"Paduka, makanlah sedikit. Paduka belum makan dari kemarin"

Raja Park atau lebih dikenal dengan Paduka Chanyeol itu menggelengkan kepalanya lesuh. Namja itu pun kembali melakukan aktivitas awalnya, yaitu memandang bintang dari balkon istananya. Suatu kegiatan yang tidak pernah ditinggalkannya, sejak sang Ratu meninggal satu bulan lalu.

Oh Sehun atau biasa dipanggil Sekretaris Oh itu menghembuskan napasnya pelan. Ini sudah kali yang keberapa sang Raja menolak memakan apapun, jika tidak dipaksa terlebih dulu. Sebenarnya Sehun serta seluruh yang berada di istana merasa prihatin dengan kondisi Raja mereka. Tentu, siapa yang tidak akan terpuruk jika orang yang begitu dicintai pergi meninggalkan kita untuk selamanya?

Itu yang dirasakan Raja Park Chanyeol, saat sang Ratu meninggalkannya untuk pergi ke tempat yang tidak bisa dijangkau oleh dirinya.

Flashback On

"Baekhyun-ah, kau tau bukan jika aku begitu mencintaimu?" Tanya Chanyeol pada seorang yeoja mungil yang berada di dekapannya.

"Aku tau, Paduka. Sangat tau," jawab yeoja itu.

"Karena itu, aku berniat untuk menjadikanmu Ratu-ku. Aku akan mengatakannya pada dewan kerajaan..."

"Paduka, aku pikir dengan menjadi selir saja sudah cukup. Posisi Ratu terlalu berlebihan untukku yang hanya seorang anak petani"

Chanyeol tersenyum mendengar penolakan yeoja itu, membuat yeoja tersebut memandang bingung ke arah sang Raja.

"Baekhyun-ah, kau tau? Penolakanmu barusan, membuat cintaku padamu bertambah besar"

Baekhyun mengerutkan keningnya bingung.

"Apa Paduka sedang menggodaku?"

"Tidak, aku berkata jujur. Dan soal perkataanku untuk menjadikanmu Ratu, ini bukan permintaan. Melainkan perintah bagimu, nona Byun Baekhyun"

"Pa-paduka.."

"Ssst, jangan katakan apapun lagi. Tugasmu, hanya terus berada di sampingku dan bahagia bersamaku selamanya. Itu sudah cukup."

Flashback Off

"Paduka! Aku membawa berita gembira untukmu!" Seorang namja berkulit tan masuk ke dalam kamar sang Raja. Membuat Sekretaris Oh, yang masih berada disana memutar bola matanya malas melihat kelakuan namja itu.

"Hey, kurasa kau membawa berita gembira disaat yang tidak tepat, Jendral Kim" ujar Sehun dengan nada ketus.

Kim Jongin atau Jendral Kim melipat kedua tangannya di depan dada, saat mendengar intonasi tidak bersahabat dari Sekretaris kerajaan itu.

"Apa maksudmu, Sekretaris Oh?" Sehun tidak menjawab, namun menggendikan dagunya ke arah sang Raja yang masih asyik dalam aktivitasnya. Berkhayal.

Jongin meletakkan gulungan kertas yang ia bawa tadi diatas salah satu meja yang ada dikamar itu. Kemudian namja itupun berjalan pelan menuju sang Raja, diikuti Sehun yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan namja berkulit tan tersebut.

"Paduka Chanyeol, apa Paduka tidak lapar?" Tanya Jongin mengambil posisi dibelakang sang Raja.

"Paduka.."

"Chanyeol hyung..." Jongin berujar dengan lancang sambil memegang bahu Raja nya.

"Oh, Jongin-ah, apa yang kau lakukan disini?" Sang Raja yang menyadari keberadaanya pun membalikkan badannya.

"Chanyeol hyung"

Sang Raja agak terkejut mendengar panggilan dari Jendral nya itu. Sama halnya dengan Sehun yang melotot tajam ke arah Jongin karena memanggil Raja mereka dengan lancang.

"Chanyeol hyung"

"Kenapa Jongin-ah? Kau menginginkan sesuatu?" Tanya Chanyeol.

"Ya, aku menginginkan sesuatu," ujar Jongin pelan sambil menatap wajah Raja nya yang semakin hari semakin tirus.

"Katakan"

"Aku ingin..."

"Ingin.."

Chanyeol menaikkan satu alisnya, mendengar keraguan dari Jendralnya itu.

"Katakan saja, aku tidak akan memarahimu"

"Aku ingin kita pergi ke makam Baekhyun noona, Chanyeol hyung"

Setelah mengatakan itu, Jongin langsung menundukkan kepalanya. Mengabaikan rasa sakit di kakinya, karena di injak oleh Sehun.

"M-makam Baekhyun? Kenapa? Te-terjadi sesuatu?" Baik Jongin maupun Sehun bisa menangkap nada khawatir dalam pertanyaan sang Raja.

"Tidak Paduka, tidak terjadi apapun. Hanya saja-- besok peringatan satu bulan kepergian Ratu" Bukan Jongin yang menjawab, melainkan Sehun. Karena namja itu sudah mengerti kemana maksud pembicaraan namja tan itu.

"Benarkah? Satu bulan berlalu begitu cepat, apa aku sanggup melihat makamnya? Aku belum bisa merelakannya, Sehun-ah Jongin-ah" ujar Chanyeol pelan.

Sehun dan Jongin saling berpandangan. Mereka pun tau, sangat tau jika sang Raja belum merelakan kepergian Ratu mereka. Bahkan selama sebulan ini Chanyeol tidak pernah mengunjungi makam Ratu nya, sejak terakhir kali ia kesana saat prosesi penguburan orang yang sangat dicintainya itu.

"Paduka, jika Paduka tidak mau..."

"Aku akan pergi kesana, lagipula rasa rindu ini terlalu sesak untuk ditahan"

T h e K i n gChanBaek

"Silahkan Paduka"

Sehun berujar sambil mengambil posisi agak jauh dari Raja nya itu, guna memberi privasi bagi sang Raja. Jongin dan puluhan prajurit yang ia bawa pun melakukan hal yang sama. Mereka tetap mengawasi dan mengawal sang Raja, namun pada posisi yang tidak mengganggu Raja mereka tersebut.

"Baekhyun-ah, lama tak bertemu..."

Chanyeol bergumam lirih sembari mengelus batu nisan berukuran besar yang diukir dengan emas itu. Namja tersebut kemudian menatap potret sang Ratu yang terdapat dalam batu tersebut, yang terbungkus oleh kaca transparan.

"Aku merindukanmu, Baekhyun-ah. Sangat merindukanmu, sampai sering aku berpikir untuk menyusulmu saja..."

"Tapi kau pasti akan marah jika tau aku meninggalkan kerajaan..."

"Aku harus bagaimana, Baekhyun? Aku tidak tau kenapa aku tidak bisa merelakanmu..."

"Rasanya seperti baru kemarin aku bertemu seorang yeoja yang membantuku saat aku tenggelam di danau waktu itu..."

"Baekhyun-ah..."

Tangis sang Raja akhirnya pecah, diikuti air dari langit yang berjatuhan. Membuat para prajurit dengan segera melindungi tubuh Raja mereka. Tapi Chanyeol hanya diam ditempatnya, duduk berlutut tepat disamping nisa Ratu nya.

"Paduka..." Jongin berjalan mendekati Chanyeol dan namja itu bisa melihat bahu Raja nya yang bergetar.

"Paduka Chanyeol..."

"Tinggalkan aku sendiri, Jendral Kim, Sekretaris Oh"

Jongin dan Sehun saling berpandangan lalu menghela napas. Memberi isyarat pada para prajurit untuk meninggalkan mereka. Tapi sebelum itu, Sehun mengambil alih memegang payung untuk melindungi tubuh Chanyeol agar tidak basah.

"Tapi Paduka bisa kehujanan..." Chanyeol berdiri dari posisinya membuat Sehun cepat-cepat mengatur posisi payungnya. Namun sang Raja sudah lebih dulu mengambil alih payung itu.

"Pergilah ke depan gerbang area pemakaman ini, aku masih ingin berkeliling disini. Kalian bisa menungguku disana, dan jangan coba-coba mengikutiku diam-diam. Aku tidak sebodoh itu untuk mencelakakan diriku sendiri, kau paham Jendral Kim?"

Jongin tersentak mendengar ucapan panjang sang Raja. Jendral itu kemudian segera membungkukkan badannya pergi darisana, diikuti oleh Sehun.

Chanyeol menatap datar kepergian kedua orang itu. Kemudian namja tersebut beralih mengelus pelan batu nisan Ratu nya. Lalu kemudian berujar pelan.

"Aku pergi dulu, Baekhyun-ah. Entah kenapa aku ingin berkeliling ditempat ini"

Setelahnya pun, Chanyeol segera berjalan ke arah timur area pemakaman yang dibuat khusus untuk keluarga kerajaan. Namja itu sempat mengunjungi makam Raja dan Ratu terdahulu, sebelum akhirnya tertarik pergi menuju sebuah sungai yang terdapat di bawah area pemakaman.

"Sedang apa halmeoni itu disitu?" Chanyeol berujar kepada dirinya sendiri, saat melihat seorang nenek duduk di atas batu yang berada ditepi sungai. Namun yang membuat Chanyeol heran, kenapa nenek itu duduk disana disaat keadaan hujan seperti ini?

Dan entah karena apa, Chanyeol akhirnya memberanikan diri turun ke bawah yang sebenarnya sangat tidak mudah. Karena harus melewati pagar pembatas dan jalan berbatu yang menurun.

"Halmeoni! Kenapa kau berada disana saat hujan begini?" Chanyeol bertanya dengan suara keras, sambil mendekati nenek tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini, anak muda?" Tanya nenek itu sambil menatap Chanyeol yang memayunginya, membiarkan pakaian namja itu basah.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu pada kau, Halmeoni," ujar Chanyeol.

"Wajahmu tidak asing, anak muda. Pakaianmu juga terlihat mewah, apa kau keluarga kerajaan?" Chanyeol mengernyit bingung. Nenek itu tidak mengenal Raja nya sendiri? Apa ia berasal dari desa kerajaan lain?

"Aku Ra-- ah aku hanya orang biasa. Aku mendapat pakaian ini dari kakak ku yang seorang prajurit kerajaan" ujar Chanyeol memilih berbohong, entah kenapa sebabnya.

"Begitukah? Lalu kenapa wajahmu terlihat murung? Kau seperti tidak tidur selama sebulan, anak muda" ujar nenek itu sambil tertawa pelan. Chanyeol mengernyit.

Terlihat sekali ya?

"Aku punya sesuatu untukmu, anak muda" ujar nenek itu sambil mengeluarkan bungkusan dari dalam tas lusuhnya.

Sebuah cermin kecil

"Untuk apa benda ini, Halmeoni?" Tanya Chanyeol heran.

"Kau terlihat menginginkan sesuatu yang sangat mustahil untuk terjadi, bukankah begitu?"

Chanyeol membulatkan matanya, apa nenek ini seorang peramal?

"Aku bukan peramal, aku hanya bisa menebak orang melalui garis wajahnya saja" ujar nenek itu seperti mengetahui apa yang ada dipikiran Chanyeol.

"Tapi Halmeoni..."

"Saat kau benar-benar sudah tak tahan lagi, arahkan cermin ini tepat ke depan wajahmu. Kemudian katakan permintaan terbesarmu"

"Bagaimana..."

"Aku harus pergi anak muda, hujannya sudah reda. Terimakasih untuk payungnya dan gunakan cermin itu baik-baik"

Nenek itu kemudian menghilang dibalik batu besar yang ada dipinggiran sungai itu. Meninggalkan Chanyeol yang terdiam sembari menatap cermin kecil ditangannya.

T h e K i n gChanBaek

"Paduka, syukurlah Paduka mau memakan makanan-makanan ini. Aku dan Sekretaris Oh hampir saja terjun ke jurang jika Paduka masih tidak mau makan," ujar Jongin sambil menatap Chanyeol yang baru saja selesai makan, setelah dua hari namja itu tidak mengisi perutnya.

Entah kenapa saat menerima cermin pemberian nenek itu, Chanyeol merasa memiliki harapan baru.

"Sekretaris Oh, apa agendaku hari ini?" Tanya Chanyeol membuat Sehun kaget. Karena ini pertama kali sejak kematian sang Ratu, Chanyeol menanyakan agenda nya sebagai Raja.

"Ehm, untuk hari ini Paduka tidak memiliki agenda apapun. Masalah pembagian wilayah sudah diatasi oleh Jendral Kim kemarin" ujar Sehun.

"Begitukah? Kalau begitu aku akan beristirahat di kamar, dan tidak ada yang boleh masuk jika aku tidak mengijinkannya. Mengerti?" Perintah Chanyeol yang langsung diterima oleh mereka.

"Aku pergi dulu" ujar Chanyeol dan segera menuju kamarnya. Meninggalkan Sehun dan Jongin yang saling berpandangan bingung satu sama lain.

"Kurasa ada sesuatu yang terjadi kemarin, sehingga paduka berubah" ujar Sehun.

"Kau benar, Hun-ah. Kurasa kemarin arwah Baekhyun noona mendatangi Chanyeol hyung, sehingga Chanyeol hyung berubah seperti itu" balas Jongin mendapat pelototan Sehun.

"Yak! Jaga bicaramu, kkamjong! Dia Raja kita, dimana sopan santunmu?"

Jongin memutar bola matanya, "Dia hyung-ku sebelum diangkat menjadi Raja"

T h e K i n gChanBaek

"Baekhyun-ah, apa aku harus melakukan apa yang dikatakan Halmeoni tadi? Aku benar-benar tidak tahan lagi, Baekhyun-ah" gumam Chanyeol sembari menatap cermin kecil ditangannya.

"Saat kau benar-benar sudah tak tahan lagi, arahkan cermin ini tepat ke depan wajahmu. Kemudian katakan permintaan terbesarmu.."

Apa benar ia harus melakukan hal yang terbilang konyol ini?

Tapi mencoba juga tidak ada salahnya...

Chanyeol akhirnya memantapkan pilihannya. Namja itupun mengarahkan cermin itu ke depan wajahnya, lalu mengatakan hal yang paling menyesakkan hati dan pikirannya selama ini.

"Aku ingin bertemu dengan Baekhyun lagi"

Hening.

Chanyeol menghembuskan napasnya kasar. Ternyata apa yang diucapkan nenek itu hanya bualan saja. Namja itu hampir saja melempar cermin itu ke lantai, jika saja seutas cahaya tidak keluar dari cermin tersebut.

"A-apa..."

"Baekhyun?!" Chanyeol memekik begitu melihat sosok yang sangat dikenalinya berada di dalam cermin tersebut. Sosok ratunya disitu tengah menggunakan sebuah jaket dengan tudung yang membungkus kepalanya. Tapi Chanyeol tetap dapat mengenalinya.

"Apa yang bajingan-bajingan itu lakukan?!" Maki Chanyeol saat melihat Ratu nya itu dikepung oleh lima orang namja sekaligus.

Emosi Raja tersebut naik sampai ke ubun-ubun, sampai tiba-tiba kegelapan menyambutnya.

T B C