"Kau sekarang bekerja di mansion itu."

"Apa?" Dahi Seokjin mengernyit bingung. "mansion apa? Aku bahkan baru saja selesai bekerja, kenapa aku harus bekerja lagi?"

"Aigo, kau pikir tinggal di rumah ini gratis? Tidak ingat wasiat ayahmu yang melimpahkan seluruh harta dan rumahnya untukku?" Yoongi berdecak sambil memoles kuku-kuku tangannya dengan kuteks. Di dekatnya, Jimin dan Hoseok duduk manis, menonton televisi.

Seokjin menarik napas dan mengembuskannya kasar. Ia sebenarnya sudah muak dengan sikap ibu tiri dan kedua saudara tirinya itu, tapi kalau ia melawan, ia akan didepak dari rumah. Seokjin tidak mau hal itu terjadi. Bagaimanapun ia harus menjadi kaya terlebih dahulu sebelum didepak oleh Yoongi.

"Baiklah, aku akan bekerja di sana sekarang. Tapi biarkan aku makan dulu."

"Ah, aku lupa memberitahumu. Kau akan tinggal di sana mulai sekarang. Yah, setidaknya sampai si pemilik mansion itu bosan denganmu. Kudengar ia orang yang perfeksionis." ujar Yoongi santai, kemudian tersenyum memandang kesepuluh jarinya yang telah selesai dikuteks. Ia lantas menatap Seokjin. "pergilah. Kau tahu aku tidak senang melihatmu di hadapanku."

Seokjin rasanya ingin menonjok wajah Yoongi. Tapi ia tidak mungkin melakukannya. Berbekal kesabaran, Seokjin memaksakan seulas senyum dan berbalik meninggalkan ibu tiri serta saudara tirinya yang tak acuh itu.

Ia sungguh ingin menyumpahi ayahnya, Kim Taehyung, yang bisa-bisanya menikahi wanita sialan seperti Yoongi.