereka sendiri yang malah terbunuh. Dalam pertarungannya ini, Issei membuka beberapa skill baru.

[Piercing Arrow], [Wind Arrow], [Smoke Arrow], dan [Silent Assasin]. Empat panah dengan efek yang berbeda, memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda pula. Untuk selanjutnya, Issei pasti akan membuka lebih banyak lagi variasi panah yang dapat ia keluarkan.

Issei penasaran, sampai batas mana ia dapat mengeluarkan panah. Ia ingin melatih dirinya, namun tidak ada guru maupun teman latihan. Apa ia harus mencari guru untuk melatihnya mengendalikan kekuatan supranatural?

Issei akan terus berkembang selama ia masih memiliki keinginan yang kuat untuk melindungi manusia. Apa ia akan memerlukan bantuan untuk mewujudkan perdamaian yang sebenarnya? Yahh, mungkin saja ia akan mencari manusia yang mempunyai kekuatan.

Lalu bagaimana dengan Asuna? Apa ia juga mempunyai kemampuan seperti Issei? Apa ia akan dapat mengeluarkan kemampuannya itu? Apa ia juga akan bertarung di garis depan bersama Issei? Tentu saja Issei tidak akan membiarkan itu terjadi.

Saat ini ia tengah berjalan menuju lantai dua. Menuju ke kamar Asuna untuk sekedar bertemu. Saat berada di depan kamar Asuna, ia mulai mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban.

"Asuna-nee, apa kau sudah tidur?" Tanya Issei yang ditujukan kepada Asuna. Namun tidak ada jawaban, Issei mulai khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu padanya. Tak berselang lama, Asuna keluar dari pintu dengan rambut acak-acakan. Wajahnya sembab menandakan ia baru saja menangis untuk waktu yang lama. Baru pertama kali ini, Issei melihat Asuna seperti ini.

"Apa yang terjadi padamu Nee-chan?" Tanya Issei penuh kekhawatiran.

"Apa kau menyukaiku Issei?" Bukannya menjawab, Asuna malah berbalik bertanya. Issei terkejut dengan pertanyaan Asuna, kenapa harus menanyakannya sekarang?

"Aku menyukaimu karena kau kakak yang-…"

PLAKKK…

Tidak pernah Issei duga sebelumnya, tidak pernah terpikir olehnya, ia akan ditampar Asuna. Apa yang sebenarnya terjadi?

Bersambung…

Note :

-Penampilan Valiana Lucifer sama seperti Aine Chidorigafuchi dari anime Masou Gakuen HxH

-Busur yang Issei keluarkan sama seperti busur Archer dari anime Fate/stay night


Heyy, ini dengan Chrono76, selamat menikmati chapter baru dariku. Kuharap di chapter ini kalian semua tidak kecewa. Dan untuk kalian yang udah mau baca, aku ucapkan terima kasih. khususnya kepada algi-kun, dan arif4342 terimakasih sudah mau review. Review kalian, semangat bagiku!

Wew, chapter selanjutnya akan update minggu depan, bisa sabtu, bisa minggu. Semakin banyak yang review, kemungkinan bisa update lebih cepat :v

Chrono76 out...