Naruto by Masashi Kishimoto

Ruang kosong by Cadiz ke

Warning : Typo bertebaran, cerita seorang amatir, gaje, banya kekurangan, NaruSeme, SasuUke, boyxboy, sho-ai. (Masih banyak kekurangan yang tak dapat di sebut)

Note : Ff ini adalah ff yang berhubungan dengan yaoi atau segala macam sebutan yang bersangkutan dengan hal tersebut, jadi aku harap jika kalian tidak menyukai hal hal yang berbau gay atau lain-lain maka aku sarankan untuk pergi. DAN ANGGAP TAK PERNAH MEMBACA FF INI.

C

Di dalam setiap otak manusia ada ruang, ruang kosong di mana kau dapat menuang kan segala nya di sana. Tidak ada peraturan di sana, karena di sana terdapat plang besar bertuliskan kebebasan. Kau bisa melakukan apa pun semau mu, kau dapat jungkir balik tanpa peraturan, kau dapat melanggar tanpa buku hukum, kau dapat terbang tanpa jatuh. Dan kau dapat berkhayal.

Aku pernah berkhayal, berkhayal akan hal yang menakjubkan, mengagumkan, sekaligus konyol dan tolol. Dan itu semua menyenangkan. Aku pernah berkhayal sebagai super hero, penyelamat dunia yang di elu-elukan seperti Tuhan. Aku pernah berkhayal sebagai Hokage, mimpi yang sudah lama aku bayangkan. Dengan diriku yang di pandang hormat, tanpa tatapan merendahkan. Dan, sekali lagi aku pernah berkhayal, berkhayal untuk menjadi matahari. Tolol bukan? Balik lagi ke awal, khayalan tidak akan lengkap tanpa ada kata tolol. Tapi, aku senang. Senang akan khayalan ku yang menjadi matahari untuk dia. Untuk dirinya yang terlampau gelap dan dingin. Aku ingin menyinari dan memberi kehangatan pada nya. Hal yang manis bukan? Seperti permen harga sampah.

Putaran tentang kenangan masa lalu terlintas cepat, secepat kau mengambil oksigen lalu membuang nya tanpa terimah kasih. Tentang diri ku yang tidak tahu menahu mengapa diriku di tatap seperti itu, tatapan merendahkan, tatapan mencela, tatapan mencemooh, dan sebagian kecil tatapan belas kasihan. Diriku yang entah begitu naif atau terlalu idiot, menjalaninya dengan senyum yang teramat lebar, lalu mengkoar-koar kan tentang diriku yang akan menjadi Hokage suatu saat nanti. Melupakan satu hal yang melekat kuat pada kenyataan, bahwa aku sendirian sejak kecil. Lahir tanpa tahu dari mana kau berasal, sungguh menggelikan bukan?

Aku tersenyum, saat mengingat scene di mana aku di tendang keluar dari toko-toko mereka seperti sampah. Dan mereka akan berteriak tentang, dasar pembawa sial, seharus nya kau mati, dan masih banyak rangkaian kata yang lebih bangsat dari yang ku sebut tadi. Waktu itu umurku lima tahun, wajar saja jika diriku menangis. Menangis dalam diam, tanpa isak dan cucuran ingus. Air mata ku mengalir, mengalir begitu deras nya di temani senyum dari diri ku sendiri, beekata dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa aku kuat, seperti hal nya super hero dalam khayalan ku saat itu. Hanya itu yang kumiliki saat itu, senyum dan keyakinan besar.

Hari-hari lewat, berlari cepat tanpa permisi, membawa ku pergi menuju tempat itu. Tempat di mana entah aku harus bersyukur atau merutuki, tapi aku sungguh menikmati setiap detik nya. Di bawah sinar sore matahari, aku mendapati diriku berjalan dalam khayalan tak menentu, dan berakhir di jalan setapak dekat dengan danau itu. Garis takdir menyuruh ku untuk berhenti melangkah, mata ku sejenak melihat matahari hampir tenggelam di sana.

Aku pernah belajar tentang galaksi. Buku yang ku dapatkan dari Hokage ke-3. Di dalam sana tertulis bahwa susunan tata surya kita berpusat pada matahari, karena matahari adalah bintang terbesar dalam tata surya kita, yang menyebabkan matahari memiliki gaya tarik gravitasi paling besar sehingga memikat seluruh benda yang berada di keliling nya menjadi terikat tanpa tali. Terikat dalam lintasan yang rapih, memutari matahari. Bisa kita bayangkan bukan, betapa hebat nya matahari dalam mengkoordinasikan sebegitu banyak nya bintang di galaksi sana.

Dan hal menakjubkan lain nya adalah, tidak ada satupun planet lain selain matahari, yang dapat mengeluarkan cahaya nya sendiri. Kebanyakan dari mereka, cahaya itu hanya pantulan semata yang mereka dapatkan dari matahari. Tapi kenapa. Mengapa matahari, mau tenggelam dalam kegelapan, lalu di gantikan oleh bulan yang bahkan bulan sendiri mendapatkan kekuatan menyinari dari matahari itu sendiri. Mengapa matahari mau mengalah pada benda kecil seperti bulan. Benda yang bahkan tidak dapat menghasilkan cahaya nya sendiri untuk menyinari bumi. Mengapa tidak venus, pelanet paling terang jika dilihat dari bumi. Mengapa tidak yupiter, planet paling besar di tata surya. Mengapa tidak saturnus, planet paling indah. Jadi, mengapa matahari tetap memilih bulan, padahal masih banyak pilihan lain yang lebih baik di bandingkan bulan?

Pusing memikirkan hal yang tak menentu, mata ku turun menatap danau. Lalu, pandangan ku mengarah kepadanya, sedang duduk di pinggir danau. Campuran dari kata cantik dan menawan, melebur membentuk gabungan kata yang terdiri atas banyak gen di dalam nya. 'Menakjubkan'.

Dan di detik selanjutnya aku mengerti, mengerti mengapa matahari lebih memilih bulan dibandingkan venus, saturnus, dan yupiter.

Itu karena,...

Semilir angin sore membawa harum khas air danau menuju hidung ku, mata ku sejenak menutup rasakan sore tenang kala itu. Saat aku membuka mataku aku melihatnya, sepasang permata hitam menatap ku tajam. Dan yang ku ingat setelah nya jantungku berdebar dengan sengatan riang mengerubungi perut ku. Gejolak aneh ini ku tutupi dengan menjulurkan lidah ku ke arah nya. Dia hanya memandang ku tajam dengan pipi gembil nya yang ia gembung kan. Masih terekam jelas di ingatanku saat itu wajah ku terasa memanas, dia terlihat menggemaskan. Ku alihkan pandanganku sejenak ke danau mengahalau perasaan aneh yang menyapa semangat pada dada ku. Lalu pandangan kami bertemu kembali dengan dia yang tersenyum miring pada ku. Senyuman itu sungguh menjengkelkan di satu sisi dengan sisi lain membuat ku merindukan nya. Aku membalas senyuman itu dengan menjulurkan lidah ku, lagi. Setelah itu aku berlari meninggalkan keindahan itu. Berjalan dalam sunyi, mengikrarkan janji akan menjadi matahari bagi nya.

... Karena, Bulan adalah cinta pertama Matahari.

Matahari untuk seorang Uchiha Sasuke.

C

Dirinya mati.

Mati karena tujuan hidup nya sendiri. Lebih tepat nya mati di bunuh oleh Sasuke, seseorang yang bahkan lebih penting dari apa yang dibayangkan oleh dirinya sendiri.

Sekarang dia sedang duduk dalam sunyi, memikirkan kenyataan yang begitu pahit dan manis dalam satu telan. Pahit akan rasa di mana dirimu ingin menangis dan tertawa dalam detik yang sama, menangis akan kebodohan yang begitu tinggi dan tertawa karena ketololan yang di perbuat. Manis dimana rasanya kau muak, muak akan bualan tetang hidup nya selama ini, muak akan rasa penuh yang di namakan muntah. Dan Naruto sedang merasakan itu.

Perasaan menggebu-gebu akan banyak emosi, mulai dari marah, sedih, senang, lucu, tidak percaya, dan yang paling dominan kecewa. Kecewa teramat besar. Kecewa akan akhir kematian nya yang begitu lucu dan penuh akan drama receh. Lucu dalam mana kau berada di sisi kau ingin tertawa tapi di tahan oleh acara drama yang membuat mu berhenti tertawa di detik setelahnya.

Dan, yang hanya bisa Naruto lakukan hanyalah diam di tempat segelap ini, sambil meringkuk seperti janin lemah tanpa perlindungan. Memutar banyak roll film dalam otak nya, mengingat akan masa hidup nya yang tidak bisa menggapai apa-apa. Kecewa akan dirinya yang begitu lemah dan kecil. Jatuh dalam jurang keputus asaan.

Dimana dia tidak bisa menggapai mimpi sekaligus khayalan nya, untuk menjadi matahari bagi Uchiha Sasuke.

Bukankah sudah ku bilang.

Naruto sudah mati.

Beberapa saat lalu ruangan ini gelap, tiada cahaya yang menerangi nya. Naruto yang berada dalam kegelapan tersebut, hanya bisa meringkuk seperti janin dengan pikiran nya yang sudah melalang buana. Sebuah suara merdu memanggil nya, memaksakan dirinya ditarik dari perjalanan masa lalu nya. Sejenak membuka mata lalu menutup nya, menghalau silau yang menusuk mata biru nya. Gambaran akan gadis cantik tercetak jelas di hadapan nya. Potongan kain sutra membentuk gaun tipis, menyebabkan siapa saja dapat melihat jelas lekuk indah tubuh itu. Rambut putih perak, mata merah rubik, kulit putih susu, pipi merah alami, bibir ranum yang manis. Bila di satukan akan menjadi maha karya agung. Seorang bidadari cantik. Mungkin terdengar berlebihan bila di katakan demikian. Tapi, kenyataan demikian. Setelah nya Naruto menyadari, bahwa ruangan gelap tadi berubah menjadi padang rumput yang teramat indah untuk di pandang.

"Siapa kau?" Bibir Naruto sudah gatal ingin bertanya sedari tadi. "Kau bisa memanggil ku Cleo." Jawab nya, dengan tetap mempertahankan senyum manis. "Ini, dimana?!" Wajah Naruto menggambarkan kebingungan.

"Seperti yang kau pikirkan Naruto, ini adalah tempat yang di yakini sebagai ruang akhir kehidupan manusia. Dimana setelah kau berada di sini kau sudah tidak mendapatkan hak paten atas ruang kosong untuk berkhayal." Jelas nya.

"Apa maksud nya semua ini, aku tak mengerti?"

"Kau sudah mati Naruto, garis takdir yang menentukan. Dan sekarang kau berada di tempat seharusnya orang mati berada Naruto, yaitu ruang akhir kehidupan manusia. Aku tidak akan menuntut banyak hal, yang ku inginkan adalah kau mengikuti ku Naruto. Di sana akan ada hal yang menakjubkan." Senyum merekah pada wajah sempurna Cleo. Tangan nya terangkat, menunjuk lingkaran pituh besar, seperti lingkaran portal.

Naruto berdiri, ikut melangkahkan kaki mengikuti Cleo. Jauh lingkaran potal itu kira-kira 20 meter dari tempat Naruto sekarang berpijak.

"Naruto, bagaiman rasa nya mati?" Ini kegiatan yang rutin Cleo lakukan saat mengantar arwah-arwah seperti Naruto, menuju portal itu. Sebut saja, basa basi yang ekstrim.

"Kecewa... Mungkin?... Entahlah."

"Kecewa, akan hal apa?"

"Tidak tahu?"

"Apa kau bingung ingin menjabarkan nya seperti apa?" Tepat sasaran, Naruto memang bingung akan tragedi gila yang sedang ia alami saat ini.

"Mungkin seperti ini, aku akan membantu mu untuk menjabarkan nya Naruto.

Matahari jatuh hati pada Bulan

Sang Bulan pergi, menjauh menuju kegelapan

Matahari risau

Matahari sedih

Bulan berjalan dalam kegelapan, sendirian

Matahari keluar dari galaksi,

Untuk menemani Bulan dalam kegelapan

Matahari memberi cahaya pada Bulan,

Agar Bulan dapat melihat

Matahari memberi panas pada Bulan,

Agar Bulan tak kedinginan

Matahari memberi api pada Bulan,

Agar Bulan percaya akan kehadiran nya

Belum cukup

Bulan sekarang malah berlari, semakin jauh, dan tak tercapai

Matahari sedih, tapi tak putus asa

Matahari memohon pada Tuhan,

Agar dirinya dapat terbelah menjadi dua

Dengan sisi lain untuk Bulan

Tuhan tersentuh, ia pun mengabulkan

Bulan membuang pemberian nya

Matahari sedih, dan putus asa

Sampai suatu malam, Bayangan melangkah, ia berdiri di depan Matahari

Bayangan menawari Matahari untuk pergi menuju kegelapan, untuk menggapai sang Bulan

Seutuh nya

Namun, kalau Matahari tidak dapat menggapai Bulan tepat pada waktu nya,

Matahari akan lenyap

Cahaya nya akan hilang tertutup kegelapan

Kehangatan nya akan hilang karena dingin nya gelap

Api nya akan lenyap tertimbun es kegelapan

Matahari mengiyakan penawaran itu

Melesatlah mereka berdua, seiring dengan itu Cahaya Matahari meredup,

Hangat Matahari memudar,

Api Matahari mendingin,

Dan, sebelum Matahari mencapai sang Bulan

Matahari mati

Kisah yang menyedihkan bukan Naruto?" Cleo bertanya dengan ceria nya, tidak memperdulikan tatapan kosong Naruto.

"Itu adalah kisah mu kan, Naruto?"

"Ya! Kau benar! Aku kecewa! Kecewa akan Sasuke yang telah membunuh ku! Aku kecewa, akan Sasuke yang menyebabkan semua ini terjadi! Aku kecewa pada diri ku sendiri! Kecewa akan diriku yang tidak bisa menggapai khayalan ku sendiri, aku kecewa. Benar kata mereka yang memanggilku sampah, aku hanyalah kotoran yang tidak dapat menggapai mimpiku sendiri. Aku hanya seonggok sampah, aku tidak berguna. Aku -hiks- sial! Kenapa menangis bodoh! -hiks- aku tidak tahu -hiks- semua ini dapat membuat ku gila! Aku tidak mengerti, kenapa?! Apa salahnya bila Sasuke menerima ajakan ku untuk pulang ke desa. Aku hanya tidak suka saat melihat Bulan ku berjalan dalam kegelapan. Aku di sini hanya berperan sebagai orang yang peduli pada nya, tapi dia... Aku -hiks-"

"Kau tahu Naruto, Tuhan tahu, tahu akan perjuangan mu Naruto. Bagaimana besar keinginan mu untuk membawa Sasuke pulang. Bagaiman usaha mu. Bagaiman perjuangan mu. Bagaimana pengorbanan mu. Itu sudah cukup membuat hati Tuhan tersentuh atas tindakan mu. Dan Tuhan pun tahu kalau sekarang kau sudah mati, mati dalam keadaan dimana kau menyesali perbuatan yang kau buat, dengan sia-sia menghabiska seluruh hidup mu hanya untuk Sasuke. Kau tahu Naruto, kau tidak perlu menyesal atas tindakan mu di dunia. Dan kau juga jangan menganggap bahwa perjuangan mu sia-sia Naruto, karena tidak ada perjuangan yang sia-sia, mau sekecil apapun itu.

Kau pernah mendengar kalimat tentang hidup ini adil Naruto? Banyak yang beranggapan bahwa kalimat itu hanyalah omong kosong belaka, dimana kalimat itu hanya sebagai pemanis dalam hidup. Tapi, sayangnya itu salah besar. Karena sesungguh nya, hidup ini memang adil Naruto. Tergantung dari bagaimana kau memandangnya, Naruto."

Naruto dan Cleo sudah sampai di tempat tujuan, berdiri tepat di depan pintu portal.

"Ini adalah buktinya Naruto -tangan Cleo terangkat menyentuh pinggir lingkaran portal- garis takdir mengatakan bahwa kau akan melewati pintu portal ini, pintu portal ini bisa membawa mu kemana saja tergantung dengan garis takdir terukir, pintu ini bisa membawa mu ke surga, neraka, atau tempat tak terduga lain nya. Dan kali ini, pintu portal ini akan mengantarkan mu ketempat yang tak pernah sedetik pun terbesit dalam khayal mu Naruto. Di tempat mu nanti kau juga akan menemukan kebahagiaan mu, Naruto. Bukankah sudah ku bilang, dunia ini adil Naruto, dan tidak ada perjuangan yang sia-sia, bukti nya garis takdir menyuruhku untuk mengantarkan mu menuju kebahagiaan yang tak pernah kau rasakan sebelum nya."

Cleo tersenyum di akhir penjelasan nya, rubik merah nya menatap Naruto yang jelas sedang kebingungan. Tangan Cleo terangkat, menangkup wajah Naruto. Ibu jari nya mengusap pelan pada ketiga garis yang menempel di pipi Naruto.

"Kau tidak perlu mengerti akan semua kegilaan ini Naruto. Kau cukup hadir dalam ketidak mengertian itu, dan sederhanakan."

Dan setelahnya Cleo berjinjit, lalu mengecup pelan kening Naruto. Naruto menutup mata nya saat merasakan kehangatan melanda kening nya. Naruto beranjak, melangkah menuju portal, sebelum tubuh Naruto benar-benar hilang dimakan pintu portal, Naruto tersenyum tulus untuk terakhir kalinya, dan mengucapkan salam perpisahan.

"Terimah kasih atas semua perkataan mu, walau aku tak tahu kau siapa. Tapi aku akan mencoba menyederhanakan semua ini, kau tahu, aku juga ingin bahagia. Dan bila portal ini jawaban nya, maka aku akan hadir dalam kegilaan ini."

Sejujurnya kisah sebelum nya, belum lah selesai

Kisah dimana Matahari rela kehilangan

Cahaya

Kehangatan

Dan api

Hanya agar Sang Bulan dapat bercahaya pada malam hari

Matahari harus merasakan kematian nya yang tak kunjung selesai

Tapi, Matahari senang

Senang akan Bulan nya yang dapat bersinar karena dirinya

...…...…….…...……………………..

.TBC.

Hi!

aku author baru disini, jadi Hai, lagi.

ini ff pertama (itu sudah pasti) jadi aku harap kalian suka, dan maaf atas segala kekurangan yang ada.

sangat menerima saran dan kritik, walaupun pedas.

see you next time!