LOVE SCENARIO


Main Cast :

Park Chanyeol & Byun Baekhyun

Support Cast :

Find By Yourself

Genre : Drama, Little bit of hurt, little bit of crime.

Author : Ranflame

Rated : T

Leght : Chaptered

Disclaimer : Fanfiction ini murni dari pikiran saya, jika ada kesamaan alur cerita bukanlah kesengajaan. Cerita milik saya (Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang), untuk kepentingan cerita karakter pemeran akan berubah sesuai alur.

Warning!

Typo bertebaran dimana – mana.

Boyslove! Do not like? Just leave!

ENJOY MY FANFICTION

Happy Reading ^o^


Angin malam berhembus pelan, menyusup diantara ventilasi kamar yang tertutup. Sedang chanyeol masih berdiri disudut ruang sembari melipat tangannya guna menjaga kehangatan tubuhnya. Larut malam tak mampu meyakinkan pria itu untuk tenang barang semenit pun. Deru nafasnya memburu, mata elangnya kembali melirik jarum jam. Hati kecilnya berulang kali mengutuk, tepat didepannya sosok mungil itu tertidur damai. Dia harus tetap seperti ini, ia bahkan rela menemui malaikat maut lalu merengek meminta nyawanya saja yang ditaruhkan jika ia mampu. Gemeletuk giginya terdengar, rahangnya mengeras.

Dia – Park Chanyeol – adalah pria angkuh dengan harga diri yang terlampau tinggi hingga membuatnya terpaku disana kala orang itu, orang terkutuk yang sialnya ia cintai mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan seorang bajingan macam chanyeol. Dokter mengatakan jika kemungkinan sosok itu akan bangun setelah melewati masa kritisnya. Chanyeol tak sabar, ia ingin menantinya bahkan jika ia tak tidur seperti ini.

"Bangunlah ku mohon."

Seperkian detik kata itu meluncur bebas dari kedua belas bibir kissable seorang park chanyeol, oh ayolah, dimana lagi harus ia sisihkan harga dirinya kali ini.

...

...

...

Baekhyun membuka matanya perlahan, mendapati chanyeol sebagai penyambut hari untuknya. Baekhyun melenguh pelan, sepertinya dia harus meregangkan tulang – tulangnya yang terasa kaku, ia kira ia sudah mati karena menjadikan dirinya tumbal dari baku tembak chanyeol dengan rekan bisnisnya yang berseteru. Senyum baekhyun mengembang, dengan suara yang serak ia bergumam.

"Yeolli? Apa kau baik – baik saja?"

Chanyeol menatap tajam kearah baekhyun jika ini anime maka akan ada siku empat dikepala chanyeol. Kemudian chanyeol berdecih pelan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menolongmu."

"Jangan pernah lakukan itu lagi, berhentilah ikut campur urusanku! Kita bukan siapa – siapa lagi. Sialan!"

"Aku mengerti, bagaimana dengan istrimu chanyeol?"

"Tak usah sok peduli. Mati saja sana!"

Chanyeol pergi, meninggalkan baekhyun dengan segala umpatan. Membanting pintu kasar dan membuat telinga baekhyun berdengung. Baekhyun tersenyum miris, chanyeolnya masih saja tak berubah, tak pandai berbohong. Chanyeol mengamuk untuk menutupi kekhawatirannya, ia tahu, sangat tahu, tidakkah chanyeol itu menggemaskan? Oh tidak, baekhyun pasti memiliki masalah dengan otaknya. Bahkan hanya berselang menit baekhyun kembali merasa sesak dalam dadanya. Menyadari ada yang salah dengan salah satu organnya, serta hatinya yang senantiasa terluka.

"Baekhyun~ah."

Sebuah suara lembut mengalihkan atensi baekhyun, membuatnya menoleh kemudian hangat menelusup dalam relungnya. Baekhyun tersenyum, ia tahu teman – temannya akan datang.

"Baekhyun~ah, berhentilah menjadi orang bodoh, berhentilah berkorban. Kau idiot sialan."

Itu, kyungsoo. Ia memaki baekhyun dengan seluruh air matanya yang menggenang dipelupuk mata. Sedang baekhyun hanya tertawa pelan, sembari mengusak pelan surai kelam milik kyungsoo, baekhyun tahu pasti bagaimana pria bermata boneka itu mengkhawatirkannya.

"Baekhyun~ah, apakah kau baik – baik saja?"

Luhan membuka suara, kemudian ia mengoceh ini dan itu sesekali membuat lelucon yang tidak lucu, namun baekhyun tetap saja tertawa heboh, menyisakan kyungsoo, sehun, dan jongin yang masih normal dengan pelipis yang berkedut.

"Implanmu pecah!"

Oh sial, terkutuklah semua jiwa iblis yang bersarang didalam tubuh Oh Sehun. Ia berbicara dengan dingin tanpa peduli suasana hangat yang luhan ciptakan seketika hancur.

"Aku tahu."

Baekhyun menyahut pelan, dengan senyum simpul di wajah pucatnya. Luhan menghela nafas, izinkan dia membunuh sehun setelah ini.

"Baekhyun hyung, aku tahu kau akan bertahan, bahkan lebih lama daripada aku, kau harus menghadiri pesta pernikahanku bersama kyungsoo, atau menghadiri ulang tahun pertama anak luhan hyung. Kau harus melakukan itu hyung."

Jongin memecah keheningan, berbicara dengan seluruh angannya, ia tak ingin baekhyun pergi secepat ini, mungkin jongin berencana membantu luhan mengubur sehun hidup – hidup karena telah membekukan atmosfer diantara mereka.

Baekhyun tersenyum, ia senang jongin memiliki imajinasi tinggi untuk membuatnya berharap hidupnya akan bertahan lama, walau ia bukanlah orang bodoh yang akan percaya begitu saja. Baekhyun juga seorang dokter, sudah pasti ia sendiri tahu bagaimana keadaan dirinya saat ini.

"Kau benar, aku akan hidup sampai melihat anak – anak kalian lahir, karena aku harus melindungi luhan hyung dari makhluk ini."

Baekhyun bergumam, menatap mereka satu persatu. Namun yang disebut 'makhluk' tidak terima begitu saja. Kau tahu apa yang terjadi? Kamar itu berantakan dengan seluruh bantal dan perlatan tidur yang tergeletak mengenaskan dimana – mana. Akhirnya luhan hanya duduk sembari mengernyit dahinya tak senang, dan jangan lupakan tangannya yang terus menarik telinga baekhyun dan sehun yang membuat mereka mengadu sakit dan berjanji akan damai.

Kyungsoo hanya menggeleng pelan seulas senyum terlukis diwajahnya, kyungsoo tahu ini takkan berlangsung lama, maka ia ingin menikmati momen ini dengan hikmat.

...

...

...

BRAK

Suara bantingan pintu mengusik seluruh penghuni rumah, tetapi siapa yang berani protes jika pelakunya adalah sang tuan rumah? Dengan langkahnya yang angkuh chanyeol memilih sofa berwarna merah tua dengan karpet sewarna dibawahnya untuk bersandar sejenak, mengistirahatkan seluruh dari dirinya yang lelah. Berjaga semalaman sangat menguras tenaga. 'ini sudah benar' batinnya.

Chanyeol memejamkan matanya, merindukan sosok itu, sosok yang chanyeol lindungi dari jauh. Bahkan chanyeol rela memilih jalan yang sangat menyakiti dirinya sendiri, menceraikan baekhyun adalah cara satu – satunya agar si mungil itu terlepas dari kehidupan kelam chanyeol sebagai pimpinan tertinggi mafia yang secara harfiah membuat baekhyun masuk daftar orang yang diincar untuk dijadikan tawanan.

Chanyeol bukannya keberatan menyelamatkan baekhyun berulang kali, hanya saja chanyeol tak tega membayangkan bagaimana baekhyun harus tersiksa sementara dirinya belum datang ketika baekhyun menjadi tawanan musuhnya. Chanyeol teramat sangat mencintai baekhyun, ia bahkan rela menukarkan nyawanya untuk baekhyun jika memang diperlukan.

"Sayang? Apa kau sudah pulang?"

Suara lembut itu membuyarkan lamunan chanyeol, chanyeol mendengus malas kemudian berdiri mensejajarkan dirinya dengan sang empu suara. Seandainya wanita ini bukan salah satu dari kepentingan organisasinya dan menjadi topeng palsu untuk melindungi baekhyun maka chanyeol takkan pernah sudi menikah dengan wanita yang ada dihadapannya sekarang.

"Sejak kau bercinta dan terus mendesah."

Chanyeol menyahut dengan geraman rendah yang kentara, melayangkan tatapan membunuh untuk wanita yang kini berstatus 'istri' chanyeol, walau pernikahan ini hanyalah bentuk perjanjian demi kepentingan bersama. Derap langkah memenuhi ruangan itu, mengalahkan sang sunyi yang sedari menguasai. 'ya tuhan apalagi ini?' umpat chanyeol. Mata elangnya kembali menyorot seorang lelaki yang kini berdiri di antara anak tangga.

"Kau! Aku sudah mengatakan padamu jangan lagi membawa tikus got ke rumahku!"

Dahi chanyeol berkerut dengan pelipisnya yang berkedut, tangannya memijat pelan kepalanya yang terasa pusing dengan tingkah 'istri' palsunya ini.

"Chanyeol~ah, kau sangat kejam padaku, kau bahkan tidak bersedia tidur denganku!"

Satu teriakan berhasil lolos dari belah bibir istrinya, kemudian mendesah frustasi, 'bagaimana ada manusia sekeras dan sedingin chanyeol' pikirnya. Sedikit banyaknya ia telah menyerahkan hatinya untuk chanyeol, walau ia tahu chanyeol menikahi atas nama kepentingan. Persetan dengan perjanjian, ia mulai mencintai chanyeol.

"Hwang Tiffany!"

Chanyeol membalas teriakan itu, menyebut nama lengkap wanita itu untuk menyadarkannya apa yang telah ia perbuat dan membuat chanyeol semakin murka.

"Park Tiffany jika kau lupa."

Tiffany tersenyum meremehkan, menekankan bahwa kini marganya adalah park karena chanyeol adalah suaminya.

"Terserah, mungkin kau lupa bahwa ini adalah rumahku, kau istriku. Aku tidak peduli dengan berapa banyak pria kau berkencan, hanya saja jangan membawa semua selingkuhan mu kerumah ini."

"Kau cemburu?" Sarkas tiffany.

Chanyeol hampir saja tergelak heboh jika tak segera mengingat keagungan posisinya saat ini. Tiffany tampaknya berbakat dengan gurauannya yang terlampau menggelikan untuk chanyeol.

"Kau hanya akan mengotori rumahku. Jika sudah selesai bereskan kamar itu, jika tidak, kau tahu apa yang akan terjadi pada kekasihmu itu."

Chanyeol melengos pergi tanpa membagi perhatian pada tiffany. Chanyeol dapat mendengarnya dengan jelas, tiffany menahan tangisnya. Chanyeol sadar bahwa ia telah melukai wanita itu hanya saja inilah satu – satunya pilihan bagi chanyeol.

Chanyeol berhenti, ia menatap lamat – lamat selingkuhan istrinya yang kini berdiri tepat didepannya. Tangan lelaki itu terkepal kuat, seolah ingin melayang tinju pada chanyeol, chanyeol tertawa remeh lalu kembali berjalan meninggalkan mereka.

Lelaki itu berlari pelan menghampiri tiffany, memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Ia mengucapkan sejuta kata manis yang memabukkan hanya untuk membuat tiffany tenang, namun tiffany tak mampu menahan getar tubuhnya karena tangis yang kian membuncah.

"Aku akan membuatnya menyesal telah melukaimu fany~ah."

"Tidak, kau tidak perlu, ini sudah cukup bagiku nickhun~ah."

Pria bernama nickhun itu tak membalas, ia bertekad akan menghancurkan chanyeol apapun caranya, dan membuat tiffany jatuh cinta padanya.

Chanyeol menutup pintu kamarnya, kemudian menghempas tubuhnya kekasur empuk kesayangannya hingga bunyi decitan terdengar pelan. Chanyeol meraup udara rakus, seolah ia baru saja melakukan olahraga berat.

Kembali pikirannya berlayar kepulau lamunan yang chanyeol senangi. Harusnya sejak awal chanyeol tidak mendekati baekhyun, tidak menyatakan cinta atau bersumpah sehidup semati. Seharusnya chanyeol tahu bagaimana menahan perasaannya daripada membuat baekhyun terluka. Hanya saja cinta yang ia miliki begitu besar hingga membuncah. Itu semua berawal kala mereka masih belia, menginjak kuliah dengan kisah cinta yang klise. Chanyeol kala itu hanya berusaha menikmati kebebasan yang ayahnya berikan padanya, berkat kakak tercintanya. Hingga ia menemukan sebongkah berlian yang dinamakan Byun Baekhyun.

...

...

...

Langit senja mengabu, tampak awan menggumpal menutupi langit. Chanyeol mendesah, ia tak senang dengan cuaca macam ini. Ini adalah hari pertama baginya memasuki universitas, dia harus bersenang – senang bukan? Maka chanyeol tak punya pilihan lain, ia berteduh. Chanyeol merasakan jantungnya yang seolah hendak mengajaknya berlari, detakannya kian menggila, chanyeol merasakan bagaimana duduk diantara kerumunan mahasiswa baru lain, 'ini gila, aku biasanya duduk seperti disinggahsana' batinnya, chanyeol sangat tidak terbiasa. Mereka terlalu banyak omong – menurut chanyeol.

"Jadi chanyeol-sshi darimana kau berasal?"

Chanyeol memutar matanya malas, 'pertanyaan macam apa itu?' gerutunya. Namun sekali lagi, chanyeol harus berbahagia atas kebebasan yang diperjuangkan oleh kakaknya bukan? Chanyeol adalah orang penuh dengan melodrama jika kau mau tahu. Maka chanyeol tersenyum memamerkan giginya yang terawat dan rapi.

"Aku berasal dari joenju."

"Begitukah? Kau bahkan tidak bertanya nama kami, tidakkah itu keterlaluan?"

Chanyeol tersenyum kikuk sembari mengusap lehernya ; malu. Chanyeol ingin membenturkan kepalanya ke dinding kamar saat pulang nanti, bagaimana dia bisa lupa caranya berteman dengan orang pada 'umum'nya?

"Maafkan aku, aku lupa, jadi bagaimana dengan kalian?"

"Perkenalkan aku Kim Jongin, panggil saja aku kai hahaha. Dan ini Oh Sehun."

"Aah, begitu. Salam kenal."

Apa aku lupa memberitahu kalian? jika chanyeol juga terjebak dalan obrolan bersama seorang pemuda tan dengan hidung minimalisnya walau ia tetap tampan, chanyeol akui itu, dan seorang lainnya yang berwajah datar serta kulit pucatnya, chanyeol sempat berpikir bahwa 'sipucat' itu adalah vampire. Baiklah chanyeol kembali berlebihan atas keadaanya.

"Bolehkah aku bergabung dengan kalian?"

Sebuah suara mengiterupsi kegiatan 'mari berkenalan' mereka. Suaranya mengalir melalui udara dengan lembut yang mana mampu menggelitik telinga chanyeol, lalu chanyeol berbalik untuk melihat pemilik suara tersebut. Chanyeol terpaku saat iris onixnya beradu dengan sepasang obsidian lembut orang tersebut. Chanyeol seolah terhisap, iris hazelnya memancarkan kelembutan yang begitu dalam dan indah. Sial sekali chanyeol terperangkap hanya dengan sekali lihat.

"Selamat sore."

Ah, sial. Jantung chanyeol berdenyut nyeri dan berdetak sangat cepat tak beraturan, serta rasa mual yang mengaduk – aduk perutnya. Ugh, bagaimana bisa ia merasakan ribuan kupu – kupu berterbangan didalam perutnya atau hangat yang menjalar dalam dadanya. Walau perasaan asing itu membawa nyaman tersendiri baginya.

"Perkenalkan namaku Byun Baekhyun, aku mahasiswa baru di universitas sungkyunkwan dan aku mengambil jurusan kedokteran."

'Ah, jadi namanya baekhyun' batinnya bersorak. Chanyeol berjanji akan mengukir nama pemuda tersebut dengan indah dalam hatinya. Lalu dengan segenap tenaga yang tersisa chanyeol berdehem, entah mengapa seluruh energi kehidupannya seolah tersedot ketika berhadapan dengan pemuda mungil ini. Disinilah kisah cintanya akan dimulai.

"Baek, duduklah."

Sehun berbicara, sang pangeran es itu mengeluarkan suaranya. Chanyeol menatap sehun dari ujung matanya. Demi apapun, chanyeol bahkan belum berjabat tangan dengan pemuda tersebut atau jika boleh ia ingin berbincang namun seseorang telah mendahuluinya, dia – Oh Sehun – yang hanya berdehem sepanjang obrolan mereka telah mengenal baekhyun. Chanyeol merasa kini hatinya diremukkan oleh sepasang tangan imajiner, begitu memilukan. Sial, ini cinta pertamanya dan dia telah dikalahkan oleh manusia es yang chanyeol ketahui namanya Oh Sehun, sekali lagi OH SEHUN.

"Ah, sehun. Aku tidak melihatmu, kau juga mahasiswa disini? Kau benar – benar mengikuti program percepatan masa pelajar? Kau sungguh jenius sehun. Aku ini dua tahun di atasmu sehun, panggil aku hyung."

Baekhyun tersenyum disusul matanya yang melengkung kebawah dengan indahnya. Siapapun tolong chanyeol, dia bahkan lupa bagaimana cara bernafas yang benar.

"Berhentilah tersenyum dungu seperti itu baekhyun-sshi"

Chanyeol berlagak dingin, setidaknya itu mampu membuat baekhyun menghilangkan senyumannya yang membawa maut bagi chanyeol. Chanyeol harus hidup dengan sehat untuk menjalani hari – hari kedepannya, namun pemuda byun tersebut membuat akal sehat dan jantungnya tak berjalan seiring. Chanyeol harus menghentikan pesona baekhyun demi kesehatannya, iyakan?

"Perkenalkan, aku Park Chanyeol, kita satu universitas dan satu jurusan."

Chanyeol berujar singkat, ia ingin sekali berbicara panjang lebar namun sesuatu mengganjal didalam tenggorokannya.

"Dan aku Kim Jongin, aku juga mengikuti program percepatan masa pelajar, usiaku 15 tahun."

Rahang chanyeol hampir saja jatuh akibat gaya gravitasi yang kian menguat atau kenyataan yang begitu mengejutkan. Mereka benar – benar anak yang berbakat, terlalu muda untuk mengikuti mode pelajaran universitas, pantas saja mereka terlihat 'kekanakan'.

"Salam kenal chanyeol-sshi, dan jongin-sshi."

"Panggil aku Kai, jongin tidak keren sama sekali baekhyun hyung, dan jangan terlalu formal padaku."

"Baiklah kai, kau benar – benar menggemaskan."

Chanyeol semakin terpuruk kala pemuda yang telah ia deklarasikan menjadi pujaan hatinya tersebut memberikan pujian pada kim jongin, pemuda dengan kulit tan. Chanyeol juga ingin muntah saat jongin tersipu dan sehun yang menggoda jongin. Sial, mereka tertawa tanpa mengingat chanyeol yang masih berada disana.

Waktu berlalu, chanyeol masih bersidekap menikmati dingin bersama mereka. Kemudian chanyeol menggulirkan pandangannya pada sehun yang masih setia menatap hujan. Seolah tatapannya dapat menghentikan hujan kala itu. Sehun berbalik memandang chanyeol, lalu berganti pada baekhyun, dan jongin. Tatapan yang telah mengungkapkan betapa muaknya sehun berada disini. Baekhyun menghela nafas panjang, ia juga tak tahan udara dingin disini.

"Sabarlah sehun~ah, sebentar lagi hujannya akan reda."

Sehun mengangguk pelan dengan wajahnya yang menyendu, baekhyun meraih sehun dalam peluknya. Chanyeol mengumpat dalam diam, ia juga hampir mati bosan menanti hujan reda dan udara dingin yang sangat ia benci terus saja menyusup kedalam pakaiannya namun baekhyun tidak memandang kearahnya sama sekali.

"Chanyeol-sshi? Apakah kau baik – baik saja? Wajahmu terlihat pucat, kau bisa memakai syal milikku jika kau mau."

Seandainya tubuhnya seringan kapas maka chanyeol akan terbang, ribuan bunga telah mekar dihatinya. Cukup baginya untuk bermimpi indah nanti malam. Chanyeol menggeleng pelan seraya menunduk malu, pipinya terasa panas hingga ke telinga.

"Apa kau yakin?"

"Aku yakin."

Chanyeol mengangkat perlahan kepalanya, mendapati senyum manis yang tercetak jelas di bibir byun baekhyun dan jangan lupa lengkungan mata bak bulan sabit khasnya yang indah. Dan senyuman itu mengakhiri hari pertama chanyeol memasuki universitas dengan penuh kebahagiaan dan juga senyum itu akan menjadi penghantar tidur bagi chanyeol.

...

...

...

Sinar mentari mengintip malu diantara celah tirai jendela, sementara pemilik ruangan tersebut masih nyaman bergelung dibalik selimut tebalnya, enggan menyambut hari atau apalah istilahnya. Membayangkan dirinya terus bersama belahan jiwanya, bahkan membiarkan khayalan itu menjadi liar dan menggila. Nama baekhyun tetap terselip dalam deru nafasnya.

"Chanyeol~ah."

Sang pemilik nama enggan menyahut, ia hapal betul bagaimana setiap pagi istri 'palsu' nya akan mampir kekamarnya untuk meminta chanyeol melakukan sarapan bersama atau sekedar berbasa – basi. Chanyeol memang memilih kamar yang terpisah dengan sang istri, karena itulah tiffany harus repot – repot mengetuk kamar chanyeol jika ingin memasuki kamar tersebut. Tetapi sedikit berbeda untuk kali ini, karena tiffany datang tergesa bahkan tak sabaran menunggu sahutan chanyeol, ia terus memanggil chanyeol dengan desakan.

"Chanyeol~ah! Daehyun datang ke rumah kita!"

Kesadaran chanyeol terbangkitkan seutuhnya. Dengan seluruh kilatan imajiner yang berada disekelilingnya, ia menghampiri sang perusak paginya – Jung Daehyun –.

"Wah wah wah, apa yang sedang kau lakukan disini? Apakah kau sedang mengemis? Maaf aku tidak sedermawan seperti yang kau bayangkan." Ujar chanyeol sarkastis.

Daehyun tersenyum miring, menyorot chanyeol dengan tatapan dinginnya kemudian meletakkan berbagai kertas dokumen yang sedari ia pegang diatas meja kaca yang berada diantara mereka.

"Aku datang hanya untuk memberitahumu tentang-"

"Jika itu tentang baekhyun, enyahlah kau!"

Chanyeol dengan cepat memotong ucapan daehyun. Dirinya dan daehyun tak memiliki masa lalu yang baik, mereka saling memperebutkan baekhyun.

"Aku bahkan belum menyelesaikan ucapanku, chanyeol."

Daehyun menghela nafas kasar 'benar – benar chanyeol sekali, tidak pernah berubah.' Umpatnya dalam diam.

"Ini tentang tiffany, hwang tiffany. Ayahmu memerintahkan padaku untuk membawa surat perceraian ini pada kalian."

"Apa maksudmu?!"

"Tenanglah chanyeol, izinkan aku menyelesaikan semua ucapanku, aku kemari untuk menjalankan perintah bukan untuk menantangmu berduel nyawa." Daehyun menghela, kemudian berlanjut untuk berbicara.

"Kekasih tiffany atau kita panggil saja namanya nickhun. Ia telah membajak server organisasi pihak kami. Ia juga telah meretas banyak informasi penting tentang blank (nama mafia) hingga merusak sistem keorganisasian. Kami akan bangkrut jika tidak segera membuat perjanjian, segala hubungan pihak kami di putus secara sepihak dan Blank terancam musnah..

"..Ini bukanlah peretasan kelas rendah, yang seperti ini harus dipersiapkan selama setahun penuh dan juga setelah di periksa koneksinya berasal dari CIA. Nickhun memiliki banyak teman disana, seperti Ok Taecyeon, dan Jang Wooyoung. Mereka merupakan orang asia yang berperan penting dalam CIA sehingga tidak mudah melakukan serangan balik. Lalu nickhun juga memiliki komplotan bersama Jun.K, Chansung, dan Junhoo. Mereka semua menjadi 6 orang, dan mereka benar – benar mengacaukan organisasi kami..

"..Mr. Hwang sangat marah, namun kau tahu apa yang dia minta? Ia hanya meminta tiffany diceraikan oleh park chanyeol. Jadi Mr Hwang mengutusku kemari untuk menyelamatkan organisasi Blank."

Chanyeol mengepalkan tangannya kuat, seolah ingin meremukkan siapa saja yang kini membangkitkan seluruh emosinya.

"Aku berpikir selama ini kau hanya bermain – main dengan banyak pria, tetapi lihatlah? Kau bercinta dengan satu orang pria yang kini sangat mencintaimu, bahkan rela melakukan hal ini tiffany. Kenapa aku tak pernah sadar jika dia orang yang sama ketika aku menemukan kalian sedang bercinta." Ucap chanyeol dengan nada rendah serta aura hitam yang menguar hebat dari dirinya.

Tiffany berjengit ngeri. Chanyeol benar – benar membuatnya takut. Daehyun yang menyadari situasinya akan memburuk segera membuka suara guna memperbaiki keadaan.

"Jika kau berharap aku akan menceraikanmu, itu tidak akan terjadi hwang tiffany."

Daehyun menggeleng seraya meremas anak rambutnya, ia lupa bahwa chanyeol adalah orang yang keras kepala melebihi batu karang dilautan.

"Jun.K adalah rekan satu komplotan dengan nickhun, ia mencari informasi tentang dirimu chanyeol, dan ia juga mengancam untuk melakukan hal yang sama dengan organisasimu. Black angel juga akan ia hancurkan seperti Blank. Ayahmu sedang tidak sadarkan diri karena kecelakaan yang dibuat oleh Jun.K. Pernikahan kalian memang untuk menyatukan dua organisasi berpengaruh di Korea, untuk menciptakan kerajaan bawah tanah yang kokoh, namun sepertinya sang putri mahkota telah salah mengambil langkah."

Daehyun melirik tiffany sekilas, ia tahu wanita tersebut masih diambang rasa keterkejutannya. Sedang tiffany masih menunduk dalam, ia tak memiliki secuil keberanian untuk menatap wajah chanyeol yang sedang berang padanya.

"Kau bahkan tidak mencintaiku chanyeol. Kau tidak pernah memperlakukanku selayaknya seorang istri." Cicit tiffany.

"Aku tidak mencintaimu, namun percayalah aku tidak bermaksud menyakitimu tiffany noona, aku hanya ingin menjagamu, aku tidak akan menyentuhmu atas dasar nafsu tiffany noona."

"Kau sangat egois chanyeol." Daehyun memberikan alasan yang paling masuk akal baginya agar chanyeol paham akan situasi yang sangat rumit ini.

"Aku selalu membiarkan apapun yang kau suka. Aku selalu melindungimu. Aku bahkan tidak mengeluh dengan ocehan orang lain yang terus mengatakan istriku berselingkuh. Aku berpikir itu adalah hakmu, ini hanya sebuah pernikahan yang didasari perjanjian tanpa kasih sayang didalamnya. Sekarang? Bolehkah aku merasa dikhianati? Bagaimana dengan pernjanjiannya?"

Chanyeol terus berbicara mengabaikan fakta bahwa daehyun tengah dilanda frustasi karena dirinya. Ia memelas, ia tak bisa menceraikan tiffany begini saja. Jika ia menceraikan tiffany maka semua musuhnya akan kembali mengorek masa lalunya, mencari orang terpenting dalam hidup chanyeol yaitu baekhyun.

Chanyeol tak ingin baekhyunnya terluka. Bercerai dengan tiffany sama saja dengan membuka rahasia yang telah ia jaga dengan apik, memberitahukan pada semua orang bahwa selama ini pernikahannya dengan tiffany adalah kepalsuan dan baekhyun kembali terancam keselamatannya. Chanyeol bahkan sangat takut hanya dengan membayangkannya.

"Chanyeol! Ayahmu! Demi tuhan ayahmu sedang dalam bahaya pikirkanlah ayahmu!"

Daehyun mengerang frustasi, sedang chanyeol tersadarkan. Chanyeol terpaku, kembali memandang tiffany yang menunduk menahan tangisnya. Chanyeol menyadari satu hal, ia telah melukai banyak orang. Maka chanyeol berdiri, menghampiri tiffany dan mengusap air matanya.

"Jangan menangis, maafkan aku. Jika kau ingin kita bercerai, maka kau akan mendapatkan perceraiannya." Bisik chanyeol.

Hati tiffany seolah mencelos keluar, ia merasakan pelukan chanyeol yang begitu nyaman. Kenapa ia tak pernah tahu bahwa suaminya memiliki pelukan sehangat ini.

"Maafkan aku chanyeol."

Tiffany tak ingin berpisah, jika boleh ia ingin bersikap egois dan menahan chanyeol tetap berada disisinya namun kenyataan lebih mengerikan daripada ketakutan tiffany selama ini. Ia akan berpisah dengan chanyeol.

"Tolong, berhentilah menangis. Aku mohon tiffany jangan menangis. Sekarang pergilah kemasi pakaianmu, dan barang - barangmu akan aku antar melalui jasa pindah rumah. Maaf aku tidak bisa ikut mengantarmu. Tiffany~ah terima kasih untuk selama ini. Sampaikan salamku pada ayahmu, Mr. Hwang Siwon. Katakan padanya bahwa ia memiliki putri yang luar biasa kuatnnya dan indah."

Sekali lagi, chanyeol teramat sangat pandai membuat hati tiffany tertohok bak tertimpa batu meteor, sangat sesak dan memilukan. Dengan berat langkahnya tiffany mengangguk perlahan dan memilihmengikuti perintah chanyeol.

"Chanyeol? Apakah kau tahu tentang baekhyun?"

Daehyun berbicara, mencoba mengalihkan chanyeol dari kemurkaannya. Sungguh ruangan ini sangat panas dan gerah. Dan lihat? Chanyeol begitu mudahnya terbawa akan pertanyaannya.

"Tentu." Sahut chanyeol pelan.

"Juga tentang implan di jantungnya yang rusak? Ia tak punya banyak waktu, bukankah begitu chanyeol?"

Air muka chanyeol semakin mengeruh dan daehyun menyadari bahwa chanyeol tidak tahu menahu tentang implan baekhyun yang rusak akibat timah panas yang melesak masuk menembus jaringan kulit pemuda mungil tersebut dan bersarang disalah satu implan yang menopang kehidupan baekhyun selama ini.

"Apa maksudmu?"

"Dokter Oh. Tidak memberitahukannya padamu? Peluru musuhmu menembus implan yang dipasang di jantung baekhyun. Implan itu dipasang untuk menopang jantungnya yang setengah rusak karena setahun yang silam ia juga menjadi perisaimu dan mendapati tusukan tepat dijantungnya. Entah harus bahagia atau sedih, kecanggihan teknologi menciptakan penopang untuk jantungnya dan kini penopang itu rusak. Memperbaikinya ulang itu tidak mungkin."

Daehyun menjelaskan, sedang chanyeol hancur. Chanyeol benar – benar kehilangan kewarasannya, meninggalkan daehyun yang terus meneriakkan namanya. Chanyeol merasakannya, seolah dewa zeus menurunkan halilintar terus menerus pada dirinya. Sangat menyakitkan. Chanyeol tak pernah menyadari akan hal itu, baekhyunnya sedang terluka parah. Entah kepada siapa kecewa yang menohok hatinya kini ia lemparkan, ia benar – benar telah gagal menjaga baekhyunnya.

...

...

...

To Be Continued(?)

...

...

...


Tinggalkan jejak 'membaca' jika berkenan.

Salam hangat penuh cinta dari saya untuk para pembaca yang telah menyempatkan waktu untuk membaca Fanfiction Love Scenario.

[MENERIMA KRITIK DAN SARAN]

[AYO BERTEMAN^^]

Garis "00"