Cbuniverse Present.

A Chanbaek Fanfiction

.

.

Lucky One

Park Chanyeol And Byun Baekhyun

CEO!Chan

Student!Baek

.

Chapter I : Baekhyunee yang Manja

.

Semua hal dipandang dengan sederhana melalui binar kepolosan dan kenaifan. Tak pernah lebih dalam berprasangka, hidupnya sederhana.

Semua kebahagiaan, bukan mengenai dirinya. Berharap selalu berada dalam lingkup kehidupannya yang damai, penuh kehangatan dan keramaian nan nyaman.

*

Seperti pagi biasanya. Sesosok pemuda mungil berjalan melewati lorong panjang menuju kelasnya dengan senandung kecil dilengkapi senyuman khasnya. Surai brunette miliknya terlihat sedikit tidak rapi karena tertiup angin.

"Byunie~" Tiba-tiba seseorang melingkarkan kedua tangannya di sekeliling lehernya dan memeluknya dari belakang.

"Eh, Luhannie hyung?" Pemuda mungil itu menoleh sambil mengernyitkan kening.

"Ya! Kenapa tidak menungguku?" Pemuda yang dipanggil 'Luhannie hyung' itu merengut sebal.

"Eh, maaf, hyung. Hari ini Baekhyunee harus berangkat pagi," sahut pemuda mungil yang ternyata bernama Baekhyun itu dengan sikap polosnya.

Luhan menghela napas kesal. "Untuk apa, sih, berangkat pagi-pagi sekali?" tanyanya heran.

"Eh, itu ... " Baekhyun terlihat kebingungan saat Luhan yang tak lain hyung kandungnya itu melemparkan sebuah pertanyaan yang seharusnya dapat dijawabnya dengan mudah. "Baekhyunee kebagian tugas piket hari ini," ucapnya dengan sedikit kegugupan yang terlihat jelas di mata Luhan.

Luhan berdecak, merasa tidak puas dengan alasan adiknya yang sudah jelas kebohongannya itu. Hei, kemarin pemuda mungil itu bahkan sudah berteriak panik karena kesiangan di hari tugasnya piket! Dan sekarang ia berkata ada tugas piket lagi? Benar-benar konyol.

"Tugas piket? Kau pikir hyung percaya." Luhan menyipitkan matanya curiga. "Baekhyunee sudah mulai berani ya berbohong pada hyung. Cepat katakan siapa yang menyuruhmu!" lanjutnya sambil mencubit kedua pipi Baekhyun gemas.

Baekhyun memasang wajah memelasnya, seperti anak anjing yang minta dikasihani. Namun, sayangnya hal itu sedang tidak berlaku bagi Luhan saat ini. Ia masih menatap adiknya yang cenderung polos dan naif itu dengan tatapan kesal. Ia sudah lelah dengan sikap Baekhyun yang terlalu percaya dan menuruti semua orang yang terlihat baik di mata pemuda mungil itu. Dan parahnya, semua orang itu terlihat baik di matanya. Sangat naif, cenderung bodoh.

"Kai menyuruh Baekhyunee datang lebih pagi. Katanya ada yang mau ia berikan," ucap Baekhyun takut-takut. Ia menundukkan kepalanya dan memilin ujung seragamnya gelisah.

Luhan mengeram kesal. Sudah ia duga. "Dasar si kkamjong itu! Baek, dengar," Luhan memegang kedua pundak adiknya itu lembut, "sudah hyung katakan berapa kali untuk tidak menuruti semua kemauan orang lain?"

Baekhyun yang terpaksa menatap ke arah hyung-nya yang—di matanya—sedang marah itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan kedua maniknya yang tengah berkaca-kaca.

"Oh, ayolah, Baek. Kenapa malah menangis!" Luhan menatap adiknya itu frustasi.

"Baekhyunee tidak menangis, hyung. Lagipula itu hanya Kai bukan orang lain, kenapa hyung marah pada Baekhyunee?" Baekhyun menyahut kesal. Menurutnya apa salahnya menuruti permintaan seorang teman dan satu lagi, Kai itu temannya sejak kecil, kenapa Luhan harus mempermasalahkan hal itu, sih?

"Kau tidak mengerti, Baek. Jika ini yang pertama, hyung maklum, tapi ini sudah yang kesekian kalinya!" Luhan mengacak rambutnya sambil menatap Baekhyun tak habis pikir.

"Tapi, hyung—"

"Okay, Baekhyunee boleh bertemu Kai sekarang," sela Luhan cepat sambil tersenyum, lebih tepatnya menyeringai senang.

Baekhyun yang tidak mengerti dengan seringaian hyung-nya itu hanya mengangguk-angguk kecil dengan mata berbinar senang. "Benarkah, hyung?"

"Tentu, tapi aku akan mengantarmu ke kelas," ucap Luhan lalu segera menarik lengan Baekhyun sebelum pemuda mungil itu sempat melemparkan protes.

Sesampainya di depan kelas dengan papan bertuliskan 1-A di depannya, Luhan membiarkan Baekhyun memasuki kelasnya itu lebih dulu.

"Pagi, Kai~" Ia mendengar adiknya itu menyapa satu-satunya penghuni di dalam kelas itu.

"Pagi, Baekhyunee!" Sebuah sahutan dari pemuda lainnya terdengar dan saat itulah Luhan ikut masuk ke dalam kelas adiknya itu.

Brak.

Luhan membuka pintu kasar dan melangkah penuh emosi ke arah seorang pemuda berkulit tan yang beberapa saat lalu baru saja mengecup pipi gembil adik tersayangnya.

"Ya! Kim fucking Jongin, apa yang kau lakukan, hah?" Luhan mengeram dan menarik kerah belakang seragam pemuda tan yang dipanggilnya Jongin itu dan menjauhkannya dari sang adik yang hanya bisa menatap keduanya tak mengerti sambil memiringkan kepalanya imut.

"Ya! Luhan hyung, lepaskan aku!" Kim Jongin atau lebih akrab disapa Kai itu memekik keras saat Luhan menarik telinganya dengan brutal.

"Rasakan ini," ucap Luhan sambil tertawa puas. "Siapa yang kau suruh datang sepagi ini? Beraninya kau!"

Sementara kedua pemuda itu asyik 'berkelahi', seorang pemuda berkulit seputih susu tanpa disadari telah berdiri di ambang pintu sambil menatap heran keduanya.

"Sehunnie!" pekik Baekhyun senang lalu berlari ke arah pemuda yang masih berdiri terpaku di ambang pintu.

Baekhyun menghambur ke dalam pelukan pemuda itu sambil tersenyum senang.

"Pagi, Baekhyunee~" ucap pemuda bernama Sehun itu sambil mengusap puncak kepala Baekhyun lembut.

Kedua pemuda yang mendengar pekikan nyaring Baekhyun sontak menghentikan perkelahian mereka dan menatap dua sosok pemuda yang masih berpelukan di ambang pintu itu.

Keduanya merengut kesal, melihat kedekatan dua insan di hadapan mereka. Lebih tepatnya mereka sedang cemburu saat ini.

Luhan mencebikkan bibirnya kesal sambil berjalan menghampiri sang adik yang sedang memeluk erat sosok pemuda tinggi berkulit putih yang sangat dikenalnya.

"Ya! Baekhyunee, menjauhlah dari kekasihku!" Luhan berujar sebal sambil menarik adiknya itu menjauh dari sang pemuda yang ternyata kekasihnya itu.

Baekhyun merengut sambil melepaskan pelukannya. "Hyung pelit sekali pada Baekhyunee!" ucapnya diiringi kekehan pemuda tinggi bernama Sehun di belakangnya.

"Biar saja," sahut Luhan lalu menarik kekasihnya itu mendekat padanya.

"Pagi, Babydeer~" sapa Sehun lalu mengecup bibir merah sang kekasih yang masih mencebik lucu.

"Senangnya yang punya pacar cantik," celetuk Kai sambil menatap pasangan di hadapannya jengah. Ia juga ingin segera punya tambatan hati, Baekhyun misalnya.

Luhan menatap tajam Kai yang hanya bisa tertawa garing tak bersalah. "Aku ini manly tahu! Ya, kan, Baekhyunee?" seru Luhan menatap ke arah adiknya yang sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan sekitarnya.

"Eh?" Baekhyun menatap ke arah hyung-nya itu dengan tatapan tak mengerti.

Dan menyemburlah tawa menyebalkan Kim Jongin memenuhi setiap sudut kelas yang masih kosong ini.

"Ya, Kim Jongin, sialan!" Luhan hendak memukul kepala Kai sebelum sepasang lengan panjang sudah lebih dulu merengkuhnya dari belakang.

"Kau memang cantik, Lu," ucap Sehun tepat di belakang telinga pemuda bermata rusa itu.

Luhan sedikit merinding merasakan hembusan napas hangat Sehun yang terasa di belakang telinganya. Kedua pipinya pun mulai memanas mendengar 'pujian' yang kekasihnya itu lontarkan.

Kai yang melihat pemandangan di hadapannya itu hanya bisa mendecih pelan. "Kalau Sehun saja yang bilang dia merona seperti itu sedangkan orang lain dia langsung mengamuk seperti rusa betina yang sedang PMS," gerutunya pelan.

Namun pasangan yang tengah bermesraan itu sama sekali tidak terganggu dengan gerutuan Kai, saat ini Sehun malah tengah sibuk mengecup tengkuk belakang Luhan sesekali menyesapnya membuat pemuda yang lebih kecil berusaha keras menahan desahannya.

Kai hanya bisa memutar bola matanya malas sebelum ia mendapatkan sebuah ide yang dapat menghancurkan kegiatan pasangan mesum itu. "Aku sama Baekhyunee saja kalau begitu," ucapnya dengan suara keras sengaja agar Luhan dapat mendengarnya.

Baekhyun yang ditarik tiba-tiba oleh Kai hanya dapat menatap pemuda tan itu dengan puppy eyes miliknya yang sangat menggemaskan.

Luhan yang tersadar adiknya tengah berada dalam bahaya sontak menarik tubuhnya dari sang kekasih dan berteriak kencang, "Kau mau mati, Kim!"

*

Bel istirahat baru saja berbunyi, Baekhyun tengah membereskan alat-alat tulis yang berserakan di atas mejanya saat Kai berjalan menghampiri kursinya.

"Baekhyunee, ayo ke kantin!" ajak Kai dengan senyuman lebarnya.

Baekhyun hanya mengangguk-angguk kecil menyetujui masih dengan kedua tangannya yang sibuk memasukkan alat-alat tulisnya ke dalam tasnya. "Sehunnie dan Luhannie hyung?" tanyanya.

"Mereka sudah lebih dulu pergi, jadi Baekhyunee pergi sama Kai saja, ya," ucapnya sambil mengenggam tangan Baekhyun yang sudah selesai dengan alat-alat tulisnya.

"Ayo ke kantin. Baekhyunee ingin makan bibimbap!" serunya senang lalu menarik tangan Kai yang menggenggam tangannya dan mengoyang-goyangkannya sepanjang perjalanan menuju kantin.

Sepanjang lorong menuju kantin banyak anak-anak yang menyapanya dan dibalasnya dengan senyum manis miliknya. Baekhyun memang terkenal sebagai anak yang ceria, baik dan pandai bergaul karena itu ia memiliki banyak teman. Walaupun sifat manjanya pun sangat mendominasi, namun hal itu juga yang membuat semua orang semakin menyukai kepribadiannya yang sangat menggemaskan.

"Chen!" Baekhyun memekik senang saat melihat salah satu sahabatnya tengah duduk di sebuah meja yang berada di tengah-tengah kantin lalu segera berlari-lari kecil sambil tersenyum senang setelah melepaskan genggaman Kai yang hanya bisa merengut sebal karena ditinggal.

Semua anak yang melihat tingkah Baekhyun hanya dapat menahan pekikan gemas mereka saat melihat pemuda itu berlari-lari kecil sambil melambaikan tangannya ke arah sesosok pemuda yang dipanggilanya Chen itu.

"Minseokie hyung, annyeong!" sapanya setelah sampai di depan meja sahabatnya yang kini tengah menyantap makan siangnya bersama seorang pemuda berpipi chubby yang dipanggilnya Minseok hyung.

"Oh, Baekhyunee, ayo gabung!" sahut Minseok semangat.

Baekhyun dengan senang hati mendudukan dirinya di depan pasangan itu. "Chen, kenapa tidak mengajak Baekhyunee ke kantin bersama?" tanya Baekhyun sambil merengut sebal.

"Aku kan ingin makan siang berdua dengan Minseok hyung," sahut Chen jujur.

Baekhyun terlihat sedikit tersentak dengan jawaban Chen itu. "Eh, apa Baekhyunee mengganggu?" tanyanya lirih.

Minseok yang melihat perubahan sikap Baekhyun mendadak merasa tidak enak. "Eh, tidak kok, Chen tidak bermaksud berkata seperti itu. Baekhyunee tidak mengganggu sama sekali, ya kan, Chen?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Chen yang masih tidak mengerti dengan situasinya.

Ia menatap bingung ke arah kekasihnya itu lalu beralih menatap Baekhyun yang tengah menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Eh, tentu. Baekhyun tidak mengganggu, kok, tapi—"

"Eh, Baekhyunee tidak apa-apa? Kenapa menangis?" Tiba-tiba Kai menyela ucapan Chen dengan pertanyaan kekhawatirannya.

"Eh, Kai? Baekhyunee tidak menangis tahu!" Ia merengut sebal.

"Karena dia, aku malas makan siang bersamanya." Chen dengan tak acuh melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong sambil menatap ke arah Kai sebal.

"Ya! Aku juga tidak ingin makan bersamamu," ujar Kai berapi-api.

"Eh, tapi kan, makan ramai-ramai lebih asyik daripada hanya berdua. Ya kan, Minseokie hyung?" ucap Baekhyun dengan tatapan polosnya.

Minseok mengangguk setuju. "Sudahlah, kalian ini seperti anak kecil saja. Baekhyunee pasti sudah sangat lapar bukan?" ucapnya bijak selaku yang tertua di meja itu.

Baekhyun hanya mengangguk imut yang membuat Kai gemas dan mengecup pipi pemuda mungil itu kilat.

"Dasar mesum! Untung Luhan hyung sedang tidak ada di sini. Jika ada mati kau, kkamjong," ucap Chen sambil menatap Kai jengah.

Yang dikecup hanya tertawa kecil sedangkan Minseok hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah para adik kelasnya itu.

"Karena itu aku berani," sahut Kai lalu tertawa senang. "Omong-omong dimana rusa betina dan pacarnya itu?" tanya Kai sambil mendudukan dirinya di kursi di samping Baekhyun.

"Entahlah." Minseok mengangkat bahunya tak tahu sedangkan Chen malah tengah asyik melanjutkan makan siangnya yang tertunda tanpa mengacuhkan ucapan Kai.

"Kai~ pesankan Baekhyunee bibimbap dan jus stroberi," rajuk Baekhyun menarik lengan Kai.

"Okay, princess. Tunggu sebentar, ya~" sahut Kai sambil mencubit kedua pipi Baekhyun gemas.

"Kai, Baekhyunee bukan princess. Baekhyunee kan laki-laki," sungutnya sebal.

"Tapi Baekhyunee cantik seperti putri!" sahut Kai sambil tertawa bersama dengan Chen yang juga menyemburkan tawanya.

Baekhyun hanya mencebikkan bibirnya sebal lalu menatap ke arah Minseok dengan tatapan memelas. "Hyung~" rajuknya minta pembelaan.

Sedangkan Minseok hanya dapat terkekeh sambil mengusap puncak kepala Baekhyun gemas. "Baekhyunee memang bukan perempuan tapi Baekhyunee tetap cantik dan menggemaskan," ucap Minseok semakin membuat Baekhyun kesal.

"Baekhyunee tidak cantik, hyung. Baekhyunee itu tampan," ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya.

Seluruh penghuni kantin yang mendengar itu hanya bisa menahan tawa mereka sedangkan Kai yang tengah mengantri untuk membeli pesanan Baekhyun sudah tertawa kencang sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Dan jangan tanyakan bagaimana respon dari Chen! Pemuda bersuara tinggi itu bahkan sudah jatuh terpingkal di lantai kantin, sedangkan Minseok hanya terkekeh kecil saat melihat Baekhyun yang semakin merengut kesal.

"Baekhyunee kesal!" teriak pemuda mungil itu. "Luhannie hyung~"

*

Sepanjang hari Baekhyun masih merengut sebal. Pemuda berumur 16 tahun itu tidak suka jika ada yang mengatainya cantik sama seperti Luhan hyung-nya, walau itu memang kenyataannya. Ia ingin sesekali dibilang tampan seperti hyung pertamanya, Daehyun. Omong-omong Baekhyun itu anak terakhir dari tiga bersaudara dan Luhan adalah hyung keduanya.

"Baek, hyung ada kegiatan klub bersama Sehunnie. Kau bisa pulang sendiri kan?" ucap Luhan saat memasuki kelasnya tepat setelah bel pulang berbunyi.

"Eum," sahutnya sambil mengangguk-angguk kecil.

Luhan mengusak rambut adiknya itu gemas. "Mian, hyung tidak bisa mengantar Baekhyunee lebih dulu. Hyung tidak ada waktu lagi," ucap Luhan penuh sesal. Ia sebenarnya sungguh mengkhawatirkan adiknya itu. Bagaimana jika Baekhyun bertemu orang asing dan mau saja mengikuti orang itu karena diiming-imingi Stawberry Ice Cream? Hei, Byun Luhan, apa kau lupa Baekhyun itu bukanlah seorang bocah lima tahun yang bisa dibohongi seperti itu! Tapi, sejujurnya tidak ada yang bisa menjamin itu, melihat sikap Baekhyun yang bahkan lebih kekanak-kanakkan daripada seorang bocah lima tahun.

"Tidak apa-apa, hyung," ucapnya sambil mengulum bibir bawahnya. Lalu, "Tapi Baekhyunee boleh tidak sebelum pulang membeli es krim stroberi dan berjalan-jalan sebentar di taman lebih dulu?" tanyanya penuh harap dengan kedua telapak tangannya yang telah menangkup di depan wajahnya.

Luhan terlihat sedang mempertimbangkannya.

"Ya, ya, hyung?" ucapnya lagi kini sambil menatap Luhan dengan sepasang puppy eyes miliknya.

"Biarkan saja, Lu. Baekhyunee kan hanya pergi ke taman, tidak begitu jauh dari rumah," ucap Sehun tiba-tiba sambil merangkul sang kekasih dan mengecup pipi kanannya sekilas.

"Sehunnie yang terbaik!" seru Baekhyun senang dengan reflek hendak menarik Sehun dari Luhan untuk dipeluknya.

"Ya, Baekhyunee jangan peluk Sehunnie-ku!" Luhan sontak mempertahankan Sehun, didekapnya sang kekasih kuat-kuat sambil menatap Baekhyun sebal.

Baekhyun mengerucutkan bibirnya sedangkan Sehun hanya terkekeh pelan di samping Luhan. Ini bukan pemandangan yang pertama baginya, Luhan memang sangat protektif terhadap dirinya bahkan kepada adiknya sendiri ia bisa sangat cemburu dan itulah yang membuat rusa cantiknya itu terlihat sangat menggemaskan.

"Okay, Baekhyunee boleh pergi." Luhan berucap mengalihkan pembicaraan kembali ke awal. Membuat raut wajah kesal Baekhyun sebelumnya berubah berbinar-binar. "Dengan ...?"

"Baekhyunee akan mengajak Kai!" serunya bersemangat.

"Eh ... Baekhyunee mau mengajakku kemana?" Suara Kai tiba-tiba terdengar dari arah pintu kelas.

"Kai, ayo pergi ke taman!" Baekhyun berlari menghampiri sahabatnya itu dan langsung memeluk pemuda tan itu erat.

Sehun dan Luhan yang sudah melihat Baekhyun bersama Kai akhirnya dapat menghela napas lega. Setidaknya mereka bisa mempercayakan Baekhyun pada pemuda tan yang katanya cinta mati pada Baekhyun itu.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Jaga Baekhyunee baik-baik, Kai!" Luhan berucap sambil menarik lengan Sehun menjauh dan melambai-lambai cantik.

"Lu hyung—" Kai hendak protes namun pasangan kekasih itu telah lebih dulu menghilang di ujung lorong.

"Eh, kenapa Kai?" Baekhyun menatap Kai bingung sambil memiringkan kepalanya ke kanan. "Kai tidak ingin pergi bersama Baekhyunee?" tanyanya lirih dengan wajah sedihnya yang bagi Kai so-damn-cute itu.

Kai gelagapan dengan respon tak terduga Baekhyun. "Tidak, tidak," Kai menggerakan telapak tangannya kanan-kiri sambil menggeleng kuat-kuat. Ia takut sang pemuda manis ini akan salah paham padanya dan membencinya! Ukh, kau benar-benar berlebihan Kai-ssi.

"Lalu kenapa?"

"Aku ada latihan dance hari ini," sahutnya penuh sesal. "Bagaimana jika pergi setelah aku selesai?"

Baekhyun menggeleng tidak setuju. "Nanti kesorean, Kai," ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya imut.

Kai yang merasa sangat gemas dengan tingkah Baekhyun itu reflek mencubit kedua pipi Baekhyun pelan. "Bagaimana kalau pergi bersama Chen dan Minseok hyung?" ucapnya kembali memberi solusi.

"Tapi, Chen dan Minseokie hyung sudah lebih dulu pulang," sahut Baekhyun kecewa. "Ya sudah, Baekhyunee pergi sendiri saja!" ucapnya senang.

"Eh, tidak menungguku saja?" Kai masih berusaha membujuk pemuda manis itu namun Baekhyun hanya menggeleng kembali.

"Kai tenang saja, Baekhyunee kan bukan anak kecil lagi."

"Tapi—"

"Tidak apa-apa, Kai. Nanti Baekhyunee bilangin ke Luhannie hyung kalau Kai tidak bisa menemani Baekhyunee," sela Baekhyun cepat.

Kai masih tidak setuju. Bukan itu masalahnya, ia tidak takut Luhan memarahinya jika membiarkan Baekhyun pergi sendiri namun sebenarnya ia malah mengkhawatirkan pemuda manisnya itu.

"Sudah, ya, Kai. Baekhyunee pergi dulu." Baekhyun segera berlari menjauhi Kai sambil melambaikan tangannya ceria bahkan Kai sama sekali tidak diberikan waktu untuk mencegahnya.

Kai hanya dapat berdecak sebal melihat sifat Baekhyun yang keras kepala itu. "Mungkin aku bisa menyusulnya setelah latihan," gumamnya lalu segera menuju ke ruang latihan dance, semakin cepat ia sampai, semakin cepat juga ia akan selesai berlatih nanti dan setelahnya ia bisa menyusul sang pujaan hatinya di taman.

Kai berlalu dari kelasnya dengan senyum merekah di bibirnya.

*

Baekhyun berjalan di sepanjang trotoar sambil meloncat-loncat kecil seperti bocah. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya hingga matanya yang memang sudah kecil semakin tak terlihat saja. Bagaimana tidak senang, ini pertama kalinya ia jalan-jalan sendiri tanpa kedua hyung-nya maupun para sahabatnya.

"Baekhyunee senang!" gumamnya kecil namun beberapa pejalan kaki yang berada tak jauh darinya masih dapat mendengar gumaman polos itu. Beberapa diantaranya bahkan terang-terangan menatap Baekhyun yang terlihat sangat menggemaskan itu.

Ia terus berjalan sambil bersenandung kecil hingga taman yang ditujunya kini telah terlihat beberapa meter di hadapannya. Baekhyun dengan senang segera berlari ke sana lalu pergi berkeliling mengamati anak-anak yang sedang bermain hingga para orang tua mereka yang saling mengobrol sambil mengawasi anak masing-masing.

Baekhyun berjalan menghampiri seorang penjual permen kapas dan berniat membelinya satu.

"Ahjussi, Baekhyunee ingin permen kapasnya satu," ucapnya pada paman penjual permen kapas.

"Baiklah, satu buah permen kapas untuk anak manis!" seru paman itu sambil menyodorkan sebuah permen kapas untuk Baekhyun.

"Wah ... gomawo, ahjussi!" Baekhyun memekik senang sambil menatap permen kapas merah muda di tangannya takjub. "Dan Baekhyunee itu tampan, bukan manis, ahjussi!" protesnya.

Paman penjual permen kapas itu hanya dapat terkekeh gemas dengan tingkah seorang pemuda yang seharusnya cukup dewasa itu. "Iya, iya, Baekhyunee tampan," ucap paman itu akhirnya.

Baekhyun semakin senang mendengar ucapan paman itu. Ia terkikik pelan sambil berpamitan untuk kembali berkeliling. "Ahjussi, Baekhyunee pergi dulu, nanti saat Baekhyunee main ke taman lagi, Baekhyunee pasti kemari!" ucapnya lalu melambai pergi sambil menggigit permen kapas di tangannya.

"Sampai jumpa!" sahut paman penjual permen kapas itu sambil membalas lambaian pemuda manis itu.

Baekhyun terus berjalan mengelilingi taman hingga permen kapas di tangannya pun habis dimakannya.

"Ah, awan mendung jangan datang," gumamnya lesu sambil menatap langit yang mulai berubah kelabu.

"Lebih baik Baekhyunee segera ke kedai ice cream sebelum turun hujan," ucapnya lalu mulai melangkah pergi dari taman kota yang mulai sepi karena para pengunjung mulai kembali ke rumah masing-masing karena perubahan cuaca ini.

Baekhyun berjalan beberapa meter hingga nampaklah sebuah kedai ice cream favoritnya. Ia segera berlari-lari kecil saat rintik hujan mulai turun membasahinya.

Tring~

Suara lonceng pintu berbunyi begitu ia memasuki kedai yang tidak begitu besar namun sangat nyaman itu.

"Annyeong, Eunji noona~" sapanya ceria saat melihat seorang gadis berumur 20-an di balik counter.

"Oh, Baekhyunee datang!" seru gadis bernama Eunji itu senang sambil mencubit kedua pipi gembil Baekhyun gemas.

Baekhyun memang sudah mengenal semua orang yang bekerja di kedai itu karena ia memang sangat sering berkunjung ke sana bersama kakak-kakaknya maupun para sahabatnya.

"Noona, sakit~" Baekhyun merajuk sambil mengusap kedua pipinya yang memerah karena cubitan Eunji yang tidak kira-kira itu.

"Eh, mian, lagian Baekhyunee terlalu menggemaskan, sih." Eunji terkekeh pelan melihat raut wajah kesal pemuda di hadapannya itu yang malah membuatnya semakin imut.

Baekhyun masih merengut sebal karena Eunji malah tertawa dan semakin menggodanya.

"Oh, ya, Baekhyunee sendiri?" tanya Eunji setelah menghentikan kekehannya. Ia hanya heran saja, biasanya kan pemuda mungil itu pasti selalu dikawal kemana-mana oleh para kakak yang overprotektif itu.

Baekhyun hanya mengangguk kecil sebagai balasan.

"Sehun tidak ikut?" tanya Eunji sambil tersenyum penuh arti.

"Ya, Noona, sudah kukatakan berapa kali untuk tidak mendekati Sehunnie!" Baekhyun berujar sebal. "Sehunnie itu punya Luhannie hyung tahu!"

Eunji kembali terkekeh. Ah, respon Baekhyun selalu saja menggemaskan. Bagaimana ia bisa berhenti menggoda pemuda mungil itu? Untung saja kedai sedang sepi saat ini mungkin karena sedang turun hujan.

"Sudahlah, aku hanya bercanda, Baekhyunee. Lagipula siapa yang bisa merebut Sehun dari kakak cantikmu itu."

"Luhannie hyung memang yang terbaik!" ucap Baekhyun dengan kedua tangan yang mengepal ke atas.

Eunji terkekeh sekali lagi sebelum berucap, "Mau pesan apa? Yang biasa saja?"

Baekhyun terlihat sedang berpikir dengan kedua pipi yang menggembung lucu. "Baekhyunee mau, tapi nanti Baekhyunee bisa terserang flu kalau makan es krim di cuaca seperti ini."

Ah, sepertinya Eunji lupa bahwa pemuda mungil itu memang tak kuat terhadap dingin.

"Bagaimana dengan susu stroberi hangat dan sepiring strawberry shortcake?" saran Eunji mengetahui bahwa Baekhyun sangat suka makanan manis apalagi yang berbahan dasar strawberry. Pemuda mungil itu kan Strawberry Freak!

Baekhyun mengangguk-angguk setuju dengan mata berbinar. Pemuda mungil itu pasti tengah membayangkan betapa enaknya kedua makanan yang dipesannya itu.

"Noona akan menggunakan cup agar susunya tetap hangat. Duduklah dulu, Baek," ucap Eunji sebelum berlalu untuk memesankan pesanan Baekhyun setelah melihat pemuda mungil itu melangkah menuju sebuah meja yang terletak tepat di samping jendela besar yang mengarah ke sebuah jalan besar.

Baekhyun terus menggumam sambil memerhatikan rintik hujan yang sepertinya mulai mereda.

"Ini pesanan untuk Baekhyunee!" ucap seorang pramusaji yang meletakan sepiring stawberry shortcake dan satu cup susu stroberi hangat di atas meja Baekhyun.

"Gomawo, Hayeon Noona," ujar Baekhyun sambil menatap cake di atas meja dengan mata berbinar senang.

Gadis bernama Hayeon itu hanya terkekeh pelan melihat tingkah kekanakan Baekhyun. "Makan pelan-pelan, Baek. Noona kembali dulu," ucapnya yang diangguki oleh Baekhyun dengan pipi menggembung penuh dengan cake.

Bertepatan dengan Baekhyun yang telah selesai dengan cake-nya hujan di luar pun akhirnya mereda. "Ah, Baekhyunee harus cepat pulang sebelum hujan kembali turun," gumamnya sambil menyesap susu stroberi-nya sedikit. Ia pun beranjak untuk membayar pesanannya dan berpamitan untuk pulang kepada para Noona yang dikenalnya.

"Noona, Baekhyunee pulang dulu!" serunya sambil melambaikan tangan kanannya yang tidak memegang cup susu stroberi-nya.

"Ne, hati-hati, Baekhyunee!" balas Eunji dari belakang counter sedangkan Hayeon hanya dapat balas melambai karena ia sedang mengantar pesanan pelanggan.

Senyum Baekhyun masih belum juga luntur. Ia benar-benar senang karena bisa pergi berjalan-jalan sendirian hari ini. Dengan riang ia membuka pintu kedai ice cream masih dengan senandung kecil favorit-nya hingga ...

Bruk.

Senyum Baekhyun akhirnya luntur, tergantikan ringisan kecil. Seseorang yang berbadan besar telah menabraknya! Parahnya pemuda mungil itu bahkan sampai terjatuh dan terjerembap pada trotoar dengan genangan air yang kotor.

Baekhyun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang bertanggung jawab atas insiden jatuhnya dirinya itu. Di sana, berdiri seorang pria tinggi dengan rambut hitam gelap dengan mantel panjang berwarna abu-abu tua tengah menatapnya sambil mengernyitkan kening dan hal itu membuat Baekhyun kesal!

"Ya! Ahjussi, kau tidak berniat menolong Baekhyunee? Ini sakit tahu," ujar Baekhyun sambil mencebikkan bibirnya kesal.

Pria itu semakin mengernyitkan keningnya. "Ahjussi? Kau pikir aku setua itu!" ucapnya dingin sambil menatap tajam ke arah Baekhyun dengan manik kelamnya.

Baekhyun mendengus. "Mana Baekhyunee tahu! Sekarang bantu Baekhyunee berdiri, ahjussi," pinta Baekhyun memelas.

Pria itu menghela napasnya lalu mengulurkan tangannya yang diterima baik oleh sang pemuda mungil.

"Yah, baju Baekhyunee basah, susu stroberinya juga tumpah." Baekhyun menatap blazer cokelat mudanya yang sudah kuyup dan jangan tanyakan bagaimana keadaan celana seragamnya lalu menatap sedih ke arah cup susunya yang telah jatuh menelungkup.

Pria tinggi itu masih tetap berada di posisinya sambil menatap heran Baekhyun.

"Ahjussi, dingin~" rengeknya. Hei, Baekhyunee, kau sedang merengek pada siapa, orang asing heh?

Pria itu mendengus lalu menarik blazer Baekhyun lepas, melepas mantel abu-abu gelapnya dan memberikannya pada pemuda mungil yang terlihat sedikit mengigil itu.

"Gomawo, ahjussi!" seru Baekhyun dengan eyes smile-nya sambil mengenakan mantel panjang itu.

Tubuhnya benar-benar tenggelam dalam mantel yang tentu saja sangat kebesaran di tubuhnya, panjangnya saja hampir mencapai setengah betisnya. Tapi, tidak apa-apa, asalkan ia tidak kedinginan.

"Jangan panggil aku ahjussi," ucap pria itu tak senang.

Baekhyun kembali memusatkan pandangannya pada pria tinggi yang bisa dibilang—sangat—tampan di hadapannya. Memiringkan kepalanya dan menatap bingung pria itu. "Lalu Baekhyunee harus panggil apa?"

Pria itu menatap Baekhyun tajam. Sisi dominannya yang kuat seakan menyerbu ke arah Baekhyun yang tidak mengerti apa-apa.

"Park Chanyeol."

Tbc.