Bahagia itu semu, sementara.
Jadi mari buat patah hati menjadi seni.
.
.
Keping 1
Chanyeol pernah sekali mencinta dengan begitu indah. Pernah mendamba dengan begitu puja. Juga pernah berakhir dengan begitu perih.
Satu kali.
Dan dia menjadikan itu yang terakhir.
Benar-benar terakhir hingga diri pun tak lagi sudi untuk mencicip afeksi.
Nama Baekhyun menjadi alasan mengapa dia begitu trauma akan cinta.
Kali pertama mengenalnya, Chanyeol menganggap dia hanya satu dari sekian teman yang akan mampir di lembar kisah hidup.
"Yeol, kenalkan. Baekhyun dari sosiologi,"
Saat pertama Sehun memperkenalkan keduanya, Chanyeol merasa biasa. Bahkan setitik rasa menggelitik di perut pun tak singgah.
Kesan pertama terlampau biasa untuk sebuah kisah yang berakhir membuatnya trauma.
"Chanyeol dari politik. Senang berkenalan denganmu, Baek,"
Anggukan dan senyum menyapa pengindra Chanyeol.
Dan Chanyeol membalasnya dengan senyum yang biasa dia tampilkan.
Kali pertamanya sangat biasa. Berkesan datar, terlampau pasaran.
Baekhyun datang sebagai satu dari segelintir mahasiswa yang membantunya menuntaskan tugas akhir. Menjawab kuisioner, menjelaskan alasan, dan sesekali memberi argumen.
Temu yang awalnya hanya sesekali dalam sebulan, berubah menjadi satu kewajiban di penghujung minggu.
Sabtu pagi Baekhyun akan datang ke kosnya dengan alasan membantu lembar skripsi yang sedang Chanyeol kerjakan.
Lalu Jumat sore di minggu yang berbeda Chanyeol akan datang ke kos Baekhyun untuk membawanya keluar dengan dalih melepas penat.
Senyum yang awalnya hanya formalitas, kini berubah menjadi tawa yang wajib didengar. Hadir yang semula enggan, kini berubah menjadi rutinitas. Rasa yang semula tak ada, berubah menjadi setitik keinginan memiliki dirinya.
Chanyeol masih ingat Kamis pertengahan Juli. Saat langkah pertama dia ambil selepas sidang, saat itu pula retina menangkap hadir Baekhyun yang entah mengapa terasa berkali lebih mempesona.
Baekhyun datang dengan sebuket bunga dan rangkaian selamat yang begitu lancar.
Baekhyun datang kala temannya yang lain berdalih sibuk.
Baekhyun datang bagai sebutir harapan akan sebuah akhir bahagia.
Dan saat itu pula Chanyeol memutuskan untuk jatuh. Memutuskan untuk memuja. Memutuskan untuk mencinta.
Intensitas temu kembali berubah. Semula satu di penghujung minggu, kini satu dikala rindu. Dia bisa datang kapanpun dia mau, dan mereka enggan menghitung berapa kali dalam seminggu.
Semua berjalan indah. Teramat manis. Hingga Chanyeol lupa akan sebuah realita.
Bahwa sesuatu yang manis akan lebih mudah membuatnya bosan.
Tapi dia menampik hal tersebut dengan terus menyamankan diri pada sebuah hubungan yang tak tentu.
Tentang sebuah status hubungan yang sampai saat ini masih dipertanyakan, Chanyeol tahu pasti apa penyebabnya. Keduanya enggan mengungkapkan.
Terlalu takut akan sebuah akhir yang di dapat.
Jadi keduanya berdalih menyamankan diri dalam zona. Atau justru hanya Chanyeol seorang. Karena kadang, sikap Baekhyun terlalu ganjil untuk di terjemahkan.
Seperti pagi saat Chanyeol berada di rumah selang dua bulan wisudanya.
Terhitung seminggu, Baekhyun tak dapat dihubungi. Terhitung sebulan tak ada temu. Dan tak terhitung seberapa banyak timbunan rindu.
Chanyeol pikir mungkin, ya mungkin saja Baekhyun sibuk dengan tugas semesternya. Jadi tak banyak yang bisa dia lakukan selain maklum.
Toh dia sudah pernah merasakan. Bahkan berkali lipat lebih memusingkan.
Untuk itu Chanyeol memutuskan keluar dan menyapa beberapa teman seangkatan yang berhasil wisuda bersamaan dengan dirinya.
Salah satunya Sehun.
Yang kemudian membawa kabar mengejutkan. Terlalu menakutkan untuk didengar.
"Kau tak tahu? Tiga hari lalu Baekhyun menikah dengan tunangannya,"
Tunggu, apa ini?
Sehun bercanda?
"Tidak lucu,"
"Aku tidak sedang membual. Dari awal kau mengenalnya, dia sudah punya kekasih. Sejak kau rutin mengunjungi kosnya, dia sudah resmi menjadi tunangan orang,"
Saat itulah segala hal menjadi lebih jelas.
Tentang mengapa Baekhyun tak pernah menganggapnya lebih dari teman.
Tentang mengapa dia membiarkan saja Chanyeol menemuinya seenak jidat.
Tentang Baekhyun, yang bahkan tak bisa dibaca arti pandangannya.
Dan tentang hubungan keduanya yang tak pernah jelas.
.
"Jangan terlalu lama berada di zona nyaman. Zona nyaman itu menjebak,"
.
.
END
.
.
Work baru wkwkwk.Cuma pelampiasan doang. Aku salah satu penganut sad ending. Karna bagiku, happy ending tuhh gak pernah bener-bener ada.Intinya, ini bakal jadi kumpulan drabble dari kisah menyakitkan yang pernah aku dengar. Atau justru pernah aku alami, hehe.Semoga harimu menyenangkan kawan.Phay-phay.