Characters : Masashi Kishimoto
Story : Izumi Kim
(Ide pasaran! Maaf jika terdapat kesamaan cerita!)
30 Juli 2018
.
[WARNING! RATED 17+ / ADULT STORY]
THE RED STRING
.
.
.
.
.
Suara langkah yang sedang berlari terdengar bersautan seperti sedang kejar-mengejar dan itulah yang memang terjadi. Seorang perempuan berambut pirang sedang berlari dengan sekuat tenaga menjauh dari seorang pria berambut dan bermata hitam. Perempuan itu semakin takut ketika jarak pria itu semakin mendekatinya.
"Apa yang kau inginkan, Itachi-san?" teriak perempuan pirang itu ketika lengannya dapat dicengkram kuat oleh pria yang bernama Itcahi. Tidak mempedulikan perkataan sang perempuan, Itachi malah mendorongnya sehingga punggung perempuan itu membentur dinding. Itachi kemudian menatap mata aquamarine sang perempuan dengan tajam dan perlahan mendekatkan wajahnya. Tetapi perempuan pirang tersebut memalingkan wajahnya, tak mau bersitatap dengan Itachi.
"Lihat dan pandang aku, Ino!" seru Itachi terdengar kesal dan marah.
"Kau ini kenapa?" tanya Ino yang pada akhirnya menuruti perkataan Itachi untuk menatapnya.
Hell! Tentu saja Ino bingung dengan tingkah polah Itachi saat ini. Ia baru saja memasuki rumah sehabis pergi bertemu dengan temannya, dan berjalan pelan menuju kamarnya agar tidak membangunkan yang lain khususnya Itachi. Tetapi saat berjalan baru beberapa langkah, lampu ruang tamu yang tadinya mati tiba-tiba menyala dan Ino pada akhirnya bisa melihat bahwa Itachi sedang berdiri sambil melipat tangan dengan wajah yang penuh amarah. Insting Ino tiba-tiba menyuruhnya untuk berlari secepat mungkin menuju kamarnya, namun sialnya Itachi malah mengejarnya dengan bringas.
"Dari mana saja kau ini?" suara berat Itachi membuat Ino merasa terpojok.
"Aku… Aku bertemu dengan temanku." cicit Ino.
"Kau tau apa salahmu?"
"Karena… pulang terlambat?" jawab Ino yang malah seperti pertanyaan. "Gomenasai Itachi-san."
"Harus berapa kali lagi aku katakan bahwa jangan pernah pergi tanpa seizinku! Kau tahu kenapa? Karena seluruh hidupmu adalah miliku, Ino! Apa kau tidak sadar juga akan hal itu?!" seru Itachi mengelus pipi kanan Ino sementara tangannya yang lain menahan bahu Ino agar tidak bisa lari.
"Gomen…" ucap Ino sambil menggigit bibirnya karena tidak tahan dipandang dengan tatapan yang panas seperti itu.
"Teman? Beraninya kau berdekatan dengan pria lain!"
Itachi tiba-tiba mencium Ino dengan kasar dan memaksa Ino untuk menerima ciumannya. Ia mengigit bibir bawah Ino agar Ino membuka mulutnya dan ia dapat melesakkan lidahnya masuk. Dengan nafsu dan kasar, lidah Itachi bermain menyusuri gigi lalu bersentuhan dengan lidah Ino kemudian menyesapnya keras sehingga suara yang dihasilkan dari ciuman mereka benar-benar erotis.
Tetapi yang dilakukan Ino hanya diam dengan perlakuan kurang ajar pria yang ada dihadapannya ini. Ia tak mampu melawan semua perlakuan kurang ajar dan hina yang Itachi lakukan. Yang ia tahu adalah ia secara terpaksa harus tinggal di rumah ini dan harus menuruti semua apa yang diinginkan oleh Itachi selaku si pemilik rumah. Ino yang hanya diam tak merespon justru malah semakin membuat Itachi kesal dan mencium Ino lebih dalam berusaha menuntut dan membujuk agar Ino membalasnya.
Itachi kemudian menghentikan ciumannya dan kembali menatap Ino untuk menyuruhnya membalas ciuman yang ia minta tetapi… deg! tiba-tiba ia terhenti saat melihat air mata Ino sudah mengalir deras membasahi pipi mulusnya.
"Ino…" panggil Itachi dengan nada suara yang berbeda dari yang tadi, dan saat ini ia memanggil perempuan pirang cantik dihadapannya ini dengan lembut.
"Go… hikss… gomen. Aku tidak…bermaksud membohongimu." ucap Ino terisak. Melihat hal ini, Itachi menjadi merasa bersalah, ia kemudian mengelus lembut pipi Ino untuk menghapus air mata perempuan itu kemudian menarik Ino kepelukannya.
"Maaf jika aku menakutimu." ucap Itcahi memeluk Ino sambil meletakkan dagunya di atas kepala Ino.
(Ino POV)
.
.
.
Jika kalian bertanya hubunganku seperti apa dengan Itachi, aku hanya bisa menjawab bahwa Itachi adalah majikanku. Entahlah aku juga tidak tahu apakah kata "majikan" itu tepat untuk mengambarkannya. Yang pasti adalah, aku sudah tinggal dirumah keluarga Uchiha ini sekitar enam bulan dan dalam enam bulan itu pula aku bekerja untuk Itachi Uchiha yang kadang memperlakukanku dengan baik tetapi ia dapat memperlakukanku dengan kasar dan semaunya. Ini benar-benar membuatku lelah! Ingin rasanya untuk berhenti dan kabur dari sini tetapi jika semua itu kulakukan maka akan berdampak pada keluargaku.
Andaikan ayah tidak berhutang pada keluarga Uchiha, aku tidak akan terjebak di rumah ini! Hal gila yang Itachi lakukan adalah menolak uang yang ingin dibayarkan ayahku atas hutangnya dan memilih AKU yang membayar hutangnya dengan bekerja untuknya entah sampai kapan! Aku memang bukan orang yang kaya, aku harus bekerja keras membantu ayah di toko bunga Yamanaka untuk membiayai kehidupan kami dan kuliah adikku, Shion. Ibuku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan toko bunga itu adalah kenangan ibuku, maka dari itu ayah rela melakukan apa saja agar toko bunganya tetap berdiri. Sejujurnya ini adalah alasanku berusaha tetap bertahan bekerja di rumah Uchiha ini, karena aku tidak mau ayah kehilangan toko bunga yang sudah dibangun lama bersama ibu. Mungkin ini kenangan ayah terhadap ibu yang tidak rela ia lepaskan.
Lalu bagaimana Itachi Uchiha itu? Jika aku mengesampingkan rasa benciku kepadanya, maka aku mengakui bahwa Itachi Uchiha adalah pria mapan nan tampan. Siapapun yang menjadi kekasih atau istrinya kelak pasti akan beruntung. Ia juga penuh karisma dan cerdas. Kuakui ia cerdas, karena sebenarnya sebelum aku memutuskan untuk berhenti kuliah, aku dan Sasuke yang notabene adik Itachi sempat satu kelas, aku sering mengerjakan tugas kuliah di rumah ini dan beberapa kali bertemu Itachi yang saat itu sedang menempuh progam magisternya. Tetapi yang paling mengesalkan adalah meski dia tampan, pintar dan cerdas tetapi sifat jeleknya yang kubenci adalah ia egois dan paling tidak suka di-nomor-dua-kan! Haah~
Saat sedang berbaring dan ingin mulai tidur karena hari ini benar-benar sangat melelahkan untukku, tiba-tiba ponsel yang kuletakkan disebelahku berbunyi tanda panggilan masuk. Dengan mengantuk dan sedikit enggan, aku langsung menekan tombol hijau tanda menerima.
"Hng~ Moshi moshi ?" ucapku sambil memejamkan mata.
[ Ino Neechan~ Apa aku menggangumu? ] Mendengar suara Shion, mataku langsung terbuka dan aku segera bangkit dan bersandar pada sandaran tempat tidurku.
"Shion-chan ? Ada apa?" tanyaku. "Apa ada masalah? Kenapa menelpon malam-malam?" lanjutku memborbardir Shion.
[ Hahaha~ Tidak bisakah neechan bertanya satu-satu? ] Kudengar kekehan Shion disebrang telepon.
"Ah, maafkan aku Shion-chan. Ada apa?"
[ Aku hanya ingin mendengar suaramu, Ino-nee. Sudah lama kita tidak bertemu. Apa neechan tidak merindukanku dan ayah? ]
"Neechan sangat sangat dan sangat merindukan Shion-chan dan Otousan. Maaf jika neechan terlalu sibuk sampai-sampai tidak bisa menemanimu." jawabku. Ah! Kumohon jangan menangis, jangan sampai Shion khawatir padaku.
[ Aku sangat ingin bertemu dengan neechan. ] Kudengar suara Shion mengecil saat mengatakan ingin bertemu.
"Neechan juga ingin bertemu dengan Shion-chan." balasku. "Bagaimana dengan kuliahmu?"
[ Kuliahku baik-baik saja. Maafkan jika aku menganggumu, neechan. Ino-nee pasti sudah lelah bekerja seharian tapi aku malah menganggu waktu tidur neechan. Konbanwa~ Oyasumi~ ] Kudengar ucapan Shion kemudian disusul dengan suara telepon ditutup.
Mendengar kata-kata terakhir di telepon tadi dengan Shion benar-benar membuat hatiku sakit, entah sejak kapan air mataku mengalir. Aku menutup wajahku dengan bantal dan mulai menangis tak bersuara. Entah mengapa akhir-akhir ini aku menjadi sering sekali menangis dalam diam. Dan itu adalah yang paling menyakitkan, kau menangis tetapi tidak ingin orang lain tahu bahwa kau sedang menangis.
.
.
.
Keesokan paginya, tugas rutin yang Ino lakukan setelah ia membuka matanya, mandi dan membereskan kamarnya adalah membangunkan tuan muda Itachi, membereskan tempat tidurnya, jikalau Itachi sedang 'kejam' ia akan memaksa Ino untuk melakukan cuddle bersamanya. Kemudian memilihkan dasi dan memasangkannya lalu turun bersama ke meja makan. Meskipun Itachi suka melakukan cuddle tetapi ia tidak pernah memaksa Ino melakukan hubungan seks, karena hal inilah Ino masih bisa menoleransi meskipun ia tetap harus waspada karena siapa yang tahu bahwa Itachi akan melakukan yang lebih kepadanya?
Saat ini Ino sudah berada di depan pintu kamar Itachi dan tanpa menunggu pemiliknya mengizinkan masuk, Ino sudah masuk terlebih dahulu dan melihat 'majikannya' masih bercumbu dengan tempat tidur dan selimutnya. Ino pun mendekat dan mulai mengelus rambut hitam Itachi untuk membangunkannya. Ya… Itu adalah cara Ino membangunkan Itachi dan selalu berhasil.
"Itachi-san, kau harus bangun." ucap Ino mengelus rambut hitam Itachi dan Itachi pun membuka matanya.
"Ino…". Dengan tersenyum dan tanpa aba-aba, Itachi menarik tangan Ino sehingga menyebabkan perempuan pirang itu terjatuh di atas badannya dan dengan cepat ia membalikkan tubuh Ino dan memeluknya seperti guling.
"Kau akan terlambat jika melakukan ini." tolak Ino tahu apa yang akan diperbuat Itachi selanjutnya.
"Aku boss-nya." jawab Itachi mulai mengecup telinga Ino dan kemudian menjalar ke leher mulus dan menghirup aroma tubuh Ino dalam-dalam.
Tangan Itachi mulai bermain dengan meraba lembut payudara Ino yang masih tertutup lengkap pakaiannya. Ino berusaha mengatupkan bibirnya erat, tak mau desahan terlontar dari mulutnya, bisa-bisa Itachi bertambah PD dan makin intens menjamahi tubuhnya. Tapi Itachi paham bagian-bagian sensitif di tubuh Ino meskipun yang ia lakukan hanyalah sebatas cuddle dan belum sampai ke taraf melakukan having sex. Tak mau menghabiskan waktu sia-sia, Itachi menghirup aroma tubuh Ino melalui sela-sela leher mulus nan menggoda perempuan pirang ini, tangannya mulai memasuki bagian dalam baju dan meraba mesra perut Ino hingga naik ke payudara sintalnya.
"Nghh~ Itachi…" ucap Ino serak. Ia tidak lagi bisa menahan sentuhan tangan Itachi. Kehangatan tangan Itachi menempel diseluruh tubuhnya. Beberapa detik kemudian, Ino dapat merasakan sesuatu yang keras menggesek bokongnya dan ia paham apa itu.
"Ahhh~ Ino…" erang Itachi yang menggesekkan penisnya dan masih tetap meremas mesra payudara Ino.
Ino membiarkan Itachi melakukannya dan setiap pagi ia memang akan terus melakukan hal ini entah sampai kapan hanya Itachi yang tahu. Beberapa menit kemudian, Itachi melepaskan Ino dan berlari masuk menuju kamar mandi. Setiap kali mereka bercumbu, Itachi akan melanjutkan 'pekerjaan'nya dan mengeluarkan semen-nya di kamar mandi. Sedangkan Ino akan merapikan dirinya dan juga tempat tidur sang majikan. Setelahnya, ia menyiapkan pakaian kerja Itachi sambil menunggu Itachi selesai mandi.
"Ayo cepat, kau bisa terlambat." ucap Ino memberikan kemeja biru kepada Itachi. Setelah Itachi rapi dengan pakaiannya, Ino melanjutkan untuk memasangkan dasi dengan warna senada dengan kemeja Itachi.
"Kau mungil sekali, Ino." kekeh Itachi yang melihat Ino agak kesusahan memasangkan dasinya. Ia sangat suka bagian ini. "Arrgghh!" jerit Itachi berbarengan dengan Ino yang menarik dasi tersebut kuat-kuat sehingga mencekik leher Itachi.
"Ah, gomen ne… Karena aku pendek jadi aku tidak melihat kalau ternyata dasinya mencekik leher anda, Itachi-sama." ucap Ino sambil melakukan fake smile.
Ino pun langsung pergi dari kamar Itachi menuju dapur disusul Itachi yang mengekorinya. Saat ini, Itachi duduk manis membaca koran sambil menikmati secangkir kopi hitam hangat nan pekat, Ino sibuk berkutat dengan urusan dapur guna menyediakan sarapan bagi 'majikannya'. Pekerjaan ini sudah Ino lakukan sejak enam bulan yang lalu dan Itachi akan ngambek jika bukan Ino yang memasakkan sarapan untuknya. Haah~ Terasa seperti suami-istri, ya? Apalagi ketika Itachi dengan sangat memaksa meminta Ino selalu menunggu Itachi pulang kerja dan harus selalu menyapa serta menyambut kehadirannya.
"Umm… ano… Itachi-san?" ucap Ino sambil meletakkan omelette yang menjadi menu sarapan Itachi hari ini.
"Mana sapaan selamat pagi untukku?" tanya Itachi menutup korannya. Ino mendengus kecil.
"Ohayou Itachi-san." ucap Ino tersenyum sambil mengecup singkat bibir Itachi. Dan lagi… Ini adalah bagian dari pekerjaan Ino. Mungkin bagi sebagaian besar orang, yang dilakukan Ino adalah hal yang kurang ajar, mana ada pembantu mengecup bibir majikannya? Yaaa… Tapi ini pengecualian karena Itachi adalah extraordinary man. Itachi sendiri yang meminta Ino melakukan itu dan kalian juga pasti tahu bahwa Ino takkan mampu menolak semua titah yang diberikan 'majikan' iblisnya ini.
"Ada apa?" tanya Itachi yang terlihat dalam keadaan good mood dan mulai memotong omelette yang tersaji di depannya.
"Apa aku boleh bertemu Shion hari ini?" tanya Ino. Mendengar hal itu, Itachi langsung memicingkan matanya tajam menusuk Ino. "Aku sungguh-sungguh hanya akan menemui Shion, bukan yang lain." ucap Ino mempertegas ucapannya karena melihat ketidakpercayaan dari mata Itachi. Ah~ Benar-benar mengesalkan harus selalu menjelaskan secara detail seperti ini, bukan?
"Baiklah..." jawab Itachi yang membuat Ino dengan refleks tersenyum manis. "Aku juga akan ikut." lanjut Itachi yang melunturkan senyum manis Ino.
"Tidak perlu, Itachi-san. Kau sibuk dan harus ke kantor." ucap Ino berusaha menepis keinginan Itachi untuk ikut bersamanya.
"Iie, aku bisa menyerahkan pekerjaan hari ini kepada Kakashi. Aku ikut."
"Tidak perlu, aku hanya sebentar."
"Justru karena sebentar aku akan ikut." jawab Itachi telak tak tertolak.
"Huh~ menyebalkan." desis Ino. "Baiklah, terserah saja." jawab Ino sekenanya.
Setelah menyelesaikan sarapannya kemudian Ino dan Itachi meninggalkan rumah untuk pergi ke asrama Shion. Melihat Ino yang jalan terlebih dahulu dengan cepat membuat Itachi mendecihkan lidahnya. Ino sudah berada di depan pintu gerbang dan akan membukanya.
"Hei, Ino! Tunggu!" teriak Itachi namun tak digubris. Itachi kemudian berlari menghampiri Ino dan menahan pintu gerbang rumahnya agar tak bisa terbuka.
"Apa?" tanya Ino kesal.
"Kenapa kau berjalan secepat itu, sih?"
"Bus yang akan menuju ke asrama Shion sebentar lagi datang, makanya harus cepat."
"Kita naik mobil." jawab Itachi singkat menarik tangan Ino dan berjalan menuju mobilnya.
"Aku tidak mau naik mobil, aku naik bus saja." bantah Ino melepaskan tangan Itachi yang tadi menariknya dan menatap Itachi dengan berani.
"Kenapa?" tanya Itachi curiga.
"Memangnya kenapa?" tanya Ino membalas Itachi. Ini membuang-buang waktu, bus akan segera datang dan Ino harus menunggu 30 menit lagi jika ia terlambat.
"Aku tidak suka naik bus."
"Tak suka? Yasudah, terserah." ucap Ino. Itachi mendekatkan wajahnya pada Ino, kemudian berlahan-lahan juga mendekatkan tubunya, membuat Ino kehilangan ruang dan mau tidak mau ia bersandar pada mobil Itachi.
"Baiklah aku akan menurutimu, tapi dengan syarat." ucap Itachi menyeringai. Ino tahu maksud seringaian itu.
"Nani?"
"Cium aku." jawab Itachi singkat, padat dan jelas. "Sekarang juga, disini." lanjutnya.
"Tidak mau!" tolak Ino berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan Itachi. Tetapi hal itu sia-sia karena sifat Itachi yang Ino benci lainnya adalah Itachi tidak akan melepaskannya sebelum ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Ino…" panggil Itachi menunggu.
"Aku akan menciummu, tapi tidak sekarang. Nanti saja, boleh?" tanya Ino mengeluarkan jurus puppyeyes-nya, mungkin saja Itachi akan luluh dan bersedia mem-pending ciuman mereka.
"Tidak. Aku memintanya sekarang."
"Apa kau tidak bosan berciuman denganku terus?" tanya Ino frontal. Ya, tentu saja Ino dapat mengatakan hal itu karena kenyataannya memang Ino setiap hari berciuman dengan Itachi. Seperti tadi saat membangunkan Itachi tidur dan menyapa ketika sarapan.
Itachi terdiam mendengar perkataan Ino yang barusan kemudian menatap Ino intens yang membuat perempuan pirang tersebut jengah dan akhirnya menyerah. Ciuman dengan Itachi sudah biasa, dia sudah melakukan beribu-ribu kali dan diberbagai tempat. Jadi dengan terpaksa Ino menuruti permintaan Itachi agar ia bisa dengan cepat pergi mengunjungi adiknya, Shion. Karena perbedaan tinggi yang cukup menjulang dan Ino hanya memakai flat shoes kesukaannya, alhasil Ino pun berjinjit lalu mencium bibir Itachi kilat.
"Ayo, pergi!" ucap Ino menerobos Itachi, tapi sialnya baru selangkah Itachi langsung menarik lengannya.
"Itu bukan ciuman. Kau hanya menempelkan bibirmu saja, Ino." ucap Itachi.
"Bagiku itu adalah ciuman." jawab Ino cepat. "Aku melakukan ciuman versiku, tadi kau hanya minta cium saja." lanjutnya berusaha melepaskan tangannya dari Itachi.
"Kalau begitu, aku akan melakukan ciuman versiku." ucap Itachi disusul dengan tarikan tangannya yang membuat Ino mendekat menubruk tubuh Itachi.
Itachi mulai menciumnya, melingkarkan tangan kirinya ke pinggang ramping Ino sementara tangan kanannya menekan kepala Ino. Ciuman Itachi berbeda, tidak kasar dan tidak memaksa seperti yang biasa dilakukannya pada Ino. Ino merasakan ciuman Itachi begitu lembut dan membujuk Ino untuk menerima ciuman tersebut dan pada akhirnya Ino pun membuka mulutnya menerima ciuman Itachi yang semakin lama semakin berubah menjadi ciuman yang panas dan menggairahkan. Jilat. Hisap. Gigit. Bukan hanya bibir yang menyatu tetapi lidah mereka sudah saling mengecap satu sama lain sehingga saliva mereka bertukar dan sedikit membasahi ujung bibir mereka berdua.
Itachi menjilati rongga dalam mulut Ino dan menjelajahi setiap gigi rapi Ino, kemudian ia mengigit kecil bibir Ino dan menjilatnya. Hal ini membuat Ino kehabisan oksigen dan tanpa bisa ditahan ia mengeluarkan desahan. Itachi melepaskan tangan kanannya dari kepala Ino dan mulai meraba payudara Ino yang tertutup pakaiannya. Ino yang terkejut berusaha menahan tangan Itachi.
"Itachi-san…" ucap Ino melepaskan ciuman mereka dan berusaha mengehentikan permainan nakal tangan Itachi yang telah memijat dan meremas payudaranya. Itachi tidak menggubrisnya dan malah memulai untuk menciumi leher mulus Ino. "Ngghh~ Itachi…" desah Ino. Itachi berhenti memainkan payudara Ino namun tetap masih menempelkan bibirnya di leher Ino.
"Begini ciuman versiku, Ino." gumamnya kemudian menatap wajah Ino yang memerah. Ia tersenyum nakal melihat hasil perbuatannya pada Ino.
"Sialan. Dasar brengsek!" seru Ino berusaha melepaskan diri dari Itachi.
"Aku tidak mau naik bus. Cepat masuk ke dalam mobil!" titah Itachi.
"Tidak mau! Kau sudah janji akan naik bus jika aku menciummu!"
"Kau tidak menciumku, aku yang menciummu."
"Kenapa sih kau tidak mau menepati janjimu?!" ucap Ino kesal.
"Masuk sekarang!" perintah Itachi.
"Dasar menyebalkan! Kenapa kau tidak pergi ke neraka saja sana! Dasar iblis!"
"Jika aku ke neraka, maka aku akan membawamu bersamaku." jawab Itachi enteng sambil tertawa. Ini adalah hal yang jarang terjadi apalagi keluarga Uchiha adalah keluarga yang kurang ekspresif, mereka tersenyum saja malah terlihat seperti sedang meremehkan dan sekarang Itachi Uchiha tertawa? Wah, pintu neraka benar-benar sedang terbuka.
"Kenapa kau tidak mau menuruti keinginanku? Sekali saja turuti kemauanku, aku bahkan meminta hal yang sederhana." pinta Ino.
"Ck, baiklah." kata Itachi pada akhirnya. "Tetapi kau harus menuruti semua permintaanku seterusnya." lanjut Itachi merangkul Ino dan membukakan gerbang untuk mereka. Ino hanya mengerlingkan mata tanpa bisa menolak.
Itachi masih merangkul Ino dan mereka berjalan ke halte yang berada di dekat rumah Itachi. Namun baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ada mobil berhenti tepat di dekat mereka, pintu mobil terbuka yang menghalangi mereka untuk berjalan dan muncullah seorang wanita dari dalam mobil itu. Wanita tersebut berambut hitam panjang, berkulit putih mulus dan Ino akui bahwa wanita tersebut cantik.
"Itachi-kun~" sapa wanita itu.
.
.
.
.
.
つづく - To Be Continued
.
Hello~ Izumi hadir dengan FF ItaIno baru ^o^)/ Semoga minna-san tidak bosan membaca FF ItaIno dengan rated M, ya~ Dan semoga saya bisa update cepat dan tidak membuat kalian menunggu /kisseu/
Baiklah... Selamat membaca dan jikalau kalian ingin FOLLOW - FAVORITE - COMMENT FF ini, dengan senang hati Izumi persilakan~ :3 /pede/ Hahaha...
Happy reading ! Mind to review? Neomu Gomarigatou~