Title: RITE OF SPRING: TURNING POINT
Characters/ Pairing: Hatake Kakashi/ Haruno Sakura
Type: Multichapter (Three Chapters)
Rating: M
Genre: Adventure, Romance
Warnings: (saat ini belum ada)
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
(Kami tidak mencari keuntungan dalam bentuk materi apapun dari penggunaan karakter-karakter ciptaan Masashi Kishimoto)
Non-edited. So all mistakes are mine.
::::
RITE OF SPRING: TURNING POINT
3
Ranselnya berwarna denim tua, sama sekali tak tampak menarik. Tidak terlalu tua untuk kategori retro, juga tidak kecil untuk disebut cute, tapi setidaknya aromanya tidak buruk. Semua miliknya ada di dalam sana. Paspor. Uang. Dia membungkus semuanya dengan plastik bening, berjaga-jaga jika harus melalui hari berhujan. Bukan berarti ranselnya tidak anti air. Benda polymers berbentuk sosis raksasa itu kini berada di pundaknya dan seketika dia mengerang pelan. Rasanya ternyata lebih berat dari dugaannya. Dia melepas kembali benda itu dari pundaknya.
Kau hanya pergi di akhir pekan, Sakura, tapi kau membawa persediaan selama sebulan. Sakura tertawa mendengar kalimatnya sendiri. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan menuju Skotlandia?
Sakura menatap jendela kamarnya yang masih tertutup tirai putih. Dia tahu jika dia bangun pagi-pagi sekali. Dunia tampak tenang di luar sana. Matahari masih berdiam di bawah horizon dan jalanan segelap film hitam putih. Sakura menghabiskan kopinya, membersihkan peralatan makan di wastafel mini sebelum menyeberangi ruangan dan duduk di tepi tempat tidur milik Hinata, menunggu matahari terbit.
Matahari pun muncul seperti biasanya. Warna kuning dan merah menggeser jutaan bintang di langit eboni. Burung-burung meluncur lembut dengan siulan-siulan silih berganti terdengar jelas. Oranye pertama yang menakjubkan muncul di garis langit. Lavender yang menenangkan serta amber yang brilian. Semua warna menyatu sempurna. Sinar matahari mulai menghangatkan udara sisa-sisa hujan semalam. Napas Sakura tercekat. Tercekat dalam arti menyenangkan. Kenapa dia baru menyadari jika pagi hari ternyata seindah ini?
Sakura mengambil kamera polaroidnya dan mulai memotret. First sunrise to my new adventure, tulisnya di bagian bawah hasil fotonya. Sakura tersenyum simpul sebelum mengambil selfie beberapa kali. Dua hasil foto dia letakkan di laci mejanya dan satu lagi disimpannya di laci milik Hinata bersama sebuah amplop warna lavender. Dia lalu berdiri tegak, menarik napas panjang sambil melemaskan otot-otot tubuhnya. Dia memasang kembali ransel ke pundaknya, mengeratkan tali-talinya agar nyaman lalu berjalan keluar kamar. Sebelum mengunci pintu dari luar, dia menatap lama kamar asrama yang ditinggalinya bersama Hinata. Matanya terpejam, menyesap aroma khas kamar itu dan menyimpannya baik-baik ke dalam memorinya.
…
Tentu saja setelah perpisahan mereka di Bibury, Sakura tak menyiakan kesempatan untuk meminta nomor ponsel pria pemilik rambut perak itu. Sakura mungkin tak menghubunginya selama sebulan karena disibukkan dengan perkuliahan dan juga menata kembali pola pikirnya.
Hanya tiga hari, Sakura. Kau tidak pergi selamanya. Lagi, suara hatinya berkata. Dia hanya akan mendatangi tempat baru, mencari pengalaman baru. Kakinya terus melangkah. Rambut merah mudanya yang dikuncir ekor kuda nampak bergoyang ke kiri dan kanan. Kini dia melewati sebuah pohon raksasa bercabang banyak yang berperan sebagai Dedalu Perkasa di serial Harry Potter. Ah, pasti menyenangkan rasanya melihat para pemeran Harry Potter itu ada di sini. Tak lama, dia sudah meninggalkan bangunan Oxford. Sakura menoleh ke belakang, menatap bangunan itu berdiri kokoh seolah menentang langit pagi. Aku akan kembali. Aku pasti kembali.
Sakura menarik napas panjang berkali-kali. Jantungnya bertalu-talu lebih kencang, penuh akan hasrat, gairah dan kebebasan. Dan di sanalah dia melihat pria itu. Berdiri tegap menunggunya di bawah kanopi halte bis dengan mata berkilat nakal serta seringai menawan. Pundak lebarnya tertutup kaos hitam. Ransel abu-abunya terlihat penuh tapi sama sekali tak kelihatan dia kesulitan membawanya. Tangan kokohnya lalu menunjuk pada dua sepeda, membuat mata alexandrite Sakura membulat lebar.
"Sepeda?" seru Sakura dengan sangat keras membuat burung-burung yang hinggap tenang di dahan pohon kini menghambur terbang.
"Mhm," angguk Kakashi sambil menggigit bibir bawah karena berusaha menahan tawa.
"Bloody hell, you must be joking!"
"I'm not. Kita akan berpetualang dengan sepeda. Lupakan motor, sewa mobil, kereta, bahkan pesawat. Enyahkan itu." Suara Kakashi berubah serius. "Selain hemat biaya, juga bisa meminimalisir kerusakan dalam perjalanan. Jarak pandang kita pun akan lebih terbuka." Kini dia berdiri tepat di depan Sakura. "Aku bukannya tidak punya uang tapi dengan naik sepeda kurasa perjalanan kita akan lebih menyenangkan."
Sakura menatap dua sepeda yang tampak mengkilap itu. Dia merasa seperti kembali ke masa kecil. Dalam hati dia membenarkan perkataan Kakashi. "Weeuuh!" Dia mengusap dahi, pura-pura menyeka bulir-bulir keringat yang belum muncul di sana. "Kuharap aku belum lupa cara mengendarainya."
Kakashi tertawa lepas. "Oke. Ke mana kita akan pergi?"
"Scotland."
"Sudah kuduga." Kakashi menyeringai. "Pilihanku tidak salah. Kita naik sepeda dan aku akan tunjukkan padamu apa yang bisa kita lihat selama perjalanan menuju Skotlandia. Come!"
"Tunggu!" Sakura menahan tangan Kakashi. "Aku ingin mengambil fotomu sebelum kita mulai. Boleh 'kan?"
"Silakan."
Kakashi berpose tegap dengan kedua tangannya berada di saku celana kargo hijau navy. Sakura mengarahkan kamera polaroidnya pada Kakashi yang tersenyum lebar hingga matanya mengecil. Tak lama Sakura bergabung dengan Kakashi dan mengambil foto lagi. Satu untuk direkatkannya di buku diari, satu lagi diberikannya pada pria itu.
"Lovely," puji Kakashi saat melihat hasil foto Sakura sebelum memasukkannya ke saku depan celananya. "Now, shall we?"
Sakura menatap jalanan yang belum dipenuhi kendaraan. Matanya mengarah pada jalanan di sebelah utara. Takjub akan langit pagi itu, Sakura menggenggam erat sepeda miliknya dan tersenyum. Bumi akan terus berotasi dan kita, sebagai manusia, apa yang kita lakukan? Sakura tak tahu apa jawaban untuk orang lain namun satu hal yang dia ketahui, untuk dirinya sendiri, bahwa pagi ini adalah saatnya memulai.
Yeah. A beautiful beginning to an end.
::::
END
::::
Jadi kisah perjalanan mereka akan dibuat di fic berikutnya. Karena mereka ke Skotlandia jadi saya sudah nentuin rute: London-Birmingham-Carliste-Glasgow-Edinburgh. Akan ada banyak perhentian yang akan dilakukan KakaSaku. So stay with me, 'kay? I'm not bite so I hope readers can leave a trace of Review.Terima kasih #bow.
Glosarium:
Alexandrite: jenis batu mulia yang sangat langka, termasuk dalam kategori Chrysoberyl karena kemampuannya berubah warna. Batu ini dideskripsikan seperti emerald di siang hari dan rubi di malam hari. Warnanya bisa berubah menjadi biru kehijauan menjadi ungu kemerahan tergantung cahaya yang menyorotnya. Pertama ditemukan di Pegunungan Ural, Rusia sekitar tahun 1830-an dan dinobatkan menjadi batu Kekaisaran Rusia. Kini alexandrite bisa ditemukan di Sri Lanka, Brazil dan Afrika Timur.
Pojok Review:
Gekanna87: senang mengetahui jika cerita kita memiliki koneksi terhadap orang lain. Tetap semangat!
Pure Ai: iya nambah Purrr. Sebenarnya ngerjainnya selesai jam empat pagi. Masih mau lanjut tapi otakku dah korslet haha. Jadi dibagi dua aja chapternya. Thanks ripyunya.
Yumehara: thanks. Ripyu panjang juga ngga apa-apa.
Once again, feel free to send PM, review, constructive criticisms and suggestions.