Trapped

By Jojota

A vkook fanfiction

This fict contain uke!Jungkook. Too many sex scene. Frontal dirty-talk. Underage-sex. Jungkook 17 in this fict while Taehyung 27 y.o. If it's not your area, please step back. This will be slow-burn as hell.

.

Nyonya Han kala itu ijin keluar untuk mengangkat dering telponnya yang berbunyi keras. Wanita itu membungkuk meminta maaf, berkata dia tidak bisa mematikan ponselnya karena putranya sedang sakit dan ingin tahu keadaannya langsung tanpa perantara. Jungkook hanya mengangguk sopan, berkata agar Nyonya Han mengambil waktu sebaik mungkin lalu membiarkan dirinya termenung, menumpu dagunya pada telapak tangan sembari menatap ke luar pekarangan rumahnya yang luas melalui jendela.

Hari ini udara sangat cerah. Jungkook mengawali harinya dengan berkuda bersama sepupunya, bermain golf di pertengahan hari lalu mulai menghadiri kelas musik setelah makan siang, dilanjut dengan tata krama, dan jadwal barunya yang terjadwal apik untuk mengenal lebih jauh tentang kegemarannya dengan melukis.

Jungkook bersemangat. Ia menunggu kelas melukisnya dengan degup gembira. Kakinya bergerak-gerak tidak sabar. Ia suka menemui orang baru. Ia suka berinteraksi dengan orang baru.

Kereta kuda bergerak masuk ke pekarangan rumahnya, berhenti sesaat lalu sesosok pemuda tinggi keluar dari dalamnya. Rambutnya berwarna cokelat terang, acak-acakan, urakan, poni panjang menutupi dahi dengan satu koper di tangan kanan dan topi Panama cokelat di tangan kiri. Pemuda itu melayangkan senyuman pada sang kusir, mengenakan topi Panamanya sembari menatap rumahnya dengan pandangan takjub.

Ah, itu dia guru melukisnya yang baru.

Pemuda itu mengenakan mantel hangat yang menutupi kemeja putihnya, serta dilapisi dengan celana flannel licin dan sepatu pantopel yang mengkilap. Tatapan pemuda itu penuh misteri, Jungkook menyipitkan mata kala melihat jari panjangnya mencengkram kopernya erat dan menahan puncak topinya agar tidak terbang terbawa angin. Pemuda itu mengembangkan senyuman, berlari kecil menuju undakan tangga menuju pintu depan kediamannya dan menghilang dari tatapan Jungkook.

Kaki Jungkook mengetuk lantai dengan tidak sabar. Menatap jam besar yang melekat di dinding lalu bergumam senang.

"Lima menit lagi."

.

Namanya Kim Taehyung.

Matanya berwarna abu-abu. Jungkook sesaat tenggelam ke dalam tatapannya yang penuh misteri. Senyumannya menawan, namun dinding di matanya tak jua rubuh. Ia membalas ucapan Jungkook dengan hangat, dan Jungkook suka ketika seseorang memberikan perhatian penuh padanya. Tubuhnya tegap, tinggi, dengan pundak lebar yang indah. Rambutnya urakan, namun kala ia membungkukkan tubuhnya, Jungkook melihat lembut helai ujung rambutnya menusuk kelopak matanya. Kaki pemuda itu jenjang, kuat, dan derap langkahnya begitu pasti kala ia mendekat.

Cara Taehyung menanggapi ucapannya menyenangkan. Ia menyelipkan pujian di untai katanya, dan jari kaki Jungkook tidak bisa berhenti mengerut senang. Jarinya panjang. Cantik, dan kurus. Ia mencengkram pensil melukisnya dengan cara penuh magic. Suara beratnya lembut. Jungkook terbuai kala mendengarnya berbicara.

Kim Taehyung ini berbeda.

Tidak ada kilatan nafsu di matanya seperti yang selalu Jungkook lihat di mata orang lain ketika menatapnya. Kilat mata Taehyung berpendar penuh ketulusan. Nampak menghargai ruang di antara mereka dan Jungkook kalang kabut ingin Taehyung tersanjung pada dirinya.

Maka hari pertama ia bertemu Taehyung, Jungkook membiarkan kimononya terkulai lemas di bawah kakinya. Ia menatap pantulan wajahnya di hadapan cermin. Memiringkan kepalanya sembari bergumam kecil. Telanjang. Polos. Pucat. Ia menyentuh dadanya, mengusap perutnya lalu menggigit bibirnya kelu. Pikirannya berkabut karena ia membayangkan jemari Taehyung memeta tubuhnya begitu manis. Malam itu, Jungkook tidak sabar ingin kembali menatap wajah Taehyung.

.

Nafas Taehyung searoma kopi dengan campuran susu, namun tubuhnya harum laksana rempah. Jungkook tanpa sadar mendekatkan diri, hampir menyangga dagunya di pundak Taehyung lalu menghirup aromanya dalam-dalam.

Pemuda itu kini tengah menjelaskan tentang sejarah lukisan era Romawi. Penjelasannya lugas, mudah dimengerti. Suaranya lembut, berat, dan deru nafasnya hangat. Jungkook mencoba tidak terlena. Jungkook mencoba tidak memajukan wajahnya dan menarik Taehyung ke dalam ciuman. Jungkook mendengarkan dengan patuh, mengangguk-anggukan kepalanya ketika Taehyung bertanya apakah Jungkook paham dengan penjelasannya.

Maka, telapak tangan Taehyung akan terangkat, menyentuh puncak kepala Jungkook lalu buai bisikannya terdengar berat dan membuat jantung Jungkook berdentam.

"Anak baik,"

Pipinya memerah. Rengekannya terpendam. Ia suka mendengarnya. Ia suka pujian Taehyung. Ia suka telapak tangan Taehyung yang lebar menggasak puncak kepalanya penuh kelembutan.

Hari itu, ia menatap punggung tegap Taehyung masuk ke dalam kereta kuda. Ia ingin mencengkram lengannya, ingin menghabiskan banyak waktu dengannya. Ingin mendengarkan buai suaranya yang berat semalamam suntuk. Ingin berbagi selimut yang sama dengannya, dan ingin Taehyung memujanya luar biasa.

Tatapan Taehyung penuh candu, ia memberikan Jungkook seberkas senyuman, mengangkat topi Panamanya dengan sopan lalu menutup pintu kereta kuda dan membiarkan sang kusir membawa keretanya menjauh.

Malam itu, Jungkook memeluk bantalnya dengan resah. Dia ereksi. Hanya memikirkan Taehyung membuatnya gelisah. Jungkook memeluk bantalnya semakin erat, menggerakkan pinggulnya perlahan, lalu membayangkan deru nafas Taehyung yang hangat menyapa wajahnya. Jungkook merengek dalam keheningan, desahannya frustrasi. Jungkook menggesek penisnya ke permukaan bantal yang lembut, menangis lirih ketika lelehan sperma mengotori kimononya dan nama Taehyung keluar dari sela-sela rintihannya.

.

Mereka berciuman hari itu. Jungkook mengalungkan lengannya di leher Taehyung. Mengusap punggungnya yang tegap lalu meremas pundaknya yang lebar. Lidah Taehyung membelai bibir Jungkook, membasahi dagu Jungkook lalu rematan jemarinya yang panjang menyapa pinggang Jungkook begitu berkuasa.

Jungkook tidak tahu permainan apa yang tengah ia mainkan. Awalnya hanya sentuhan ringan Taehyung yang membuatnya gila, lalu berada di atas pangkuan pemuda itu dengan bibir mereka yang saling mencumbu panas adalah kegilaan yang benar-benar mengusik pikirannya. Kenapa tubuhnya berpikir dengan caranya sendiri. Kenapa dia tidak menolak seperti yang biasa ia lakukan kala seseorang sudah masuk terlalu jauh ke dalam area privasinya?

Kenapa Jeon Jungkook terlena di bawah usapan Taehyung yang dingin. Jari-jari pemuda itu membelai pipi Jungkook, meremat helai rambut Jungkook lalu lidah sialannya membelai langit-langit mulut Jungkook penuh damba.

Jungkook bernafas tecekik. Merapatkan kakinya dan menolak menyadari penisnya yang mulai ereksi. Bukan memberi jarak, Jungkook malah menarik Taehyung semakin erat.

Persetan.

Jungkook mengidamkan ini sejak awal pertemuan mereka. Ia ingin Taehyung. Tubuh dan pikirannya setuju dengan yang satu ini.

Taehyung meremas bokong Jungkook dengan intim kala melepas ciumannya. Dasi pemuda itu acak-acakan. Rambut urakannya terlihat menawan kala jari Jungkook tidak bisa diam merematnya habis-habisan. Ada ketukan di pintu. Jungkook mengerang tidak rela. Kekehan Taehyung lembut, ia membawa Jungkook untuk duduk di sampingnya, mengusap dagu Jungkook yang berkilat karena saliva, merapikan rambut Jungkook dengan halus, lalu memberikan senyuman hangat yang terbenam dalam ingatan Jungkook.

Kim Taehyung, dengan dua kancing kemeja tanggal dan memberlihatkan tulang selangka seksinya, dasi melorot turun dan acak-acakan, rambut tersibak ke belakang dengan jemari berengseknya, itu adalah bayangan yang membuat Jungkook kalap kala ia harus melihat punggung Taehyung kembali menjauh dan masuk ke dalam kereta kuda.

Malam itu, Jungkook bersimpuh di atas ranjang besarnya, seprai satin mengusap kulitnya, tiga jari masuk ke dalam lubangnya dengan kimono yang melorot turun di pundaknya ketika ia menaikkan pinggulnya lalu turun perlahan menelan jarinya. Kulitnya merona, Jungkook memekik perih, mengeratkan cengkramannya di seprai kala satu jarinya berhasil menumbuh titik kenikmatannya. Kepala Jungkook mendongak, merintih, menangis kala jarinya bergerak semakin cepat dan membayangkan jari Kim Taehyunglah yang tengah mengoyak lubangnya dan menghujam tubuhnya penuh nikmat,

.

"Aku suka mengenakan kimono saat tidur," Jungkook bersuara kala ia tengah sibuk melukis. Mereka berada di pondok tepat di tengah taman kediaman Jeon yang megah. Jungkook berkata pondok itu hanya digunakan kala para ketua besar di keluarganya mengadakan pembicaraan di dalam kastil, dan memaksa anak-anak mereka bermain di dalam pondok untuk sekedar minum teh sembari bermain catur. Pondok itu sepi. Terbuat dari potongan bamboo yang kuat dan sejuk sekali. Mereka duduk di depan pelataran pondok dengan alat lukisan bertebaran, Taehyung duduk di sisi Jungkook yang tengah siap untuk melukis. Yoo sudah pergi, langsung meninggalkan mereka berdua kala Jungkook menyuruhnya dengan lirih. Jungkook sedang mendalami keahliannya, Taehyung menyuruhnya melukis deretan pohon di hadapan mereka dan hamparan rumput yang hijau.

Taehyung berdeham, diam-diam mencoba tidak membayangkan tubuh Jungkook dilapisi kimono tipis berbaring cantik di atas ranjangnya. Taehyung menjilat bibirnya. Tidak bisa. Bayangan itu masuk tanpa ijin ke dalam kepalanya. Bagaimana bahan satin kimono akan terlihat kontras di kulit Jungkook, halusnya satin akan meluruh di pundak mulus Jungkook.

Jungkook pasti akan nampak cantik. Lembut. Halus.

"Aku suka tidak mengenakan apa-apa saat tidur," Taehyung membalas. Ia menyilangkan kakinya. Melirik ekspresi Jungkook yang menghentikkan gerakan jarinya. "Menyusahkan sekali tidur dengan dilapisi pakaian. Seorang lelaki memiliki hormon yang cukup kuat saat pagi hari."

Jungkook tertawa, dendang suaranya sempurna. Taehyung mengangkat tangan, mengusap halus helai rambut Jungkook yang tersapu angin. Berapa kali dia harus berucap jika Jungkook itu sangat cantik?

"Kimono apa yang paling kau suka?" tanya Taehyung. Jungkook jatuh pada sentuhannya. Ia membiarkan Taehyung mengusap pipinya teramat lembut.

"Dia berwarna merah," Jungkook menjawab pelan. "Mama membelikanku dua tahun lalu, oleh-oleh dari Kyoto, bahannya dari sutra, lembut sekali." Jungkook meletakkan pensilnya, mendekatkan wajah begitu Taehyung menangkup wajahnya hangat lalu meraup bibirnya pelan.

Bibir Taehyung dingin, namun usapannya hangat. Bibirnya terkuak terbuka, nafasnya searoma kopi, lidahnya menjilat bibir Jungkook, mengetuk gigi Jungkook lalu membuat Jungkook ikut membuka katup bibirnya perlahan. Lidah mereka bertemu. Decak basahnya membuat Jungkook melengkungkan jari-jari kakinya.

Manis sekali. Bibir Jungkook semanis beri. Taehyung menggigit bibir Jungkook lambat, tersenyum kala melihat tubuh Jungkook yang bergetar. Ia meraup bibir Jungkook rakus, menggelitik langit-langit mulut Jungkook dengan lidahnya hingga Jungkook melenguh pelan. Lidahnya menemukan milik Jungkook. Menyesapnya intim dan mencumbunya habis-habisan.

Tidak ada yang puas bagi Taehyung bila sudah berhadapan dengan Jungkook.

Taehyung selalu merasa kurang. Walau kala itu Jungkook meremas rambutnya untuk memberikannya ruang untuk bernafas, Taehyung hanya melepasnya sesaat lalu mencumbunya kembali, lebih dalam, hingga kabut di mata biru Jungkook berubah menjadi hasrat nafsu yang tak tertahankan.

Menurunkan ciumannya, Taehyung menuju leher Jungkook, mengecupnya lambat, menjilatnya pelan hingga Jungkook merengek manja di telinganya.

Ini tidak akan berhasil. Semakin hari, berdua bersama Jungkook semakin sulit. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh. Bibirnya tidak bisa terkontrol. Jarinya tidak bisa berhenti.

Entah bagaimana caranya Taehyung membawa Jungkook masuk ke dalam pondok. Menggendongnya begitu mudah lalu mendudukan tubuhnya di atas sofa. Jungkook duduk di pangkuannya. Giginya menggigit bibir. Meremas kerah kemeja Taehyung lalu kembali menciumnya dalam.

"Bagaimana dengan kimononya?" Tanya Taehyung serak. Bibirnya mengecup pipi Jungkook. "Ceritakan padaku, Tuan Muda."

"K-kimononya terasa halus di kulitku." Jungkook menjelaskan. Matanya mengatup lirih kala Taehyung melepas kaitan celananya, menurunkan risletingnya lalu menepuk paha Jungkook, isyarat bagi Jungkook untuk menumpu tubuhnya pada lutut sementara Taehyung menurunkan celananya.

"Yeah, lalu?" Taehyung mengecup pundak Jungkook mesra.

"Aku tidak mengenakan apa-apa di dalamnya," Jungkook bernafas tercekik.

"Tidak mengenakan apapun di dalamnya?" pasti Taehyung, pikirannya melenceng. Sialan. Dia dapat jelas sekali membayangkan Jungkook dengan kimono tanpa sehelai benangpun di dalamnya.

"Hm," Jungkook mengangguk, tercekik lirih saat Taehyung ikut menurunkan celana dalam Jungkook hingga mengumpul di lekukan lutunya.

Jemari lihai Taehyung membuka kancing kemeja Jungkook, hingga mulut Taehyung yang berhadapan dengan dada Jungkook langsung meraup putingnya tanpa pikir panjang. Jungkook memekik ringan. Jari mencengkram rambut Taehyung.

"Aku akan menyentuhmu, Sayang." Bisik Taehyung parau. Giginya menggaretkan kenikmatan ketika menggigit gemas puting Jungkook yang tegak. "Aku akan menyentuhmu perlahan. Menyingkap kimonomu. Mengusap penismu. Lalu meremas bokongmu."

"—ah!" Jungkook terangsang dengan ucapan Taehyung. Ia dibuat gila membayangkan tangan lebar Taehyung menyingkap kimononya lalu menyentuhnya penuh cela.

"Seperti ini," Telapak tangan Taehyung berada di bokong Jungkook. Sintal. Menggoda. Padat dan Taehyung ingin memasukkan penisnya ke dalamnya. Ia meremas bokong Jungkook. Pelan. Menikmati desah Jungkook yang semakin tidak waras.

Tangan Kim Taehyung dan segara keahliannya, astaga. Jungkook tidak bisa berbuat apa-apa.

"Aku akan membawamu ke ranjang, Tuan Muda. Aku akan mencumbumu sampai satu-satunya yang kau pikirkan hanyalah diriku."

Taehyung membawa jarinya ke depan bibir Jungkook, meminta katupnya agar terbuka yang dengan patuh Jungkook lakukan. Ia membuka mulutnya, membiarkan tiga jari Taehyung masuk ke dalam mulutnya. Panjang. Jari panjang Taehyung mengoyak mulut Jungkook. Memainkan lidah Jungkook, dan terus memasukkannya semakin dalam hingga Jungkook tercekik, ia bisa merasakan jari Taehyung menyapa pangkal tenggorokannya. Jungkook bernafas ribut. Meremas rambut Taehyung dan mendesah. Penisnya berkedut. Jungkook tidak mengira ia menyukainya.

Jarinya keluar dalam keadaan basah luar biasa. Lelehan saliva Jungkook memenuhi jari Taehyung. Ia memandang Jungkook penuh kehangatan, menjilat dagu Jungkook diiringi kecupan manis seraya jarinya turun menuju pinggang Jungkook, semakin turun hingga dapat meremas bokong Jungkook. Ia membuka celah bokong Jungkook, mengusap lubangnya dengan jarinya basah. Jungkook mendesah ribut. Memeluk kepala Taehyung yang bernafas di dadanya dan sesekali menjilat puting Jungkook penuh kuasa.

"Aku akan menyetubuhimu dengan kimono masah terpasang di tubuhmu. Hm, bagaimana kedengarannya?" Jari Taehyung masuk perlahan ke dalam lubang Jungkook yang sempit.

"Ingin!" Jungkook menjawab kacau. "Ingin kau melakukannya dengan kimono terpasang!"

"Benar," Taehyung bernafas pelan. Mengapit puting Jungkook dengan bibirnya. "Aku akan melakukannya dengan kasar, Tuan Muda. Aku akan membuat kimonomu hancur oleh spermamu dan milikku."

"H-hyungie," Jungkook merintih. Ia menggerakan pinggulnya tidak sabaran kala jari Taehyung mulai masuk perlahan ke dalam lubang hangatnya. Jungkook terkesiap. Mendongak parah. Jari Taehyung bergerak maju, mundur dengan lambat lalu kembali masuk dengan cepat. Jungkook meremas rambut Taehyung semakin erat. Desahannya memantul di ruangan sepi yang tengah mereka tempati.

"Aku akan masuk ke dalam lubangmu dengan cepat. Aku akan membuatmu berteriak."

Jungkook mengangguk-angguk. Jari Taehyung semakin tenggelam ke dalam dinding rektumnya. Jungkook mengejar jari Taehyung. Ia memundurkan bokongnya, ingin jari Taehyung tenggelam dan masuk lebih dalam. Menyentuhnya. Terus menyentuhnya.

Akhirnya. Akhirnya.

Ia akhirnya bisa merasakan jari Taehyung yang panjang. Jarinya yang sukses membuat malam Jungkook tidak tenang.

"L-lebih dalam," rengeknya tipis.

"Yeah, ingin lebih dalam? Ingin aku menghancurkanmu?"

Jungkook kembali mengangguk.

Taehyung berakhir mengeluarkan jarinya, Jungkook terisak pelan. namun tidak beberapa lama dua jari Taehyung kembali masuk. Langsung menggerakkannya dengan brutal, mendesis samar kala ketatnya lubang Jungkook menelan jari-jarinya begitu rakus.

"Ingin jariku atau penisku yang menghancurkanmu, Tuan Muda?" Tanya Taehyung parau. Sesaat Jungkook tidak mau menjawab. Mulutnya terbuka lebar. Desahnya putus-putus. Taehyung mencelanya begitu hebat hanya dengan jarinya. "Jawab aku," Taehyung menekannya. Titik kenikmatannya. Jari Taehyung menemukannya.

Lemas. Jungkook terisak lirih. Ia membuka mulutnya kala tahu Taehyung tidak akan menggerakkan jarinya jika Jungkook tidak menjawab.

"Keduany-a, ah!" Kini Taehyung menambahkan jarinya. Penuh. Jungkook menyukainya.

"Ck, ck maruk sekali," Taehyung dengan perlahan mengeluarkan jarinya, memasukkan kembali perlahan dan pusing memikirkan ketika nanti penisnya akan dihimpit sesempit ini oleh lubang Jungkook. Ia merenggangkan jarinya, membuat Jungkook berteriak nikmat dengan kepala mendongak. Nafasnya naik turun. Dadanya yang sekal tepampang di wajah Taehyung. Ia mengulumnya, menyesap puting Jungkook hingga pemuda itu memejamkan mata karena nikmat.

"Lebih dalam, a-ah, Hyungie, lebih dalam. Jebal. Ah, aaah," desah terakhirnya terdengar penuh rengekan. Ia ikut menggerakkan pinggulnya, memaju-mundurkan tubuhnya agar jari Taehyung menumbuk titik nikmatnya lagi. "Hyungie, jebal."

Mengabulkan permintaan si cantik. Taehyung menggasak lubang Jungkook dengan cepat, menusuk titik kenikmatan Jungkook tanpa jeda hingga pemuda itu kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Ia meneriakkan nama Taehyung kencang. Membuat Taehyung ketagihan menusuknya. Terus. Terus. Hinga Jungkook tidak sanggup lagi. Hingga pemuda manis itu mengeluarkan spermanya di kemeja Taehyung diiringi desahan panjangnya yang manja.

Nafas Jungkook naik-turun. Ia membasahi bibirnya yang kering. Rintihannya manis kala Taehyung mengeluarkan jarinya dari lubangnya.

Hari itu, Taehyung datang dengan penisnya dalam mulut Jungkook. Pemuda itu langsung berlutut di antara kaki Taehyung. Membuka celana Taehyung, lalu memberikan kemampuan terhebatnya dalam menjilat kepala penis Taehyung, mengulumnya dalam mulutnya yang hangat, menggaretkan giginya pada penis Taehyung, lalu membiarkan Taehyung mengeluarkan sperma di dalam mulutnya.

.

-TBC-

.

Terimakasih atas feedbacknya di chapter sebelumnya!

Meet me at wattpad as well : Jojo_ta (aku akan up beberapa story di sana!)