Omega's Alpha

Bagian Lima

(Banyak adegan, awas.)


Satu minggu hampir selesai. Mungkin malam ini, heat omega itu akan berakhir. Chanyeol membenahi dirinya sendiri di kamar mandi sebelum keluar dengan tetesan air yang masih turun melalui anak rambut.

Omega itu terbaring disana, dadanya penuh dengan bekas gigitan yang alpha itu torehkan serta banyak sekali ceceran sperma di sekitarnya. Mereka baru selesai dengan sesi dua beberapa menit lalu, menyisakan omega mungilnya yang manis tertidur kelelahan dengan nafas terputus-putus. Tubuh kecilnya yang telanjang terekspos dan ia dapat merasakan gairahnya sedikit membuatnya pusing—sial.

Chanyeol menggelengkan kepala, menahan dirinya sebaik mungkin sebelum ia mengambil sebuah handuk dengan baskom berisi air hangat yang sedari tadi ia siapkan. Alpha itu duduk di samping sang omega sementara tangannya bekerja cekatan untuk membasuh tubuh yang lebih mungil, memastikan tidak ada lagi noda apapun yang tersisa. Tanpa sengaja, ia melihat kembali lambang yang berada di tengkuk Baekhyun, Phoenix yang cantik. Lambang itu berpendar pelan, menandakan bahwa si omega sedang berada di dekat alphanya.

Ia belum menandai Omeganya.

Chanyeol tertegun sebentar, kembali melanjutkan gerakannya yang sempat tertunda. Ia meletakkan semua perlengkapannya kembali dan membaringkan tubuhnya di samping omega itu, memutuskan untuk kembali tidur setelah ia menarik lelaki kecil itu agar masuk ke pelukannya. Baekhyun melenguh pelan, sedikit terganggu tetapi dengan cepat menyamankan diri begitu ia mengenal dengan jelas aroma yang kini melingkupi penciumannya.

Bagaimana dengan selanjutnya? Chanyeol mengeratkan genggamannya ada punggung si omega. Apakah mereka akan bahagia? Bisakah mereka bahagia?

"Eungh—Chanyeollie?"

Chanyeol tersentak sedikit, menatap pada omega yang tiba-tiba telah terbangun. Wajah manis itu sedikit memerah, maniknya tidak lagi fokus sedang bibir ranumnya terbuka dan mengeluarkan lenguhan panjang.

Chanyeol menelan ludahnya gugup ketika suatu cairan membasahi bagian bawah mereka yang bersentuhan. Ia tahu jelas bahwa itu adalah cairan lubrikan alami milik sang omega, yang mana membuat aroma vanila bercampur manis musim semi itu memenuhi ruangan.

Heat itu datang lagi.

"Uhh—Panas—hh.. Ahh.." Omega itu mulai menyentuh dirinya sendiri. Memilin putingnya yang merekah akibat bekas gigitan Chanyeol beberapa saat lalu dan memainkan genitalnya dengan acak. Maniknya yang berkabut itu menatap Chanyeol dengan sayu, memohon, "Se—Ahh, Sentuh—hh.. Aku—Ahh!"

Chanyeol tidak dapat menolak. Ia perlahan merubah posisi mereka hingga Baekhyun tertidur telentang di bawahnya dengan ia yang menindih di atas—menyatukan kejantanan mereka. Baekhyun mendesah lebih keras ketika Chanyeol merendahkan tubuhnya untuk memagut bibirnya sembari jarinya bermain-main di areolanya. Seakan mempermainkan tubuhnya.

"C—Chanyeollie! Ahh!" Baekhyun menjerit ketika pagutan itu diturunkan pada lehernya. Dengan sengaja, dominan itu memberikan gigitan-gigitan kecil di sepanjang sisi lehernya dan mengecup singkat jakunnya yang tidak terlihat. Membiarkan si omega terpekur oleh kenikmatan. Ketika ia dapat merasakan kejantanannya semakin tegang dan keras, Alpha itu menggeram singkat dan kemudian memasukkannya dalam satu kali entak.

"Ahh—Chanyeol—hh!"

Baekhyun terlonjak, maniknya bergulir ke belakang hingga hanya putih yang terlihat—nikmat sekali. Kejantanan milik sang Alpha menumbuk keras pada prostatnya dan membuat bagian itu bengkak berkali-kali. Chanyeol ikut menggeram, merasakan kenikmatan dari lubang si mungil yang menghisap miliknya tanpa ampun, "Ahh—"

Chanyeol mencengkeram kedua sisi pinggul si omega dan mulai menggerakkan kejantanannya dengan sedikit kasar dan keras. Membuat si omega kewalahan dengan erangannya sendiri. Baekhyun tersentak-sentak, tubuhnya bergerak ke atas dan ke bawah sesuai dengan dorongan Chanyeol di dalam dirinya dan ketika Chanyeol memajukan pinggulnya lebih keras, ia sampai pada kenikmatannya yang pertama.

"Ahh!" Spermanya memenuhi dadanya sendiri.

Chanyeol menyeringai, "Kau sepertinya sangat menyukai ini, bukan?"

Baekhyun tersipu malu, tidak berusaha untuk mengelak ketika bahkan ia kembali merasakan lubangnya yang lapar memproduksi lebih banyak cairan untuk menyiapkan knot alphanya. Biarpun Chanyeol tidak pernah memberikan knot pada dirinya. Baekhyun memejamkan mata dan memulai lagi desahannya yang mengalun seperti lagu erotis, membuat Chanyeol kehilangan akal, "Shit—ahh, Baekhyun!"

Chanyeol bergerak lebih cepat. Tidak membiarkan Baekhyun mengambil nafas sedikit pun. Sentakannya pun dibuat semakin akurat dan dalam menumbuk pada titik manisnya, menghilangkan kesadaran.

"Ahh! Ahh! Ahh! Ahh—" Baekhyun terlonjak, "Lebih—hh, Chanyeollie! Setubuhi aku—hh, Ahh, Buat aku menjadi—uhh, milikmu!"

Manik sang alpha menggelap, ia melipat kedua kaki milik Baekhyun ke dada sehingga kejantanannya dapat masuk lebih dalam dan kembali melanjutkan gerakannya.

"Ahh—Jangan—hh, Berhenti—hh! Ahhn—Aku sampai—ahh!" Cairannya keluar lagi. Sebagian bahkan mengenai sedikit bagian dari pipi alphanya. Baekhyun merona malu saat Chanyeol menggodanya dengan mengambil cairan di pipinya dan kemudian menjilatnya sensual. Gerakan kejantanan sang alpha yang keras dan panas itu belum selesai. Baekhyun mengangga dalam kepuasan ketika Chanyeol tidak sekalipun melambatkan laju pinggulnya.

"Kau benar-benar menakjubkan, Baekhyun." Ucap alpha itu parau, sarat akan gairah. Maniknya yang gelap ikut berkabut, hilang akal saat sang omega malah mendesah keras-keras, "Aku—ahh, bisa menidurimu sampai pagi kembali datang, Ohh—sial."

Baekhyun tidak lagi memikirkan apa yang dikatakan alpha itu. Hanya ketika penis yang keras seperti balok kayu itu menyentuh bagian-bagian dari rektumnya yang sebelumnya tidak tersentuh, ia menjerit setengah sinting dalam kenikmatan.

Chanyeol mempercepat lagi pinggulnya, merasakan bahwa ia sangat dekat dengan puncaknya. Hingga ia merasakan kenikmatan itu, Chanyeol segera menarik kejantanannya yang sudah sangat merah, keras, dan begitu panas keluar. Membiarkan benda itu mengacung tegak melawan gravitasi. Chanyeol melingkupi kejantanannya dengan jemarinya yang besar dan kasar, mengocoknya kuat sembari terus mendesah acak. Baekhyun, menatapnya dari bawah dengan wajahnya yang sayu, nyaris hilang kesadaran jika saja bukan karena kekosongan yang tiba-tiba terdapat di lubangnya.

"Ohh.. Ahh, sial, Baekhyun. Kau begitu—ahh, nikmat!" Chanyeol mengumpat, terus mengocok kejantanannya di tangannya sendiri dengan satu tangan yang tetap menumpu tubuhnya agar tidak menimpa yang lebih kecil. Penisnya yang merah itu ia arahkan kepada wajah sang omega ketika puncak itu ia capai, mengeluarkan cairannya sebanyak tujuh kali tembakan yang semuanya mengenai wajah si omega.

"Fuck, fuck—ahh." Chanyeol mendesah puas, kepalanya terdongak ke atas ketika cairan yang tersisa masih menetes dengan erotis di cover bed. Kemudian, ia menarik tubuhnya untuk terbaring di samping sang omega. Mereka terengah-engah, bunyi nafas beradu dan saling bertabrakan dengan begitu keras. Baekhyun tidak dapat menahan maniknya agar terbuka, ia akhirnya tidur begitu saja. Chanyeol yang menatapnya sedikit terkekeh, tapi tertahan karena ia terkejut melihat wajah sang omega yang berantakan akibat pelepasannya tadi. Ia meraih handuk yang tergeletak di nakas dan mulai membasuh wajah sang omega yang penuh dengan cairannya sendiri.

Sesi ketiga untuk hari ini, Chanyeol menghela nafasnya dalam kepuasan begitu wajah manis si omega sudah tidak dikotori apapun. Walaupun sebenarnya, ia amat menyukai bagaimana paras itu terlihat begitu menggairahkan ketika penuh dengan sperma miliknya. Kemudian alpha itu berdiri. Memakai pakaian apapun yang dilihatnya di lemari, sebelum berjalan keluar kamar mereka dengan sedikit senyuman di bibirnya.


...


"Apa kau mau kuberitahu suatu rahasia, sayang?" Ibunya yang baik hati mengelus satu persatu helai rambutnya selagi mereka menyaksikan Kris yang sedang menguliti sapi san beberapa rusa sebagai makan malam mereka.

"Apa itu?" Baekhyun menatapnya penasaran, "Katakan padaku! Katakan padaku!"

"Baiklah, baik." Paras ayu itu terkekeh menatap putra omeganya yang begitu energik. Mewarisi sifat sang ayah.

"Suatu hari nanti, orang yang akan menjadikanmu mate-nya adalah orang yang paling menginginkan—"

Baekhyun tersentak begitu ia membuka mata.

Ia merasakan dadanya berdegup dengan lencang sebelum rasa membakar di bagian selatan tubuhnya mencuri seluruh atensinya. Ia kemudian dapat merasakan tubuhnya mati rasa, nyaris seakan-akan ia tidak lagi memiliki pinggul. Pelan, ia mencoba untuk terduduk di atas kasurnya tapi gagal. Ia kembali terjatuh, tergelincir akibat rasa sakit yang menyengat. Air matanya sedikit menggenang akibat rasa sakit yang menyiksa ketika ia mencoba untuk—bahkan sedikit saja, menggerakkan tulang ekor dan pinggangnya. Putus asa oleh rasa sakit, Baekhyun memutuskan untuk memanggil alpha itu agar ia dapat membantunya keluar dari kasurnya sendiri, yang mana seruannya malah terdengar seperti rengekan anak kecil yang kehilangan ibu ;

"Chanyeol!"

Satu detik, dua detik. Baekhyun menunggu dibalik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang kini serupa karya seni kontemporer. Ia menatap lama pada pintu, menunggu lelaki yang dipanggilnya untuk muncul, namun tidak melihat apapun. Baekhyun hampir menangis putus asa sebelum Chanyeol secara tiba-tiba muncul dengan nampan penuh makanan lengkap dengan senyuman manis di bibirnya, "Pagi, manis."

Baekhyun tidak tahu ia harus tersinggung atau tersipu. Yang ia lakukan akhirnya hanyalah menggeser sedikit tubuhnya—yang tentu saja, membuatnya meringis keras, supaya alpha itu bisa mendudukkan diri juga ke sana. Chanyeol mengelus surai itu beberapa saat sebelum berujar menyesal, "Kau tahu, aku minta maaf karena menyetubuhimu semalam dan tadi pagi."

Mendengarnya, omega kecil itu merona. Ia menggeleng pelan membantah pernyataan lelaki itu ; "Tidak apa. Lagi pula aku juga yang meminta.."

Chanyeol terkekeh pelan mengingat bagaimana semalam Baekhyun benar-benar tidak melepaskan dirinya sedikit pun. Kekehan itu membuat si omega terjebak dalam suasana yang canggung sebelum akhirnya alpha itu menyentuh punggungnya yang masih tertutup selimut.

"Aku tahu pasti rasanya sangat sakit," Si alpha memulai mengelus garis punggung lelaki mungil itu hingga ke tulang ekornya dan mengulanginya terus-terusan, "Aku sudah membeli beerapa obat penghilang rasa sakit. Setelah sarapan, aku akan membantumu mandi dan kau harus meminum dua tablet, lalu tidur. Oke? Aku tidak suka jika kau kesakitan seharian."

Baekhyun mengerjap sekali dua kali, memutuskan untuk bertanya alih-alih mengangguk, "Apakah Chanyeollie akan bekerja nanti sore?"

"Ya, kurasa."

Keheningan menelan selama beberapa saat sebelum Chanyeol berkata kembali, "Tapi kalau kau merasa belum begitu baik.. Aku bisa menemanimu lebih lama."

Senyum si omega kembali dengan begitu mudah, "Benarkah? T—Tapi bagaimana dengan bosmu?"

"Yah, kau tahu, kurasa aku sudah banyak mengambil jatah memanggung di luar jadwal tahun lalu. Kupikir membolos satu hari tidak masalah."

Baekhyun membulatkan matanya, terkejut, "Apa? Tapi itu perbuatan yang tidak baik!"

Chanyeol terkekeh, mencubit hidung yang lebih kecil dengan gemas, "Aku juga pernah membuatmu membolos dari pekerjaanmu di Cafe, ingat?"

Baekhyun memikirkannya sebentar sebelum tersenyum jenaka, "Kau benar."

Si alpha mengikuti tawa omega itu, menyandarkan tubuhnya untuk lebih mendekat pada si omega dan mendaratkan satu kecupan di kening ; "Kita impas."

"Kau berharga untukku."


...


Luhan berdecak kesal begitu panggilannya pada ponsel Chanyeol beralih masuk pada kotak suara. Apa yang terjadi? Ini bahkan sudah waktunya tampil dan alpha itu tidak ditemukan dimana pun. Omega itu mengigit bibirnya, khawatir. Apa mungkin sesuatu antara Baekhyun dan Chanyeol terjadi semalam? Apakah mereka bertengkar dan Chanyeol memutuskan untuk melarikan diri dari omega masa kecilnya?

Ia nyaris hilang akal, apalagi ketika pemilik bar hanya melambaikan tangan—menyuruhnya untuk bersenang-senang dengan pelanggannya sebelum kembali berpaling pada para jalang yang berkerumun di sekelilingnya. Ck, orang itu. Padahal ia baru saja menjadi ayah.

Omega itu memutuskan untuk pergi ke lantai atas klub. Dimana ia dapat menemui pelanggan sekaligus penggemar setia dari tubuhnya di sana. Begitu kaki jenjangnya yang hanya terbalut sebuah hotpants bermerek telah menapak pada lantai penuh orang-orang yang bercumbuan ganas itu, ia membeku di tempatnya ketika melihat sesuatu.

Sebuah iris abu-abu.

Mereka bersitatap selama beberapa detik, walaupun Luhan berharap ia dapat tenggelam dalam manik itu selamanya. Ketika langkah kakinya yang kurang ajar membawanya untuk mendekat pada seorang itu—yang ia yakini sebagai seorang alpha, pemuda itu justru mendekatinya terlebih dulu. Raut wajahnya yang tegas penuh dengan rasa khawatir dapat Luhan tangkap jelas biarpun seluruh sudut klub adalah remang.

"Apa kau mengenal Chanyeol?!"

Suara itu mengalun berat dan tegas, tanpa keraguan. Seakan mereka tidak pernah ditakdirkan untuk mengenal satu sama lain. Luhan tidak dapat menahan dirinya untuk termangu di tempatnya, terpesona biarpun ia tahu alpha yang berada di hadapannya ini bukanlah dia.

Tapi omega itu tetap berakhir merindukannya.

"Apa kau mengenal Chanyeol?! Chanyeol Park," Ia mendesak, mengulangi pertanyaannya dengan putus asa. Melihat omega di hadapannya masih diam tanpa suara sedikit pun, si alpha yang putus asa mengguncang pelan bahunya ; "Hei, kau mendengarku?"

Luhan tersentak, kembali ke dunianya. Ah, benar. Lelaki ini menanyakan Park Chanyeol, mengapa? Ia mengangguk kaku, berusaha melarikan tatapannya dari alpha yang kini mendesah lega, "Syukurlah. Apa kau tahu alamat tempat tinggal Chanyeol? Aku membutuhkannya."

Luhan mengerjap, tidak sengaja menghirup aroma yang menguar dari lelaki itu. Beraroma seperti laut di musim semi, jelas bukan aroma yang lazim di teritori yang dingin seperti ini. Luhan patah-patah mengangguk, kali kedua. Ia menggenggam pulpen yang lelaki itu sodorkan padanya dengan gemetar, pelan sekali, menuliskan alamat apartemen tempat alpha itu tinggal selama ini.

Sembari matanya mencuri pandang pada iris abu-abu di hadapannya.

Tidak salah lagi, persis sama. Ini adalah dia, kekasih yang selalu dia rindukan biarpun tidak dalam paras yang sama lagi.

Begitu noda tinta melebar di kertas ketika titik berhasil ia tuliskan dengan amat, sangat, berat hati mengembalikan pulpen dan kertas itu kepada pemiliknya.

"Terima kasih banyak," Alpha itu membungkuk sedikit, terburu-buru untuk pergi dari sana tetapi Luhan berhasil mencegah langkahnya. Alpha itu terkejut oleh sentuhan yang tiba-tiba, membalikkan tubuh dan menemukan omega baik hati itu menatapnya dengan tatapan kerinduan yang tidak dapat lagi ia sembunyikan. Pelan, omega itu berbisik, hampir tertelan oleh bising kerumunan ;

"Siapa.. Siapa namamu?"

Alpha itu mengerutkan kening, "Namaku?"

Luhan mengangguk berkali-kali, dihadiahi tatapan bingung dari iris abu di hadapannya. Kemudian, alpha itu tersenyum tipis, menjawab pertanyaannya dengan suaranya yang dalam lagi.

"Aku Oh Sehun." Sehun berkata, tanpa keraguan.

Sehun. Luhan mengucapkan nama itu berulang-ulang di pikirannya hingga rasanya kepalanya pening akibat banyaknya pertanyaan yang ia ingin lontarkan. Apakah.. Apakah lelaki itu masih mengingatnya? Apakah lelaki itu adalah lelaki yang sama dengan alpha yang selalu ia rindukan?

Tapi pertanyaan yang kemudian keluar jelas berbeda dengan pikirnya ;

"Apakah kau ingin menjadi mate-ku?"

Mereka berdua terkejut, kemudian hening.


...


Baekhyun menghabiskan satu piring penuh berisi nasi dengan ayam saus pedas dengan beringas. Hari sudah semakin gelap, ia bahkan dapat melihat bulan muncul di jendela apartemen alpha itu. Chanyeol, yang menatapnya dari ujung meja, terkekeh melihatnya. Sedikit terhibur dengan raut wajah sang omega yang menunjukkan kepuasan. Ia melirik pada Chanyeol ketika mendengar sebuah suara tawa, maniknya menyiratkan pertanyaan ; "Ada apa?"

"Tidak ada, habiskan makananmu."

Baekhyun tidak menolak, ia mengambil potongan ayamnya yang kedua dan mulai menggigitnya dengan kecil di beberapa bagian. Alpha itu menopang dagu di meja, tidak bergabung dalam makan malam mereka setelah menyadari lelaki mungil itu sepertinya kelaparan setelah fase heat yang menyiksanya. Ia menyodorkan kembali satu paket ayam itu ke depan omeganya, menyuruhnya tanpa suara untuk menghabiskannya jika ia begitu menyukainya.

"Chanyeollie tidak makan?" Baekhyun menatapnya dengan kejapan polos, membuat Chanyeol tertawa, "Aku sudah kenyang, Baek. Habiskan saja."—lengkap dengan satu elusan sayang di surainya. Baekhyun mengangguk-angguk, tampak begitu senang hati melaksanakan perintah alpha itu.

"Aku baru tahu kau suka sekali dengan ayam," Chanyeol akhirnya berkata, tatapannya tidak beralih dari pipi menggembung milik si manis.

Baekhyun kembali mengangguk sebagai jawaban, "Ayah suka memasakkan ini di rumah."

Chanyeol tersenyum simpul, "Bagaimana kabar teritori setelah aku pergi?"

Jemari lentik itu berhenti mengambil potongan ayam, menatap Chanyeol sebentar sebelum lirih menjawab, "Semua baik. Kecuali aku."

"Maaf." Alpha itu memandangnya, sedikit bersalah, "Apa kau pernah bertemu keluargaku setelah aku pergi?"

Baekhyun menggeleng, "Aku bahkan tidak bisa menemukan mereka dimana pun. Sepertinya mereka sibuk sekali, ya?"

Alpha itu tersenyum paksa, "Itu bagus jika mereka tidak pernah menemuimu. Jangan pernah, oke?"

"Oke." Si omega mengacungkan jempol. Lagi pula ia tidak begitu menyukai keluarga alpha murni itu. Tatapan intimidasi yang siap menyerangnya apabila ia melakukan kesalahan.. Baekhyun tidak ingin ditatap seperti itu lagi. Jika bisa, selamanya.

"Apa.." Si alpha memulai dengan ragu-ragu, "Apa setelah ini kau mau ikut aku ke pemandian?"

Baekhyun menelan makanannya dengan cepat, tanpa berpikir dua kali lagi ia mengangguk antusias, "Ayo!"


...


Chanyeol mengeratkan genggamannya pada jemari yang lebih mungil setiap kali ia mulai berjalan dengan limbung. Alpha itu menatap si omega dengan khawatir, biarpun dibalas dengan anggukan kecil dan bisikan ; "Aku baik!"

"Apa kau yakin?" Itu pertanyaan yang sama untuk ke tujuh kalinya.

Baekhyun mengangguk cepat, "Yakin sekali. Lagi pula pemandian itu tidak terlalu jauh, bukan?"

"Tetap saja," Chanyeol bahkan tidak mengerti mengapa ia begitu khawatir. Begitu menyesal. Ia akhirnya menatap lagi pada si omega, menunduk untuk mengecup hidung yang lebih mungil. Membuatnya terkejut, "A—Apa—"

"Hidungmu memerah. Sepertinya kau kedinginan." Chanyeol bersiul pelan, "Walaupun kau juga manis jika memerah begitu."

Telinga si omega berubah seperti warna kepiting yang direbus, "J—Jangan menggodaku."

"Kenapa tidak?" Alpha itu menyeringai, "Kau tidak terlihat begitu keberatan."

"Aku keberatan!" Baekhyun mendengus, mengentakkan kakinya dan berusaha berjalan lebih cepat sebelum kemudian menyadari bahwa bagian bawahnya masih sedikit sakit—rasa menyengat itu sampai ke tulangnya dan dia merasakan tubuhnya akan terjatuh ke depan. Kepada tumpukan salju dihadapan, tetapi ia salah. Alih-alih dinginnya salju di awal Januari, ia malah mendapati sebuah lengan kokoh melingkari pinggang dan perutnya. Mencegahnya terjatuh.

"Hati-hati," Bisik alpha itu rendah di telinganya, "Jangan melukai dirimu sendiri."

Omega itu tertegun, berdehem pelan dan kembali berdiri tegak. Tapi si alpha belum melepaskan tangannya dari pinggangnya, sehingga Baekhyun menatapnya sedikit bingung.

"Aku akan membantumu berjalan," Jelas alphanya dengan tenang, "Aku tidak butuh melihatmu terjatuh."

Rasa hangat itu menjalar di sekujur tubuhnya. Omega dalam jiwanya melolong bahagia. Apakah, apakah alpha itu sudah bersedia untuk menerimanya sebagai omeganya? Apakah alpha itu sekarang akan mulai berlaku manis selayaknya pasangan kepada kekasihnya?

Apakah mereka akan bahagia?

Baekhyun tidak tahu.


...


Chanyeol mendesah saat tubuhnya yang tegang terendam sebatas dada di pemandian air panas. Ia sedang menunggu omega itu untuk selesai berganti pakaian, walaupun Chanyeol ragu siapa yang meyakinkan Baekhyun bahwa ia bisa mandi sambil memakai pakaiannya disini. Alpha itu sendiri sudah tidak mengenakan apapun, mendudukkan diri sambil sesekali menenggelamkan tubuh sepenuhnya.

Baekhyun melangkah dengan malu-malu nyaris sepuluh menit berikut. Ia ternyata hanya mengganti pakaiannya dengan jubah mandi yang disediakan. Membalut dengan sempurna tubuh berlekuknya yang dapat menggoda siapa pun. Chanyeol tidak dapat melepaskan pandangan dari pinggul yang berisi itu, pinggul yang ia cengkeram semalam suntuk.

"Hei, kemarilah!" Chanyeol menggoyangkan tangannya. Meminta omega itu untuk mendekat. Baekhyun mendekat ragu-ragu, walaupun hanya Chanyeol yang berada di ruangan ini.

Tepat, Chanyeol menyewa satu ruang pemandian hanya untuk mereka berdua. Si alpha tidak ingin mati cemburu begitu alpha lain bisa melihat lekukan tubuh omeganya yang sempurna.

"A—Apa kau bisa memejamkan mata sampai aku berendam?" Baekhyun mencicit malu, berusaha menghindarkan dirinya dari tatapan buas milik alpha itu yang seakan bisa menelanjanginya saat itu juga. Di tempat itu.

"Untuk apa? Aku sudah melihat semuanya selama satu minggu penuh." Chanyeol menyeringai begitu rona merah memenuhi pipi si omega, "Ayolah, jangan malu. Tidak ada yang melihatmu selain aku, alphamu. Lagi pula, kalaupun mereka bisa melihat, mereka tidak akan berani."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan anak anjing yang ditolak, masih ragu-ragu ; "Kumohon?"

Chanyeol akhirnya menyerah. Ia memejamkan matanya, berusaha membuat si omega merasa nyaman begitu ia melepaskan jubah mandinya ke lantai kayu pemandian yang kering. Telinga perinya dapat menangkap suara jejakkan kaki pada air kolam. Semakin mendekat padanya, sebelum sebuah cicitan mengalun ;

"Sudah, Chanyeol."

Begitu ia membuka mata, Chanyeol menemukan Baekhyun yang telah berendam tidak jauh darinya sebatas dada. Ia dapat dengan jelas mengamati lehernya yang penuh dengan bercak kemerahan yang ia buat serta bekas gigitan pada selangkanya yang tidak kurang dari lima buah. Chanyeol tidak yakin apakah ia pernah melihat tubuh terlukiskan karya seni yang lebih indah dari omega di hadapannya ini, omeganya. Baekhyun merengek tanpa kata saat Chanyeol menarik tubuhnya untuk berbalik, menampilkan punggung mulusnya yang juga dihiasi dengan gigitan serta bekas cumbuan bibirnya. Hingga, jelajah maniknya terhenti di lambang pada tengkuk si omega. Belum tersentuh.

Ia kemudian memeluk si omega dari belakang, menaruh kepalanya di pundak yang lebih kecil. Posisi itu membuat tubuh keduanya saling bersentuhan dan menempel satu sama lain. Baekhyun dapat merasakan nafas keras milik lelaki itu beradu dengan miliknya yang juga terputus-putus.

"Baekhyun," Suara si alpha menjadi begitu parau, "Aku tahu kau tidak sedang heat, tetapi—tetapi aku amat menginginkanmu."

Baekhyun melenguh saat Chanyeol menariknya ke dalam pagutan dalam sementara telapak tangan itu mulai meremas bongkahan di bawah sana, memukulnya sesekali. Beberapa menit seperti itu, hingga Baekhyun merasakan kejantanan milik sang alpha telah menjadi begitu keras sehingga sekarang terselip di antara lipatan bokongnya—seakan mencari perhatian. Baekhyun mendesah pelan, Chanyeol melarikan bibirnya pada garis punggung di omega. Merasa belum puas, Chanyeol menarik tubuhnya bangkit hingga menyisakan betisnya yang terendam, sedikit menungging, dengan kedua pantatnya yang berada di depan wajah sang alpha.

"Ahh—Apa yang kau lakukan, Chanyeollie? " Baekhyun mendesah pelan saat merasakan jemari Chanyeol bergerak untuk mengelus pinggir cincin rektumnya, "Chan—Ahh!"

Ia tersentak, kakinya mengejang di bawah sana. Bagaimana tidak, lidah milik si alpha masuk tanpa permisi ke dalam ceruknya yang lembab oleh cairan lubrikannya sendiri. Baekhyun merasakan kenikmatan yang melebihi apa yang mereka lakukan selama ini, apalagi ketika Chanyeol memakan lubangnya dengan suara yang lebih erotis, membuatnya gila.

"Uhh—Hahh—Chanyeol! Enak, enak sekali—!" Baekhyun meremas penisnya sendiri, "Enak—Ahh, lagi—hh!"

Chanyeol menuruti perintah omega itu, ia menggunakan lidahnya untuk mengocok lubang itu dan ia merasakan tubuh omega itu menegang dan bergetar tanpa henti. Merasa bahwa omega itu akan segera meledak dalam puncaknya, Chanyeol menghentikan lidahnya, menariknya keluar dan menggantikannya dengan jari tengahnya—yang ternyata masuk tepat menumbuk titik manis milik Baekhyun.

"AHH!"

Cairan milik si omega tumpah, mengucur deras dan hilang begitu jatuh ke kolam. Chanyeol menopang tubuh lemas si omega dan mendudukkan tubuh itu untuk kembali di pangkuannya, kali ini mereka berhadapan. Chanyeol dapat melihat wajah erotis sang omega yang masih menikmati pelepasan pertamanya, yang mana membuat dirinya semakin tegang.

Ia menambahkan satu jarinya, bergerak dan menumbuk lebih cepat. Baekhyun, terkesiap akan kenikmatan yang tiba-tiba, menjerit nikmat. Lolongannya bahkan terdengar di seluruh penjuru ruangan mereka.

"Shh, Kau membuatku gila, Baekhyun." Chanyeol menggeram rendah, menarik keluar jari-jarinya yang sekarang basah dengan cairan omega itu dan mengangkat sedikit pinggul si omega. Perlahan, ia menurunkan tubuh Baekhyun sehingga penisnya yang sudah menegang bisa segera menjemput surganya yang berada di dunia.

"Ahh—" Keduanya mendesah lega.

Chanyeol menjadi yang pertama kali bergerak, ia menarik keluar kejantanannya hingga hanya kepalanya saja yang ada di dalam rektum omeganya sebelum mengentak ke dalam kembali kuat-kuat. Desahan Baekhyun selanjutnya menjadi pecutan, ia kembali melakukannya hingga omega itu merasa dilimpahi oleh kenikmatan yang tidak bisa ia gambarkan lagi. Lebur dalam kenikmatan.

"Ahh! Ahhn—" Baekhyun mendedah keras begitu cairannya keluar untuk kedua kali, bercecer. Begitu pun dengan alpha di belakangnya yang menggeram berbahaya ketika pelepasannya nyaris tiba sembari mengigit pundaknya, meninggalkan bekas gigitan yang cukup besar.

Tiga puluh menit, Baekhyun merasakan tubuhnya mati rasa selama tiga puluh menit hingga akhirnya alpha itu menarik miliknya keluar, membiarkan pelepasannya terjadi pada udara bebas. Mereka terdiam selama beberapa saat, sibuk mengatur nafas, hingga Chanyeol menarik lengan kecil omeganya untuk ronde kedua di lantai kayu. Tanpa air, tanpa pakaian.


...


Ketika mereka keluar dari pemandian, hari sudah semakin larut. Baekhyun mengeratkan genggamannya pada hoodie yang diberikan Chanyeol padanya, berusaha berjalan dengan normal biarpun sesungguhnya ia sudah hampir terjatuh limbung beberapa kali. Chanyeol yang menyadari itu melingkari pinggang sang omega, menuntunnya untuk berjalan dengan baik selama mereka masih menyusuri jalanan, "Maaf."

"Untuk?" Baekhyun mendongak, menatap pada alpha yang kini menatapnya teduh.

"Untuk.. Memaksamu berhubungan?" Chanyeol menggaruk tengkuknya akibat perkataan yang ia ucapkan, "Aku benar-benar minta maaf."

"Tidak apa," Tandas omega itu dengan cepat, "Lagi pula aku juga menyukainya." Yang lebih mungil mengakui dengan malu, mengalihkan pandangannya kemudian.

Chanyeol terkekeh sedikit, mereka kembali menyusuri jalan dalam diam hingga mereka sampai pada ujung dari perempatan. Baekhyun mengerjap sedikit, maniknya terasa berat. Sepertinya ia mengantuk karena tidak mendapat tidur yang cukup selama nyaris satu minggu. Hingga ia pelan berhenti melangkah, baru mengingat soal pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

"Ada apa, Baekhyun?" Chanyeol ikut berhenti, tangannya masih menapaki kulit pinggang Baekhyun. Si omega menatapnya, penuh kebingungan ;

"Kenapa kau tidak menandaiku?"

Pertanyaan itu menusuk tepat pada jantungnya.

"A—Apa kau tidak menginginkan aku?" Omega itu mulai sedikit melemahkan suaranya hidungnya yang mungil terlihat mulai memerah, "Kau tidak hanya mempermainkan aku, bukan?"

Chanyeol tersentak, menggeleng seketika. Jemarinya kalut mencari jemari milik Baekhyun, dan ketika ia menemukannya, Chanyeol menautkan keduanya.

"Tidak, sayang. Dengarkan aku, dengarkan penjelasanku," Chanyeol berkata pelan, "Menjadi alpha.. Kadang sangat menyebalkan. Aku pernah berkata seperti ini, ingat?"

Baekhyun mengangguk pelan, dan alpha itu memutuskan untuk melanjutkan, "Aku.. Sangat ingin memilikimu. Dirimu dan jiwamu. Aku ingin kau sebagai pasangan hidupku. Hari ini, besok, atau kemarin. Selalu. Aku ingin menandaimu, Baekhyun. Tetapi—"

"—Aku tidak akan bisa."

Baekhyun terkesiap, tidak mempersiapkan diri untuk rasa sakit yang muncul tiba-tiba. Membakar rongga dadanya.

"Bukan karena aku tidak ingin, aku memiliki alasanku sendiri." Chanyeol memaksakan sebuah senyuman, "Maaf, tapi aku tidak dapat memberitahumu alasan apa itu. Yang jelas, aku melakukan ini agar aku tidak menyakitmu—"

"Cukup," Desis si omega, marah. Chanyeol terkejut, menatap pada omega kecil yang kini menatapnya dengan tajam. Ia mundur dua langkah, memisahkan diri dari alpha itu sebelum berucap kasar ;

"Jadi maksudmu aku adalah jalangmu yang lain?"

"Tunggu, Baek, bukan—"

"Jadi maksudmu kau tidak pernah akan membuatku menjadi matemu? Setelah kau tahu itu?" Si omega terjatuh ke tanah dingin, putus asa akan rasa tidak diinginkan. Tidak dicintai. Omega itu mulai terisak parau, Chanyeol bahkan tidak berusaha membuatnya mengerti apa yang sebenarnya tengah ia sembunyikan.

"Apa aku adalah omega yang tidak pantas untukmu, hingga kau dengan mudah—kau dengan mudah mengambil semua dariku dan berniat membuangku?"

"Baek—" Chanyeol berusaha meraih bahu itu tetapi Baekhyun terlebih dulu menepisnya. Si omega berdiri dengan kasar, tiba-tiba, membuat tubuhnya nyaris limbung tetapi ia menahannya sendiri.

"Aku selalu percaya, bahwa kita akan bahagia!" Jerit omega itu di depan matanya, "Selama satu minggu, aku mengira aku telah mengubahmu, Chanyeol!"

"Dengar! Ini bukan hanya soal menyukai atau tidak! Aku—"

"Ini adalah tentang hal itu! Kau tidak mencintaiku, kau tidak menginginkanku!"

"Aku menginginkanmu!"

Baekhyun berhenti meraung, terdiam. Air matanya jatuh semakin banyak ke tanah yang bersalju. Kemudian, ia merasakan suatu kehangatan, Chanyeol mendekapnya dengan erat di dada. Menyandarkan kepala sang omega di dadanya dan membiarkannya terisak dengan begitu menyedihkan. Baekhyun mencengkeram jaket si alpha dengan keras, merasa begitu kecewa. Bagaimana ia akan menghadapi dunia tanpa lelaki itu disisinya? Bagaimana ia akan kembali ke kawanannya jika ia gagal membuat Chanyeol menjadi miliknya?

"Baekhyun, dengar. Aku tidak dapat melakukan klaim." Chanyeol berujar, nadanya begitu datar. Tapi entah mengapa, Baekhyun tahu lelaki itu sama sedihnya dengan ia, "Aku.. Aku tidak bisa menandaimu."

"Omong kosong," Bisik si omega di telinganya.

"Tidak, kau tidak akan mengerti."

"Kalau begitu buat aku mengerti!" Jerit omega itu, namun masih pelan, "Aku ada disini, aku akan mendengarkan apapun alasan bodohmu itu! Bahkan jika kau mengatakan jika mencintaiku hanya akan membuat dunia menjadi hancur, aku akan berusaha mempercayai—"

"Aku tidak dapat menandai seorang omega!"

Dingin. Tubuhnya yang seharusnya hangat terasa dingin.

"Aku tidak dapat menandai semua omega," Chanyeol berkata pelan. Begitu lirih dan sendu, "Terakhir aku melakukannya adalah saat usiaku tujuh, aku menandaimu."

Baekhyun tersentak, menatap lelaki itu tidak percaya ; "A—Aku?"

"Ya. Kau." Ucap alpha itu tanpa keraguan, "Itu hanya sebuah tanda kepemilikan agar aku bisa menjadi matemu. Ingat pelajaran kita saat di sekolah dasar? Seorang alpha dapat menandai siapa pun sebagai pasangannya sebelum ia berusia tujuh belas. Ketika itu, aku melakukannya padamu dan ikatan kita—ikatan kita berhasil."

Chanyeol menjauhkan Baekhyun dari dekapannya, sehingga omega itu dapat melihat kedua maniknya yang berkaca. Alpha itu mengerang saat rasa sakit dan sedih menghantamnya bersamaan, ia bahkan dapat merasakan alpha dalam jiwanya melolong penuh keputus-asaan di dalam sana.

"Aku—Apa.. Apa yang kau maksud?" Baekhyun terdiam, setengah linglung, "Kenapa.. Kenapa aku tidak mengetahui itu?"

"Kau tidak mungkin tahu. Tubuhmu hanya bereaksi dengan memberimu aroma yang familiar denganku, yang juga hanya bisa dibaui oleh seorang alpha. Aku—Aku seharusnya tidak pernah melakukan itu."

Baekhyun hanya menatapnya, diam. Penuh keraguan. Apa yang diucapkan oleh alpha ini adalah kebenaran? Apakah ia dan Chanyeol pernah terikat oleh klaim sepihak yang diberikan Chanyeol padanya?

"Klaim sementara itu.. Aku memutuskan untuk menghapusnya saat aku pindah ke teritori lain. Kau tidak pernah bertanya bukan, mengapa tidak ada alpha lain yang mencoba melakukan pendekatan padamu dan hanya berkata bahwa mereka begitu menyukaimu.. Itu karena kau sudah menjadi milikku sejak saat itu, hanya saja—"

"—Aku harus menghapusnya. Kita seharusnya tidak pernah bersama, Baekhyun. Kita takdir yang salah."

"Kenapa?" Tuntut si omega itu, begitu marah, "Kenapa? Kenapa kau sangat membenciku hingga—"

"Karena ketika aku melakukannya aku hanya akan membunuhmu!"

Hening sejenak. Baekhyun limbung kembali ketika ia mengambil langkah mundur dan terjatuh ke tanah ;

"Aku tidak bisa mengklaim omega karena taringku ditakdirkan untuk seorang alpha wanita!"

Manik lelaki mungil itu berair, air matanya kembali menetes. Kali ini lebih deras.

Ia mulai terisak, memeluk lututnya sendiri dan merasa begitu kesepian. Jadi inilah alasannya, mengapa lelaki itu bersikeras menolaknya. Mengapa ia berkata bahwa ia tidak tertarik dengan omega dan berkomitmen, ternyata dia.. Dia tidak ditakdirkan untuk para omega.

Untuk omega sepertinya.

"Kau tahu aku adalah seorang darah murni, Baek," Chanyeol menahan air matanya hingga tenggorokan itu tercekat, "Aku harus memikul tanggung jawab untuk melanjutkan garis turun temurun itu. Aku—Aku harus menikahi seorang alpha wanita."

Baekhyun merasakan hatinya terbakar, kelu oleh rasa sakit. Air matanya kembali berjatuhan. Ia lalu menolak untuk menatap kedua mata itu.

"Mate, takdir, klaim, tidak akan berlaku untuk keluargaku," Chanyeol berujar parau, "Ketika mereka tahu aku menandaimu secara tidak sengaja, mereka akan membunuhmu malam itu juga—tapi aku menghentikan mereka dengan berjanji bahwa—"

"—Bahwa aku tidak akan lagi mencintaimu. Dengan begitu seharusnya ikatan kita tidak akan berlanjut lagi. Seharusnya tidak ada lambangku di tengkukmu karena aku berusaha untuk tidak lagi mencintaimu—tapi sepertinya aku gagal. Sekarang kau memiliki phoenix itu, dan seharusnya kau—kau tidak pernah memilikinya."

Air mata dan isakan itu terhenti begitu saja.

"Karena itu aku pergi dari Wu. Mengertilah, klaim atau tidak, mate atau tidak. Tidak akan pernah berhasil untuk kita berdua." Alpha itu merendahkan diri, berlutut di hadapan si omega yang menatapnya kosong—kehilangan jiwanya. Ia menjulurkan tangannya untuk menghapus sisa air mata di sisi pipinya, berusaha tersenyum biar senyuman itu retak dan hancur.

"Kau akan tetap bersamaku, Baekhyun. Tidak ada yang akan berubah. Aku akan melindungimu!"

Baekhyun menggeleng, tertawa dengan nada sumbang ; "Berhenti memberiku harapan, berhenti."

"Maaf." Alpha itu berbisik sendu, "Maaf karena telah menandaimu secara tidak sengaja dan membuatmu memiliki lambangku. Seharusnya—Seharusnya aku tidak menawarimu tinggal di kesempatan pertama. Maaf,"

Baekhyun menatap alpha itu dengan maniknya yang kehilangan cahaya. Kehilangan fokus. Omega itu bahkan tidak dapat merasakan dingin yang berada di sekitarnya, ia merasa begitu hampa. Seakan-akan memang dirinya diciptakan untuk bersama kehampaan ini. Apakah kebahagiaan yang selama ini ia rasakan hanyalah bunga tidur semata? Ataukah memang seorang omega sepertinya tidak pantas untuk bersama darah murni sepertinya?

"Aku mencintaimu," Alpha itu berujar tulus, nyaris seperti berbisik. Bibirnya pergi untuk mencuri kecupan-kecupan di kening omega mungil ; berharap itu dapat meredakan rasa sakit di hati omeganya. Sisi alphanya mengerang marah, tidak menerima sikapnya yang pengecut. Tapi Chanyeol tidak bisa memedulikan hal itu ketika Baekhyun tampak begitu hancur. Raut wajahnya bahkan tidak menunjukkan satu ekspresi tertentu.

"Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu."

Lirih, alpha itu kembali berusaha menarik kembali pikiran omega di hadapannya. Tapi gagal, Baekhyun masih menatapnya, tanpa ekspresi. Hanya kekosongan.

"Apa.. Apa gunanya kau katakan itu sekarang?" Pelan, Baekhyun melirih kepada alpha yang masih mengecup keningnya.

"Baek—"

"Kau tidak akan pernah menjadi milikku," Air mata menggenang, tetapi tidak menetes, ".. Aku akan hidup sendirian sebagai seorang yang tidak diinginkan."

Chanyeol hampir berkata sesuatu, nyaris. Satu-satunya yang menghentikannya adalah seorang alpha lain yang berlari mendekati mereka, begitu tergesa-gesa dengan wajah yang sepenuhnya khawatir. Ia jelas mengetahui bahwa itu adalah Sehun, salah satu sahabat si omega.

"Baekhyun! Baekhyun!" Alpha itu memanggilnya dari jauh, kembali berlari mendekati omega yang masih diam di hadapannya. Ketika alpha itu berhasil mencapai mereka berdua, ia melirik tajam pada Chanyeol dengan ketidaksukaan yang terlukis dalam wajahnya sebelum berpaling pada Baekhyun. Mengernyit sedikit karena ia menemukan omega itu bahkan tidak menatapnya.

"Baekhyun, kau harus kembali ke teritori. Ayahmu, ayahmu membutuhkanmu!"

Manik kosong si omega menatap pada lawan bicaranya, "A—Ayah?"

"Keluarga alpha ini," Ia menunjuk pada hidung Chanyeol, "Mereka telah membunuh ibumu! Sekarang ketua sangat marah dan—mereka sedang bertarung sejak kemarin!"

Baekhyun tidak dapat lagi tahu apa yang ia rasakan. Sejenak, hatinya seperti mati rasa. Ia kehilangan tenaganya. Ia merasa seluruh jiwanya meregang dalam rasa sakit. Tulangnya terasa remuk dan seluruh bagian dari tubuhnya menghadapi kehancuran. Bagaimana.. Bagaimana bisa? Apakah ia akan kembali terbuang? Apakah dia memang tidak pernah diinginkan siapapun?

I—Ibu. Ibunya sudah tidak ada di sampingnya?

Lalu.. Siapa yang akan menyakinkan dirinya untuk kembali meneruskan hidupnya sebagai omega yang tidak memiliki apapun dalam hidupnya?

Bagaimana.. Bagaimana bisa?

Semua gelap setelah ia mendengar Sehun meraungkan namanya.


...


Luhan menegak seluruh minumannya dari botol whiski. Beberapa pria hidung belang tampak mencuri kesempatan dengan meremas bokongnya tetapi ia tidak lagi peduli. Omega itu memalingkan wajah untuk menghisap puntung tembakau yang terbakar di sela jemarinya ; menghembuskannya tepat di udara. Ia terkekeh miring, hatinya terasa begitu sakit.

Begitu sakit.

"Apakah kau ingin menjadi mate-ku?"

Mereka berdua terkejut, kemudian hening. Luhan kehilangan nafasnya selama beberapa saat. Dari sekian pertanyaan, ia tidak menyangka bahwa itulah yang terjatuh dari ujung lidahnya. Sekarang, apa yang akan alpha itu pikirkan tentang dirinya—

".. Aku minta maaf, aku sudah memiliki omega yang kusukai."

"S—siapa?" Luhan bahkan tidak tahu mengapa ia perlu mengetahui nama omega yang ia sukai itu. Siapa yang bisa alpha itu sukai selain dirinya? Bukankah seharusnya..

"Aku menyukai Baekhyun, jika kau mengenalnya," Sehun tersenyum, tenang sekali, "Aku ingin dia menjadi mateku biarpun itu tidak akan terjadi."

"Berarti aku masih memiliki kesempatan, bukan?" Tidak peduli soal hatinya yang patah berguguran, Luhan memutuskan untuk kembali bertanya.

".. Tidak. Aku.. Tidak yakin. Aku akan selalu mencintainya sampai dia bersedia mencintaiku kembali."

"Haha, cinta? Kau mencintai dia?" Kekehnya sendirian, menatap pada botolnya yang kini menyisakan sedikit cairan di dasar botol. Luhan mengerang, kembali meneguk semua yang tersisa dan melemparnya ke lantai hingga pecah.

"Kau adalah milikku, dulu ataupun sekarang—" Bisik omega itu, berbahaya, "Kau seharusnya memohon maaf padaku—Kau seharusnya mengemis cintaku kali ini!" Ia menjerit keras. Beberapa bartender menatapnya dari tempat mereka bekerja tetapi Luhan tidak lagi merasakan apapun. Nafasnya panas dan memburu—ia tersulut amarah.

"Kenapa.. Kenapa kau tidak pernah mencintaiku?" Omega itu menundukkan kepalanya, begitu putus asa, "Mengapa kau tidak pernah.. Mengapa kau tidak pernah melihatku?"

Maniknya yang indah perlahan menggelap, lebih gelap daripada langit malam di luar sana. Ia meraih satu botol kosongnya yang lain ; "Kau benar.. Cinta tidak akan berhasil antara kau dan aku.. Maka—"

Ia melempar kembali botol itu, menimbulkan bunyi memekakkan begitu pecah tersambar oleh lantai, "Maka cinta juga tidak akan berhasil antara kau dengan omega bodoh itu!"

"Aku—Aku akan melenyapkannya! Kemudian hanya akan menjadi antara kau dan aku! Antara kau dan aku, Oh Sehun!"


...


Alpha itu melepas kacamata hitamnya begitu ia menapaki sebuah mansion yang begitu luas. Membiarkan maniknya yang memiliki iris biru laut bebas memandang seluruh yang terhampar di hadapannya. Dalam satu gerakan, ia membenahi mantel yang menutupi kulitnya yang begitu putih, lantas membiarkan rambut indahnya yang memiliki perpaduan antara coklat dan emas itu terurai begitu saja, terjuntai dan dapat memikat siapapun. Sedangkan bibir merekahnya yang terpoles gincu sewarna darah membentuk sebuah seringai miring begitu ia melihat dengan jelas bangunan kokoh itu makin dekat dengannya.

"Kita lihat, Alpha. Apakah kau yang telah melupakan aku, atau malah aku yang melupakan namamu?"

Ia tertawa, hak tinggi di sepatunya memberikan nada khas begitu ia menapak ke dalam keramik. Begitu pintu terbuka, ia terdiam ketika melihat seseorang.

Seseorang dengan wajahnya yang sendu, kepalanya senantiasa menunduk. Tidak menatapnya. Tentu, bagaimana mungkin ia dapat menatapnya? Manik biru laut miliknya dapat mengintimidasi siapapun. Apalagi seorang beta tanpa status atau kedudukan keluarga yang kuat sepertinya. Beta yang begitu ia cintai.

"Selamat datang kembali, Nona." Sahut lelaki itu, begitu lembut. Wanita itu tertegun, rasa sakit kembali menyergap hatinya ketika ia nada itu membawanya kembali kepada masa lalu ketika mereka dapat menghabiskan waktu bersama di setiap sudut mansion ini. Wanita itu kemudian memaksakan hatinya, begitu memaksakan hingga rasanya seluruh dunianya berdentum pilu hanya untuk berlalu tanpa balas menyapa beta yang selalu ia rindukan.

Ia harus pergi, ia harus meninggalkan masa lalu. Sekarang, ia adalah seorang pengemban tugas. Ia berusaha mempercayai bahwa dirinya memang hanya diciptakan untuk para darah murni.

Ia adalah seorang alpha wanita.

Seorang alpha wanita tidak pantas untuk tunduk pada siapapun terkecuali kaumnya sendiri.


TO BE CONTINUED


((maaf ya ngga bisa sebut satu satu yang review kemaren))

/tarik nafas, hembuskan/

Kencangkan sabuk pengaman, kita terjun bebas ke konflik sekarang hehehe.

Semua konfliknya meletus bersamaan, ya *topang dagu* jangan tanya kenapa, aku juga ga tahu hehehehehe. 6 K Words nih, akhirnya ya setelah lima episode alasan ceye kebongkar juga wkwkw. Kemaren sih udah banyakkkk banget yang udah berhasil nebak, jadi harusnya kalian udah ngga kaget lah ya. Eh iya, siapa hayo yang kmren ngirain sehun sama luhan cuman figuran? Eng ing eng

Kemaren ada yang nanyain soal cewek di poto itu, makanya nyah, aku munculin wkwk! Siapa diaaaa? *bunyiin drum soundtrack penasaran*

Oh iya, Cuma mau bilang, masalah mereka bakal lebih rumit daripada orang ketiga. Jadi jangan terlalu fokus sama si cewek, fokus sama hubungan yang ada di sekitar mereka hehehe~! Kedudukan disini juga penting banget, ya *kedip mata*

Apa yang akan terjadi pada mereka menurutmu? Let me know~!

((gatau kapan bisa update lagi, makanya semangatin aku ))

Next? Please leave your review below.