Uchiha Sasuke kebingungan sepulangnya dari misi. Seharusnya rumah ini tidak kosong. Ia tahu pasti, di jam sekarang, anak-anak mungkin masih di akademi. Akan tetapi, di mana istrinya?

Apa mungkin istrinya sedang belanja?


FOUR SCENES OF LOVE AND LAUGHTER

Disclaimer : I do not own Naruto. Naruto © Masashi Kishimoto

I don't gain any commercial advantage by publishing this fanfic. This exactly is just for fun.

Story © Sukie 'Suu' Foxie

[Judul diambil dari potongan lirik lagu Amuro Namie yang berjudul Four Season]

Note: For#SasuIno4S18 #SPRING

More to slice of life and a bit of humor.


Ch 1. SPRING BED


"Ino? Tidak. Aku tak melihatnya," ujar salah seorang penduduk yang tinggal di sebelah rumah mereka.

"Terakhir aku melihatnya keluar dari supermarket," ujar salah satu kenalan Sasuke yang lain.

Ternyata, memang pergi berbelanja?

"Tapi itu sejam yang lalu."

Baiklah. Ke mana Ino pergi sebenarnya?

"Eh? Bukan sedang ada misi, 'kan?"

Tidak, kalau ada misi, setidaknya Ino akan meninggalkan catatan yang mencolok. Lagi pula, Sasuke baru saja selesai memberi laporan ke gedung Hokage, Naruto tak bilang apa-apa soal mengirimkan istrinya untuk pergi menjalankan suatu misi.

Sasuke menghela napas. Tidak, ia tidak panik, hanya … merasa aneh saja. Ino sudah meninggalkan rumah cukup lama, tanpa ada seorang pun yang melihatnya. Setahunya, istrinya tidak punya utang yang membuatnya harus lari atau sembunyi dari kejaran penagih utang.

Kepala Sasuke mendongak. Langit musim semi sedang begitu cerahnya. Awan putih berarak menghias langit biru. Sepoi angin hangat membuat perasaan jadi begitu nyaman—kalau tak mau dibilang mengantuk.

Tunggu! Rasanya ia bisa menduga.

Bukan sesuatu yang mencemaskan, harusnya. Sasuke bisa saja berbalik pulang lalu menunggu istrinya dengan tenang. Namun, tak ada salahnya juga kan menjemput sang istri? (Kalau memang benar dia ada di tempat yang sesuai dengan dugaan Sasuke)

Demikian Sasuke melangkahkan kaki hingga ia pun bisa menemukan istrinya di … padang bunga yang ada di dekat bukit. Sasuke menemukan sang istri setelah ia menjelajahi padang bunga tersebut dengan saksama.

Ketika Sasuke menemukan Ino, wanitanya itu tengah berbaring di celah-celah berumput yang tak ditumbuhi bebungaan. Sebuah kantung plastik terletak di dekat kepala. Matanya terpejam dan mulutnya melengkung membentuk senyum.

"Oi, Ino."

Ino tetap tak membuka mata. Sasuke bukan tak tahu kalau istrinya itu sudah tahu. Ayolah! Istri Tuan Uchiha ini adalah seorang ninja sensor yang kemampuannya sudah tak diragukan lagi!

"Mau sampai kapan di sini? Ayo pulang," ujar Sasuke lagi sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Masih saja berlagak cool.

Ino akhirnya membuka satu mata. "Tapi aku belum mau pisah dari spring bed-ku ini."

Sasuke memutar bola mata. Ia bukan tak tahu godaan terbesar di saat cuaca sedang hangat seperti ini. Namun, hei—! Sudah berapa lama Ino di sini? Sejam? Dua jam? Dia masih harus menyiapkan makan malam! Anak-anak sebentar lagi akan pulang dari akademi!

"Kau mau jadi ibu yang tak bertanggung jawab dan menelantarkan anak-anakmu, heh?"

"Ya nggaklah!" Ino seketika langsung terduduk. Lalu, bagai dapat membaca pikiran Sasuke, Ino menambahkan, "Masih ada waktu, kok, sebelum anak-anak pulang dari akademi. Masih cukup waktu untuk memasak makan malam." Ino kemudian merentangkan kedua tangannya ke atas.

"Aku juga nggak akan dengan sengaja menelantarkan mereka. Apalagi menelantarkan mereka cuma dengan alasan untuk memuaskan obsesi dan sisi fangirl-ku terhadap suami~!" Ino mengedip jenaka.

Alis Sasuke terangkat. "Kaungomongin apaan, sih?"

Sambil meloncat bangun, Ino berkata, "Ah, bukan apa-apa, kok." Lalu, dipeluknya lengan sang suami.

"Ngomong-ngomong soal obsesi dan sisi fangirl," lanjut Sasuke kemudian, "bukannya kau memang masih mengidolakan suamimu ini?"

"Sayang sekali~!" Ino menjulurkan lidah. "Saat ini aku lebih mengidolakan anak-anak setelah diriku sendiri. Intinya, kau Si Nomor Tiga sekarang. Hahaha."

Menohok! Tapi Sasuke terlalu gengsi untuk terang-terangan memasang wajah terluka.

"Sesukamulah."

Sasuke mungkin lupa bahwa Ino sudah lama bersamanya. Perubahan sekecil apa pun di wajah maupun intonasi suaranya, seolah dapat ditangkap dengan mudah oleh sang istri.

"Aih, cemberut! Marah! Ngambek. Pundung!"

"Berisik, Ino!" ujar Sasuke sambil mendorong kepala Ino menjauh.

"Cuaca lagi cerah begini, jangan dibawa marah-marah, dong, Sayang."

Sasuke tak menjawab. Ino akhirnya hanya menoel-noel pipi Sasuke sementara mereka berjalan pulang.

"Besok, ayo ke sini lagi sama anak-anak?" bujuk Ino sambil tertawa-tawa. "Kita piknik! Makan, main, tiduran …. Mumpung bunga-bunganya juga lagi penuh berkembang!"

Mendengar rencana Ino membuat Sasuke tersenyum simpul. Ide yang bagus!

Mereka pun pulang sambil memikirkan macam-macam rencana untuk piknik dengan anak-anak besok. Pembicaraan yang menyenangkan! Memikirkannya saja sudah membuat hati terasa semakin hangat!

Namun, belum juga hari berganti, Ino harus berlari ke padang bunga untuk kedua kalinya!

Alasannya apa lagi kalau bukan kantung plastik berisi belanjaan yang tertinggal! Dan Ino harus melakukannya dengan cepat sebelum ia diejek lagi (meski cuma main-main) sebagai ibu yang tak bertanggung jawab! Duh!

***SPRING: END***


Hope you enjoy it!

The next chapter will be published a week later.

With love,

Sukie 'Suu' Foxie

Thanks for reading