Jeon Jungkook menatap sebuah akun di layar ponselnya kemudian mendesah kasar. Meskipun telah ratusan kali melihat unggahan itu sejak semalam, kemarahannya selalu saja terpancing.
viVante I need a sugar daddy to fulfill my gucci wishlist~
.
.
Daddy, Don't Kill Them © Cyreela
KookV Fanfiction
[ BoysLove, Romance, Drama – M – MissTypos ]
.
Chapter 1
.
.
Penyesalan selalu datang terlambat.
Seandainya Kim Taehyung tahu bahwa ponselnya akan diledakan oleh ratusan panggilan dan ribuan pesan, dia pasti memilih truth dalam permainan semalam. Persetan dengan harga diri. Biarkan saja Minjae dan Sungjae tertawa hingga sekarat mengetahui dirinya masih menyandang status perjaka.
Setidaknya itu lebih baik dibandingkan dare yang terpaksa dia jalani. Foto provokatif dengan sederet caption menggoda yang dia unggah di salah satu akun media sosialnya adalah bencana total.
Bunyi 'bip' dan reff Go Go dari BT21 bergema sejak semalam. Seolah-olah tidak akan—atau mau—berhenti. Para pengikut serta orang-orang acak dunia maya menghujani kotak pesannya dengan foto vulgar disertai rayuan cabul. Daftar panggilan tak terjawabnya penuh oleh nomor asing.
Dan semua itu terus berlangsung hingga siang ini.
Berita buruknya, pemuda pirang itu adalah mahasiswa bangkrut yang menjalankan bisnis online shop kecil. Dia menghargai selembar won seperti seorang ibu yang memandang hasil karya pertama putra kecilnya. Sehingga mustahil bagi Taehyung mematikan ponselnya—karena itu berarti dia akan menelantarkan pelanggan dan kehilangan lembaran won yang berharga.
Jadi di sinilah Taehyung sekarang. Berbaring malas di kasur kerasnya seraya menggerakan jemari di atas layar. Mendesah lelah ketika mencari-cari beberapa pesan penting di antara tumpukan spam.
.
-from : MuscleRabbit-
MuscleRabbit sent a picture
Tertarik dengan kaos yang kau kenakan di foto ini
Ukuran XL? —pukul 07.49
.
-to : MuscleRabbit-
Hai!
Ini pertama kalinya aku melihatmu =)
Kau beruntung! Semua ukuran BT#21 available!
Warna apa yang kau inginkan? Hitam/Putih? ^-^? —pukul 13.10
.
Balasan datang dalam satu kedipan mata. Namun pemuda pirang itu lebih memilih mengintip akun si pelanggan baru alih-alih membalas pesan. Salahkan saja saja username yang eye catching itu hingga membuat Taehyung ingin memanjakan rasa penasarannya dibalik pembelaan berupa 'memastikan kredibilitas konsumer'.
Ada tiga puluh tujuh unggahan. Semburat lembut oranye. Tajamnya merah. Gelapnya biru. Dan kilau keemasan. Semua foto diambil dari pinggir pantai yang berbeda ketika matahari mulai tenggelam. Taehyung terpesona. Memperhatikan setiap foto dengan seksama. Kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas. Membentuk senyum miring.
.
-from : MuscleRabbit-
Keduanya. —pukul 13.10
.
-to : MuscleRabbit-
Daebak! =D
Apa kau sudah melihat koleksi lainnya?
Sebentar lagi musim dingin,
Barangkali kau membutuhkan mantel baru? ;) —pukul 13.20
.
Panggilan nomor asing muncul di layar ponselnya bersamaan dengan alunan reff Go Go yang enerjik. Tanpa perlu berpikir, mahasiswa tahun kedua itu menggeser simbol x merah dengan jemarinya.
—Lalu menggerang lemah ketika panggilan nomor asing lainnya muncul.
"Astaga,"
Dia berharap neraka ini akan segera berkahir.
.
-from : MuscleRabbit-
Apa yang kau rekomendasikan? —pukul 13.21
.
-to : MuscleRabbit-
Tunggu sebentar... —pukul 13.30
.
Setelah mengintip akun MuscleRabbit, Taehyung tidak memperoleh informasi apapun mengenai selera fashion atau warna favorit—bahkan siluet postur tubuhnya. Hanya sekumpulan foto artistik yang memunculkan pemikiran bahwa mungkin saja dia adalah seorang fotografer.
Jadi pemuda pirang itu mengirimkan tiga potret trench coat berbeda model yang menurutnya akan sangat keren jika dipadukan dengan kamera yang menggantung di leher.
.
-to : MuscleRabbit-
Bagaimana menurutmu? —pukul 13.34
.
Kali ini Taehyung perlu menunggu selama lima menit penuh untuk menerima balasan. Tapi itu bukan masalah besar. Tentu. Karena MuscleRabbit tertarik membeli dua dari tiga mantel yang ditawarkan. Dan pemuda pirang itu tidak bisa untuk tidak tersenyum lebar.
Kemudian seperti yang diharapkan dari pedagang pada umumnya bila dihadapkan dengan konsumer potensial; menawarkan produk lainnya. Maka mahasiswa tahun kedua itu menunjukan potret syal rajut tebal bermotif katsuba. Aksesori unisex yang sesuai dikenakan selama puncak musim dingin.
Sebuah kejutan menyenangkan ketika MuscleRabbit lantas membelinya dalam hitungan detik. Sama halnya ketika dia secara main-main menawarkan sejumlah koleksi mahalnya—kemeja, jaket, serta sarung tangan natal. Mau tak mau, kecurigaan mulai merambat di benak Taehyung.
Apakah dia benar-benar serius membeli semuanya?
.
-to : MuscleRabbit-
Aku akan mengirimkan semua pesananmu,
setelah kau menyelesaikan pembayaran dan
mengirimkan buktinya =)))
ps; jangan lupa cantumkan alamatmu! ;) —pukul 13.59
.
-from : MuscleRabbit-
MuscleRabbit sent a picture —pukul 14.10
.
Sepasang iris hazelnut si pirang melebar.
Dalam kurun waktu kurang sari satu jam, dia berulang kali dibuat terkejut oleh orang yang sama.
Yolo yolo yolo yo~
Yolo yolo yo~
—dan terus dibuat kesal oleh panggilan acak nomor-nomor asing.
.
-from : MuscleRabbit-
Apa kau mengirim semua barang dari Seongdong-gu? —pukul 14.11
.
-to : MuscleRabbit-
Ya...!
Jadi akan memakan sedikit waktu pengiriman,
jika kau tinggal di luar Seoul =((( —pukul 14.11
.
-from : MuscleRabbit-
Aku sedang berada di Seongdong-gu
Mungkin kau mau memberikan pesananku
secara langsung? —pukul 14.12
.
Secara spontan pemuda pirang itu bangkit dari posisi berbaring. Kemudian berjalan cepat menuju setumpuk kardus besar di sudut kamar selagi mengetikan sebuah pesan balasan.
.
.
.
.
Setelah melangkah masuk, Taehyung mengedarkan iris hazelnutnya. Seperti yang telah disepakati, mereka bertemu di Eungbong-dong pukul enam sore. Tepatnya di kedai kopi bergaya scandinavian yang dikenal dengan nama Nokken. Permasalahannya muncul karena separuh dari penggunjung mengenakan pakaian hitam. Warna yang disebutkan MuscleRabbit dalam pesannya.
Taehyung mengerutkan dahi.
Dua dari sekelompok remaja yang duduk di meja tengah mengenakan kaos hitam. Pria berotot di samping meja mereka mengenakan kemeja ketat hitam. Di sebrangnya, pemuda dengan bibir penuh mengenakan jaket kulit hitam. Sementara dari meja di samping jendela kaca, pemuda yang mengenakan hoodie hitam polos mendongak, lalu memandangnya.
Detik itu juga, pemilik iris hazelnut tahu kemana dia harus melangkah.
"Hai!" senyum ramah terlukis di wajah Taehyung, "Muscle Rabbit?" tanyanya memastikan.
"Ya."
Dan si pirang merasa seakan-akan ditelanjangi saat iris hitam kelam itu menatapnya lekat. Bergulir perlahan dari wajah menuju ujung sepatu kanvas biru laut yang dia gunakan. Setiap gerakannya mencuri sebagian besar oksigen yang perlu dihirup si iris hazelnut.
"Kim Taehyung?"
Suara rendah yang dibalut intonasi lembut membuat Taehyung tersentak kecil. Sepanjang hidupnya mahasiswa tahun kedua itu tidak pernah menyangka jika namanya bisa terdengar begitu indah.
"Be-benar,"
Pemilik akun MuscleRabbit tersenyum samar. Sebuah senyum yang akan dicintai oleh remaja-remaja di awal pubertas hingga para wanita single di akhir tiga puluhan. Sial. Pemuda itu mempesona sekali.
"Kau bisa duduk terlebih dulu," dia menyarankan. Masih dengan suara yang menyenangkan untuk didengar.
Taehyung menurut. Menarik kursi di hadapan si pelanggan baru, "Apa kau sudah menunggu lama?"
"Tidak,"
"Syukurlah," Taehyung tersenyum lega seraya meletakan tiga tas karton yang dibawanya ke atas meja kayu. Cukup besar untuk menghalau jangkauan penglihatan, "Ini adalah barang-barang yang kau pesan," jelasnya ramah.
Pemuda dengan rambut segelap malam itu meraih ketiga tas karton dalam satu gerakan tangan yang efisien kemudian memindahkannya ke bawah. Tepat di samping kursi yang dia duduki, "Terima kasih sudah mengantarkannya langsung,"
"Tidak masalah," jawab si pirang cepat, "Seharusnya aku yang mengatakan terima kasih karena kau telah membeli banyak barang!"
Sebelum pemilik iris hitam kelam itu sempat membalas ucapan lawan bicaranya, seorang pelayan wanita menyodorkan menu. Mengedip genit pada si raven dalam gerakannya, "Apa yang bisa kubantu?"
Taehyung bukan penggemar berat kafein, jadi dia memilih caffè latte dengan tambahan krim. Sementara pemuda di hadapannya memesan secangkir americano.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Taehyung tanpa menyembunyikan rasa penasaran di sorot matanya setelah pelayan wanita itu pergi, "Maaf, aku lupa menanyakannya di tempat pertama,"
"...—"
Yolo yolo yolo yo~
Yolo yolo yo~
Mahasiswa tahun kedua itu refleks meraih ponsel di saku celana jeans lalu menggerang sebal. Tanpa perlu memeriksa lebih jauh. Jemari lentiknya secara kasar menyeret simbol x merah dan mengetuk simbol diam di ujung layar.
"Apa itu panggilan dari Sugar Daddy-mu?"
Taehyung mendongak dan tersedak keras, "Uhuk!"
.
.
TBC
.
.
A/N :
Hallo~
Sejujurnya, saya nggak tau mau nulis apa di bagian ini #ditampol.
Ah! Saya minta dukungannya~! (Saya tahu ini bener-bener nggak jelas, tapi saya serius)