MASK

"Semua orang memakai topeng untuk kau cintai.

Jika kupakai topeng burukrupa, akankah kau mencintaiku?"

.

.

CHAPTER 18

.

.

.

.

Para undangan sudah duduk manis di bangku-bangku altar. Pernikahan juga di gelar tertutup untuk media karena di luar sudah terlalu banyak pemberitaan miring tentang Kyungsoo yang dulu gagal menikah dengan Sehun. Selain itu juga perihal tak tamat universitas, sampai-sampai Tuan Kim geram dan berujar pada media bahwa, "Ini masalah pilihan hati putraku bukan perekrutan pegawai. Apa ada undang-undang menantu Perdana Menteri harus seorang sarjana?"

Terlepas dari kabar buruk tersebut, tak mengurangi suka cita dari keluarga kedua mempelai. Kyungsoo yang dua kalinya harus merasakan berjalan melewati karpet merah bertabur bunga menuju ujung altar. Bedanya tak ada perasaan ragu, ia sudah mantap karena yang berdiri disana sekarang adalah Jongin.

Jongin harus rela menunggu sesuai permintaan Kyungsoo. Karena Kyungsoo menunggu putrinya agar berumur 10 bulan dulu, agar tak terlalu kecil untuk ditinggal olehnya. Putrinya akan tetap tinggal bersama Chanyeol di New York. Kyungsoo sedikit tak rela berpisah secepat ini.

"Saya Kim Jongin menerima Park Kyungsoo menjadi satu-satunya istri saya untuk saling menjaga dan menyayangi. Dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun suka, pada waktu sakit maupun sehat, sampai maut memisahkan kita."

Sehun yang duduk di samping Luhan yang menggendong Oh Haowen, ia tertawa getir mendengar janji suci yang di ucapkan Jongin. "Aku pernah mengucapkan kalimat itu pada Kyungsoo juga.. " gumamnya lirih. Untung Luhan tak mendengarnya.

Namun Suho yang ada di sampinya mampu mendengarnya walaupun samar-samar. Ia menepuk-nepuk pelan paha adiknya itu. "Kau sudah punya anak istri, Sehunna! Giliran sahabatmu yang harus bahagia." Sehun hanya bisa mengangguk lemah.

"Saya Park Kyungsoo menerima Kim Jongin menjadi satu-satunya suami saya untuk saling menjaga dan menyayangi. Dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun suka, pada waktu sakit maupun sehat, sampai maut memisahkan kita."

Kedua mempelai dapat tersenyum lega sekarang. Ditambah sebuah cincin yang di sempatkan di jari manis masing-masing dan di akhiri dengan sebuah ciuman sebagai penutup.

"CIUMM! CIUUMM! AYO BAPAK KOMISARIS TUNJUKAN BAKATMU! CIUM! Pfffttt - " Taehyung akhirnya di amankan oleh Chanyeol yang membekap mulut rusuhnya. Bocah ini merusak acara sakral dengan suara ala-ala supporter bola. Memangnya ada orang ciuman harus di semangati.

Tingkah Taehyung di sambut gelak tawa para tamu yang hanya keluarga dan kerabat dekat. Begitu juga Jongin yang merasa di semangati di hari bahagianya ini. Kyungsoo yang menggunakan gaun putih mundur perlahan penuh antisipasi. "Kita sedang di depan umum, Kim Jongin! Jangan macam-macam!"

Namun Jongin sudah terlanjur ada di pinggang Kyungsoo dan menariknya kembali mendekat. Hanya tinggal beberapa senti saja, sampai deru nafas masing-masing dapat terdengar dengan jelas. Jongin melempar bunga yang ada di tangan Kyungsoo.

Xiumin yang bertugas menjaga acara pernikahan ini malah kejatuhan buket bunga, yang reflek ia tangkap. Mata kucingnya seketika menatap kaget apa yang ada di tanganya. Oh ayolah dia masih sendiri sampai hari ini, mau menikah dengan siapa coba? Tanpa ia sadari dari kejauhan Chen duduk senyum melengkung.

Para tamu yang tadinya berfokus pada buket bunga yang terlempar kembali menatap ke panggung altar dimana kedua mempelai sudah asyik berciuman sendiri. Jongin memeluk erat pinggang Kyungsoo sedangkan Kyungsoo mengalungkan tangannya di leher pria berkulit tan tersebut. Memiringkan kepala masing-masing untuk memperdalam ciuman mereka. Lumatan-lumatan panjang di selingi senyuman bahagia menjadi pemandangan erotis bagi para tamu.

"Oohh Ya Tuhan!" suara para wanita yang mulai heboh tersipu malu. Sedangkan para kaum adam hanya diam saja menikmati tontonan.

"Aku sekarang tau kenapa Diao Chan bisa ada dan mampu bertahan hidup walaupun banyak hal buruk yang hampir menghilangkan nyawanya," ucap Sehun sembari merangkul istrinya.

"Kenapa?" sahut Chanyeol yang duduk di bangku belakangnya. Disampingnya ada Kris yang diijinkan keluar penjara full 1 hari hanya untuk menghadiri acara ini. Itu pun dengan penjagaan ketat. Hari ini Kris yang menjaga Diao Chan.

"Baba.. Euuhh euhbgghh dada hafuffffhh! " protes Diao Chan pada Kris karena matanya di tutupi, takut otaknya tercemar oleh tingkah kedua orangtuanya. Kris membisikan sesuatu pada bayi dipangkuannya itu. Entah apa yang dibisikan Diao Chan malah tertawa geli tak berhenti-henti.

"Doa Jongin. Selama mengenal Kyungsoo dia selalu berdoa agar Kyungsoo hamil meskipun ia tau Kyungsoo meminum pencegah kehamilan. Makanya ia sengaja tak memakai pengaman agar sedikit membuka peluang. Bahhkan sudah menyiapkan nama di buku catatannya. Dia begitu yakin bilang padaku Kyungsoo akan mengandung anaknya suatu saat nanti," ucap Sehun.

"Mungkin Tuhan kasian padanya. Pada kebodohannya dan kegigihannya," timpal Suho ikut menyahut.

Kris dan Chanyeol saling berpandangan seolah tau apa yang di pikirkan satu sama lain. "Anak ini akan membawa dampak kurang baik untuk reputasi Tuan Perdana Menteri. Dia lahir di luar pernikahan. Tapi aku akan membiarkannya memilih ketika cukup dewasa nanti. Jika ia memilih ayah kandungnya, aku akan melepaskannya. Anak ini punya hak," kata Chanyeol.

"Walau bagaimanapun, aku tetap memberikan margaku untuk nama China-nya. Dia akan dapat perlindungan dari keluarga Wu. Tak ada yang dapat menyakiti anak ini selama keluarga Wu masih hidup," tambah Kris.

Seketika deretan depan Kris terdiri dari Taehyung, Luhan, Sehun, Suho, Baekhyun, bahkan Chen yang pernah menjadi korban ancaman Kris merinding seketika. Hanya Haowen yang tetap tenang dalam gendongan ibunya.

.

.

MASK

.

.

Kyungsoo membuka matanya ketika Jongin masuk ke kamar. Ia hanya berbaring di ranjang saja tapi belum tertidur. Jongin duduk di pinggiran ranjang sambil melepas jas pernikahannya tadi. Ia harus berdiskusi dulu dengan ayahnya, Chanyeol dan Kris.

Topik utamanya adalah Diao Chan. Ia tak bisa lepas tangan begitu saja pada darah dagingnya sendiri. Tuan Kim pun yang mendengar cerita lengkapnya akhirnya berkesimpulan Jongin banyak melakukan kesalahan terhadap keberlangsungan hidup Diao Chan. Dan legowo jika cucunya di asuh oleh Chanyeol sampai cukup dewasa untuk bisa memilih.

Kyungsoo pun bangun dari posisi berbaringnya, membantu Jongin melepaskan pakaian. "Kau mau mandi? Akan kusiapakan air hangat," tanya Kyungsoo mulai melepas dasi dan kancing kemeja Jongin.

"Biar kusiapkan sendiri, kau pasti juga lelah." Jongin mengusap lembut rambut Kyungsoo.

Kyungsoo memincingkan matanya penuh curiga."Kau kenapa tiba-tiba bersikap manis seperti itu?"

Jongin tertawa kecil. "Aku sudah menjadi suamimu sekarang... "

"Aku bisa menebak kemana arah pembicaraanmu. Kau ingin layanan istri?" tebak Kyungsoo masih berusaha membuka kancing-kancing kemeja Jongin.

"Tidak.. Ah.. Maksudku bukan itu. .. Maksudku sebagai suamimu aku harus menjagamu untuk terus tetap bahagia bersamaku. Katakan yang kau butuhkan dan apa yang kau inginkan. Dari awal aku sudah sangat sadar tak bisa memaksamu terus di rumah. Jika kau ingin bekerja atau melakukan kegitan di lapangan, akan ku persilahkan."

Kyungsoo menaikan sebelah alisnya. "Tapi?"

Jongin mengecup bibir hati itu sekilas. "Tapi kau harus janji tak akan meninggalkanku dan tetap ada waktu untukku. Satu lagi, kalau kau hamil kumohon beritahu aku dan kurangi aktivitasmu. Okey?"

"Okey, Tuan Kim Jongin," balas Kyungsoo penuh menekanan. Tangannya sudah berhasil membuka semua kancing kemeja Jongin. Entah kenapa Kyungsoo ingin memeluknya dari belakang. Bersandar pada punggung lebarnya. "Kau sedang sedih, humt?"

"Tidak, aku baik-baik saja," balas Jongin lirih. Melepaskan tangan Kyungsoo yang melingkar di perutnya.

Kyungsoo mengangkat kepalanya, memandangi Jongin yang sudah berdiri melepas kemejanya lalu masuk ke kamar mandi tanpa berkata-kata lagi. Kyungsoo tidak tau apa salahnya, harusnya ini malam pertama mereka sebagai pengantin. Walaupun sebenarnya bukan yang pertama lagi. Setidaknya suasana harus romantis bukan?

Akhirnya Kyungsoo memilih berbaring lagi, menutup rapat tubuhnya dengan selimut, dan mencoba memejamkan matanya agar segera ke alam mimpi. Rupanya sampai Kyungsoo merasakan Jongin naik ke ranjang pun, ia tak jua tertidur. Ia dapat merasakan lengan besar memeluk tubuhnya dari belakang, di iringi isak tangis kecil.

Kyungsoo hanya bisa menunggu dan menunggu isakan itu hilang digantikan deru nafas halus. Baru ia berani berbalik melihat wajah suaminya itu. Tangan lentiknya menghapus sisa-sisa lelehan air mata di pipi Jongin. Kemudian mencari handphonenya yang ada di atas meja dekat ranjang. Mengetikan pesan ke Chanyeol.

1 pesan masuk

Kurasa ia sedih karena berat melepas Diao Chan. Kami baru saja membahasnya tadi. Kuharap kau bisa membawa kabar baik untuk mengobati lukanya. Kau pasti paham maksudku.

Kyungsoo teringat sesuatu. Buru-buru ia ke kamar mandi mengambil benda panjang yang ia simpan di alat mandinya dan melepas celananya. Memaksakan dirinya untuk mengeluarkan urin walaupun sedang tidak ingin buang air kecil. Hanya beberapa tetes namun cukup untuk membuat benda panjang itu bekerja. Menunggu hasilnya sambil berdoa sengan khusyuk.

Satu garis. Kyungsoo lemas seketika, ia pun hanya bisa duduk bersandar di kloset kamar mandi. Padahal selama 5 bulan terakhir ini, sebulan sekali Jongin mengunjunginya di New York dan tentu menyentuhnya untuk melepas rindu. Pasti ini karena dirinya stress dan suka lembur mengejar dateline tulisannya.

Ia pun memilih kembali ke ranjang, namun Jongin sudah di depan pintu kamar mandi sambil melipat tangannya di dada. Jangan lupakan pandangan garangnya. "Jangan pergi tanpa seijinku!" ucapnya tegas sambil menarik tangan Kyungsoo menuntunnya kembali ke ranjang.

Sekelebat Jongin melihat benda panjang yang di bawa Kyungsoo. Jadi ia memutuskan mendudukan Kyungsoo di ranjang sedangkan dirinya dalam posisi berdiri merebut benda yang hanya menunjukkan satu garis itu. Ada sedikit rasa kecewa di hati Jongin.

"Maaf," cicit Kyungsoo.

"Tidak, tak perlu minta maaf. Tidak ada ada yang salah disini." Jongin membelai pipi gembil istrinya itu. "Kenapa kau tiba-tiba mengeceknya,humm? Ini tak seperti dirimu sayang.."

Jongin naik ke ranjang. Bersandar pada kepala ranjang dan meminta Kyungsoo mengikutinya dengan berkata, "Kemari! Katakan padaku apa yang menganggumu." Kyungsoo pun menurut, duduk bersandar di dada bidang Jongin. Jongin pun langsung menarik selimut sebatas pingging dan memeluk erat istri mungilnya itu.

"Aku melihatmu menangis, kau sedih karena harus meninggalkan bayi cantik kita kan? Aku memang tak suka hamil dan melahirkan, itu menyakitkan. Tapi melihatmu menangis seperti itu lebih menyakitkan, jadi aku mengeceknya siapa tau... Tapi ternyata... " Kyungsoo menggantung kalimatnya.

Jongin menciumi tengkuk Kyungsoo sebelum menjawab semuanya. "Terimakasih sudah memperhatikanku."

"...aku memang sedih tentang Diao Chan. Tapi aku menangis bukan karenanya tapi karenamu."

"Aku?" ulang Kyungsoo dengan mata melotot.

"Ya kau, aku terlalu gembira bisa tidur disampingmu. Bisa memelukmu lagi. Bukan sebagai teman, bukan kekasih, apalagi sebagai jalangku. Tapi sebagai istriku. Milikku secara sah. Setelah penantian panjangku dan berkali-kali putus asa. Ini seperti mimpi bagiku, Kyung!"

"Ini nyata, Jongin!" sahut Kyungsoo tersenyum simpul sambil sedikit memiringkan tubuhnya agar dapat mencium bibir Jongin. Jongin pun ikut menunduk untuk memudahkan menyambut bibir hati itu. Beberapa kecupan menjadi obat satu sama lain.

Tuatan bibir mereka terlepas. Mata Kyungsoo menjadi sayu. Jongin dapat melihatnya dengan jelas. Ia pun menyampirkan rambut Kyungsoo yang tergerai di depan menjadi kebelakang. Menarik turun pelan tali lingerie satin dari bahu Kyungsoo.

Jongin tak bisa menahan dirinya untuk menyapukan bibirnya di bahu putih yang terekspos bebas itu. Tanganya ikut bekerja. Menyusup ke dalam pakaian Kyungsoo hingga menyentuh perut datarnya sedangkan satunya menyusup ke bawah. Dimana pusat gairah istrinya itu berada. Bermain di sekitar liang surgawi.

Kyungsoo mulai menggeliat gelisah disertai desahan."Hhmmm... Ngghh.. Ummmhhh.. "

Tangan Jongin yang ada di perut semakin ke atas. Menyentuh pangkal payudara yang terasa begitu berisi dan lembut menyentuh kulitnya. Puting yang tegang dan sedikit basah ujungnya. "Apa bayi kita sudah minum padamu hari ini?" tanya Jongin dengan suara berat dan dalam.

Kyungsoo mengangguk samar, "Tapi bayi yang satunya belum."

Jongin tertawa kecil. Paham yang di maksud adalah dirinya. "Bayi satunya ingin berada di dalammu... Disini~" bisiknya menepuk-nepuk pusat kewanitaan Kyungsoo yang sudah basah karena ulahnya.

Kyungsoo malah menengok bagian bawahnya yang di tepuk-tepuk. "Tidak muat. Kau bahkan lebih besar dariku," keluh Kyungsoo berlaga polos.

Jongin jadi gemas sendiri memilih menggulingkan tubuh Kyungsoo. Hingga tubuh mungilnya berbaring di bawah kukungan Jongin. Kepala Jongin menelusup di tengkuk Kyungsoo. Menghirup bau pheromone yang begitu menggugah gairahnya.

"Kau pasti lelah hari ini. Melakukan penerbangan ke Seoul dan acara pernikahan di hari yang sama. JIka kau melayaniku, aku takut kau akan pingsan. Jadi aku harus bagaimana, sayang? Humm?" tanya Jongin memandang dalam ke mata bulat yang berkilau itu.

"Jangan khawatirkan apa pun, lekas buka bajumu!"

Jongin menurutinya mengangkat tubuhnya dan melepas bajunya. Menarik celana santainya sedikit turun agar memudahkan mengeluarkan adiknya yang siap bertempur. Lalu mengganjal pinggul Kyungsoo dengan bantal.

Kyungsoo yang berbaring memperhatikan suaminya yang mulai menarik turun celana dalam miliknya. Menciumi paha dalamnya, dilanjutkan membuka pahanya agar mengangkang terbuka. "Kau siap?"

Anggukannya dibalas dengan rasa penuh di kewanitaannya. Gerakan maju mundur yang konstan membuat tubuhnya melonjak-lonjak tak terkendali. Tangannya hanya bisa berpegangan pada lengan kekar Jongin yang sudah kembali melingkup di atasnya.

Kyungsoo dapat merasakan nafas Jongin yang memburu, dahinya berkeringat. Sedangkan dirinya sendiri sibuk mendesah karena tusukan Jongin perlahan-lahan semakin dalam."Sshhhhmm...emmmmhhhhh ...Akkhhh...akkhh...stop...Stopppp, Jongiinnn! "

Jongin berhenti dan cepat-cepat mencabut miliknya dengan wajah bingung dan khawatir, "Kau lelah? Kalau begitu ayo tidur saja. Maafkan aku, ne ! "

Kyungsoo menggeleng dan bangkit dari posisi tidurnya. Mau tak mau Jongin jadi ikut bangkit. Kyungsoo malah tiba-tiba duduk di pangkuan Jongin dengan memposisikan varginanya tepat di milik Jongin yang masih tegang. Turun dengan perlahan sambil memejamkan matanya mengurangi rasa perih.

"Peluk aku dan bergeraklah!" pinta Kyungsoo yang mengakat lingerie-nya melewati tubuh dan kepalanya hingga sepenuhnya terlepas.

Jongin memeluk punggung Kyungsoo sambil mendorong pinggulnya naik dan turun. "Ini baru istriku yang seksi dan liar!" ucap Jongin bangga dan tersenyum mesum.

Payudara Kyungsoo yang memantul-mantul membuatnya tergoda melahapnya rakus diselingi menggigitnya gemas lalu menariknya menjauh.

"A-akh!... . JONGIINNN~" pekikan sakit Kyungsoo atas perlakuan suaminya itu. Tiba-tiba ia merasa payudaranya terisi penuh kembali. Putingnya sampai memuncratkan air susu ke wajah Jongin yang menghisapnya.

Bukannya merasa jijik malahan tangan Jongin yanga ada di punggung Kyungsoo berpindah ke depan dadanya. Meremas si kembar dengan semangat, lalu mengisap air susu yang keluar. Memang dasarnya Jongin jail, ia malah sengaja menggigit dan menarik puting Kyungsoo lagi agar istrinya itu menjerit campuran antara sakit dan nikmat. Kyungsoo hanya bisa berpasrah berpegangan pada leher Jongin.

.

.

.

Di tempat lain tepatnya di kedai Luhan sedang ramai orang. Bukan pelanggannya melainkan para tamu pernikahan Kyungsoo dan Jongin. Bukannya pulang atau menginap di hotel malah berkumpul disini. Pusat kegaduhan ini adalah Taehyung. Ia menyabotase lantai dua kedainya, kursi-kursi di dekatkan dengan satu meja tempat menaruh laptop Taehyung.

Para bapak-bapak yang duduk berdekatan hanya berfokus pada layar mengabaikan Luhan dan Baekhyun yang wara-wiri di lantai bawah membersihkan kedai dan memasak untuk tamu-tamu tak di undangnya. "Apa mereka sedang menonton bola?" guman Luhan, Baekhyun hanya mengangkat bahunya tanda tidak tau.

Chanyeol yang baru keluar kamar mandi di cegat Luhan untuk di mintai tolong membawa cemilan untuk para bapak-bapak. Chanyeol hanya menurut membawa nampan berisik banyak cemilan ke gerombolan kaumnya. Ada Chen, Taehyung, Kris (yang menghabiskan ijin bebas satu harinya disini), Sehun, dan Suho.

"Cemilan dari Luhan, kalian tak ingin makan?" tanya Chanyeol menaruh cemilan di belakang laptop. Semua menatapnya malas seakan menganggu konsentrasi mereka. Kecuali Kris yang menggeser duduknya, memberi tempat untuk Chanyeol duduk. "Kemari, Chan!"

Chanyeol hanya menurut saja duduk di antara Taehyung dan Kris. Matanya langsung terfokus pada layar laptop. Matanya membelalak kaget, mulutnya terbuka lebar bersiap berteriak memaki. Taehyung langsung sigap meraup cemilan dan menjejalkan paksa pada mulut Chanyeol.

"Jika terlalu keras bukannya akan patah? Kudengar posisi ini rawan sekali," komentar Taehyung. "Memangnya ada tulangnya?" tambah Chen ikut berkomentar.

"Kenikmatan nomor satu, Tae... Aku lebih ngilu saat putingnya di tarik. Aku saja tak tega melakukannya pada Luhan," timpal Sehun.

"Jongin dari dulu sudah suka jail, ya maklum saja," sahut Suho yang ikut menonton. Entah apa motivasinya, padahal mantan pendeta. Handphonenya berdering. "Oh ya Tuhan, menganggu saja! " Suho melangkah pergi menerima telepon.

"Apa air susu enak, Sehun hyung?" tanya Taehyung penasaran.

"Enak jika langsung dari sumbernya," jawab Sehun singkat.

"Temanmu pasti senang punya istri sepertinya, agresif dan tubuhnya tak berubah walaupun sudah melahirkan. Malah semakin sexy sekarang... Harusnya aku dulu mencicipinya dulu." ucap Kris pada Sehun.

"Kupikir kau gay, bung!" timpal Sehun. "Maksudku tak bisa berdiri karena tubuh wanita..."

"Itu gampang saja, tinggal menyetubuhinya sambil memikirkan bocah ini." Kris melirik ke Chanyeol yang sudah tak peduli apa yang di ocehkan Kris.

Sehun hanya manggut-manggut tak jelas.

"Achhhhhhh... achhhhhhhh... Ouhhhhhhhhhh... ouhhhhhh... emhhhhh emhhhhhh emhhhhhh...A-akh!"

Chanyeol menutupi kupingnya sendiri sambil memejamkan matanya. Ia tak terangsang sama sekali tapi lebih perasaan tak tega melihat orang yang sudah ia anggap adiknya sendiri sedang bersetubuh seperti itu. Ya, ini adalah live dari kamar apartemen Jongin. Taehyung yang memasang kemera disana bersama Sehun.

"Oowwww... Oowww... Zoomm, Tae! Zoom! " pinta Chen heboh. Taehyung dengan senang hati melakukannya. Menitik fokuskan pada kedua wajah pemain yang sedang berciuman erotis. Mulut kecil Sehun tanpa sadar ikut terbuka melihat bertapa lihainya kawan kecilnya itu meraup bibir tebal Kyungsoo.

"Bisakah aku pergi dari sini?" tanya Chanyeol memelas. Karena Taehyung dan Kris duduk menghimpitnya tak membiarkannya kabur.

"Sshhhh... Aku ingin ke kamar mandi sebentar." Chen berlari menuruni tangga ke kamar mandi sambil memegangi selangkangannya yang menggembung. "Chen hyung! Aku ikuttt! " seru Taehyung menyusul Chen.

Begitu Taehyung pergi, Chanyeol berkesempatan untuk kabur namun Kris menariknya mendudukannya antara dirinya dan Sehun. Karena hanya tinggal mereka bertiga. Chanyeol mencoba mematikan laptop Taehyung namun karena di halang-halangi kedua pria di sebelahnya ia jadi memencet tombol sembarangan.

"ukkkhhh sshhnhhhh ahhhhhhhhh.. " desahan Kyungsoo klimaks begitu keras terdengar gara gara Chanyeol ternyata tak sengaja memencet tombol pengeras suara.

"Apa yang kau lakukan di atas, Hunie?" teriak Luhan dari lantai bawah.

"MENONTON Kris dan Chanyeol kuda-kudaan, Lu! " balas Sehun mendapat pelototan Krisyeol.

.

.

.

Kyungsoo menyeka keringat dingin bocah kecil yang ada di pangkuannya. Tangan kecilnya memeluk pinggang sang eomma. Dahinya harus di jahit karena terantuk batu di sungai yang runcing-runcing ujungnya. Tangan dan kakiknya penuh luka gores, bahkan kedua lututnya berdarah namun hanya perlu di plester. Tak lupa demam yang beberapa hari ini di deritanya karena terlalu lama terendam air sungai.

"Taeoh ingin apa? Kenapa menangis terus?" tanya Kyungsoo lembut.

Teoh sang anak hanya menggeleng dan terus menangis tanpa suara agar tak terdengar appanya. Ia agak trauma di bentak Jongin saat pulang di antar Haowen, putra Sehun dengan keadaan basah kuyup dan darah mengalir dari dahinya. Haowen juga tak tau apa yang terjadi, ia hanya menemukan Taeoh sudah di terjebur di sungai.

Derit pintu terbuka terdengar di telinga ibu dan anak itu. Melihat siluet appanya yang datang, Taeoh menenggelamkan wajahnya di perut Kyungsoo dan meringkuk takut. Padahal Jongin hanya ingin menengok keadaan putrannya.

"Apa sudah baikan?" tanya Jongin pada Kyungsoo.

"Demamnya sudah sedikit turun, hanya saja ia hanya makan beberapa sendok saja. Mungkin karena sakit lidahnya jadi pahit," jelas Kyungsoo membelai rambut putranya yang meringkuk ketakutan.

"Aku bawakan bubur, tolong paksa dia makan. Sesuatu harus masuk ke perutnya agar cepat sehat." Jongin menaruh bungkusan berisi bubur di meja ranjang putranya. Netranya melirik Teoh yang terlihat lemah di pangkuan eommanya.

Kyungsoo meraih bubur itu dan bersiap menyuapkan pada putranya. Namun lagi-lagi bocah tampan itu menggeleng menolaknya. "Kau harus makan, sayang!"

"KIM TAEOHHH! Turuti eommamu!" suara Jongin dengan nada agak tinggi.

"E. Eeeoommmaaa... " rengek Taeoh pada Kyungsoo bersiap menangis keras. "Huweee... Eomma... A-appa jahattttt... Huweeee.. "

Kyungsoo putuskan membaringkan putranya di ranjang sambil memberikan tepukan pelan di pantatnya. Berharap tangisnya reda dan tertidur. Setelah itu mungkin ia akan memanggil dokter untuk memasangkan infus atau membujuknya makan dengan cara lain. Tapi tidak dalam situasi sekarang.

Jongin memilih menyingkir dengan duduk di meja belajar Taeoh. Agaragak jauh dari pandangan putranya. Sebenarnya ia tak tega melihat putranya menangis tapi jika tidak begitu ia tak akan makan dan akan sakit terus.

"Jangan terlalu keras, Jongin! Dia sepertimu bukan? Sedikit nakal dan jail, tapi aku yakin putraku tetap anak baik sama seperti appanya."

"Tapi dia sudah keterlaluan, Kyung! Bermain di sungai hingga luka-luka seperti itu. Jika Haowen tak kebetulan menemukannya mungkin anak ini sudah hanyut di sungai. Appa mana yang tak kesal dan khawatir?"

"Tapi kau membentaknya dan membuatnya ketakutan, sayang!"

"Maaf, tapi itu kulakukan agar ia tak mengulangi tingkah bodohnya itu. Aku tak mau kehilangan Taeoh, Kyung! Dia putraku satu-satunya! Kau pasti paham itu!"

"Aku sangat paham... Sekarang mandilah dulu, tunggu aku di kamar. Aku akan meminumkannya obat dan menidurkannya dulu," pinta Kyungsoo. Jongin hanya menurut keluar kamar Taeoh sampai terdengar pintu tertutup.

Taeoh masih membuka matanya dan menangis sesenggukan. Kyungsoo tersenyum padanya sambil berkata, "Kau dengar kata appamu bukan? Ia hanya tak mau kau kenapa-napa. Kau tau? Appamu orang yang paling keras menangis saat merasakan jantungmu berdetak lagi. Kau lahir terlalu awal, saat itu jantungmu sempat berhenti berdetak. Kami sangat panik tentunya, untungnya kau masih bisa bertahan dan menjadi jagoan kecil eomma sekarang."

Walaupun Taeoh masih berusia 8 tahun, namun ia sudah bisa menangkap alasan sikap appanya. Ia mengerikan isyarat pada eommanya untuk mendekat ke arahnya, agar bisa membisikan sesuatu.

Jongin akhirnya melihat Kyungsoo datang ke kamar mereka. Ia langsung menghampiri istrinya itu dan memeluknya erat. "Apa aku sudah keterlaluan pada Taeoh?" tanyanya sambil mendekat kan wajahnya ingin mencium bibir sang istri. Kyungsoo malah mencubit perutnya, "Kenapa menciumku, bodoh!"

"Biasanya juga aku menciumu. Toh, Taeoh tak kan.. OHH Astagaa! Kenapa anak ini disini?" pekik Jongin melihat Taeoh berdiri menunduk di pinggir pintu.

"Appaa~" panggil Taeoh lirih.

"Ya, kemarilah! Kenapa kau berdiri di situ?" Taeoh berjalan pelan ke arah Jongin, Jongin pun berlutut agar sejajar dengan puteranya itu.

Taeoh mengeluarkan sebuah benda yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya yang kecil. Sebuah cupcake dengan satu lilin menancap di atasnya berada di kedua tangan kecil Taeoh. "Selamat ulang tahun, appa! Taeoh sayang appa!" ucap Taeoh malu-malu. Ingat mereka kan sedang bermusuhan.

Jongin mengusap pucuk kepala Taeoh lalu mengecupnya. "Kau pelit sekali pada appa? Hanya di beri kue sekecil ini, " goda Jongin. Padahal ia tak masalah sekecil apa pun kuenya, tak di kasih pun juga tak masalah.

Taeoh menengok pada eommanya berniat mengadu. "Eomma...!"

"Terima saja, Jongin! Putramu sebenarnya ingin membilakanmu kue yang besar, tapi tas kecilnya yang bergambar beruang berisi uang tabungannya hanyut di sungai. Makanya putramu sampai dahinya harus di jahit begitu karena mengejar tas kecilnya itu."

"...Ia sebenarnya hanya ingin menyelamatkan anak kucing yang terjebur di sungai, jadi tolong berhentilah memarahinya."

Jongin memandang putranya tak percaya, "Benarkah?"

Taeoh mengangguk polos, "Disana juga ada uang Taeoh untuk membeli bunga untuk eomma."

Jongin tidak tahan untuk tidak memeluk putranya. "Maafkan appa ne ! Appa kira kau nakal bermain di sungai sendirian dan tak hati-hati."

"Appaaa... Cup cakenya remuk, kegencet!" adu Taeoh.

Jongin melepaskan pelukannya, meratapi kue ulang tahunnya yang gepeng dan remuk, lilinnya sampai patah dan jatuh. "Yaaahhh... Appa tak jadi tiup lilin!"

"Ayolah itu hanya kue, anak-anak...! Besok kita beli baru okey? Ayo kembali ke kamarmu, Kim Taeoh! Kau harus makan buburmu dan minum obat, lalu eomma temani tidur, " ajak Kyungsoo mengulurkan tangannya untuk menggandeng Taeoh.

Taeoh menggeleng, malah meminta Jongin membisikan sesuatu. "Eomma belum memberi kado untuk appa. Ayo katakan apa yang appa inginkan, biar Taeoh mintakan pada eomma!"

Jongin membisikan sesuatu. Taeoh mulai menirukan apa yang dibisikan Jongin. "Kyungsoo-ya... Upss.. Mian! " Taeoh membekap mulutnya sendiri karena sadar tidak sopan memanggil eommannya dengan nama.

"Eomma, hari ini cuaca sangat dingin. Di luar sedang gerimis. Selimut tak cukup tebal untuk menghangatkan K-Appa.. Hehehe hampir saja salah."

Jongin berbisik lagi. Taeoh tertawa cekikikan mendengar bisikan appanya. "Benarkah tak apa?" tanyanya pada sang appa. Jongin mengangguk tersenyum jail.

Kyungsoo melipat tangannya di dada, menunggu kalimat selanjutnya. Awas saja jika suaminya itu berkata-kata mesum.

"Maukah eomma tidur sambil memeluk appa - "

Kyungsoo sudah siap ambil nafas dalam-dalam untuk meneriaki Jongin. Namun putranya itu melanjutkan kalimatnya. " dan aku?"

Jongin menahan tawanya dengan menggendong Taeoh naik ke ranjang lebarnya. "Pervert! Pffftt" caci Jongin pada Kyungsoo.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seperti hari-hari sebelumnya Taeoh pulang bersama Haowen yang umurnya satu tahun di atasnya. Bocah bermarga Oh itu menggandeng tangan Taeoh sangat erat, bukannya ia suka tangan Taeoh. Melainkan sifat Taeoh yang perhatiannya gampang teralihkan membuatnya sering tanpa sadar berjalan tak sesuai rute jalan. Entah kupu-kupu yang kebetulan lewat di hadapannya, entah bunga yang mekar di tepi jalan membuat tiba-tiba berhenti lalu memandanginya sampai bosan, entah mengejar kucing liar atau mengejar hewan lucu lainnya seperti saat ini.

"Ayo, Kim Taeoh... Appaku bisa menghabiskan jatah kue kering ku jika kita tak cepat pulang!" keluh Haowen setengah menyeret Taeoh bergegas. Tapi Taeoh malah tetap ingin menangkap anjing kecil berbulu coklat yang menggerak-gerakkan ekornya.

"Tapi hyung... Anjingnya lucu," elak Taeoh tak mau segera pulang.

Haowen memutar bola matanya malas. Batu di beri pita pun bagi putra Kim Jongin itu pun pasti juga akan di anggapnya lucu. Namun tiba-tiba Taeoh menepuk-nepuk lengannya agak keras sambil berseru, "Hyung.. Hyung... Nunna itu sepertinya akan di culik. Wuoooahhh, wajahnya mirip eommaku!"

Haowen mak tak mau melihat apa yang dilihat Taeoh. Seketika wajah datarnya di hiasi mata berbinar antara takjub dan terpesona. Bagaimana tidak segerombolan orang yang ingin menculik anak perempuanan itu terkapar semua. Padahal ia hanya berbekal balok kayu yang ia temukan di jalanan. "Yeppoyo..!"

Setelah itu seorang pria dewasa menghampirinya dengan menyeret koper dan wajah khawatir bercampur cemas. Yang lebih mengherankan lagi gadis kecil itu tiba-tiba terduduk di jalan sambil menangis keras, seolah mengadu pada ayahnya bahwa dia diserang. "Lalu siapa yang memukuli mereka?" tanya pria itu bingung.

Gadis kecil itu celingak-celinguk namun yang ia temukan hanya bocah laki-laki yang bergandengan tangan. Tak ada pilihan lain, ia menunjuk Taeoh dan Haowen yang berdiri dengan tampang polos tanpa dosa mereka. Pria itu langsung menengok kearah mereka berdua.

"Paman Chanyeol!" seru Taeoh girang bukan kepalang.

Chanyeol menatap kecewa pada putrinya. "Bisa kau jelaskan ini pada Daddy, hmm?"

Gadis itu hanya menunduk. Tak berapa lama kemudia segerombolan pria berjas hitam turun dari mobil dan berbaris rapi di belakang gadis itu lalu membungkuk hormat pada Chanyeol.

"Ya Tuhan babamu sudah keterlaluan!"

.

THE END

.

.

.

Note:

Sorry jika endingnya kurang greget, otak saya sudah mentok buat mikir. Apalagi ini udah molor dari perkiraan saya, maklum lah lagi-lagi urusan real life ngga bisa di prediksi. Sampai ketemu lagi di cerita lainnya. ヽ()/