FOUNDATION
Summary : Baekhyun yang berkisah kepada kedua putranya tentang pertemuannya dengan sang suami. Ini dilakukan, karena mereka sama-sama merindukan Chanyeol, Park Chanyeol yang sekarang sedang bertugas di wilayah konflik.
Disclaimer : Nama tokoh adalah milik pribadi. Hanya meminjam nama untuk menunjang jalan cerita. Karakter dalam cerita akan sangat berbeda dengan karakter asli.
Warning : - Pairing ChanBaek (Top!Chan Bottom!Baek) Jika tidak berkenan dengan pairing yang ada, silahkan dilewati daripada menghakimi
Boy X Boy, area Homo.
Akan ditemukan bahasa kasar, dan konten dewasa. Mohon pandai dalam membatasi diri sendiri.
Original by : metibyun
TIDAK MEMAKLUMI PLAGIARISM/PENGGANDAAN DALAM BENTUK APAPUN!
Create : 08 Agustus 2018
PROLOG
"Disana pasti sudah pukul 10 malam 'kan ? Segera tidur dan sampaikan salamku untuk kedua jagoan kita. 15 menit lagi aku harus menjinakkan bom di perbatasan." pria mungil itu menatap nanar ponselnya yang masih menyala. Panggilan belum berakhir, dan jujur saja ia tidak ingin mengakhiri satu-satunya cara agar ia dan suami tercintanya tetap terhubung- diantara hubungan jarak jauh ini.
"Hhhhhhh" menghembuskan nafas dengan keras dan membanting pantatnya pada sofa.
"Kenapa sayang ?"
"Aku merindukanmu-" cicitnya pelan dengan menggigit bibir bawahnya keras. Menghalau haru karena rindu yang tidak bisa dibendung lagi.
"Woah, demi apa ?" terdengar mengejek memang, tapi percayalah ada rindu yang sama terselip di antara suara sok ceria itu.
"Cepat pulang, jangan pernah melupakan Tuhan mu agar kau selalu dilindungi dalam tugas" di seberang sana, lelaki berbadan tegap dengan seragam kebanggaannya tengah tersipu. Inilah alasannya jatuh cinta, karena pemikiran sederhana lelaki mungilnya.
.
.
.
Rumah kecil itu mulai temaram karena beberapa lampunya sudah dipadamkan. Hanya tersisa lampu untuk teras, ruang tengah, dan dapur. Baekhyun mendesah lagi untuk kali tak terhitung karena suara berisik dari salah satu kamar di dalam rumahnya.
Ia memunguti beberapa mobil-mobilan, atau puzzle yang tercecer di lantai yang ia lewati. Memasukkan kedalam kotak rotan besar kemudian menutup, dan menyeretnya ke ujung ruangan.
Ia melirik pada kamar milik kedua putranya. Di depan pintu itu tergantung sebuah foto mereka yang tengah berpelukan di depan laut, foto itu diambil sekitar enam bulan lalu saat liburan musim panas. Dan di bawahnya tertulis "Kakak Jonginie & Adik Jiminie".
Akur yang terpampang dalam foto nyatanya tidak seperti kenyataan yang ada. Di dalam sana, kedua kakak beradik dengan selisih usia dua tahun itu tengah saling melempar. Atau sibuk bermain smackdown di atas kasur. Hingga selimut yang telah tertata rapi, jatuh di lantai. Dan sprei yang membungkus ranjang menjadi berantakan.
"Yak! Buntalan kentut" yang lebih kecil membulatkan mata lucu karena panggilan kurang ajar dari kakaknya.
"Berhenti memanggil Jiminie buntalan kentut! Kyaaa" yang lebih muda berlari dengan kepala yang menunduk siap menyeruduk perut kakaknya.
Jongin tertawa ketika berhasil lari dari serudukan sang adik. Terus mengejek hingga wajah anak gemuk itu mulai memerah karena marah dan ingin menangis.
"Dasar pendek!"
Baekhyun melihat itu semua. Ketika si bungsu lari tunggang langgang dengan kaki pendeknya. Dan si sulung yang tertawa mengejek. Ia hanya diam, menunggu sampai mereka menyadari kehadirannya.
"Dasar kurus, kaki panjang seperti tiang!" si mungil memukuli punggung kakaknya dengan bantal karena berkali-kali gagal memberi pembalasan.
"Mama-" Jimin menyadari terlebih dahulu kehadiran ibunya. Sedangkan sang ibu hanya mengangkat alis dengan tangan yang bersedekap. Tidak ada ekspresi.
"Mama-" si sulung kemudian menyusul.
"Sudah berapa kali mama bilang, jika bercanda tidak boleh membawa-bawa fisik, hm ? Kakak tahu 'kan adik memang kecil seperti mama ? Dan adik tahu 'kan jika kakak memang tinggi seperti daddy ? Guna saudara adalah saling melengkapi dan mendukung" kedua bocah itu tertunduk. Membuat Baekhyun berdehem karena ia yakin jika anak-anaknya akan salah paham dan mengira ia sedang marah sekarang.
"Kakak, maafkan Jimine" si bungsu yang memang pada dasarnya berhati lembut lebih dulu meminta maaf dan memeluk kakaknya.
"Maafkan kakak juga ya" keduanya saling berpelukan kemudian tertawa.
"Ini sudah lewat jam malam" keduanya kompak mengangkat kepala untuk menengok jam dinding di dalam kamar tersebut.
"Karena besok hari minggu. Kalian selamat. Tapi bereskan kamar. Mama beri waktu 15 menit dari sekarang." keduanya berlari berlawanan arah. Baekhyun tertawa melihat badan gempal anak bungsunya yang bergoyang seiring gerakannnya berlari. Lalu menatap gemas pada si sulung yang terlihat kebingungan untuk memulai merapikan kiranya sisi mana dulu yang perlu disentuh.
Seandainya sang suami ada disini sekarang, pasti ia tidak perlu merasa gemas sendiri. Karena Chanyeol akan menemani dengan tertawa bersama melihat tingkah keduanya.
"Jimine merindukan daddy" selesai meletakkan selimut di atas ranjang, Baekhyun menangkap si bungsu yang terlihat cemberut dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca.
"Kakak juga" si sulung ikut memeluk kaki ibunya. Mengusap-usapkan wajahnya di sana. Merasakan kesedihan Jimin.
"Mama juga" lantas keduanya kembali kompak mengangkat kepala untuk menatap sang ibu yang tengah tersenyum sendu.
-CB-
"Adik di tengah" Jimin berdiri di atas ranjang besar milik orang tuanya. Bibirnya dimajukan, sedangkan Jongin hanya melirik tajam. Baekhyun kembali pusing.
"Kakak di tengah!" mutlak, Jongin tidak mau mengalah lagi karena semalam Jimin yang menempati tengah.
Kuncir apel dengan piyama biru bergambar ayam kuning. Memang sedari kecil si bungsu selalu menyukai warna cerah, mirip dengan kepribadiannya yang ceria. Sedangkan sulung mengenakan piyama biru tua polos, mirip seperti kepribadiannya yang sedikit pendiam dan dingin.
"Jiminie ingin dipeluk kakak dan mama" Baekhyun tersenyum melihat rayuan maut dari Jimin. Sedingin apapun Jongin, pada akhirnya akan luluh jika adiknya bertingkah menggemaskan dengan sedikit rayuan.
"Kau menang, Jiminie" Jimin melompat girang dan menjatuhkan punggung kecilnya di tengah kasur.
Lama keterdiaman menyapa tanpa ada satupun dari mereka bertiga yang bersuara. Sama-sama menatap langit-langit kamar hingga Jongin membuka suara "Jiminie yang memimpin do'a" bocah berusia 6 tahun itu merapatkan selimut. Tidak kunjung memulai berdoa seperti malam-malam biasanya karena memang ia belum mengantuk.
"Kenapa belum dimulai ?" Baekhyun bertanya heran.
"Jiminie belum mengantuk, kalau kakak ?" Jongin hanya mengangguk, merasakan hal yang sama seperti adiknya.
"Ini sudah larut malam"
"Mungkin dongeng akan membuat kita mengantuk, iya 'kan Jiminie ?" Jongin menepuk-nepuk punggung adiknya, dan Jimin mengangguk tanda setuju.
"Dongeng apa ?"
"Daddy, Jongin rindu daddy. Ceritakan tentang daddy" Baekhyun dan Jimin menoleh untuk melihat wajah si sulung.
"Hmm, baiklah" kedua anak itu menajamkan telinga, dan merapatkan tubuh untuk menjangkau ibunya yang berbaring di sisi kiri ranjang.
"Daddy itu…"
-TBC-
A/N : PLEASE WELCOME NEW PROJECT! seperti biasa ngga jauh-jauh dari family story dan m-preg. gatau kenapa sih keknya spesialis di cerita keluarga. wkwkw OTTOKE ?
CAST :
- Anggota Agen Secret Service / tim Alpha dalam organisasi militer Korea Selatan. Tugasnya sangat berat karena sering dikirim ke wilayah konflik dengan resiko tinggi. Ia orang yang tegas dan penuh wibawa. Auranya tidak terbantahkan, namun bisa menjadi selembut kapas saat mendapat tatapan lucu dari kedua putra serta suami cantiknya. Ia Park Chanyeol, ada 3 hati yang menunggunya di rumah. Sedangkan diluar sana ada ribuan nyawa yang harus dilindungi dengan segenap jiwanya.
- Seseorang yang sederhana dengan segala pemikiran dan tingkah lakunya. Ia selalu optimis dalam segala hal. Hari-harinya selalu dipenuhi rasa rindu pada sang suami, dan tawa kedua anaknya. Ia Byun Baekhyun yang resmi menyandang marga Park 10 tahun lalu.
- Penggemar nomer 1 ayahnya. Jika dewasa nanti, Park Jongin ingin menjadi Jendral dan memegang pistol besar. Si sulung yang lahir setelah 2 tahun pernikahan orang tuanya. Tumbuh menjadi anak yang pendiam dan tenang. Usianya sekarang 8 tahun. Hobinya tidur dan membuat adiknya menangis.
- Warna kesukaannya adalah kuning. Sekalipun suasana hatinya buruk, ia akan kembali ceria ketika bebek karet atau boneka ayam kuning diberikan padanya. Kesayangan kedua orang tua serta kakaknya karena ia adalah anggota keluarga terkecil. Ceria, dan optimis, duplikat ibunya. Hobinya memukul sang kakak dan makan. Ia Park Jimin, usia 6 tahun.