Chapter 1

Tak pernah terbesit di benak Baekhyun untuk menikah selain dengan Irene sahabatnya. Ya Bae Irene lebih tepatnya. Karna sedari sekolah dasar hingga SMA dinama ada Baekhyun pasti di situ ada Irene. Bisa dibilang Irene satu-satunya wanita yang dekat dengannya dan yang dicintainya diam-diam tanpa diketahui oleh sahabatnya itu sendiri. Sampai sekarang Baekhyun masih menyembunyikan perasaannya dan masih enggan untuk mengungkapkannya.

Waktu berlalu begitu saja dan keduanya telah lulus dari SMA nya. Tentunya hal itu merupakan suatu kebanggaan bagi mereka. Karena itu artinya mereka bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Namun sayang, Irene tak bisa mengikuti jejak Baekhyuh yang mendapat beasiswa kuliah di luar negeri karena otaknya yang pas-pasan. Dengan mengharapkan peruntungan ia akan mencoba mendaftar dan akan berusaha dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan bangku kuliah di salah satu universitas bergengsi di negaranya.

Irene menangis ketika mengantar Baekhyun di bandara. Ia sedih karna pastinya tak akan ada lagi yang akan menemaninya kemanapun ia ingin pergi. Ia takut tak bisa menemukan sosok sabahat yang sebaik Baekhyun. Ia akan sendiri tanpa Baekhyun di sisinya. Sementara Baekhyun sendiri berusaha menahan tangisnya sambil memeluk tubuh sahabatnya erat. Pasti nanti dia akan rindu sekali pada sahabatnya ini.

"Aku tak akan lama Irene, aku janji setiap liburan semester nanti aku akan kembali dan akan menemanimu kemanapun," janji Baekhyun sambil mengusap lembut punggung sahabatnya.

"Hik janji ya? bila kau ingkar, aku akan sangat marah dan tak mau menemuimu lagi," sahut Irene di sela-sela tangisnya.

"Janji,"

Sejak saat itu Baekhyun pun melanjutkan pendidikannya di fakultas kedokteran Harvard.

000

Satu tahun telah berlalu dan Baekhyun baru bisa kembali ke negara asalnya setelah semester keduanya. Itu artinya ia telah ingkar pada sahabatnya itu. Tentunya tak lupa Baekhyun meminta maaf karenanya. Irene sempat marah dan mendiami Baekhyun selama sebulan. Rasanya Baekhyun ingin bolos saja dan terbang kenegaranya menemui sahabatnya kala itu. Berkali-kali Baekhyun menghubungi via telepon ataupun email, tapi sahabatnya itu enggan mengangkat ataupun membalasnya. Hingga sebulan setelahnya Irene yang lebih dahulu menghubungi Baekhyun dan memberinya maaf dengan syarat Baekhyun harus kembali pada liburan semester berikutnya.

Saat ini Baekhyun telah berada di penerbangan menuju negara asalnya. Ia tak sabar untuk mengejutkan sahabatnya itu dengan berdiri di depan pintu rumahnya. Ah! bila perlu Baekhyun akan langsung masuk kekamar gadis itu saja. Memikirkannya saja Baekhyun sudah senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Setelah tiba dirumahnya Baekhyun meletakkan kopernya di tepi ranjang lalu dengan buru-buru memasuki kamar mandinya. Selesai membersihkan diri, ia mengambil paperbag dari kopernya dan segera membawanya keluar dari kamarnya.

"Mau kemana nak? bukannya kau baru datang? istirahatlah sebentar," tegur nyonya Byun saat melihat anaknya baru menuruni tangga dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Hanya sebentar Ibu, aku merindukan sahabatku," jawab Baekhyun dengan cengiran di bibirnya. Setelahnya Baekhyun pun bergegas keluar dari rumahnya meninggalkan ibunya yang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu.

000

Tak sampai lima menit Baekhyun sudah tiba di depan rumah Irene. Maklum saja rumah mereka hanya berada dua rumah dari rumah Baekhyun sendiri. Lalu ia pun segera memencet tombol interkom yang menempel di pintu rumah Irene. Tak lama wanita paruh baya membukakan pintu dengan senyum ramah di bibirnya.

"Baekhyun? kapan kembali nak? oh ya ampun kau semakin manis saja," ucap Nyonya Bae sambil mencubit gemas pipi Baekhyun.

"Tante aku tampan," protes Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya. Sesungguhnya ia tak suka bila seseorang menyebutnya imut, manis apalagi cantik.

"Iya iya babyboy tante yang tampan, tak ingin memeluk tante," nyonya Bae pun merentangan tangannya.

Tanpa sungkan Baekhyun pun segera memeluk wanita yang merupakan ibu dari sahabatnya itu.

"Kangen tante," rengek Baekhyun layaknya anak kecil. Yah mau bagaimana lagi, Ibu Irene sudah seperti ibu kedua baginya.

"Tante tau itu, yang pasti kangennya tak lebih dari rasa rindumu pada putri tante yang cantik kan?" goda nyonya Bae dan dibalas kekehan oleh Baekhyun.

"Hehe tante tau aja, Irenenya ada kan tan? Oh aku sunguh merindukannya," ucap Baekhyun tak sabaran.

"Ayo-ayo masuk dulu," Nyonya Bae pun membimbing Baekhyun memasuki rumahnya. Masih sama seperti dulu pikir Baekhyun.

"Irene ada di atas, tante tak tau apa yang dilakukannya sedari pagi, kau lihat saja sendiri,"

"Makasih tante, aku ke atas ya, eh ini ada oleh-oleh buat tante," Baekhyun pun menyerahkan satu paperbag itu kepada nyonya Bae sebelum ia menemui Irene.

"Oh untuk tante nih? makasih loh," Nyonya Bae pun menerimanya dengan senang hati.

"Sama-sama tan,"

000

Tok tok tok!

"Masuk saja bunda,"

Suara Irene terdengar dari dalam kamar membuat Baekhyun semakin tak sabar melepaskan rindunya. Ia pun segera membuka pintu kamar itu. Di atas Kasur bisa dilihatnya Irene yang sedang tengkurap dengan sebuah novel di tangannya.

"Miss me Ms. Bae?"

Irene yang mendengar suara tak asing itupun segera mencari sumber suara. Baekhyun berdiri tak jauh darinya dengan eyesmile yang melekat di wajahnya.

"Oh Tuhan, Baekhyun!"

Irene pun bergegas beranjak dari ranjangnya dan menerjang Baekhyun saat itu juga.

"Hwaa jahat jahat, kenapa tak bilang padaku kalau mau pulang? aku kan bisa menjemput di bandara," protesnya sambil memukuli dada Baekhyun pelan lalu di balas kekehan oleh Baekhyun.

"Kan kejutan, ini aku bawa oleh-oleh untukmu,"

Baekhyun menyerahkan paperbag itu. Bukannya senang, Irene malah merebut paperbag itu lalu melemparnya asal.

"Siapa yang butuh oleh-oleh, aku tuh cuma mau kamu Baekhyun, disini menepati janjimu," ucap Irene kesal, yah siapa yang peduli dengan oleh-oleh itu, yang ia butuhkan hanyalah melampiaskan kekesalannya yang tertunda pada Baekhyun.

"Haiss, iya iya aku kan sudah disini, sini peluk lagi," Baekhyun pun kembali merengkuh sahabatnya itu. Ia bahagia sekarang, akhirnya ia bisa bersama sahabatnya lagi.

"Rindu banget ya?" tanya Baekhyun kemudian.

"Tentu saja, memangnya kau tak rindu?" Irene pun mempoutkan bibirnya sambil menatap Baekhyun gemas. Benar-benar ekspresi yang menggemaskan menurut Baekhyun.

"Tentu saja, melebihimu malah," jawab Baekhyun seraya terkekeh.

"Awas kalau semester depan tak pulang lagi, aku akan benar-benar marah," ancamnya.

"Iya iya janji, mau jalan-jalan lalu makan es krim?" tawar Baekhyun kemudian.

000

Waktu berlalu begitu cepat dan Baekhyun sudah mendapatkan semester ke empatnya. Sudah menjadi rutinitas untuk Baekhyun yang diharuskan pulang setiap libur semester. Disinilah dia sekarang, duduk di bangku taman bersama Irene yang terus berceloteh menceritakan kehidupan kampusnya. Baekhyun mendengarnya dengan senang hati. Ia senang saja melihat Irene yang berceloteh dengan berbagai ekspresi yang berbeda itu. Benar-benar gadis yang energik dan menggemaskan.

"Di toko bunga tempatku kerja part time, aku berkenalan dengan seorang pemuda,"

"Oh ya? seperti apa dia?" tanya Baekhyun penasaran. Ia semakin ingin tau lebih jauh kisah sahabatnya ini.

"Dia pemuda yang baik, dia punya tubuh yang tinggi, mata besarnya terlihat lucu kalau berkedip, dia juga punya telinga yang panjang, bila tersenyum, senyumnya sangat lebar hingga gigi-gigi besarnya terlihat, dan kau pasti terkejut bila bertemu dengannya, karena dibalik wajah babyface nya itu dia punya suara yang besar dan terdengar sangat jantan," ujar Irene antusias. Bahkan Baekhyun yang mendengarnya pun tak kalah antusiasnya.

"Benarkah?"

"Kau harus bertemu dengannya agar kau percaya Baekhyun," Jawab Irene seraya tersenyum manis.

Ah senyum itu, senyum favorit Baekhyun yang sampai kapanpun tak akan jemu ia melihatnya.

"Kalau begitu kapan-kapan kenalkan dia padaku," tutur Baekhyun kemudian.

"Itu harus! Lalu suatu hari dia mengajaku jalan-jalan sambil berbincang tentang banyak hal, aku juga mengatakan padanya tentang impianku kedepannya kalau suatu saat aku ingin mempunyai toko bungaku sendiri dengan beberapa pekerja yang membantuku,"

Ya Baekhyun tau itu. Karna Irene juga pernah mengataknnya ketika mereka masih kelas 1 SMA.

"Lalu dia mengakui sesuatu yang mengejutkanku, kau tau apa itu?" ucap Irene kemudian dengan raut misteriusnya.

Deg

Entah mengapa merasaan tak nyaman menguasai Baekhyun saat itu. Iapun terdiam tanpa menanggapi apapun.

"Dia mengatakan kalau sebenarnya dia itu pemilik kebun bunga yang selama ini memberi pasokan bunga di toko tempatku bekerja, bukankah dia sangat keterlaluan, kami kenal hampir satu bulan lamanya dan dia baru mengatakan itu," kekesalan terlihat jelas diwajah Irene saat itu.

Baekhyun pun kembali tersenyum meskipun sangat tipis. Dia kira apa, ternyata hanya itu. Padahal ia sempat menghawatirkan sesuatu yang belum pasti.

"Memangnya kenapa kalau dia baru mengatakannya?" Tanya Baekhyun dan dibalas tatapan gemas oleh Irene.

"BAEKHYUN, tentu saja kalau tau sejak awal, aku akan memaksanya mengajakku ke kebun bunganya, kau kan tau seberapa sukanya aku terhadap bunga," tutur Irene gemas.

Baekhyun mengusap tengkuknya seraya nyengir kuda. Tentunya ia sangat tau kalau sahabatnya itu sangat menyukai bunga. Hampir seperti maniak malah. Mungkin karena itulah gadis itu lebih memilih kerja part time di toko bunga.

"Lalu bagaimana perkembangan hubungan kalian?" tanya Baekhyun kemudian.

"Kau pasti tak akan percaya,"

Lagi-lagi Gadis itu mengatakan sesuatu yang membuat lawan bicaranya penasaran.

"Dia pada akhirnya mengajaku ke kebun bunganya yang luas Baekhyun, dia mengajaku berputar putar dengan sepeda, disana aku bisa melihat berbagai macam bunga yang ditanamnya, hamparan bunga Baekhyun, bisa kau bayangkan itu," tutur Irene seraya merentangkan tangannya antusias seakan ia tengah mengajak Baekhyun menatap hamparan bunga di hadapannya.

"Hwahh pasti indah sekali,"

"Tentu saja, Lalu-,"

Tiba-tiba Irene menghentikan ucapannya seraya tertunduk malu. Tentunya hal itu membuat Baekhyun mengeryitkan alisnya.

"Lalu?" tanya Baekhyun kemudian.

"Lalu entah dari kapan? dia sudah membawa setangkai mawar merah di tangannya dan memberikannya padaku Baekhyun, kau tau apa yang dia katakan setelahnya?"

Deg

Baekhyun hanya diam menatap gadis itu. Perasaannya tak nyaman. Ia hanya bisa berharap semoga kekhawatirannya tak terbukti. Apa jadinya kalau itu sampai terjadi?

"Dia bilang, maukah kau menikah denganku dan merawat taman bunga ini bersamaku? Oh saat itu aku tak menyangka dia akan mengatakan itu Baekhyun,"

Kekhawatiran Baekhyun terjawab sudah. Senyumnya lenyap ditelan bibir merahnya. Tatapan sendu lah yang terlukis di mata mungilnya itu.

"Lalu apa jawabanmu Irene?" Tanya Baekhyun dengan lesu. Ia hanya bisa berharap Irene tak menjawab dengan kata itu. Kata YA yang berarti patahnya hati Baekhyun saat itu.

Dilihatnya Irene malah tersipu malu tak segera menjawab pertanyaan Baekhyun. Tentu Baekhyun tak sabar hingga sedikit memaksa gadis itu untuk segera menjawabnya. Ia bahkan sampai menggoncang bahu Irene agak keras.

"Jadi apa jawabanmu Irene? ayo beritahu aku,"

Tapi Irene masih menundukan kepalanya sambil tersenyum tipis. Barulah kemudian ia menatap Baekhyun lembutnya.

"Aku tak bisa menerima ataupun menolaknya Baekhyun, karena aku ingin meminta pendapatmu tentang hal ini," jawabnya.

Mendengar jawaban Irene, perasaan Baekhyun menjadi sedikit lega meskipun tak mengurangi ke gundahannya.

Yah mau bagaimana lagi, karena bagi Irene Baekhyun adalah sahabat yang berarti. Bila menyangkut masa depannya, Irene ingin ada campur tangan Baekhyun di dalamnya. Jadi dia merasa perlu pendapat Baekhyun untuk menutuskan hal ini.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya dan menatap Irene yang kini tengah menundukan kepalanya. Apa yang bisa dilakukannya sekarang? membiarkan kepingan hatinya berantakan begitu saja atau mengumpulkannya kembali?

"Bagaimana jika ku minta kau menolak lamarannya? apa kau akan menolaknya?" tanya Baekhyun dengan hati-hati dan penuh harap.

Irene menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit di artikan. Lalu setelahnya gadis itu menyunggingkan senyum tipisnya.

"Dia pemuda yang baik Baekhyun, aku yakin jika kau bertemu dengannya, kau pasti akan menyukainya dan akan langsung berkata YA," ucapnya yakin.

Baekhyun terdiam menatap wajah sahabatnya itu lekat-lekat. Terlihat jelas di matanya kalau sahabatnya ini benar-benar menyukai pemuda itu. Kalau sudah begini mana tega ia meminta gadis itu menolaknya? Ia tak seegois itu membuat sahabatnya bersedih. Maka dengan senyum yang dipaksakan Baekhyun pun memegang kedua bahu sahabatnya itu.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? ayo kita menemuinya dan membicarakan pernikahanmu," ajaknya. Mau bagaimana lagi, tak ada pilihan baginya selain menyenangkan hati sahabatnya itu.

"Eh?"

Irene tampak terkejut dan menatap Baekhyun dengan tatapan tak percaya. Yang mana hal itu membuat Baekhyun gemas dan segera merangkul bahu sahabatnya itu.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita menemuinya sekarang,"

Senyum Irene semakin merekah layaknya bunga mekar dimusim semi.

"Baekhyuuun! terima kasih,"

TBC

Belum ada Chanbaeknya ya hehe.

Please tinggalkan review Ok? Butuh support (pasang mata puppy)

Kedip kedip kedip pasang mata polos sepolos Baekhyun saat dibawah kukuhan Chanyeol PLAK#

-Salam damai inchan88-