Naruto belongs to Masashi K.

This story belongs to Savana.

xxx

NaruSaku Fiction

SUN and FLOWER (1)

xxx

"Aku tau kau tidak menyukai pernikahan ini, tapi aku sering berpikir, seperti apa rasanya jika Saku-chan mencintaiku juga"/ "Tenanglah, mimpi buruk itu seperti penangkal hal buruk yang akan terjadi di dunia nyata"/ "Karena aku percaya, cinta satu orang cukup untuk berdua"/ RnR?

xxx

Langit bersih dengan beberapa gumpalan kapas putih membentang indah, bak kanvas raksasa yang menutupi dunia fana.

Dan di sebuah perkebunan yang cukup luas, kini terlihat ramai dengan adanya pesta yang diadakan, ya, pesta pernikahan untuk putra tunggal keluarga terpandang, Naruto Uzumaki Namikaze (25), pemuda yang memiliki aura secerah matahari, dengan gadis bunga musim semi, Sakura Haruno (22).

Sakura mengerjapkan emeraldnya, menatap tamu-tamu yang kebanyakan dari kaum borjuis, "Sepertinya aku harus terbiasa dengan mereka," gumamnya pelan.

Gadis kembang gula itu menghela nafas pelan, membayangkan bagaimana hidup barunya yang dikelilingi orang-orang terpandang, mulai dari yang cukup terpandang, sampai yang konglomerat dengan harta yang tak habis 7 turunan, 8 tanjakan, dan 9 tikungan.

Sebelumnya keluarganya juga cukup terpandang, ayahnya memang bukan pengusaha besar, sama sekali bukan, ayahnya pengusaha kecil pemilik beberapa department store, bukan direktur penguasa pangsa ekonomi seperti keluarga suaminya kini.

Dan entah karena apa, perusahaan kecil ayahnya mengalami kebangkrutan, dan tiba-tiba saja, tanpa di duga Uzumaki Namikaze group membantu mereka, membuat beberapa kontrak kerja yang menyelamatkan, sangat malah. Tapi sebagai jaminannya dilakukan hubungan pernikahan diantara keduanya, 'pernikahan bisnis'.

Kadang Sakura merasa heran, kenapa harus menikah segala untuk menghindari kecurangan? Perusahaan sebesar UN group lebih dari mampu untuk menyingkirkan pengusaha kecil seperti ayahnya jika terjadi hal yang di luar kehendak.

Selain itu, jika memang pernikahan ini untuk kepentingan bisnis, kenapa harus dirinya yang hanyalah seorang dokter muda yang bahkan tak punya pengalaman apa-apa dalam berbisnis, pun dari keluarga pengusaha kecil. Kenapa mereka tidak memilih menjalin hubungan dengan Nara, Hyuuga, atau Sabaku. Bukankah akan jauh lebih menguntungkan. Lagi-lagi Sakura tak bisa memahami ini.

Gadis bunga musim semi itu menolehkan kepalanya ke arah pemuda yang pernah jadi senpainya di kampus dulu, yang mana kini sedang berbincang dengan beberapa kolega. Dahinya sedikit mengernyit karena berpikir, ia juga tak mengerti ini, bagaimana bisa pemuda secerah matahari itu berakhir dengan gadis biasa dengan fisik nyentrik sepertinya.

Sakura berusaha memikirkan kemungkinan yang ada. Apa karena ia cerdas? Tidak mungkin, banyak wanita cerdas di Konoha yang bisa membantu pria itu memimpin perusahaan. Apa karena attitudenya? Terdengar seperti bualan, ia bahkan tak mengerti tabble manner dengan baik, bahkan sikapnya tergolong kasar. Lalu, Apa karena wajahnya? Jangan bercanda, ia memang manis, tapi masih banyak sekali wanita di luar sana yang jauh lebih manis dan cantik darinya. Kalau begitu apa karena tubuhnya? Oh, ini mustahil, tubuhnya mungil, jidatnya lebar, dan dadanya rata, sama sekali tak ada kesan seksi pada dirinya.

"Sakura-chan," panggil Naruto pada gadis kembang gula itu.

"Ah, ya?" Jawab Sakura yang tersadar dari lamunannya.

Naruto tersenyum lebar nan menyilaukan lalu mengulurkan tangannya untuk mengajak Sakura berkeliling menyapa para tamu.

Haah, sepertinya Sakura harus menghadapi kenyataan yang ada di depannya dulu, sebelum kemudian memikirkan segala pertanyaan yang berkecamuk dalam kepala gulalinya.

xxx

Pesta pernikahan sudah selesai beberapa jam yang lalu dan kini kedua mempelai sudah tiba di rumah mereka untuk kedepannya, Khusina, ibu Naruto, sempat merajuk agar mereka tinggal dulu di rumah utama, tapi untung saja, Minato, ayah Naruto, mengatakan kalau keduanya butuh privasi.

Sakura Ha-, ehm, Sakura Uzumaki kini terlihat mengusapkan handuk tebal putih ke surai gulali pendeknya yang baru saja ia keramasi, dengan piyama pink di tubuh mungilnya, gadis yang memiliki fisik juga nama yang sama persis dengan bunga musim semi itu keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah ranjang, yang mana kini sudah ada pria secarah matahari dengan piyama kuning bergambar ramennya.

Sakura sedikit mendengus melihat motif piyama Naruto, netra hijau teduhnya yang lagi-lagi identik dengan tumbuhan bergulir ke arah televisi yang kini menayangkan serial Spongebob Squarepants, "Kau juga menyukai serial ini, Naru... to?" Tanya Sakura dengan sedikit canggung, bingung dengan apa ia harus memanggil, tidak mungkin kan ia panggil senpai.

Naruto menolehkan kepala pirangnya, mengangguk antusias sebagai jawaban. Mau tak mau aura sehangat mentari yang dikeluarkan Naruto membuat bibir Sakura turut melengkungkan kurva, menciptakan segaris senyum lebar sedikit menyengir.

Naruto terdiam sebentar, merasa terpaku, tapi perhatiannya teralih saat gadis bunga musim semi a.k.a bunga sakura, berjalan semakin dekat ke arah ranjang dan mengambil tempat di sampingnya untuk ikut menonton. Dan kini keduanya pun terhanyut pada layar kaca di hadapan mereka.

xxx

Naruto menghela nafasnya saat serial kartun itu telah usai, ia meraih remot dan mematikan televisi karena Sakura pun juga terlihat mengantuk.

Pemuda pirang itu meletakkan kembali remot multifungsi itu ke nakas, lalu beranjak turun. Sakura terheran menemukan Naruto yang menuju ke arah lemari dan mengambil selimut baru.

"Kenapa ambil selimut?" Tanya Sakura yang tak dapat membendung rasa penasarannya.

Naruto menoleh sekilas, lalu berucap, "Aku akan tidur di sofa, jadi kau bisa tidur dengan tenang."

"Ehh? Tak perlu, kau tak perlu sampai begitu." Ucap Sakura yang jadi merasa tak enak.

Naruto menghampiri ranjang kembali untuk mengambil bantal, "Hmm, aku tau kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau tidak siap sama sekali menikah denganku, mungkin aku bukan tipemu, hehehe. Tapi, aku akan menghormatinya dan akan selalu menunggumu di sini."

Sakura terdiam dengan penuturan Naruto, ia memang tidak mencintai pemuda di depannya, tapi tidak membencinya juga, ia memang tidak suka dengan pernikahan ini, tapi sebagian besar alasannya bukanlah karena Naruto.

"Aku per-..."

"Kau membuatku merasa tak enak, tidurlah di sini, dan jangan bertanya alasannya." Ucap Sakura, tangan mungilnya menarik tangan Naruto agar terhempas ke ranjang.

Hening beberapa saat, sebelum akhirnya suara pemuda pirang itu memecah keheningan, "A, aku tak bisa menjamin untuk tidak menyentuhmu, -dattebayou."

"Hah?"

"Eh, maksudku aku punya kebiasaan memeluk sesuatu saat tidur, -ttbayou." Koreksi Naruto segera atas perkataannya yang ambigu.

"Oh, kalau begitu taruh saja guling besar sebagi pembatas disini dan tidur berlawanan arah," saran Sakura, tangan mungilnya meraih guling yang cukup besar dan menjadikannya pembatas di tengah, sebelum kemudian merebahkan diri ke arah jendela dan balkon.

Jeda beberapa saat, Naruto akhirnya memutuskan untuk merebahkan diri di area yang sudah disiapkan oleh gadis kembang gula itu. Pemuda cerah ceria bak mentari itu terdiam beberapa saat, entah apa yang dipikirkannya, lalu sedikit mengangkat diri dari posisi rebahnya untuk menengok ke arah gadis bunga sakura yang kini sudah terlelap dengan damainya.

Naruto menatap wajah nyenyak itu beberapa saat, tangannya terulur untuk merapikan beberapa helai merah mudanya, rautnya melembut sebelum kemudian berbisik pelan, "Aku tahu kau terpaksa menjalani pernikahan ini, aku tau kau sama sekali tidak mencintaiku, aku juga tahu kau memiliki pria lain yang kau sukai. Tapi, aku bersumpah atas nama ibuku dan namaku sendiri, kalau aku akan selalu menunggumu di sini, aku akan menjagamu dan berusaha memenangkan hatimu. Aku tak peduli jika perasaanku tak terbalas, selama Saku-chan bahagia, itulah yang terpenting." [R]

Naruto menghela nafasnya pelan, lalu kembali berujar, "Hehehe, sepertinya aku terlalu banyak bicara, ya sudah, selamat tidur bunga musim semiku, aku... mencintaimu."

Pemuda pirang itu hendak merangsek maju untuk mencium pelipis Sakura, tapi niatnya ditahan karena ia tak ingin membangunkan gadis itu. Makanya ia kembali lagi ke posisi berebahnya, menarik selimut hingga leher, lalu mulai terjun ke alam mimpi.

Sedangkan gadis kembang gula yang dikira sudah tertidur itu membuka netra klorofilnya, pikirannya cukup berkecamuk dengan perkataan Naruto yang mencintainya, tapi tubuhnya sudah terlalu lelah untuk berpikir, maka dari itu ia memutuskan untuk mengucapkan selamat malam dengan lirih, lalu ikut terjun ke alam mimpi.

xxx

Pagi yang cerah di awal musim semi, Naruto Uzumaki mematut dirinya di depan cermin, merapikan dasinya, tapi sekeras apapun ia berusaha, tetap saja sulit, akhirnya ia biarkan saja ikatan dasi itu yang terlihat aneh dipandang.

Pemuda pirang itu melangkahkan kakinya untuk turun ke lantai satu, tempat dimana ruang makan berada. Rumah yang kini ditinggalinya bersama Sang istri, memiliki desain minimalis, berbeda jauh dengan rumahnya yang sebelumnya, yang mana memliki luas menyentuh satuan hektoare a.k.a hektar. Sakuralah yang meminta agar mereka tinggal di rumah kecil, karena ia tidak ingin mengerjakan pembantu rumah tangga, selain itu gadis musim semi itu bilang kalau ia tak terbiasa tinggal di rumah besar.

Pemuda secerah matahari itu menggulirkan sapphire birunya ke penjuru ruangan, rumah ini di desain kelewat ceria oleh ibunya, walau rumah ini kecil, tetapi sekelilingnya penuh dengan taman, membuatnya terlihat seperti pondok kecil di tengah hutan, lalu warna kuning dan merah muda yang mendominasi rumah, membuat rumah minimalis itu terlihat mirip taman kanak-kanak. Tapi, inilah yang disukainya. Apalagi letak geografis rumah yang berada di daerah cukup sepi dari hiruk pikuk, menambah kesan sejuk yang ada.

"Pagi Saku-chan, apa tidurmu nyenyak? Apa kau bermimpi indah? Cuaca hari ini bagus sekali kan? Ramalan cuaca bilang hari ini akan cerah berawan, sangat cocok untuk beraktifitas, musim semi memang terbaik." Ucap Naruto dengan nada antusias sebagai pembukan percakapan mereka hari ini. Netranya menatap hangat ke arah Sakura yang kini memakai scrub hijau muda khas rumah sakit Konoha, yang mana sebenarnya milik neneknya, Tsunade Senju.

Sakura mendengus melihatnya, sebelum kemudian berujar, "Kau jadi terlihat seperti penyiar radio pagi. Dan yaahh, tidurku cukup nyenyak, aku tidak bermimpi dan tidak suka mimpi, cuacanya memang bagus, dan syukurlah jika akan berawan."

Naruto menyengir mendengar jawaban Sakura, ia melangkahkan kakinya untuk duduk di ruang makan merangkap dapur, setelah sebelumnya mencuci tangan.

"Ehh?" Sapphirenya menatap sarapan yang tersedia, tidak banyak, hanya kentang rebus dan beberapa sayur rebus juga, lalu, dua potong sosis jumbo siap makan, dan terakhir segelas air putih.

"Ah, maaf, aku tak pandai memasak, aku tak ingin membuat harimu buruk dengan masakanku, karena itu aku hanya menyiapkan beberapa rebusan saja, dan ya, hanya ini yang kubisa, mungkin kau ingin roti panggang, aku cukup bisa membuatnya." Ucap Sakura meminta maaf.

"Eng? Tak perlu Saku-chan, aku sudah senang kok kau mau membuatkan sarapan untukku juga. Tidak semua wanita harus bisa memasak, tapi alangkah baiknya jika kau mulai belajar agar kau tidak kesulitan kedepannya, hehehe." Saran Naruto dengan acungan jempol di tangan kanannya juga cengiran lima jarinya.

Sakura membalas cengiran Naruto dengan ikut menyengir juga, mungkin jika ia tidak bisa mencintai pemuda pirang itu, setidaknya ia bisa mencoba berteman dengannya.

Keduanya merapalkan doa makan, sebelum kemudian mulai menyantap makanan masing-masing. Tak ada yang bersuara karena semuanya sibuk dengan kunyahan masing-masing sebelum kemudian berangkat bekerja.

Bekerja? Ya, bekerja. Pernikahan mereka dilakukan dengan dadakan, lamaran dilakukan di akhir musim dingin, dan seminggu kemudian, tepat di awal musim semi, 28 maret, yang mana juga ulang tahun Sakura, pernikahan dilangsungkan. Mereka tak punya cukup waktu untuk mengatur cuti dan honeymoon, karena tepat hari ini, Naruto punya jadwal dengan kolega dari Iwagakure yang sudah diatur sejak lama, sedangkan Sakura, punya jadwal penting demi mengejar impiannya menjadi spesialis bedah di usia muda.

Tapi karena tuntutan dari keluarga, akhirnya keduanya sepakat untuk melakukan honeymoon empat bulan dari sekarang, tepat di awal musim panas, sehingga bisa dihitung juga sebagai liburan musim panas.

Sakura mengernyit melihat Naruto yang menyisihkan sayur ke pinggir piring, "Makan sayurnya, Naru."

"Eng? Aku.. Aku tidak suka." Ucap Naruto dengan nada merajuk dan ekspresi yang dibuat semenggemaskan mungkin.

"No, no, no, sayur itu sehat untuk orang yang sibuk sepertimu, kau harus makan sayurnya, Naru!"

"Tapi Saku-chan..."

"Ma.kan.sa.yur.nya.Na.ru." Tekan Sakura di setiap penggalan katanya.

Naruto sedikit tersentak saat menemukan raut dan aura mengerikan yang menguar dari tubuh Sakura, sama persis dengan ibunya jika ia tidak mau makan sayur.

"Okay, aku makan." Ucap Naruto lesu.

Sedangkan Sakura hanya bisa menggelengkan kepalanya, sebelumnya ibu Naruto, Khusina, sudah mewanti-wanti dirinya agar mengatur pola makan Naruto yang semrawut. Yah, walau kadang jadwal makan Sakura juga tak teratur, mengingat waktu yang ia habiskan untuk membantu dokter ahli di ruang operasi.

"Aku selesai, terimakasih untuk makanannya." Ucap Naruto sambil meneguk gelas air putihnya.

Sakura mengangguk pertanda ia juga sudah selesai, diambilnya piring Naruto, lalu mencucinya di tempat cuci piring.

"Kau akan berangkat bersamaku kan, Saku-chan?" Tanya Naruto memastikan pada gadis bunga sakura itu yang kini tengah mengeringkan tangan.

"Ehh? Tak perlu, aku bisa naik bis atau mungkin minta Ino dan Karin untuk menjemput." Jawab Sakura.

"Tak apa Saku-chan, lagipula kita searah, ayo berangkat bersamaku." Tawar Naruto.

Sakura menimang beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk setuju.

Dan kini keduanya sudah siap di depan mobil ducati milik Naruto, Sakura kembali mengernyit saat menatap mobil yang tergolong kategori mobil sport mahal, tapi sayang warnanya jingga mentereng nan menyilaukan.

Tangal mungil gadis kembang gula itu terulur untuk membuka pintu mobil, tapi sudah didului oleh tangan tan milik Naruto.

"Terimakasih, tapi aku bukan princess, kau tak perlu seperti itu." Ucap Sakura yang kini menyamankan diri di kursi penumpang sebelah kemudi.

"Aku senang melakukannya." Balas Naruto sebelum kemudian berputar ke sisi yang lain.

Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, memasang sabuk pengaman, lalu mulai menjalankan mobil mewah itu.

Emerald Sakura bergulir menatap interior mobil mewah itu, lalu berdecak kagum, "Aku tak pernah naik mobil semewah ini, sugoi, ini keren sekali."

Naruto melirikkan netra cerahnya ke arah Sakura, "Benarkah?"

Sakura menggulirkan netra batu gioknya ke arah pemuda matahari di sampingnya, mengangguk antusias berulang kali, sebelum menyengir lebar, "Ya, ini keren sekali."

Naruto balas menyengir ke arah gadis bermata zamrud khatulistiwa itu, "Terimakasih, tapi jujur saja aku cukup terkejut lho mendengarnya," ucap Naruto, ia tak perlu mengkhawatirkan mobilnya akan menabrak, mobil mewah ini dilengkapi fitur otomatis untuk tetap mengemudi, selama jalur terus lurus dan sudah dikenal, sensor akan mendeteksi kendaraan yang berada satu jalur lurus dengannya, sehingga tabrakan bisa terhindari.

"Hahaha, yaahh, mau bagaimana lagi, ayahku itu single parent yang hebat, walau dia sudah menjadi orang cukup mampu, tapi ia tetap mengajariku untuk hidup sederhana, kami bahkan tinggal di apartemen bukan rumah sendiri." Ucap Sakura, bibirnya berkedut melengkungkan senyum saat mengingat ayahnya.

Naruto tersenyum paham, lalu kembali fokus mengemudikan mobilnya. Ia sudah tahu tentang keluarga Sakura yang terpecah saat gadis kembang gula itu berusia lima tahun. Ia juga sudah tahu tentang bagaimana ia sangat menyayangi ayahnya, sampai rela menerima pernikahan ini untuk menyelematkan ayahnya dari musibah.

"Kau mau mendengarkan radio, Saku-chan?" Tanya Naruto pada Sakura yang sibuk mengamati jalanan.

"Hmm, boleh, silahkan saja." Jawab Sakura.

Tangan berkulit tan milik Naruto menekan layar touchscreen kecil, menyalakan radio.

Nada lagu mulai mengalun memenuhi mobil, pemuda pirang itu sedikit mengangguk-ngangguk mendengarkan lagu yang tengah dimainkan, pun dengan Sakura yang sepertinya juga menyukai lagu Cake by the ocean milik grup band DNCE.

"Ini lagu favorit Ino." Gumam Sakura sambil melantunkan beberapa lirik yang sangat dihafalnya, walau suaranya bukanlah jenis suara yang lemah lembut, tapi suara cerianya cukup enak untuk didengar.

Naruto mengangguk, tentu saja ia mengenal Ino yang notabenenya sahabat Sakura dan kekasih Kiba, pun dengan Karin Uzumaki yang juga sahabat Sakura dan kekasih Suigetsu.

Percaya atau tidak, kedua gadis itu sebenarnya sepupu Naruto, Ino si pirang dari pihak ayahnya, dan Karin si merah dari pihak ibunya.

Lagu sudah mencapai lirik terakhirnya, dan kini berganti menjadi lagu Diamond milik Rihanna, lirik lagu pertama pun mulai mengalun.

Sun bright like a diamond

(Matahari bersinar seperti berlian)

Sakura mengernyit saat mendengarnya, bibirnya terbuka untuk berkomentar, "Diamond doesn't bright, they are reflect" (Berlian tidak bersinar, dia merefleksikan / memantulkan cahaya)

Naruto tertawa geli atas sikap kritis Sakura, "Hahaha, kau cerdas sekali ya Saku-chan."

Sakura hanya mengendikkan bahu, "Tidak juga, ini materi IPA bagian fisika untuk kelas 8 SMP, bab optik. Juga diulang lagi di fisika high school."

"Oh Saku-chan, hentikan, aku tidak ingin mengingat mimpi buruk bernama fisika. Untung saja aku mengambil jurusan IPS." Ucap Naruto dengan sorot ketakutan yang nyata di paras manisnya.

Sakura tekekeh geli menatap raut ketakutan di wajah Naruto, dan tanpa sadar mereka kini sudah sampai di parkiran luar rumah sakit Konoha atau bisa juga di sebut KSH, Konoha Senju Hospital.

"Ahh, terimakasih atas tumpangannya," ucap Sakura yang hendak membuka pintu untuk melangkah keluar. Tapi, tangannya terhenti, ia membalikkan tubuh mungilnya untuk menatap Naruto yang kini menatap heran ke arahnya.

"Hmm, aku lupa mengatakan ini, dasimu tidak rapi, Naru." Ucap Sakura mengingatkan.

"Eh, itu..."

"Kau tak bisa memakai dasi?"

"Hehehe, begitulah."

"Kemari, aku rapikan." Ucap Sakura, tubuh mungilnya merangsek maju untuk menyentuh simpul dasi yang terlingkar di leher Naruto.

Naruto membeku di tempatnya, saat jaraknya kini begitu tipis dengan Sakura, wangi cherry juga kembang gula yang manis menjajah masuk ke hidung mancungnya. Tanpa sadar, pemuda blondie itu malah menahan nafasnya gugup.

"Nah, sudah selesai." Ucap Sakura yang tersenyum puas dengan hasil pekerjaannya.

Naruto menghela nafasnya lega, "Terimakasih Saku-chan, jam berapa kau pulang? Aku akan menjemputmu."

"Hm? Tak perlu, aku tak punya jadwal pulang pasti."

"Tak apa Saku-chan, aku ingin mengajakmu makan malam di luar, ada cabang cafe baru milik temanku yang ingin kucoba."

Sakura mengarahkan jari telunjuknya ke dagu, mencoba mengira-ngira jam berapa ia akan pulang, "Kurasa aku bisa pulang cepat hari ini, kau bisa menjemputku tepat saat matahari terbenam, berarti pukul tujuh."

Saat musim semi, matahari memang terbenam lebih lama, apalagi saat musim panas.

"Siap Saku-chan, hari ini kau ada tes untuk persiapan spesialis kan? Much luck to you!" (Keberuntungan yang berlimpah untukmu)

Sakura mengangguk dan tersenyum lalu mengucapkan terimakasih, sebelum kemudian membuka pintu mobil dan masuk ke KSH tempatnya bekerja.

xxx

Naruto menghela nafas panjang saat akhirnya pekerjaannya selesai juga, ia menatap sengit tumpukan kertas yang sanggup membuat otaknya seperti terserang diare.

"Sudahkan, Kiba?" Tanyanya pada pemuda yang menjadi asisten pribadinya.

Kiba Inuzuka megacungkan jari jempolnya sebagai jawaban, "Semuanya sudah selesai, kau bisa pulang lebih cepat, lalu Sui juga sudah mengirim fax untuk laporan esok hari."

Naruto mengangguk mengerti, Suigetsu adalah rekannya dalam bidang humas, yang bertugas untuk pekerjaan keluar.

Kiba menatap ke arah Naruto yang tengah memandangi pemandangan sore dari balik jendela besar, "Bagaimana perasaanmu?" Tanyanya.

"Aku tak pernah sebahagia ini, aku jadi bertanya sendiri, apa di kehidupan yang lalu aku pernah menyelamatkan suatu negara, sampai-sampai aku bisa mendapatkannya." Jawab Naruto, sapphire nya sibuk mengamati Sang surya yang menggelincir kembali ke peraduan.

Kiba melangkahkan kakinya, lalu menyandarkan diri di meja, tepat di samping Naruto, "Sebenarnya aku tak mengerti, apa alasanmu sampai berbuat sejauh ini demi mendapatkan gadis itu? Yaah, kuakui dia manis dan cerdas, tapi, oh Tuhan, masih banyak wanita di luar sana yang jauh lebih cantik, lebih manis, lebih cerdas, bahkan bertubuh bagus dan dari keluarga terpandang."

"Memangnya ada gadis sesempurna itu?" Tanya Naruto.

"Tentu saja, Hinata Hyuuga, dia itu seperti hime, oh tidak, dia memang princess, dia sangat cantik, manis, lemah lembut, sopan, cerdas, berbakat, pintar memasak, attitude sempurna, bertubuh sangat bagus, gadis baik yang aktif dalam care foundation, dan juga dari keluarga yang sangat terpandang, kurasa dia reinkarnasi dari seorang dewi di masa lalu." Jelas Kiba panjang lebar tentang betapa sempurnanya seorang Hinata Hyuga, yang kini menyandang gelar Miss Humanity, disamping gelar kebangsawanannya

"Hmm, Hinata Hyuga ya, dia sangat sempurna." Timpal Naruto menyetujui.

"Nah kan, itu kau sadar, kenapa dulu kau menolak tawaran Hiashi-sama?"

"Karena aku mencintai Sakura-chan."

"Haah? Aku benar-benar tak mengerti, bagaimana bisa kau jatuh cinta padanya, Naruto?"

"Yaah, Tidak ada yang bisa menjelaskan hal itu, sebelum aku menyadarinya, aku telah jatuh cinta padanya" [R]

Kiba terdiam beberapa saat, mencoba memikirkan hal lain, "Yare-yare, terserah kau, tapi dia kan tak terlalu cantik, fisiknya juga flat, biasa-biasa saja."

Naruto menolehkan kepala pirangnya ke arah kiba, menatap lurus netra pemuda pecinta anjing itu, "Jika kau mencintai seseorang karena fisiknya, bagaimana caramu mencintai Tuhan yang kau tak tahu pasti bagaimana wujudnya, ya, kecuali jika kau pernah bertemu Kami-sama."

Kiba terdiam, perkataan Naruto benar-benar menohoknya.

"Ya sudah, aku mau menjemput Sakura-chan dulu, -ttbayou."

"Ah, iya, jaa-ne!"

TBC?

[R : Naruto Shipuden eps.235]

Beberapa perkataan Naru yang dibold, saya ambil sama persis dari Naruto shipuden eps. 235, secene yang Naruto bilang ke Shizuka betapa cintanya dia sama Sakura, itu eps. termanis yang pernah ada TvT.

Dan ya, kembali lagi dengan saya, Savana, yang kini membawa fict dengan salah satu pair terfavorit saya juga, NaruSaku. Sebenarnya ada banyak yang ingin saya sampaikan tentang kecintaan saya pada mereka (NS), yang merupakan wujud cinta tulus tanpa pamrih. Tapi, saya rasa lain waktu saja.

Bagaimana cerita ini? Apakah cukup layak untuk dilanjutkan? Tolong beri reviewnya agar saya bisa menulis lebih baik, hehe.

Mind to Review? :")

-Sign, Savana / Blitar, 2018