…
"Sebentar, biar kuulangi rencanamu." Angin menarik ujung telunjuk untuk menutupi mulut Fang, Daun di sampingnya ikut memasang pose berpikir, seolah dia punya cukup sel otak untuk melakukannya, ataupun hanya sekadar mencoba melakukannya. Tapi Fang tak mengungkapkannya gamblang.
"Kelas sudah bubar dan aku perlu mengusir gadis-gadis ini sebelum Paparom datang."
"Ya." Angin menanggapi seadanya, Daun melihat ke antara keduanya sengit.
"Lalu Daun memasang semua perangkat yang bisa dia buat di seluruh bangunan sekolah."
"Ya." Angin mengangguk, Daun berbisik di belakangnya, "Benarkah?" Angin menutup mulutnya.
"Bagus, tapi kau sendiri bagaimana, Bos?" Keduanya melirik Fang, menuntut jawaban jelas.
"Aku akan memulai mencari di tiap kelas terlebih dahulu, kalian harus cepat menyusul langsung setelah menyelesaikan tugas kalian," Fang memainkan kertas peta yang dibuatnya, kedua boboiboy saling melempar pandang, "dan lagi, ada yang mau kutanyakan pada seseorang."
Mereka berakhir hanya mengangguk dan segera berpencar, Fang lantas berlari menuju kelasnya.
…
Perompak dan Penyamar © Cheros
BoBoiBoy © Monsta
Perompak -Kaizo
…
"Hei, Fei! Kau bolos di hari pertama!"
"Ya! Kudengar dari teman-teman kelas lain kalau kau punya pacar!"
"Wowie, belum jam pulang dan pacarmu sudah menjemputmu, ya?"
Begitu sampai Fang bisa melihat beberapa anak gadis yang sebelumnya masih saja terkikik dan mengobrol bodoh, mereka masih tinggal di kelas dan Fang menahan hasratnya untuk memutar bola matanya keras. Tangannya segera mengambil ransel yang ada di bangkunya, "Kalian harus cepat pulang."
"Heeee, kenapa?"
"Benar, kami, kan, mau lihat pacarmu!"
Fang mengurut keningnya, sangat menyesal meninggalkan Daun dan mulut lebarnya sendirian mengelilingi sekolah khusus perempuan.
'Lance Corporal Fang.'
Fang nyaris meloncat saat wajah Komandan Kokoci timbul dari jam tangannya. Para Gadis diam dan memandangnya tak percaya. Lipgloss seseorang terjatuh dan menggelinding ke kaki Fang, memberikan efek kejut yang sesuai dengan situasi.
"K-komandan, saya kan sedang menyamar!" Desisnya, mempertahankan sisa identitasnya yang sebenarnya sudah terlalu jelas untuk diabaikan. Komandan Kokoci tak tampak sedikitpun menyesal memanggilnya demikian, malah kerut mulai menyebar di dahinya.
'Tak ada waktu untuk itu Fang, Paparom sedang mendekat ke sana, Kaizo dan Solar mengejarnya. Pasukannya sudah sampai di tempatmu, kau harus mengungsikan siswi di sekitar dan menemukan power sphera itu secepatnya!'
Ada bunyi ledakan laser terakhir sebelum Komandan Kokoci menutup panggilan tanpa salam, Lisa berdeham. Teman-temannya berpandangan.
"…. Fang?"
Fang menghela napas dan mengangguk, "Sudah kubilang, pulanglah kalian."
…
…
"Jadi kau bukan siswi sekolahan dan sebenarnya semacam polisi?"
Bahkan bukan perempuan juga, sebenarnya. Fang tak mengatakannya, dia agak heran kenapa fakta yang satu itu belum juga ada yang mempertanyakan,"Prajurit, atau agen rahasianya lebih tepatnya, tapi terserahlah."
"… Ada yang bisa kami bantu, Fei, uh, Fang?"
Camelia memutar tumitnya, kelihatan tak terbiasa dengan perkembangan tiba-tiba dari teman baru mereka. Fang serta merta menggeleng, membuat seruan protes bersiul dari berbagai arah. Gadis-gadis lantas mengerubunginya dalam lingkaran seperti Tem si kucing dan teman-temannya mengerubungi Gery, hanya saja gadis ini auranya lebih mirip singa dan Fang tidak suka disamakan dengan tikus kecil, meskipun tikus itu cerdas dan selalu mendapatkan keuntungan.
"Kalian bahkan tak mengenalku satu hari penuh, dan ini bukanlah misi main-main, tahu."
"Ah, tapi kau sendiri masih anak-anak!"
"Kami ingin bantu!"
Fang menemukan dirinya mendorong mereka satu persatu keluar dari kelas, tiga anak perempuan ini sangat keras kepala, dan Fang sama sekali tak punya waktu banyak untuk menggeser mereka sambil mencari power sphera.
"Toko ibuku menjual parfum, kalau kubilang kami ada diskon, anak-anak bahkan sampai kakak kelas dan berbondong-bondong pergi ke sana sekarang juga!"
"Ya, kami bisa memakai speaker sekolah diam-diam. Tapi kau harus membiarkan kami membantu!"
Fang berhenti mendorong, kepalanya memutar kembali kalimat yang tadi berdengung. Memastikan tiap silabel yang masuk cukup diperhitungkan sebelum bertanya, "Kalian yakin bisa melakukannya?"
Tak ada yang menjawab Fang karena mereka semua lebih fokus bersorak senang, Fang hanya menghela napas. Dia mau tak mau menjelaskan semua bagian dari rencananya pada mereka agar mereka tak kebingungan. Semua mendengarkan dengan seksama, membuat apresiasi Fang pada tim random yang mendadak dibentuknya meningkat.
Dia hanya berharap Kaizo tak akan mengiranya gila atau cari mati lalu membunuhnya dengan tangannya sendiri.
…
"Eh, Angin."
Angin berbalik saat Daun mendadak sudah dibelakangnya, keningnya berkerut dalam saat tangannya membuat aliran sulur yang memindah-mindahkan sampah plastik dari tong sampah organik, seolah itu adalah kegiatan paling penting yang bisa dilakukannya saat ini.
"Apa? Bukannya kau harusnya memasang perangkap seperti kata Fang?"
"… Itu." Dia menunjuk barisan siswi yang terikat pada dedaunan lebat dan mengaduh, beberapa di antara mereka terlalu sibuk membenarkan riasan sambil mengumpat.
"… Mati, kamu."
"Kau juga mati kalau aku ketahuan, lho."
…
"Kenapa kau mengirimkan Daun dan Angin?"
Bahkan meskipun itu dirinya sendiri, Solar mau tak mau tetap harus mempertanyakan kompetensi mereka terhadap tingkat kesulitan misi ini, dan kemampuan keduanya tak pernah cocok untuk sesuatu yang perlu intelejensi. Meski Solar patut setuju kalau Angin cukup cepat dan kreatif, tapi Daun? Sebagai yang paling mengenal Daun di antara yang lain, Solar ingin mempertanyakan kembali pilihan Kaptennya.
Kaizo bahkan tak memandangnya, cukup untuk membuat Solar tak jadi ingin bertanya dan melipat mulutnya rapat sepanjang misi. Dia tak masalah dengan hal itu, tapi tetap saja, pemikiran ini mengganggunya.
"Karena mereka akan berguna untuk Fang."
Itu tak menjawab apapun sama sekali, tapi Solar hanya mengangguk. Tak mau memperpanjang diskusi untuk membuang waktu dan membuat Kaizo memincingkan mata padanya. Dia bahkan sempat membayangkan, kalau Kaizo yang memiliki kekuatan laser di matanya, alam semesta ini sudah punah saking seringnya Kaizo memincingkan mata.
Solar makin meringis membayangkan kemungkinannya.
"Lalu apa kau tahu kenapa kau yang di sini?"
"Karena di antara yang lain aku paling pintar?"
Kaizo tak menyanggahnya, Solar mau tak mau merasa bangga.
Kau mengambil yang paling pintar dan menyerahkan yang paling tolol pada adikmu. Solar tak mengatakannya.
…
…
…
"Baiklah Fang, jadi aku dan Camelia akan ke sana." Si Kembar, yang Fang tak ingat namanya selain si Camelia yang selalu disebut oleh kakaknya menghilang di koridor, siap menuju tempatnya ke ruang pengumuman.
Gadis-gadis lain mulai berpencar, Fang merasa jumlah mereka entah kenapa bertambah seiring mereka melewati koridor. Perempuan dan persatuan gosip, memang. Fang bahkan tak perlu repot menjelaskan rencana atau kenapa dia yang mengatur-ngatur mereka, Fang merasa inilah kekuatan ratu lebah yang sebenarnya.
Hanya saja dia, 'kan, jelas-jelas laki-laki. Jadi dia Raja lebah, untuk saat ini.
Dan Kaizo beruangnya pikir Fang tanpa sengaja, dia menggelengkan kepalanya untuk menendang keluar ide-ide mengerikan dari kepalanya.
"Jadi mereka berdua akan mengumumkannya pada seluruh sekolah, sementara kalian semua akan menggiring semua orang yang kalian temui menuju gerbang belakang sekolah dan pergilah cepat-cepat." Fang melihat jam, agak bersyukur guru-guru telah pergi saat bel pulang berlalu tadi. Masalah sebenarnya hanyalah siswi-siswi lainnya.
Beberapa menjawab Fang dengan dehuman kecil sambil membetulkan riasan, sementara temannya yang lain semangat sekali sampai Fang khawatir mereka justru lebih ingin membantunya menendang pantat musuh daripada ikutan lari. Tidak, itu akan menyusahkan.
Saat mereka mulai menyebar mencari orang-orang, Fang melihat sekelebat hitam lewat di sudut matanya.
Fang tak mengejarnya, untuk saat ini, tak saat dia merasa itu akan justru merugikannya.
Dia melanjutkan rencananya seperti sedia kala, dengan sesekali meloncati sulur asal yang ada di lantai koridor, sesekali dia teringat Daun dan tingkat kekhawatirannya meningkat tiap kali dia melihat sulur asal tergantung atau tergeletak.
Daun takkan membuat masalah, tidak di saat seperti ini.
'kan?
…
…
"Kita dalam masalah."
"Ya, dalam masalah."
Angin melihati Daun seolah kepalanya tumbuh dua seperti duri-duri yang ada di sulurnya, tapi nyatanya tidak. Mereka masih melepaskan lilitan satu demi satu siswi yang kadang bahkan mengumpati mereka, Angin jelas syok dengan mulut siswi zaman sekarang. Tapi lebih dari itu, dia cuma ingin mereka semua bebas sebelum Fang datang.
AH, dan kalau mereka berkunjung lagi ke mari, dia akan bawa sabun yang banyak untuk mencuci mulut mereka satu persatu.
Dia akan ke sini dengan Air saat itu, Angin mengangguk-angguk setuju saat Daun kembali merengek.
"Hah, tinggal satu lagi di koridor di ujung sana dan kita selesai!" Daun meloncat heboh, cengiran Angin mau tak mau ikut bangkit. "Dan Fang bahkan tak menyadarinya!"
"Tak menyadari apa?"
Kali ini Daun meloncat terlalu berlebihan ke arah Angin yang serta merta menangkapnya, pandangan mereka mengarah horror pada seorang gadis—yang sebenarnya adalah pemuda—dengan rok manis, dasi pita dan rambut lurus pendek sebahu.
Kalau dipikir lagi, bukanlah pemandangan yang sangat menakutkan.
Fang menatap keduanya hina, Angin segera menaruh Daun di sampingnya dan memulai sebuah alasan terbaik yang terpikir olehnya.
"F-Fei—"
"Tidak." Desis Fang gelap, Angin melipat mulutnya rapat dan Daun bersembunyi di balik bahunya. Fang lalu menjetikkan jarinya santai. Mereka berdua menutup mata bersiap untuk kemungkinan paling buruk yang bisa mereka dapatkan, digigit oleh Harimau Bayang, atau mungkin diterbangkan ke suatu tempat oleh Elang Bayang atau disedot seperti debu oleh vacuum cleaner berwujud Naga Bayang.
Tapi tak satupun dari hal tersebut yang terjadi beberapa detik setelahnya, karena yang Angin lihat adalah tangan-tangan bayang yang familiar tumbuh begitu saja ke sekeliling lorong, tepat di mana gadis-gadis mulai heboh dan memprotes. Mereka semua terlepas dengan cepat dari lilitan sulur yang merambat. Daun terkekeh pelan dan meminta maaf, Fang hanya menghela napas dan menyeret keduanya keluar dari koridor-koridor menuju lapangan.
"Hey! Tunggu— bagaimana dengan gadis-gadis?" Angin bertanya, Daun mengangguk setuju.
Dengan senyuman baru yang mencurigakan Fang menjawab, "Sudah kuurusi."
…
…
Ada ekspresi aneh yang memenuhi air muka Kaizo sedari tadi.
Solar tak ingin jadi orang yang terlalu kritis untuk hal yang tak penting, tapi dia tak dapat menahan sentilan yang mengganggu di sudut kepalanya. Kaizo sesekali menggertakkan giginya tiap melihat titik posisi Paparom yang kian mendekat ke sekolah, dan di sisi lain mereka mengejarnya hanya bermodalkan pesawat kecil seadanya, sisanya telah dihancurkan dan Yaya, Ying, dan Gopal masih tertinggal di belakang untuk mempertahankan kapal dari sisa awak kapal Paparom yang berada di sana.
Kaizo bisa saja mengejarnya lebih cepat, tapi kekuatannya terlalu besar dan mereka terlalu dekat dengan area publik, situasi seperti inilah yang kadang membuatnya benci berada di sisi pelindung.
Meskipun kalau dipikir lagi, kepalanya sangat dibutuhkan untuk jenis pekerjaan seperti ini. Solar mengangguk setuju dengan diri sendiri, sekaligus sedikit bangga, tentu saja.
"Jaga fokusmu!" Kaizo mendesisi galak, Solar mengerjap, agak malu ketahuan melamun di depan kaptennya. Tapi dia tetap diam dan kembali memperhatikan sekitar.
"Apakah Fang berhasil mengevakuasi siswi-siswi yang berada di sana?" Paling tidak dia bisa mengalihkan topik mereka pada sesuatu yang tetap cukup serius dalam perkembangan misi. Dari sisi bawah rumah-rumah penduduk terlihat hanya sebesar dompetnya, yang mana tidak terlalu jauh sebenarnya, kalau dipikir.
Lalu kemudian sekerumunan semut tampak memenuhi satu ruas jalan, semuanya memasuki toko bernuansa merah muda dipenuhi bunga-bunga di sisinya.
Siswi SMP, kalau dari yang Solar ingat, sesuai dengan pakaian yang dipakai Fang tadi. Dia menoleh ke arah Kaizo yang memincingkan matanya (yang seram itu) ke arah yang sama.
Solar mengakui kalau matanya termasuk salah satu yang terbaik di antara Boboiboy lain. Tentu saja.
Karena kalau tidak, dia mungkin bisa melewatkan saat di mana senyum singgah di bibir Kaizo sebentar sekali. Tepat sebelum senyumnya hilang dan digantikan sebuah kalimat singkat, "Tentu saja, dia harus."
Solar hanya mengangguk.
…
…
"Ini gila!"
"Ya, bahkan untuk ukuran kita!"
Daun melihat siswi-siswi yang tersisa berbondong keluar dari gerbang sekolah menuju tempat yang entah di mana, tapi jelas saja mereka mengerti rencana yang Fang buat, ini jelas akan memudahkan mereka.
"Ide bagus, Fang!"
"Tentu saja! Ini, kan, ide kami!" Angin dan Daun langsung menoleh cepat pada tiga orang gadis yang menyibak kerumunan dan mendekat. Senyum bangga terlampir di pipi dan mereka langsung mengerumuni sisi Fang seolah dia adalah ketua geng perempuan pembuli di suatu tayangan. Daun dan Angin memandang heran.
"Oh, kalian kembar?" Salah satu dari para gadis memekik heboh, hal yang langsung membuat dua pecahan Boboiboy nyaris meloncat, "Yang mana pacarmu, Fang?"
Angin jelas tertawa begitu Daun mengangguk sambil nyengir. "Ups."
Fang hanya menghela napas, melihat arus gadis yang makin menipis dan secara langsung membuat tempat itu makin sepi, Fang merasa ini adalah saat yang sangat baik untuk segera memulai pencarian. Tapi teman-temannya masih di sini, tempat di mana mereka tidak seharusnya berada dan mereka pasti menolak keras untuk 'pergi sementara semuanya baru mulai menyenangkan' dikutip langsung dari Camelia yang disetujui kakaknya dengan anggukan antusias.
"Jadi sekarang apa, Bos?" Mereka semua mengganti fokus pada Fang secara bersama, Fang bingung harus bangga atau mencela kekompakan yang cepat terbentuk. Semenjak tidak ada yang protes dan tidak satupun dari Angin ataupun Daun punya cukup sel otak untuk berpikir kalau mungkin sebaiknya mereka mengusir pada gadis. Fang tidak sedang menjadi satu-satunya sexist di sini, dia menghormati Yaya dan Ying dan sangat bersyukur mereka ada dalam tim. Ini adalah masalah yang sama sekali berbeda.
Fang melihat para gadis dan menyingkirkan Angin dan Daun sementara. "Kalau semuanya mendadak menjadi lebih berbahaya dari yang kuperkirakan ..."
"Kami akan segera pergi." Lisa menyambungkan, tersenyum pasrah pada Fang sementara Camelia dan kembarannya menatapnya setengah tak setuju. Setidaknya membuatnya sedikit lebih tenang.
"Baiklah kalau begitu, sekarang aku perlu Cattus."
Daun dan Angin bersorak, entah mereka mengerti atau tidak sisa rencananya.
...
...
"Bagaimana jika kita terlambat?"
Solar kembali bertanya, meski dia merasa perlahan Kaizo mentransformasikan dirinya sebagai gunung api yang siap meletup. Terkadang Solar merasa insting kucingnya mengetuk lebih kuat daripada logikanya. Mungkin itulah yang membuatnya masih terikat dengan pecahan Boboiboy yang lain. Kaizo memincingkan ujung matanya tajam, nyaris membuat Solar menyesal.
Nyaris.
"Kau seharusnya berkecepatan cahaya."
"Kapten juga seharusnya berkekuatan energi." Balasnya tak kalah, "Tapi tak satupun dari kita berdua yang sampai."
"Kalau begitu kau harus mulai terbiasa memberikan kepercayaan lebih pada rekanmu." Aneh sekali untuk Kaizo memberikan nasehat yang jelas dan sebenarnya menenangkan. Tapi Solar tak mau menekan keberuntungannya lebih jauh dengan bertanya lebih lanjut, "Fang bisa mengatasi ini."
"Kenapa?"
"Dia adikku!" Bentak Kaizo galak, namun Solar tak gemetar sama sekali. Dia tersenyum.
...
...
...
Ochobot dengan cepat memindahkan Cattus pada lokasi Fang, dan dengan sempatnya dia mengirimkan pesan minta maaf dengan sangat karena dia tak bisa ikut serta membantu. Kadang Fang tak mengerti dengan logika robot itu, justru tambahan bola kuasa lain sedang tidak diperlukan di sini, hanya menambah hal yang harus Fang khawatirkan saja.
Dia berbisik sebentar pada Cattus dan kucing pintar itu segera mengeong setuju, hal ini mungkin terlalu banyak untuk dapat dicerna Daun. Tapi Angin tersenyum melihat Fang, untuk beberapa saat Fang kira Angin akan berteriak seru dan bangga karena mengetahui rencana Fang dan membuat targetnya barangkali mendengarnya dan menghancurkan rencana ini. Tapi pemuda itu memilih diam, yang agaknya membuat Fang cukup terkejut.
"Ide bagus, Fang." Angin menepik bahunya, Fang hendak segera menepis saat gadis-gadis mulai menatapnya penuh duga.
"Memangnya kau tahu?"
Senyum Angin makin lebar, membuat Daun mengguncang bahunya heboh meminta petunjuk.
"Kau memancing kucing dengan kucing lain."
Fang hanya mendengarkannya saja, tak menyanggah.
...
...
Fang memiliki dua berita: Baik dan buruk, dia hanya bingung bagaimana cara menanggapi salah satunya.
Pertama, Cattus adalah kucing cerdas. Dengan beberapa kali menaiki atap dan mengeong, dia sudah menemukan apa yang dicarinya. Kucing itu menciutkan diri sendiri untuk masuk ke sela-sela tak terjangkau, menggunakan bola kuasanya dengan baik hingga Fang yakin kucing itu takkan pernah mempertimbangkan diet sehat, mengingat sebesar apapun dia selalu bisa mengecil.
Kedua, tak perlu waktu yang lama bagi Cattus untuk kembali. Fang melepas napas gelisahnya dan segera menjulang di depan Cattus. Fang mungkin akan mengangkat kucing manis itu dan mungkin memeluknya, atau menciumnya. Paling tidak itulah yang benar-benar Fang pikirkan sebelum si kucing menciutkannya dan mengangkatnya ala anak kucing.
Fang tak pernah menyangka akan ada hari dimana dia nyaris tercekik dan diculik oleh kucingnya (dan teman-teman lainnya dan Papa Zola) sendiri
Ini bahkan belum bagian terburuknya, ketika sibuk dicekik Fang dapat mendengar letupan keras dari depan sekolah. Entah apa yang terjadi, tapi bajak laut ini cukup sopan untuk melontarkan bomnya di depanpintu masuk sekolah.
...
...
"Uum, Kapten Kaizo."
"Kita sudah sampai."
"Um, ya. Tapi mana Fang?"
Solar tahu benar harusnya dia tak usah pakai tanya-tanya segala di situasi ini, tapi langit mulai merah gelap (khas planet ini, katanya) dan yang dia lihat hanya sulur hijau, kerutan kening yang langka dan pusaran angin kencang memerangkap bom-bom kecil yang mengapung di udara.
Tak ada bayangan, malah justru terdapat tiga siswi yang kelihatan seperti ikan kekurangan air, mencari-cari ke sekeliling dengan wajah yang berkerut-kerut seperti lipatan karpet persis saat Kaizo marah dan menendang benda itu di wawancara spesial bersama Anggota kehormatan Tapops. Memang bukan itu poinnya, tapi Solar jelas saja tahu ada yang janggal.
Solar bersumpah melihat mata Kaizo berkilat-kilat sesaat sebelum dia melontarkan dirinya pada Paparom. Dengan langkah kilat dia segera mendekat ke arah kembarannya dan bersatu.
...
"Apa yang kau inginkan?"
Lontaran praduga diberi Fang sekenanya, napasnya masih tersengal saat Cattus memutuskan kalau ukuran tubuh Fang takkan jadi masalah meski mereka sekarang ada di dalam loteng yang entah apa. Selera kucing memang benar-benar perlu dipertanyakan.
"Miaw~"
"Jangan coba-coba menipuku dengan pura-pura menjadi kucing baik," jeda sebentar, Fang tak tahu bola kuasa macam apa yang sebenarnya di hadapannya. "CattyBot."
"Aku tidak berbicara denganmu," tukas kucing hitam di depannya galak, dia kembali melirik ke arah Cattus, "manusia memang bodoh, Cattus. Kau pasti kesulitan." Cattus mengeong lelah, Fang ingin tersinggung.
"... Terserah saja apa katamu, tapi kenapa kau tak membantu kami?" Meliuk-liuk halus di antara barang-barang usang, Fang melihat kucing itu perlahan membesar dan membesar, matanya memanjang dan bulunya meliar, kulitnya perlahan melepas dan Fang nyaris saja berteriak. "Bola kuasa macam apa kau!" Fang tak mau mengakuinya, tapi dia terkejut sampai terjengkang dengan pantatnya yang mendarat pertama. Lekuk senyum lalu timbul di bibir hitam yang mulai memucat. Matanya merah dan rambutnya magenta dan Fang bersyukur dia belum bangkit saat bola sphera ini menjawabnya.
"IllusionBot, dan aku mempercayai pertolongan kalian."
...
...
...
IllusionBot menatapnya dengan mata merah yang sama persis dengan Fang, wajahnya jelas lebih pucat dan mati, tapi Fang tetap saja ingin berteriak. IllusionBot dengan cekatan menutup mulutnya rapat dan membuat Fang tersedak ludahnya sendiri. "Kalau kau mau membuatku tertangkap Paparom, aku takkan memaafkanmu." Fang langsung melipat mulut rapat. IllusionBot menatapnya lega.
"Jadi, IllusionBot?" Fang menaikkan alis, heran dengan sikap sok penting yang ditunjukkan bola kuasa di depannya. IllusionBot tampak terbiasa dengan perlakuan yang Fang berikan.
"Aku bisa membuatmu gila, jika aku mau tentunya." Senyum terukir jelas saat pada robot itu saat dahi Fang berkerut akan kengerian yang tak tertutupi.
"Kau tak muncul sebelumnya" Ungkap Fang datar, senyum di wajah yang terlalu identik dengan dirinya membuat Fang mual. Tapi dia tetap lanjut mengatakan, "Lalu mengapa sekarang mau membantu kami?" Tanya Fang, robot itu tampak menduganya.
"Kalian terlalu lemah untuk menangkapku, jadi memanfaatkan kalian untuk lari adalah hal yang menguntungkan." Tukasnya santai, kerut-kerut muncul di dahi Fang dan Cattus mengeong di sampingnya. Entah setuju dengan teman barunya atau sedang menghibur Fang. "Kau tahu sendiri kalau baik temanmu yang memiliki kekuatan elemental dan dirimu tak cukup untuk mengatasi Paparom."
"Kau terlalu meremehkan Boboiboy."
"Atau kau yang terlalu mengidolakannya?"
"Enak saja!"
Keduanya berdiam dalam suasana menggantung yang tegang, Fang tetap menatap mata merah di depannya galak sampai akhirnya IllusionBot menghela napas, "Baiklah, baiklah. Terserah." Ungkapnya santai sambil menaikkan bahu tak acuh, Fang mau mendengus tapi Cattus mengeluskwn dirinya pada Fang, seolah menahannya untuk membuat suasana menjadi lebih buruk. "Aku punya rencana yang mungkin bisa digunakan untuk menangkap Paparom. Ambil atau tinggalkan tempat ini dengan ingatan termodifikasi."
Fang dan Cattus berpandangan sebentar, sebenarnya Cattus bukan lawan diskusi yang asyik mengingat dia bahkan tak bisa dimintai pendapat. Tapi Fang akhirnya menghela napas dan mengangguk.
"Uh, ya, terserah."
...
...
Ledakan besar bertubi-tubi terjadi di angkasa saat Kaizo dan Paparom beradu. Boboiboy masih memulihkan ingatannya yang terpecah dan tercampur sementara gadis-gadis melihatinya seperti monyet atraksi dalam pertunjukan jalanan.
"Pacar Fang hanya satu?" Salah satu dari si kembar bertanya, tapi tak ada yang terlalu peduli untuk membalas.
Boboiboy yang mengumpulakn semua kepingan ingatan mencoba sangat keras untuk tak kehilangan kesadaran atau menjadi bodoh, um, ya, seperti yang selalu terjadi jika dia memaksakan dirinya hingga taraf tak wajar yang biasanya nyaris berakibat sangat fatal. Ochobot pasti akan memukulnya nanti.
Tapi nanti adalah masalah nanti, sekarang Boboiboy mencoba mencari celah dan mencoba mengeluarkan tenaga seefektif mungkin untuk membantu Kaizo yang jelas-jelas menahan serangan beruntun separuh gila yang dilancarkan Paparom. Paparom memiliki sphera kuasa spesial yang dapat membuat bom muncul dari berbagai arah dan Kaizo harus memfokuskan pertahanannya dengan baik, apalagi mereka jelas harus meminimalisir kehancuran yang mungkin terjadi karena ini wilayah berpenduduk padat. Memang pelindung jagat raya lebih susah daripada menjadi penjahatnya, pikir Boboiboy, meski bukannya dia mendadak ingin menjadi penjahat karena ini.
Samar-samar Boboiboy dapat mendengar erangan marah Kaizo ketika Paparom berucap, tapi dia bungkam. Boboiboy lantas segera berubah menjadi Tanah dan mencoba membentuk pertahanan baik untuk paling tidak meringankan beban Kaizo yang harus melindungi orang-orang di sekitar dan bangunan sekolah.
Dia tak tahu apakah dia harus mengatakannya pada Fang, atau apa Fang mungkin akan percaya.
...
...
"Wow, sudah jadi kapten ya." Paparom membuka dengan ledakan dan sapaan yang sama-sama berbahaya. Kaizo berusaha untuk lebih fokus menendang pantat tua busuk Paparom daripada mendengarkannya.
"Aw, galaknya. Padahal dulu kau tersenyum bodoh dan tertawa-tawa saat menyamar jadi pembersih kapal." Nada nostalgik merambat di untaian katanya, Paparom memegang dagunya yang lebat akan jenggot putih dan seringai menempel kasar di pipi. "Aku nyaris rindu, lho."
"Tetap saja kau tertipu, tua bangka." Balas Kaizo singkat, tangan meninju dan percikan energi mengudara, mencoba memerangkap gerak lingkah Kapten Perompak dengan menghindar dengan lihai, bom seketika menyerbunya dalam satu gerakan. Bomboobot benar-benar merepotkan jika ditambah dengan keahlian Paparom yang sudah terlalu terasah. Kaizo lagi-lagi membentuk dinding-dinding energi berlapis, paling tidak ingin berusaha memenjarakan dirinya dan lawan dalam arena kotak yang mengurangi kemungkinan kehancurkan skala tinggi pada sekitar mereka.
"Hoooo, kau jelas sudah lebih baik dari sebelumnya, Kaizo." Tertawa besar dan kasar, melihatnya membuat Kaizo mendengus jijik. Tapi Perompak itu tak terganggu sama sekali, justru menatapnya lebih, "Sayang sekali adikmu tak sebaik dirimu, eh?"
Kali ini Kaizo melaser tajam, "Apa maksudmu?" Heran dengan arah pembicaraan yang tiba-tiba menunngkik tajam secara asal. Namun Kaizo berusaha tak mengurangi kewaspadaan, mereka masih berhadapan, dengan senjata tergenggam erat di tangan masing-masing dan senyum menungkik tajam di bibir lawan.
"Tentu saja, kalau dia sebaik itu, kau pasti sudah menangkapku waktu itu." Paparom terlihat sangat senang dengan aura kelam yang menguar dari sekujur tubuh Kaizo yang berpendar ungu gelap. Lagi-lagi, tawa buruk rupa menggelegar hingga membuat bola sphera yang menjadi bawahannya bergidik tertahan. "Benar bukan?"
"Siapa sangka? Kelemahan Kapten terkuat TAPOPS adalah adiknya yang lemah."
Sekejap kemudian Kaizo melihat tali bom melilit kakinya dengan sumbu yang menyala. Bola Sphera itu masih bergidik, seluruh tubuhnya bersinar dan ujung jadi tali itu sendiri ada pada bagian tubuh robotik bola sphera tersebut.
Kaizo menutup matanya dan mempersiapkan dinding energi berlapis. Tawa Paparom terdemgar makin menggelegar.
...
...
Tanah sama sekali tak mempercayai apa yang dilihatnya.
Karena kini, baru saja ledakan yang sangat besar terdengar dari atas bangunan sekolah tempat baik Kaizo dan Paparom beradu. Ledakan kuning itu mengingatkannya pada amukan Solar dulu. Bahkan sedikit lebih kuat sehingga seluruh bangunan bergetar dan Tanah segera mengusir gadis-gadis teman Fang. Dia jelas tak mau Fang membunuhnya karena lalai. Namun hal yang paling mengejutkan justru karena dinding energi yang melindungi seluruh sekolah dari saat sebelum Kaizo mulai bertarung dengan Paparom perlahan memudar. Dari kejauhan terdengar bunyi gedebuk jatuh yang keras dan semak rambut biru gelap yang bersimbah darah.
Tanah mempersiapkan Golemnya. Dia hanya berharap Fang datang dengan cepat dan membawa rencana.
...
...
Fang jelas bohong kalau dia bilang tak dengar suara ledakan keras yang hingga membuat kemoceng bekas di loteng berjatuhan ke kepalanya. Dia menatap Illubot bimbang.
"Sekarang?"
Robot itu menendang pantatnya. Membuat Fang memisuh dan cepat-cepat mengambil posisi yang telah mereka setujui.
...
...
Kalau Kaizo saja sampai pingsan bersimbah darah, apalagi Boboiboy Tanah yang sudah sangat lelah dengan perubahannya sebelumnya dan sendirian. Golem-Golem berhamburan tiap kali bertemu kontak dengan Paparom dan bola spheranya, sementara Tanah berusaha keras untuk paling tidak membuat Paparom sibuk sambil berharap pertolongan datang secepatnya.
Beberapa kali jatuh dan terpukul tidaklah masalah, tapi jika memang hal ini terus berlanjut maka celakalah dia dan seluruh planet ini. Apalagi jika ternyata Fang sama sekali tidak menemukan bola sphera yang mereja cari.
Baru saja dia mempersiapkan diri untuk ledakan lain dan pukulan keras Paparom yang tak segan-segan pada anak-anak, hingga geraman kucing raksasa yang sangat dikenalinya nyaris membuat Boboiboy sangat terharu dan memeluknya. Cattus merupakan penyelamat dunia bangsa dan negara, Tanah berjanji akan memberikan jatah cokelatnya untuk Cattus sehabis ini karena kucing itu dengan hebatnya menggigit Paparom dan melemparkannya jauh.
"Mana Kapten?" Suara Familiar Fang terdengar dari belakang. Seketika Tanah berbalik untuk menatap penampakan pemuda tanggung dengan celana pendek berdebu dan baju sekolah perempuan yang pitanya sudah dilepas entah ke mana, sarung tangan khasnya sudah terpasang di tangan.
Tanah berusaha menahan tawanya, ini situasi penting dan dia dengan sigap mengembalikan air mukanya jadi khawatir begitu nama Kapten tersebut, "Kapten! Kapten terluka parah di sana!" Tanah menunjuk, Fang melihat ke arah tangannya. Namun pandangannya langsung terfokus lagi pada Paparom yang kembali datang dan berusaha memukul Cattus.
"Jaga dia." Bisik Fang, Tanah mengangguk dan berlari ke arah kapten mereka.
...
...
Cattus masih menggeram sakit ketika akhirnya Harimau Bayang membantunya untuk melepaskan diri dari serangan beruntun Paparom. Fang melangkah mendekat, mempersiapkan elang bayang dan membuat Paparom makin kebingungan dengan serangan berbagai arah.
Tapi Paparom hanya tersenyum senang, bahunya menurun santai dan dia mengembalikan senjata apinya di ikat pinggang. Sangat meremehkan. "Pang." Ucapnya.
"Fang!" Seru Fang kesal, dia sudah muak dengan semua orang yang memanggilnya dengan salah seharian ini.
"Wow, segalak kakakmu, ya?" Paparom sama sekali tak terganggu dengan teriakannya, Cattus menggeram galak dan mencoba menyundul Paparom dengan ganas, Harimau bayang menggigit kaki pria bongsor itu. Tapi dia tetap tersenyum.
"Kulihat kakakmu sangat membanggakanmu." Ungkapnya santai, Fang menatap Paparom galak, tanpa membuang waktu memanggil elang bayang untuk bergabung dalam pesta dan terbang untuk ikut menyerang dalam serangan gabungan.
Saat itulah Paparom berhenti tersenyum.
"Lemah."
Bom secara serentak berjatuhan dari atas mereka semua, Fang tersungkur dan mengaduh. Cattus terkena cukup banyak karena ukuran tubuh raksasanya dan berubah mengecil. Harimau Bayang nyatis menangis dan Elang Bayang yang terkena bersama Fang mengepak lemah mencoba terbang. Elang Bayang gagal.
"Cuma segini saja?" Paparom mendekat, kali ini kembali tersenyum. "Lemah sekali! Inikah orang yang membuat Kaizo ikut selemah itu?"
"Kau tak tahu apa-apa tentang Kapten!" Beberapa bom meledak di sekitarnya, Fang tak dapat mempertahankan Elang Bayang dan Harimau Bayang.
"Hoooo, aku cukup tahu." Paparom mendekat, mengangkay tubuh Fang kasar dan menghempaskannya. "Kaizo, sangat muda dan berbakat. Menyelinap di kapalku lima tahun lalu dan menghancurkan setengah isinya.
Fang berusaha bangkit, Paparom melemparkan bom besar ke arahnya yang segera meletup.
"Nyaris menangkapku dengan dinding energi berlapis, tapi gagal karena adiknya yang tertangkap bawahanku saat mencoba menyelinap untuk mengikuti kakaknya."
Fang menatap Paparom galak, tapi tubuhnya yang sudah penuh luka tak bisa membalas apapun.
"Dasar, memang lemah."
Pukulan siap meluncur. Fang tak berkedip.
...
...
"A-apa-apaan ini!" Seru Paparom tak percaya, keseimbangannya goyah terseret hisapakan kuat dari angkasa yang merah gelap. Dari atas sana muncullah sesosok besar Naga Bayang dengan mulut menganga, Paparom dengan perlahan bergerak ke atas dalam tarikan kuat.
"Apa yang terjadi!" Masih terguncang, Paparom berseru sekali lagi. Dari kejauhan sesosok berambut ungu gelap berjalan mendekat, serupa dengan yang telah babak belur karena diserang oleh Paparom.
"Kau terserap Naga Bayang. Jadi diamlah dan kalah!" Seru Fang yang terlihat kelelahan meski tak terluka, sementara Fang satunya tetap diam menatap Paparom dengan mata laser galak.
Ilusi. Paparom tersadar, seketika pandangannya mengarah pada Fang babak belur yang memucat dan perlahan melumer menjadi sesosok kucing hitam.
"Kau muncul, dan bekerja sama dengan anak kecil ini." Geram Paparom. Illubot tak menjawab.
Paparom perlahan berada di mulut besar Naga Bayang dan lesdakan besar terjadi. Baik Fang ataupun Ilubot melihat ke arah atas. Dinding energi muncul menutupi ledakan keras itu dan perlahan dinding tersebut turun ke bawah dengan Paparom yang terkurung di dalamnya, bersamaan dengan itu Kaizo yang muncul dipapah dengan seadanya oleh Boboiboy Tanah. Perbedaan tinggi mereka membuat semuanya nyaris menggelikan, tapi tidak ada yang berani mengatakan apapun.
Paparom masih cukup sadarkan diri dan terbatuk keras begitu dinding energi mendekat ke bawah, "Tak buruk." ungkapnya. Kaizo memandangnya tajam, kali ini akhirnya sudah dipapah oleh golem tanah yang sedikit lebih tinggi dari Tanah.
"Kau kalah." Pungkas Kaizo final.
"Kau juga." Balas Paparom tak kalah.
Sekejap kemudian, Bomboobot memeluk erat Fang dan meledak. Tanah berteriak dan Kaizo menatap marah Paparom yang pingsan dengan senyuman terukir dalam.
...
...
[Nantikan chapter terakhir segera]
[Tambahan]
"Daun, jelaskan kenapa kau dan Fang pacaran." Kaizo memincing tajam, dinding ungu mengelilinginya dan Boboiboy yang berkeringat.
"T-tapi Daun sedang tidak ada..."
"Jelaskan." Ingatkan Boboiboy untuk tidak memanggil Si Tolol Daun dalam misi penting ekstra berbahaya.
(mereka tidak benar-benar pacaran di sini.)