Boneka.

Salah satu benda yang menjadi mainan masa kecilnya dulu.

Cara memainkan benda tersebut sangatlah muda.

Cukup dengan memegang kepala. Dia bisa mengendalikan sepenuhnya mainan itu. Mau ditaruh di kursi dan berdiskusi dengan boneka yang lain. Mau itu dibuat eksperimen untuk mengetahui isi dalam tubuh demi memenuhi keingintahuan. Lalu merenovasi penampilannya sesuai yang diinginkan diri sendiri.

Semakin banyak boneka. Maka semakin banyak hal yang bisa disimulasikan. Benda mati yang terkumpul menumpuk di suatu tempat siap untuk di mainkan kapan saja.

Apapun yang ada di pikiran pasti akan terlaksana.

Pasti akan menyenangkan melakukannya kepada makhluk hidup.

#Ting

Suara cukup keras dari mesin di depan membuat Kyuubi sadar dari lamunan. Di atas mesin capit terdapat monitor yang memproyeksikan beberapa kata. Seperti memohon maaf karena tidak beruntung dan jangan putus asa mungkin berikutnya pasti bisa.

Ha. Typical marketing.

"Mau aku melakukannya?".

Kyuubi melirik asal suara di sebelahnya.

Sasuke Uchiha.

Tampang rupawan dari lelaki yang merupakan kekasihnya membuat dirinya bergeser dari depan mesin capit boneka. Memperbolehkan.

Tanpa berbasa-basi. Dia melihat kekasihnya segera memasukan koin ke dalam lubang mesin lalu memegang konsol.

#TING TING TING

Nada suara yang keluar berbeda sangat dengan miliknya tadi. Jika punya Kyuubi lesu kek gak ada urat nadi. Sasuke semangat dan berdering kemenangan.

"Ini. Kau mau ini kan?".

Ucap Sasuke sambil menyodorkan sesuatu.

Kyuubi melihat boneka rubah kecil di depan nya dalam diam.

"Ha? Tunggu dulu. Bagaimana bisa?".

Matanya membelak terkejut.

"Hm?".

Wajah tak mengerti maksud dari perkataan membuat Kyuubi kembali berucap.

"Aku melihat kau baru saja memegang konsol. Lalu apa yang terjadi!?".

Seru Kyuubi pelan. Seperti tak terima.

"Heh... Aku menggerakannya seperti yang ada di petunjuk.".

Kyuubi mengikuti jari Sasuke yang menunjuk ke arah sebuah monitor.

Basic tutorial claw machine.

Mata Kyuubi menggelap seketika. Dirinya tak tahu mau berkata apa lagi. Sudah 4 tahun dia mengenal tentang mesin capit dan selalu ada suar pengorbanan yang tercurah. Selalu berusaha setengah mati untuk dapat bahkan ada juga di hari dimana harus pulang dengan tangan kosong.

Tapi lihat makhluk yang ada di depannya ini.

Lelaki itu bahkan baru hari ini mengenal mesin tersebut. Dan dia mendapatkannya di saat dirinya sibuk melihat pemandangan lain.

Padahal hanya sebentar berpaling.

Namun walau begitu.

"Terima kasih.".

Tak ada niat dia menolak rubah chibi nan lucu itu.

.

"Yo.".

Panggil Naruto dari arah depan. Dimulutnya terdapat lolipop yang barusan di buka dari kemasan.

"Gimana berjalan lancar?".

Tanya dia pelan setelah merasa kedua orang beda gender cukup dekat dengannya.

Namun ekspresi yang dikeluarkan dari kedua orang di depannya sangatlah berbeda dari yang dia harapkan.

"Hah...".

Naruto menghela nafas pelan. Wajah ketidaktahuan dari apa maksud pertanyaan nya membuat dia kecewa.

"Jadi alasan aku tiba-tiba menghilang 3 jam lalu, kalian sama sekali tak tahu maksudku?".

Masih dengan berpakaian seragam. Ternyata ketiga murid tersebut tidak langsung pulang ke rumah malahan membuang waktu mereka dengan jalan-jalan di mall.

"Hentikan bertele-tele mu dan bicara dengan jelas.".

Tak mau lelah berpikir keras. Kyuubi bertanya langsung.

"Kencan pertama kalian.".

Balas Naruto cepat. Dirinya kemudian membalik badan dan berjalan pergi.

Tentu saja diikuti Sasuke dan Kyuubi.

"Tak kusangka dalam hal begini kalian clueless. Padahal sebelum aku pergi kita membahas hubungan kalian dan kata kencan adalah terakhir kali kalian melihatku.".

Ucap Naruto kembali.

Dia pun melirik sekilas kebelakang.

Wajah Sasuke cukup terkejut. Pipihnya terlihat sedikit memerah. Tampaknya kencan tadi berjalan lancar pikir Naruto. Sejak awal dia sudah menduga saat mendapati kakaknya memeluk boneka.

Ya, walau mereka tak tahu.

Tapi beda hal dengan perempuan di sebelah Sasuke.

Kyuubi membalas tajam lirikan Naruto. Boneka yang di peluknya pun di masukkan ke tas gendong.

.

"Terima kasih sudah mengantar kakak adik uzumaki ini.".

Seru Naruto sesampai di depan pagar kediaman mereka.

"Kalau begitu aku pamit pergi. Sampai jumpa besok Kyuubi.".

Ucap Sasuke hanya melihat Kyuubi seorang.

Lama Kyuubi tak merespon sebelum dia berkata.

"Hati-hati di jalan.".

Sore menjelang malam membuat ketiga murid itu pulang ke rumah.

"Lain kali pakai lah mobil kau Sasuke nii-san.".

Seru Naruto kuat melihat Sasuke sudah cukup jauh.

Naruto kemudian berbalik arah ke pagar. Menunggu Kyuubi menggesek kartu kunci access pagar.

Satu detik berlalu. Dua. Tiga.

Satu menit. Dua. Tiga.

Namun Naruto masih santai dan menunggu sampai Kyuubi berkata.

"Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Sasuke besok.".

"Lalu aku akan mengatakan ke teman-teman apa yang telah kita lakukan.".

Ucap Kyuubi. Walau di setiap kata ada pemberhentian guna demi membuat itu terdengar jelas.

Naruto masih diam di tempat. Setia menunggu pagar didepannya terbuka.

Kyuubi lalu meraih kartu di tas nya.

"Setelah itu... Mungkin kita bisa...".

Lalu menggeseknya di terminal dekat dinding.

"Membicarakan masa depan..".

Wajahnya yang merona merah berat melihat Naruto yang masih tak bergeming.

#BEEP

Access di terima.

Kata itu muncul di monitor kecil terminal.

Tak lama kemudian pagar terbuka.

.

#PLAAAKK PLAAKKK PLAAAKK

"Sakitt! Sakit! Sakit!".

Teriak Kyuubi kesetanan. Di dalam kamarnya penuh dengan suara daging ketemu daging dan dirinya melolong bak hewan yang kesakitan di ambang kematian.

Tamparan demi tamparan tak ada ampun melayang ke arah pantat telanjang Kyuubi.

Bagian atas tubuhnya masih menggunakan kameja murid. Bahkan blazer nya pun belum terbuka.

Bedanya tak serapi 18 menit yang lalu.

Dalam keadaan tiduran di pangkuan si pelaku kekerasan.

Kyuubi kembali menerima pukulan sekali yang sangat kuat.

#PLAAAAKKKKK!

"KYAAAA!".

"Apanya yang masa depan!?".

Bentak Naruto dingin.

#PLAAAAKKKKK!

"MAAF! SAKIT! SAKIT!".

"Kau kira ada masa depan didalam ucapanmu!? Kau pikir siapa kau hah!?".

Tambah Naruto. Tak peduli dengan raungan Kyuubi. Bahkan wajahnya tak tersirat wajah kasihan melihat tangisan serta suara yang kian serak.

Tubuh Kyuubi diangkat bak bantal peluk lalu di buang ke kasur pink miliknya. Berharap sudah selesai. Kyuubi mengangkat wajahnya yang suak akibat kelelahan menahan sakit.

Dilihat Naruto yang duduk di bangku miliknya sedang mengeluarkan smartphone yang bergetar dalam saku.

Seperti tahu siapa pelaku pemanggil. Naruto tak ambil repot melihat nama kontak dari panggilan dan malah segera menjawabnya.

"Hm? Ya. Tentu.".

Setelah panggilan singkat itu berakhir. Naruto segera berdiri lalu beranjak pergi.

"Mghh T-tunggu ma-mau kemana...".

Menopang tubuhnya ke atas. Kyuubi menggunakan tenaga nya yang sedikit pulih kembali untuk bangkit berdiri.

"Membuang waktuku pada berlian yang bahkan tidak tahu nilainya?".

"Like hell i would!".

Kyuubi berharap kalau dia bisa melihat raut wajah Naruto saat dia berbicara. Setidaknya sekali. Tapi mendengar ucapan sinis dari pria tersebut yang terakhir membuat hati Kyuubi bergejolak tak terima. Lalu tak lama kemudian, keberadaan Naruto tak dapat lagi dilihat.

.

.

.

Saitama. Salah satu kota yang ada di jepang dan bersebelahan dengan Tokyo sekitar 29.4 km jauh jika mengikuti jalan raya. Namun, karena menggunakan kereta listrik. Naruto harus menempuh jarak 39.0 km dan sekitar 40 menit agar bisa sampai.

Naruto kemudian menoleh ke arah monitor langit kereta.

19:21 P.M.

Menghela nafas pelan. Dirinya pun kembali menatap ke arah luar pintu jendela dalam tenang.

#Mohon perhatian. Kereta 5 menit lagi akan sampai ke tujuan...

Mendengar jelas pemberitahuan itu.

Naruto mengambil koper hitam yang di letakkan di dekat kakinya lalu melangkah ke depan pintu kereta.

Empat menit berlalu. Naruto bisa merasa kecepatan kereta makin detik makin pelan. Tak lama itu, pintu terbuka.

.

"Sudah kubilang aku ingin bertemu dengan pemimpin mu untuk berbicara bisnis.".

"Ha? Bocah tengik sepertimu? Jangan main-main!".

Seru seseorang tepat di wajah Naruto. Pria itu berbadan kekar dan menggunakan kaos hitam ketat selengan. Pria itu juga adalah alasan kenapa Naruto membuang lebih waktunya di depan nightclub yang populer.

"Anak di bawah umur sepertimu seharusnya pulang menyusui Kaa-chan mu di rumah atau bermain-main dengan kakakmu.".

Tak cuma dengan mengusir. Pria itu sampai mengejek-ejek Naruto.

"Aki ingkin birtimi dingin pimimping mi intik birbiciri binis! Hilih kintil! Lihat saja baju yang kau gunakan!".

Tunjuk pria itu ke arahnya dan Naruto pun mengikuti nya.

"Baju mu saja tidak berbeda dengan ku yang harganya cuman cepe doang. Oh tunggu, lihat ada tambahan kain sampai menutupi lengan. Bodo amat! Masih di sekitaran cepe yah tetap cepe!".

Wajah Naruto mengerut. Melihat pria itu tertawa dengan lawakannya sendiri membuat dirinya jijik.

"Oh apa? Mau memperlihatkan isi dompet mu? kartu timezone? Haha!".

Tak mau membuang waktu lebih lama lagi. Naruto menunjukkan kartu nama nya ke pria di depan.

"Tuh kan! Haha sudah kuduga masih bocah! Haha! Marker Popilolipini?! nama macam apa juga itu njir! Haha! Asal Amerika juga haha!".

Tawa pria itu menggila. Orang-orang yang berbaris di jalur masuk ikutan sedikit tertawa mendengar nama unik itu juga. Tapi tak lama kemudian, tawa pria itu memelan dan memelan. Sampai menjadi diam.

"Eh?".

Pria itu seketika panik.

Ada kilasan perkataan yang di ucapkan bosnya waktu di pagi hari yang hampir sama dengan yang tertera di kartu nama yang di tunjukkan.

"A-amerika? U-uhm 25 tahun?".

Wajah pria itu kini menjadi pucat. Dia pun meraih kartu tersebut lalu melihat berulang-ulang kembali wajah Naruto dan foto di kartu nama.

"S-Selamat datang di club malam Lilith-pixie. Popiloliloppipini-san, silahkan masuk ke dalam. Bos dalam perjalanan dan sedikit lagi akan sampai.".

"Oi kau! Antarkan Marker-san ke ruang bos.".

Sikap pria itu tiba-tiba menjadi ala butler restoran. Meski ada pengucapan yang salah, dengan sopan dia mempersilahkan Popilolipini masuk.

Popilolipini sendiri karena merasa sedikit terhibur. Dia tak membesar-besarkan permasalahan itu dan melangkah masuk ke dalam dengan tenang.

"Selamat datang di lilith-pixie Popilolipini-san?".

Seorang pria muda berpakaian butler menghampiri Popilolipini dan memberi sambutan.

Pria muda itu terdiam sebentar untuk memastikan kalau sebutan nama tersebut benar.

"Mari ku antar ke ruang pertemuan.".

Tak mendapat teguran. Butler tersebut bangga dengan daya ingat otaknya.

"Oi oi oi. Kau tak bisa nyelonong masuk begitu saja gadis manis.".

Suara pria yang tadi mengejeknya terdengar lagi di balik pintu luar.

Naruto yang masih berada di lorong dekat pintu masuk berniat mengikuti butler di depan sebelum identitas palsunya terdengar di suara feminim.

"Aku bersama Marker Popilolipini yang barusan masuk.".

"Ha? Jangan bercanda. Kau bahkan tidak ikut berbaris di barisan seperti yang di lakukan Popipololoipili-san malahan berdiri di sekitar lampu jalan. Hmm tunggu dulu jangan bilang kau stalker!? Ah tidak petugas!?".

Jelas pria kekar itu sambil menguatkan tubuhnya.

"Popilolipini! Yang benar Popilolipini! Dan juga aku bukan stalker ataupun petugas! Jadi biarkan aku masuk!".

#BAMM!

Suara bantingan keras pintu di belakang Naruto terbuka.

"...".

Naruto berhenti serta melihat kebelakang siapa pelaku keonaran tersebut.

Kyuubi Uzumaki.

"Ma-maaf Popilolopopi-san a-apa anda mengenal orang ini?".

Walau berkata seperti dialah yang memegang kendali. Pria kekar itu dalam keadaan dicekik di belakang leher dan tangan kanan yang di bekap kebelakang.

"Ya. Tentu. Keberadaannya membuatku muntah. Keluarkan dia.".

Naruto mulai berjalan menjauh dari pintu masuk tersebut.

"Ah! Tu-tunggu Na,- hm?! Sudah kubilang jangan sentuh aku sialan!".

Hanya sedetik Kyuubi lengah dan dirinya seketika berada terbalik dari yang tadi.

Sekarang dirinya lah yang di bekap dari belakang.

"Si-sialan! Singkirkan tangan keringatan busuk mu dariku!".

Teriak Kyuubi menggila. Dirinya memberontak tak karuan ke segala arah demi lepas dari pegangan terhadap kedua lengannya.

Pria kekar dengan wajah kesal karena di katain seperti itu segera mendekap Kyuubi ke arah pintu.

"Guhhh!".

Erang Kyuubi. Dihimpit kuat. Tenaganya terasa terkuras karena perlawanannya yang tak berarti.

Dengan tenaga yang tersisa. Kyuubi membalikkan wajahnya tuk melihat ke arah lorong club.

Tuk melihat sesosok keberadaan yang menjauh tanpa peduli sekitar.

Sakit.

Dada nya terasa sesak.

Perkataan-perkataan sosok tadi terbayang ke dalam benaknya.

Sejijik itu kah dirinya sekarang?

Apa salahnya berlian memutuskan dimana dirinya berada?

Dan apa maksudnya dengan tak ada masa depan?

Beberapa pertanyaan yang tak mungkin di jawabnya seorang terngiang terus dan terus sampai membuat pandangannya hampa.

Kyuubi yang tadinya memberontak kini pasrah digiring keluar.

Mengetahui situasi yang di alami. Pria kekar itu prihatin dengan keadaan gadis didepannya.

Sebelum melepas teknik mengunci lawan. Pria kekar itu sempat takut kalau tiba-tiba Kyuubi kembali menyerangnya.

Tapi tidak terjadi.

"Dengar gadis manis. Bisnis dunia malam sangatlah tidak menyenangkan. Tak apa jika ingin bersenang. Tapi jangan sedikitpun terlibat.".

Jelas pria tersebut melihat punggung belakang Kyuubi yang tak berkutik.

"Aku tak tahu apa yang terjadi. Tapi, ya, lelaki tetaplah lelaki. Kau tahu kan maksudku?".

.

Di dalam ruangan bernuansa semi jepang-eropa. Terdapat beberapa barang antik di berbagai sudut ruangan. Serigala yang di awetkan, macan, singa dan patung naga medium melingkar yang diduga terbuat dari emas.

Ruangan tersebut di desain agar sengaja berwarna coklat menyerupai kayu yang di beri cat minyak.

"27 menit.".

"Tak sesuai dengan pertemuan yang di janjikan.".

Di satu-satunya sofa panjang. Naruto dengan tampang tak senang memberi tatapan tajam ke arah butler yang berdiri di dekat pintu.

"Apa pemimpin mu itu tak mempunyai tata krama?".

"Mo-mohon maaf Popilolipini-sama. Mungkin se-sedikit lagi.".

Tubuh butler itu bergetar di setiap ucapannya. Entah kenapa tubuhnya seketika terasa tak nyaman dan gelisah setelah memberi tatapan oleh si pirang tersebut.

"5 menit lalu sedikit lagi. 10 menit lalu sedikit lagi. 15 menit lalu sedikit lagi. Kau mempermainkanku?".

"M-mo-mohon m-m-ma,-".

Semakin lama tubuh butler itu terasa berat. Ada yang aneh dengan orang didepannya. Si pirang yang di kenalnya tadi terlihat cukup ramah dan enggan membuang tenaga yang tak perlu. Tapi sekarang sangatlah beda.

"Ah. Maaf kan keterlambatanku Popilolini-san?".

Pintu tiba-tiba terbuka. Menampilkan seorang pria paruh baya dengan tongkat kayu di tangan.

Naruto terdiam. Dirinya yang masih duduk memperhatikan pria itu dimulai dari ujung kaki sampai pangkal.

"Hm. Tak kusangka. Pemimpin Yakuza di wilayah ini memang benar-benar seorang... Chibi.".

Ucap Naruto. Tak peduli dengan kabar angin buruk.

"Kau tahu Popi,- ah pirang.".

Pemimpin Yakuza itu berjalan pelan ke tempat duduknya.

"Pernah ada orang berkata begitu di depanku. 4 tahun lalu. Salah satu peninggi yakuza. Esoknya tubuh miliknya bergantungan di atas pagar depan rumahnya sendiri.".

Setelah duduk. Dia pun membuka kotak cerutu di atas meja dan mulai memasangnya.

"Uniknya tali yang di gunakan adalah ususnya sendiri.".

Menghisap sekali cerutu di tangannya. Dia pun bersandar kebelakang tuk mempernyaman dirinya.

"Jadi katakan padaku pirang. Kenapa aku duduk berhadapan denganmu sekarang?".

Beberapa anak buahnya berdatangan dari pintu masuk dan berbaris di belakang sofa Naruto.

Naruto yang sejak tadi mood buruk menghentikan tatapan tajamnya dan ikut menyamankan diri di sofa empuk yang di duduki.

"Tentu saja berbisnis. Gato-san.".

~~~~~~SAMBUNGAN~~~~~~~

Ucap Naruto tenang. Lalu menunjukkan isi dari kopernya.

"1 juta dolar US. Untuk semua properti yang kau miliki.".

"Hm? 1 juta? Apa aku salah mendengarnya?".

Orang yang di panggil dengan sebutan Gato. Mengucek telinganya.

"Tentu saja ini hanya jaminan. Setengahnya lagi akan di berikan setelah kertas-kertas ini tertera tanda tanganmu.".

Jelas Naruto memperlihatkan kertas dan beberapa berkas.

Tak niat ambil pusing melihat apa yang di perlihatkan padanya. Gato sibuk melihat jari-jemarinya

"5 juta.".

Ucapan tiba-tiba si pendek di depannya. Membuat Naruto meremas tangannya. Kertas penting yang bahkan di pegangnya tak lagi berwujud.

"Kau ingin memeras,-".

Bunyi suara tepukan dari Gato menghentikan ucapan Naruto. Seolah-olah memanggil seseorang, Gato mengarahkan pandangannya ke arah pintu.

"Kenapa kau tak gabung dengan kami? Kyuubi-chan.".

Ucap Gato dan tak lama kemudian adik dari Poppilolini yakni ktp samaran menampakan diri ke dalam ruangan.

Tak berhenti sampai di depan pintu. Gato memanggilnya mendekat dan duduk.

"Aku menemukan perempuan cantik ini duduk di jalanan tak jauh dari tempat ini.".

"Bukankah dia sangat menggoda Popi-san?".

Gato memperhatikan sekujur tubuh Kyuubi yang bohai.

"Aku kemari untuk berbisnis. Bukan membeli barang daganganmu Gato-san.".

Ucap Naruto melirik sekilas perempuan yang kini duduk di hadapannya.

Kyuubi menggigit kuat bibir bawahnya. Dia yang kelihatan gugup sejak awal. Tak berani melakukan kontak mata dengan orang yang belum lama tadi berkata jijik melihatnya.

"Dagangan? Jangan bodoh Poppi-san. Kau mau menyia-nyiakan aset menawan seperti ini ke orang lain?".

Gato menyudahi tatapannya ke Kyuubi.

"Ini hanyalah pembuktian.".

"Kalau deal atau tidak bisnis ini. Aku bisa terpuaskan dan tidur dengan nyenyak di malam hari.".

Naruto masih mempertahankan poker face nya walaupun di beri tatapan remeh. Dia pun lalu melirik jam dinding Gato sekilas dan mulai merapikan barangnya.

"Aku akan menghubungi mu nanti.".

"Tentu. Hanya untuk memastikan, aku tak akan menarik harga tersebut.".

Setelah selesai. Naruto berniat berdiri dan pergi sebelum seseorang muncul dari satu-satunya pintu keluar masuk.

"Ga-Gato-san! Po-polisi melakukan razia!".

Dengan wajah kelelahan serta panik. Orang itu seperti ketakutan dan histeris.

"Kau berlebihan. Tinggal sua,-".

"U-Uchiha Itachi, Gato-san! Itachi!".

Wajah Gato menguat mendengar nama itu. Segera dia berdiri dan mendekati pintu.

"Tak usah panik. Kita tidak melakukan hal ilegal.".

"Ta-tapi Gato-san! Mereka kesini dengan alasan pemeriksaan identitas. Ta-tampaknya ada orang yang melaporkan kalau ada anak di bawah umur masuk ke dalam!".

Seketika wajah Gato memerah. Bukan hanya anak di bawah umur. Jika mereka melakukan pemeriksaan terhadap Naruto. Uang sebanyak itu akan membenarkan tuduhan yang di arahkan kepadanya.

"U-Uchiha sialan! Kalau begini,-".

Suara langkah kaki banyak orang terdengar mendekat dan sebelum Gato bereaksi beberapa orang sudah masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ruangan itu hening seketika.

Seorang perempuan berambut hitam lurus sampai pinggang kini berdiri tepat di depan Gato.

Mata onyx pekat milik perempuan itu memperhatikan dengan lekat keberadaan yang teridentifikasi sebagai salah satu mangsa nya.

"Selamat Malam.".

"..."

Gato tak bergeming. Dibalik kacamata hitam kecil miliknya. Dia menatap lurus kedepan.

"Menyukai apa yang kau lihat?".

Mengetahui kemana arah pandang mata tertuju. Perempuan itu kemudian memperlihatkan isi dompet tepat di depan mata Gato.

"Uchiha Itachi. Inspektur kepolisian. Kesini karena ada laporan dari warga sekitar.".

Perempuan bernama Itachi itu kemudian memasukan kembali lencana kepolisiannya.

"He-heh... ini pusat hiburan kota. Bukan kediaman perumahan.".

Mata Gato masih tidak berkutik. Begitu juga dengan mata Itachi yang tajam melihat dari tinggi yang terpaut jauh.

"Tentu saja. Gato...-san. Untuk menjelekan nama kepolisian. Kami berharap laporan tersebut hanyalah sebuah keisengan.".

"Semoga beruntung.".

Ucap Itachi tersenyum kecil. Diangkat tangan kirinya seraya memberi kode tangan ke anak buahnya.

"Periksa mereka.".

Gato berkeringat dingin. Mendengar kedua kata perintah itu membuatnya pasrah. Dia bahkan tak bisa melakukan perlawanan, bodoh dengan perlawanan, dia bahkan tak bisa berkutik dan hanya bisa pasrah.

"Mereka bersih.".

Detak jantung Gato seketika berhenti. Dengan cepat dia melihat kebelakang lalu tersenyum.

Hanya sekumpulan rambut hitam.

"Tampaknya mereka bekerja disini.".

Tambah salah satu anak buah Itachi. Selesai melakukan pemeriksaan.

"T-tentu saja! Kau pikir mereka siapa hah?!".

Kali ini Gato bersuara. Dengan nada yang tinggi dia menunjuk-nunjuk ke arah wajah Itachi.

"Ah. Maafkan kami, Gato-san. Kami pikir ada seseorang gadis cilik dan warga asing disini.".

Bibir yang tadi tersenyum berganti muram.

"Tapi sayang sekali. Hanya perkumpulan para kakek-kakek ternyata.".

"Biar kutebak. Kalian membahas cucu kalian, kan?".

Gato naik darah. Suara serta ekspresi seperti melihat orang menjijikan membuat dia murka.

"Uchiha sialan. Kau tunggu saja nanti. Akan kutuntut kau dan kubuat menyesal,-".

Itachi seketika meraih tangan kanan Gato dan menggenggamnya. Seperti berjabat.

"Semoga beruntung.".

Merasa dipermainkan. Gato naik pitam. Sebelum dia berucap. Seorang pria yang dia tahu anak buah Itachi datang dari belakang pintu.

Pria itu menunjukan sesuatu ke Itachi yang mana membuatnya kembali tersenyum.

"Ho oh.".

.

"Untuk pertama kali nya. Tak kusangka kau membuat kesalahan.".

Itachi meraih bungkus rokok di saku nya dan mengambil satu dengan bibirnya.

Sebelum di pasang. Dia mendekat ke dinding bangunan bertulis lilith lalu bersandar.

"Eh? Benarkah? Tapi aku sangat yakin loh!".

Jelas lawan bicara. Suara feminim yang keluar menandakan kalau orang yang menutup kepalanya dengan kerudung jaket beridentitaskan perempuan.

"Kau meragukan pemeriksaan di bawah operasiku?".

Ucap Itachi. Dihisap panjang rokok di bibirnya lalu di hembus.

"Tidak. Tentu saja tida,- uhuk uhuk ahkk.".

Asap rokok yang sejak tadi di was-was nya tiba-tiba tertiup balik masuk ke dalam kerudung yang mana membuatnya tersedak.

"K-Kau ingin membunuhku dengan asapmu itu hah?!".

Mengeluh. Perempuan itu memperlihatkan rupa nya demi keluar dari situasi yang tak menyenangkan.

Ino Yamanaka.

"Akan kuadukan kau ke adikmu itu, Itachi-Nee.".

"Hah... padahal dulu kau sangat manis. Bahkan saat kau kecil ke apotek untuk membeli pelindung yang hanya membuat si penjaga memarahimu.".

Wajah Ino memerah.

"O-oi! A-apa yang kau katakan!? Kau membuntutiku yah?! Dasar stalker!".

"Stalker? Apa maksudmu? Aku hanya mengikutimu karena melihat kau menarik kerah bocah pirang, hm, lebih tepatnya menyeret paksa seperti pembullyan.".

"Bully ndasmu!".

Ino menggeram dadanya di majukan seolah dia tidak salah.

"Hari itu adalah jadwal dimana dia menemaniku berbelanja!".

Ucap Ino penuh penekanan.

Itachi tak tahu harus merespon bagaimana. Dirinya mengabaikan tatapan tajam Ino dan menghisap rokok dengan tenang.

"Ada seorang pria yang aku inginkan untuk kau matai.".

Wajah Itachi mengeras. Dia tiba-tiba bertampang serius.

"Tingkat kriminal berkurang belakangan ini. Para berandalan, mafia, tunawisma dikabarkan banyak yang menghilang. Bahkan aset usaha dari beberapa hiburan malam, restoran, hotel, dan pegadaian dari banyak wilayah telah menjadi aset milik orang asing.".

"Terus?".

"Naruto. Uzumaki Naruto.".

Memastikan untuk kedua kali. Itachi mengambil asbak besi di kantung yang mana itu adalah tempat dia mematikan rokoknya.

"Semenjak bocah pirang itu datang. Semua kasus orang yang kutangani bisa tertangkap dengan mudah. Bahkan sesuatu yang kuanggap mustahil. Karena tidak ada,- belum ada bukti yang kuat. Tentu saja ini semua hanya dugaan.".

Wajah Ino menjadi datar. Dia melihat wajah Itachi yang antusias seperti mengaggumi karya agung seseorang.

"Tapi aku yakin kalau orang bernama Naruto Uzumaki itu merencanakan sesuatu. Karena itu Ino-chan.".

Pundak Ino tiba-tiba di pegang.

"Mohon bantuannya. Kudengar-dengar dia masuk ke sekolah yang sama denganmu.".

Senyum Itachi sama seperti yang di perlihatkannya ke Gato.

"Akan ku lakukan sebisa mungkin.".

Menyingkirkan kedua tangan perempuan hitam itu. Ino segera pergi dari tempat hiburan dewasa.

Karena tidak mau identitasnya terbongkar. Dia memakai kerudungnya lagi. Namun sebelum itu, dia melirik sekilas ke arah jalanan yang macet akibat operasi dan menyeringai ke dalam taxi yang jauh 4 meter di jalanan.

.

.

.

Di kediaman Uzumaki.

Di ruang dapur tercium bau harum daging yang di goreng dengan minyak yang sikit.

Api yang menyala cukup kuat. Terdapat 5 potongan daging medium di atas penggorengan. Setiap 7 menit di balik demi pematangan seimbang dan di setiap 7 menit tersebut Kyuubi menyiapkan sauce yang cocok untuk steak yang sempurna.

Sudah 3 jam lebih semenjak kejadian tadi. TV yang sengaja di pasang demi mengisi keheningan rumah yang luas terdengar isi berita penangkapan.

Tak lama kemudian bunyi pintu luar terbuka. Menampilkan sekilas perempuan lesu berambut merah yang lain dari lorong.

"Kyuubi. Jangan begadang. sekolah esok.".

Sengaja tak menjawab balik. Kyuubi lebih mementingkan sauce yang di dalam oven pemanas. Tak boleh terlalu lama dan terlalu cepat.

Entah kenapa melihat mangkuk sauce yang berputar mengingatkan dia disaat adiknya tiba-tiba menggendong dia ala putri.

Ya.

Alasan dibalik mereka berdua bisa lari dari tempat itu. Karena adik pirangnya melompat dari jendela dengan ketinggian gedung 15 meter.

Satu-satunya jendela di dalam ruangan itu menghadap ke gang sempit makanya mereka bisa lari dengan mudah.

Setelah itu. Adiknya mengantar dia sampai di rumah dan pergi.

Wajah Kyuubi merona.

Dia pun mematikan oven. Meraih sauce ke wastafel. Mengangkat kelima potongan daging dan menyiapkan nya ke atas satu piring.

Sedikit hiasan lettuce, tomat cherry, dan lada putih.

Tralala.

Menakjubkan.

Tersenyum. Kyuubi berkecak pinggang.

#CKLEK

Jantung Kyuubi tiba-tiba berdetak kencang. Segera dia menaruh piring itu ke wastafel dan menyiapkan hidangan ke meja makan.

Setelah rapi. Kyuubi kembali ke dapur untuk mengambil sesuatu lalu kembali lagi ke meja makan.

Berdiri menunggu seseorang bak pelayan. Kyuubi deg-degan menunggu sosok pirang melewati lorong-lorong.

Tak lama sosok itu muncul sekilas dan kemudian menghilang.

Detak jantung Kyuubi kembali normal. Dia kecewa. Tampaknya Naruto masih membencinya.

Dia mengertakan giginya kuat.

"hm?".

Jantung Kyuubi kembali tersentak. Walau hanya gumam kecil. Entah kenapa dia dapat mendengarnya dengan jelas.

Suara itu milik Naruto.

Sosok pirang itu tampak mundur dan menatap dengan diam dari lorong depan pintu masuk ruang makan.

Seorang perempuan berpakaian hanya dengan celemek hitam telanjang berdiri dekat meja makan.

Lebih gilanya lagi. Kepalanya ditutupi paper bag.

"Menarik.".

Ucap Naruto mendekat. Tanpa dirinya melihat lebih detil apa yang di gunakan kakaknya. Seketika dia tertarik.

Melihat situasi dimana ada makanan di atas meja makan. Tampaknya kakaknya itu berharap dia memakan sajian itu.

"Karena menarik. Akan kulakukan.".

Meraih kursi. Naruto duduk dan segera memakan lahap steak didepannya.

"Ugh. Menjijikan.".

Tubuh Kyuubi terangkat. Kata itu seperti trauma buat dia.

Hanya dalam beberapa detik. Kyuubi melihat makanan Naruto yang hampir habis dari belakang.

Dia gelisah. Akan menjadi sangat awkward jika adiknya itu pergi dari ruang makan dalam keadaan diam setelah selesai.

#Syalala itsu,-

Kyuubi segera berlari pelan ke dalam dapur dan mengambil smartphone nya.

Bingo.

Melihat nama pelaku sms masuk membuat dia melepas paper bag di kepala.

Dengen senyum. Kyuubi berlari ke ruang makan sekali lagi dan langsung duduk berhadapan di pangkuan Naruto.

Masih dalam mengunyah. Kyuubi mencium bibir adiknya. Membuka lebar mulutnya dengan lidah lalu mengambil beberapa daging tuk di masukan kedalam mulutnya sendiri.

Memastikan isi dalam mulut habis. Kyuubi melepas ciuman.

"Aku tak akan putus dengan Sasuke.".

Ucap Kyuubi. Mata merah pekat dengan pupil bak hewan predator menatap serius mata biru kehitaman Naruto.

"Aku juga akan membantu. Sangat membantu. Aku pastikan itu. Maka begitu... aku..."

Bibir Kyuubi bergetar. Kilasan seringai Ino terngiang di memorinya.

"...Akan melakukan yang terbaik.".

Wajahnya menajam. Naruto yang entah kenapa di tatap tak suka dijadikan korban pelampiasan.

Namun begitu tak ada raut wajah bingung atau terkejut dari pria itu. Dia seperti tahu maksud dari kakaknya.

Tidak.

Layak dia duga hal ini akan terjadi.

"Good gurl.".

Diusap kepala merah tersebut sebentar lalu menggendongnya seraya berdiri.

"Aku sangat berharap padamu.".

Kepala Kyuubi menggeliat manja di leher Naruto. Kedua tangannya terlingkar di belakang kepala sejak awal pria itu berdiri.

Tak lama itu. Ruang makan tak berpenghuni.

.

"Saudara Gato. Anda terdakwa dengan tuduhan pengedaran serta pengelolah obat-obatan terlarang yang di nilai illegal di bawah tanah kediaman anda di Osaka. Anda juga terdakwa dengan tuduhan pembunuhan sebagai seorang pemimpin mafia dunia gelap. Penjualan organ tubuh manusia di pasar gelap dan pemilik.".

Gedung persidangan. Gedung yang dilengkapi mimbar-mimbar yang mengelilingi satu mimbar kecil di tengah terpampang jelas dengan sorotan banyak lampu. Di satu-satunya mimbar tertinggi. Seorang pria tua berpakaian hitam besar terlihat memegang beberapa kertas. Mata pria itu tertuju ke pria kecil yang duduk di atas mimbar kecil di tengah.

"Apakah saudara merasa keberatan dengan tuduhan tersebut?".

"...".

"Tidak? Kalau begitu kita lanjut.".

"Ada juga tuduhan baru berupa pemerkosaan gadis di bawah umur dan bisnis illegal yang belum diketahui.".

"Apakah saudara merasa keberatan dengan tuduhan tersebut?".

"...".

"Tidak? Hm... Ada yang bisa menjelaskan tuan pengacara terdakwa Gato tidak hadir di tempat?".

"Intrupsi yang mulia. Tuan Takumi dan 2 pengacara saudara Gato mengundurkan diri kemarin malam. Terima kasih.".

"Jadi tidak ada pembelaan? Kalau begitu mari kita persingkat. Saudara Gato karena barang bukti dari suara rekaman, jejak tamu, foto, dan barang bukti yang lengkap dan jelas. Semua tuduhan yang di tuduhkan kepada anda saya nyatakan benar adanya.".

Melepas kertas di atas tumpukan kertas. Pria itu meraih palu dengan tangan kiri. Lalu kembali melihat pria kecil yang terlihat trauma dan pasrah.

"Penjara seumur hidup.".

#TOK TOK TOK.

.

"Itachi-san. Bagaimana menurutmu?".

Di lorong-lorong gedung sesudah persidangan. Seorang pria bersetelan hitam terlihat mengikuti wanita yang di panggil Itachi.

"Kasus ini berjalan terlalu mulus semenjak 2 hari yang lalu saat razia club malam lilith. Semua bukti yang bahkan susah kita dapatkan selama setahun lamanya terkumpul seketika hanya dalam 2 hari.".

Jelas pria itu sebelum bertanya.

"Apa menurutmu itu kebetulan karena Gato lengah?".

"Kebetulan? Jauh dari kebetulan.".

Balas Itachi tenang tanpa berhenti. Pembicaraan mereka kemudian hening sampai di ujung lorong depan pintu.

"Kali ini aku tak di bantu informan terpercayaku.".

Diraih ganggang pintu didepan dan dibuka. Memperlihatkan halaman parkiran belakang gedung. Tampaknya mereka berdua menghindari kerumunan wartawan.

"Eh? Bukannya bukti-bukti yang terkumpul berasal dari informan pirang itu?".

"Tidak. Bukan dia. Melainkan si Merah yang sekaligus satu keluarga dari orang yang menarik perhatianku belakangan hari ini.".

Langkah Itachi terhenti di depan pintu mobil hitam.

"Yang ternyata juga adalah pacar adikku.".

.

.

.

Kediaman Uzumaki.

Di salah satu kamar tidur dalam rumah bernuansa feminim. Terdengar suara tepuk pramuka yang di loop.

"Ugh! oh! oh! oh!".

Selain suara tepuk. Desahan suara feminim juga mendominasi ruangan. Erangan, raungan, ekstasi keluar dari bibir perempuan merah yang ada di atas kasur.

"Uohh! A-aku! Se-sedikit lagi! Ah!".

Dengan posisi menungging ala pemula. Perempuan merah tanpa busana itu membelakangi seorang pria pirang yang menyodoknya dari belakang.

"Ini yang ke-6 kali dan aku bahkan belum keluar.".

Ucap pria pirang itu tanpa menghentikan laju pinggulnya. Berbeda dengan si perempuan. Si pria itu masih dalam berpakaian full menutupi kulit tubuh minus leher, kepala dan kontol.

"Kalau begini terus. Kau akan pingsan sebelum kucapai klimaks Aneki.".

Kyuubi menarik tangan kirinya lalu dengan cepat meraih tangan kiri Naruto. Tanpa melihat kebelakang, dia tahu letak tangan adiknya itu bersinggah dari sentuhan tubuh di pinggulnya.

"I-ini hadiahku! U-usahaku! Aku layak mend-ugh-aptkyan! S-superma mu ke dalam!".

Desah Kyuubi makin menjadi. Dia berusaha mengatur kata sesingkat mungkin karena kesulitan berbicara.

"Gh-ghunakan thubuhku! Wa-ngh!-lau ku p-pi-nghhsANNNUOHH!".

Pupil matanya mengecil. Kepalanya menegang ke depan. Pandangannya berpusat ke motif bunga mawar di kepala kasur.

Layaknya raungan serigala dimalam hari. Kyuubi mencapai klimaksnya untuk ke tujuh kali.

"Uoooohhhhhhh!!".

Isi kepalanya berasa terucek. Badannya mendadak lemas dan makin detik makin berat.

Setelah raungan klimaks tadi berakhir. Kini berganti erang desahan yang tak henti.

Suara yang keluar itu diartikan Naruto sebagai bentuk keras kepala dari kakaknya yang menolak untuk pingsan.

Namun sayang sekali. Setelah 3 menit lamanya. Kyuubi jatuh tertidur setelah mengalami klimaks yang ke 8.

Ruangan kamar kini menjadi cukup tenang. Suara dari berbagai macam desahan Kyuubi berganti ngos-ngosan berat.

Naruto melihat tubuh terlentang Kyuubi dalam diam. Karena tubuh kakaknya itu jatuh kedepan. Kontol yang hanya keluar dari resleting celana jeans itu tercopot keluar dari persetubuhan tubuh.

"Hm...".

Tak mau repot berpindah tempat. Naruto memegang kedua paha Kyuubi lalu menariknya pelan.

"Tak ada etik menyetubuhi orang tidur. Layaknya sedang memperkosa mayat.".

Naruto memegang kontolnya dan di arahkan ke dalam lubang pantat Kyuubi.

"Walau begitu janji harus ditepati.".

Ucap Naruto kini berposisi menindih Kyuubi. Pinggulnya kembali bergerak dalam irama pelan lalu cepat.

'Emangnya apa yang spesial membuang pejuku ke dalam lubang pantat? Dari awal juga kenapa harus lubang pantat?'.

Karena dalam posisi menindih. Pandangan Naruto hanya berupa rambut panjang berserakan Kyuubi kemana-mana. Wajah perempuan tersebut terbenam di kasur sejak pingsan tadi dan dia sama sekali tak khawatir jika perempuan merah itu masih bernafas atau tidak.

Hanya melihat tubuh Kyuubi naik turun. Naruto dapat mengasumsikan kalau perempuan itu masih hidup.

"Pemikiran orang mesum memang sulit dipahami.".

.

.

.

Esoknya.

Di pagi hari yang sejuk. Beberapa kerumunan para siswa berjalan menuju ke satu arah. Pakaian mereka mempunyai lambang yang sama. Membuktikan kalau mereka bersekolah di sekolah yang sama.

Namun ada satu siswa terlihat berlarian mengejar sesuatu.

"Kyuubi-chan!".

Panggil perempuan merah muda itu.

Merasa namanya di sebut. Perempuan merah itu menoleh kebelakang.

"Sakura. Selamat pagi.".

Sakura nama perempuan yang memanggil menyamakan laju kakinya berjalan saat sampai tujuan.

"Selamat pagi juga.".

Balasnya hangat.

Kedua perempuan itu kemudian berpapasan.

Lama kelamaan. Sakura merasa aneh dengan tempo jalan teman sebelahnya itu.

"Kyuubi kau sakit?".

"Tidak...".

Balas Kyuubi to the point. Perempuan merah itu bisa merasakan tatapan mata si pink ke arah pinggulnya yang bergetar.

"...hanya sedikit nyeri.".

"Eh? Benarkah? Kau terlihat sulit berjalan.".

"Ya. Tentu saja karena kemarin...".

"...aku duduk seharian.".

Kening Sakura mengerut. Ada sedikit keraguan dalam perkataan Kyuubi.

"Duduk? Oh benar. Kerja sampingan mu aku hampir lupa.".

2 hari yang lalu. Saat jam istirahat sekolah. Kyuubi tiba-tiba berbincang ingin mencari pengalaman dalam pekerjaan dan berkata kalau dia bakal sibuk belakangan ini.

Karena membuat statement seperti itu. Mereka yang mendengar menduga kalau dia sudah dapat pekerjaan sampingannya. Namun soal detail tempat dan kerja tak dia sebut.

Sakura menarik nafasnya pelan. Akibat perbincangan mereka pada waktu itu. Tak lama sesampainya di rumah. Perempuan pink itu dibuat kalang kabut dan mulai berpikir realistis.

"Mungkin aku juga mau cari kerja sampingan.".

Gumam Sakura pelan tak ingin siapapun mendengar. Sangat pelan namun bisa ditangkap oleh pendengaran Kyuubi.

.

"Sebenarnya ada yang ingin aku tanya Kyuubi...".

Kiba angkat bicara. Sumpit yang digunakan untuk mencapit katsudon miliknya di arahkan ke arah Kyuubi yang duduk berlawanan dari arahnya.

"...hanya untuk memastikan. Kau kerja di tempat ibumu kan?".

Ucap Kiba kembali melahap makanannya.

Kyuubi tak segera menjawab pertanyaan teman bertato nya itu. Dirinya sibuk memakan ramen dan mengunyah sampai habis.

Kyuubi lalu melirik ke depan. Kearah dua pemuda yang berjalan mendekat ke tempat duduk mereka dengan nampan.

"Tidak.".

Balasan singkat si merah berhasil membuat Sakura dan Kiba terkejut.

"Eh?!".

"Woah ada apa ini?".

Naruto dan Sasuke yang baru saja tiba sedikit kaget dengan reaksi kedua teman mereka. Berjalan ke tempat duduk sama seperti sebelum mereka beranjak ke kasir.

Nampan berisi ramen super large di letakan di atas meja.

"Kalau bukan di tempat ibumu. Lalu kau kerja dimana Kyuubi-chan?".

Ucap Sakura memperjelas keadaan dengan pertanyaan.

"Eh?".

Kali ini Sasuke yang bingung. Dia melihat pacarnya itu dengan penuh pertanyaan.

"Tidak. Bukan disitu...".

Gantung Kyuubi tanpa memandang siapapun. Dirinya meraih dua botol minuman di atas nampan yang Sasuke bawa.

"...aku bekerja di tempat Naruto.".

Satu botol di taruh di dekatnya. Satunya lagi di dekat ramen Naruto lalu kembali memakan ramen jenis sama seperti adiknya itu namun size standar.

Mata Sasuke mengecil. Dia yang duduk berhadapan dengan Kyuubi langsung menatap adik pacarnya yang ada di samping.

Tak cuma Sasuke. Sakura, Kiba dan Shikamaru juga melakukan hal yang sama. Mereka tampak tertarik dengan pekerjaan Naruto.

Tapi bukannya menjawab. Naruto sudah sibuk melahap ramen miliknya. Mereka juga tak yakin apa dia tahu situasi saat ini. Tampaknya sejak awal si pirang itu duduk dia sudah melakukan ritual makannya.

.

"Sangat memuaskan. Aku ingin lebih.".

To Be Cont..


sory sibuk sangat, nnti di lnjut lgi. Total word nnti chapter ini smpe 15k dan ini bru 6k.Mumpung ada kebijakan dari pemerintah untuk stayhome karena wabah virus covid-19, saya mengajak kepada para reader dan author untuk mengikuti kebijakan tersebut.Sampai kondisi tenang.Memang awalnya enak karena libur, tapi masalahnya tugas anak kuliahan malah makin menjadi-jadi dan tak kunjung habis!

Jadi mohon kerjasamanya wahai netizen fanfiction bernomor kan 62 agar pengertian pada keluarga dan orang" dekat dengan menjaga kesehatan dan tidak kemana" kalau tidak begitu penting(suplai makan, stok masker, hand sanitizer, dan lain").

Papoi3rd,

Out.