Memoir

Lyreinata-chan

Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

.

Hinata pulang ketika hari sudah malam. Mau tak mau ia terkejut ketika melihat sosok jangkung dan seksi yang bersandar di mobil. Sasuke menyadari kedatangannya dan tiba-tiba menatapnya dengan pandangan amat kesal. Hinata memalingkan wajah, ketika ia melihat bibir Sasuke yang tipis. Uhm, Hinata harus jujur bahwa ia ingin menggigitnya sedikit.

"Dari mana kau?" tanyanya sewot. Sasuke menghampiri Hinata yang berdiri terpaku. Kenapa Hinata harus bengong melihatnya, dan bisa tersenyum pada pirang jelek itu. Harga diri Sasuke tidak mengijinkannya untuk masuk ke dalam kafe dan memata-matai Hinata, tapi orang-orang di sekitar kafe itu sudah menjadi saksi bagaimana mobil Sasuke memutari jalan di depan kafe tersebut puluhan kali, Ya! Puluhan! Kali!

"Ahh.. aku? Baru saja selesai konsul. Tumben Sasuke-kun kesini, ada apa?" Hinata benar-benar tidak menangkap bau cemburu yang disebarkan Sasuke dan ia menjawab dengan lugas. Sebenarnya Hinata salah fokus sejak Sasuke di pandangannya, ia teringat bagaimana bayangan sosok Sasuke yang tadi siang ia bayangkan. 'Berhenti Hinata! Wanita pendosa!' batinnya.

Mendengar jawaban Hinata yang datar dan ia malah ditanya balik, gemuruh panas yang sedari tadi ia tahan mulai bocor.

"Hooh.. jadi konsul, siapa dosenmu?"

"Memang sudah skripsi pakai konsul segala?"

"Ngapain juga konsul sampai malam?"

"Jujur Hinata, kau benar-benar konsul? tidak ada acara setelah itu?"

Hinata merasa telinganya berdengung sesaat mendengar Sasuke yang bertanya tanpa henti, apa sih Sasuke ini? Cerewet sekali akhir-akhir ini.

"Apakah Sasuke-kun sakit?" ucapnya ragu sambil memeriksa dahi Sasuke yang ternyata bersuhu normal. "Kau tidak sakit, kenapa denganmu hari ini?"

Sasuke menatap wajah bulat itu sejenak, ingin mencuri kecupan. Namun, ia masih kesal. Bagaimanapun ia tak terima jika Hinata berkencan dengan orang lain apalagi si pirang itu. Dia belum menyatakan cinta secara officialy dan sudah ada yang mau menggaet wanitanya, cih mimpi!

Jika dipikir-pikir Sasuke sering mengatakan rasa ketertarikan pada Hinata di tempat tidur mereka seperti 'kau hebat Hinata', 'sangat lembut', dan kata-kata rayuan lainnya. Tapi Sasuke tidak akan pernah berpikir bahwa kata-kata tersebut bisa mendapatkan hati Hinata, dia sadar diri oke.

"Kau… sungguh hanya konsul? Tidak berkencan atau apapun?" tanya Sasuke akhirnya dengan nada murung sambil memegang tangan Hinata.

Hinata termenung sesaat dan ia mengangguk dengan lambat. Sasuke bertingkah seperti ia cemburu, namun Hinata tak berani yakin akan hal itu. Mungkin hal ini hanya karena harga diri Sasuke yang terusik jika ia keluar atau berkencan dengan lelaki lain. Tiba-tiba Hinata tidak mood memikirkan hal tersebut, ia melepas tangannya dari Sasuke dan beralasan menyelipkan rambut ke belakang telinga.

Sasuke seperti anak kecil pada saat seperti ini, tangan Hinata yang sudah diturunkan ia genggam lagi sangat erat. Hingga akhirnya Hinata memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Mau masuk?" tawar Hinata pada akhirnya saat Sasuke mulai menggelitik telapak tangannya dengan lembut seperti menggodanya. Mata Sasuke menyipit sedikit ketika ia mendengar perkataan Hinata.

Entah kenapa suara Sasuke terdengar sedikit serak ketika ia menjawab, "aku ingin, tapi apa rumahmu sepi?" sambil bertanya ia mengangkat tangan Hinata dan menggigit jari kelingking yang mungil.

Wajah Hinata reflek memerah dan ia menarik tangannya dengan paksa, "ru-rumahku sepi! Tapi bukan itu maksudku!" jawabnya dengan panik. Bagaimana ia tak hapal bagaimana kode dari Sasuke. Ketika mereka masih dalam hubungan seperti itu, Sasuke akan menggigit jarinya ketika ia menginginkan Hinata. Ia akan memeluk dirinya dari belakang saat ia tengah memasak di dapur apartemen pria itu, dan menggigit jari kelingkingnya sebelum membawanya ke ranjang dengan selimut biru dongker miliknya.

Bahkan ia rasa, dulu ia bisa yakin bahwa Sasuke dan ia bisa menjadi pasangan asli serta kehidupan pernikahan mereka tidak jauh-jauh seperti saat itu. Tapi itu hanya sebuah mimpi belaka.

Nyatanya, Sasuke sudah memiliki tunangan dan hingga sekarang pria itu tidak pernah bercerita pada Hinata, seakan-akan Hinata adalah seonggok mainan tak berguna.

.

.

.

.

.

Pada akhirnya Sasuke pulang setelah Hinata dengan wajah merah mengusirnya, yah Sasuke hanya menggodanya dan ia tidak berniat untuk melakukan hal seperti itu pada Hinata, setidaknya sekarang. Bagaimanapun ia mengingat bagaimana janji yang telah dibuatnya.

Setahun yang lalu Neji, sepupu Hinata memergoki hubungan keduanya. Neji bertanya padanya sejak kapan mereka mulai berkencan. Sasuke tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena hubungannya dengan Hinata yang pasti bukanlah berkencan. Mereka lebih dari teman, namun kurang bila disebut sepasang kekasih, karena tidak ada kepastian dari kedua sisi. Sasuke yang merasa nyaman serta takut Hinata tidak menerima perasaannya dan Hinata bukan tipe yang akan menanyakan sebuah komitmen lebih dahulu.

Ketika ia tak mendengar jawaban apapun darinya, Neji benar-benar marah dan mulai curiga. Ia dengan tegas membongkar lemari Sasuke dan menemukan beberapa kotak kondom yang selalu Sasuke stok. Neji adalah tipe sangat posesif pada Hinata, dan saat itu otak Sasuke yang biasanya lancar seperti berhenti berjalan.

"Kau memperlakukan adikku seperti sampah!" itu adalah kata-kata Neji sebelum dengan tegas menghajarnya.

.

.

.

.

.

Hubungan sex friend bukanlah hal yang tabu di Jepang, apalagi di jaman sekarang. Namun, klan Hyuuga tidak berpikir seperti itu. Mereka adalah klan yang tradisional, dan Hinata yang dianggap kotor akan dipermalukan. Sasuke benar-benar sadar akan hal itu, bahkan sejak pertama kali ia mencium Hinata, namun ia tergoda saat itu. Sangat sangat tergoda.

Setelah dihajar oleh Neji, Sasuke sadar bahwa bagaimanapun ia tak bisa melanjutkan hubungan yang seperti ini. Ia harus menyatakan perasaanya pada Hinata dan mereka harus mendapatkan restu dari kedua orangtua mereka. Neji sangat benci dengan ide itu dan akhirnya mereka melakukan perjanjian rahasia yang isinya, Sasuke harus benar-benar menjauh dari Hinata selama satu tahun, jika tidak Neji akan melaporkan hubungan mereka pada ayah Hinata. Sasuke sangat tidak ingin jika Hinata mengalami amarah Hiashi. Akhirnya Sasuke mengucapkan persetujuan pada perjanjian tersebut.

Walaupun Neji tidak suka padanya, Sasuke adalah lelaki yang sudah menyentuh sepupunya. Setidaknya jangka waktu setahun akan membuktikan bagaimana perasaan keduanya. Ia tak pernah benar-benar akan melaporkan hubungan ini pada ayah Hinata, itu hanyalah sebuah ancaman semu namun Sasuke percaya. Neji saat itu tidak tau harus tertawa atau menangis melihat ketulusan Sasuke pada Hinata. Tapi tetap saja, ia adalah serigala.

.

.

.

.

"Oh, jadi Neji-nii akan pulang waktu dekat ini?" Hinata berada di depan laptopnya yang tengah menayangkan live-chat dengan sepupunya yang hampir identik dengan ayah Hinata dengan versi yang lebih muda.

Wajah dalam laptop tersenyum dan senyumnya menular hingga bibir Hinata.

"Ya, aku berencana pulang pada akhir bulan ini. Aku harus mengambil cuti dan memastikan sesuatu." Ucap Neji dengan nada yang tidak terdefinisi.

"Apakah ayah tau?" tanya Hinata cemas karena Neji berada di luar negeri adalah hasil rekomendasi dari Hiashi.

"Tenang saja, Paman tau."

"Ohh, baiklah jika begitu."

.

.

.

Setelah panggilan mereka selesai, Hinata terdiam dan berpikir sejenak. Kenapa seperti ada sesuatu yang mengganjal.

Apakah karena ia menolak permintaan Sasuke tadi?

Atau karena sepertinya ada sesuatu dengan Neji?

Hinata yang pusing segera membaringkan dirinya dan berusaha terlelap. Memikirkan semua hal ini membuat Hinata menyadari bahwa ia tak pernah lepas dari Sasuke.

Ia menatap langit-langit kamar dan seketika bergumam

"Hahh… aku merindukannya."

.

.

.

.

.

TBC

Author note: Wuhuuu akhirnya aku update. Maaf tidak bisa membalas review satu persatu, tapi say abaca kok, sumpah serius, ehehehe. Aku gak bisa banyak komen sih tentang chapter ini, biar pembaca aja yang berkomentar, wkwkwk. Thankyou for reading, see ya~