Gintama milik Hideaki Sorachi bukan milik saya tapi fanfiksi ini murni saya yang buat.

Rate T

Enyalah kalian bagi yang gak suka YAOI karena ini YAOI, yang berarti BOYS LOVE, HUMU, MAHOAN dan APAPUN ITU. Saya tidak bertanggung jawab jika mata kalian rusak atau ingin muntah, segera pencet tombol balik kalian jika tidak kuat.

Pairing : Hijigin

Ada Okiginnya :3

Karena saya suka jika karakter utama menjadi uke tak berdaya #plak

Selamat membaca

.

.

.

Hijikata menggelar futonnya. Kunjungan kagura dan Shinpachi ternyata ada gunanya. Mereka mengancam Gintoki untuk menjadi anak yang baik. Lihat sekarang dia tidak rewel dan mau menggelar futonnya sendiri.

"Hijikata-kun tidak bisakah lampunya dinyalakan?"

"Lampunya rusak"

"Ta-tapi diluar hujan dan banyak petir"

"Lampunya rusak"

"tidak bisakah kita menggunakan lilin?"

"Lampunya rusak"

"Kau hanya mau lampunya tidak dinyalakan kan? kan? kan?"

Coret kata Gintoki gak jadi rewel. Coret segera kata itu, CORET.

Lagi pula menyalakan lilin itu percuma. Diluar sedang ada badai. Petir, angin dan hujan. Kamar Hijikata itu ada diluar bukan tengah-tengah. Angin akan masuk dan mematikan Lilin, ya Hijikata blom pernah mencobanya hanya opini saja. Lebih baik mencegah dibanding rumah kebakaran. Entah sebesar apa badai yang dia pikirkan.

Gintoki tampak uring-uringan di futonnya. Dia terus berguling-guling selanjutnya menatap langit-langit.

"Aaaaagh aku tidak tahan! aku akan ke kamar si sadis itu!"

Gintoki bangkit membulatkan tekadnya. Dia tidak bisa hidup di tempat gelap. Orang-orang harusnya tahu hidup hanyalah di tempat cerah biar tidak terlihat suram.

Hijikata langsung menahan tangan Gintoki. Semakin Gintoki berusaha melepaskan tangan Hijikata semakin Hijikata mencengkramnya kuat. Apa-apaan ini, tadi dia yang menyuruh tidur di tempat Okita.

"Lepas Mayora! Gin-chan perlu hidup yang terang!"

"Tidak! saat kau membuka pintu pasti kau terbang terbawa angin!"

"EMANG AKU INI SERINGAN APA KUSOGAKI!"

Gintoki berusaha melepaskan cengkraman Hijikata. Dia bahkan sudah mulai menendang-nendang dan mengaung. Gintoki kecil bukan apa-apa bagi Hijikata.

Duar!

Ini petir kedua yang bunyinya begitu kencang seperti ada yang tersambar. Gintoki langsung memeluk tangan Hijikata. Di pegang kuat-kuat seakan ada yang mau menagih utang kepadanya, *ok cukup.

Gintoki benar-benar ketakutan sekarang. Hijikata dapat merasakan ada air yang mengalir di tangannya.

"Oi! oi! oi! teme.. jangan bercanda kau"

Gintoki tidak menjawab sama sekali.

"Seberapa jauh sikapmu yang akan berubah Yorozuya?"

Hijikata menghela nafas. Dia mengelus-ngelus kepala Gintoki. Perkataan Shinpachi semakin benar, perlahan Gintoki bisa beneran jadi anak kecil.

"Sudah-sudah, sebaiknya kau tidur yorozuya"

Mereka menuju futon tapi ada rasa janggal dari Hijikata. Gintoki tidak ingin melepaskan tangannya.

"Serius kau setakut itu? pergi ke futonmu, disini sempit"

Gintoki perlahan mulai melepaskan pegangannya. Dia sudah ada di futonnya sekarang.

Hijikata memejamkan mata. Dia harap Gintoki tak rewel untuk malam ini dan besok. Selanjutnya dia harap besok setidaknya dia bisa lebih santai.

Badai berhenti pada jam 5 pagi. Walau badai sudah berlalu sekitar 3 jam, udara dingin dan aura bekas hujan masih terasa. Hijikata semakin ingin memeluk benda lembut nyamannya. Tunggu dia tidak pernah ingat punya guling.

Mata Hijikata perlahan dia buka. Dia mengucek matanya biar cepat menyesesuaikan sinar dari luar ke matanya. Hal kedua yang dia liat selain langit-langit atapnya adalah ada gumpalan rambut putih keriting lembut yang berada di dadanya. Apa bulu dadanya sudah berubah. Tidak! Hijikata tidak memiliki bulu dada.

Dia meneliti rambut putih dan yang punya rambut ini hanyalah si pemilik Yorozuya, Sakata Gintoki. Sejak kapan dia tidur bareng begini. Jika Gintoki berbadan sebelumnya, suasana ini terlihat ambigu.

Hijikata mulai mencari jam disekitarnya. Dia mengangkat benda berbentuk seperti maskot. Berwarna oren dan ada kepalanya, Justaway.

Menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh menit. Dia langsung menatap horor. Semalam terasa nyaman dan dia malah menjadi susah bangun. Ini untuk pertama kalinya Hijikata bangun siang.

Dia ini wakil ketua. Sebenarnya dia belum menyentuh liburannya sama sekali. Pertama dia menjadi pengasuh Gintoki dan kedua dia harus cari tahu cara mengembalikan Gori- kondou keadaan semula. Hari ini ada rapat dan dia telat bangun.

Dia menyingkirkan Gintoki dengan pelan. Tangannya di genggam dengan erat oleh Gintoki. Hijikata mulai menarik paksa. Menjadi pengasuh Gintoki adalah kesialan terbesar dalam hidupnya.

"Okaa-san Gin-chan masih mau tidur"

"Oh anakku sayang, ibu harus melayani ayahmu. Awas Yorozuya! aku ada urusan yang penting teme!"

Gintoki memeluknya dengan erat. Dia gak mau gulingnya pindah kemana-mana. Seberapa susahnya dia semalam menyelinap ke futon milik Hijikata. Dia harus membuat Hijikata sengsara.

"Yorozuya aku tahu kau sudah bangun! Mau bangun atau ku pukul?!"

Gintoki menggelengkan kepalanya. Hijikata geram. Gertakannya tidak berpengaruh sama sekali kepada Gintoki. Hijikata mulai menghitung mundur dari 5.

"5... 4... cepat bangun! 3... 2... hoi!"

Gintoki masih diam. Tangan Hijikata mulai memegang rambut keriting Gintoki. Dia tidak akan peduli jika Gintoki menangis karena dia jambak rambut kesayangannya.

"sa-!"

"Baiklah aku bangun"

Gintoki berguling ke arah futonnya dan mulai melanjutkan tidurnya. Hijikata diam dan perlahan wajahnya berubah memerah. Kejadian tadi membuat otaknya yang bodoh semakin bodoh. Dia mulai memegang bibirnya. Dia menggelengkan kepalanya dan buru-buru bangun. Tanpa sadar dia menutup pintu dengan keras.

Gintoki menutupi wajahnya yang lebih merah dibanding Hijikata. Dia merutuki sifatnya tadi. Sekarang dia tahu bagaimana rasanya malu.

"Ck!"

"Ada apa Fukuchou?"

Yamazaki melihat Hijikata menutup pintu dengan kencang. Wajahnya memerah dan terlihat sebal. Yamazaki berpikir Gint9ki dan Hijikata bertengkar, mengingat mereka tidak pernah ada yang namanya akur, bahkan sebuah gencatan senjatapun sepertinya juga tidak akan ada.

Hijikata tersentak terkejut atas datangnya tiba-tiba Yamazaki. Dia menghela Nafas dan membuat ekspresi datarnya.

"Tidak, lanjutkan Yamazaki"

Hijikata berjalan, dia masih mengenakan pakaian santainya bukan seragam Shinsengumi.

"Ano fukuchou sebenarnya"

Yamazaki berbisik di telinga Hijikata.

.

.

.

TBC

Note :

Hae Baebeh aem bek

Maaf ini terlalu lama padahal niat hati mau rajin hiks hiks. Makasih yang udah suport saia, sini cium atu atu.

Sampai jumpa

salam sayang baebeh