.

~ Cucu Nenek Do ~

(Kaisoo)

.

.

.

Sehun yang awalnya hanya ingin membeli oleh-oleh di toko persimpangan jalan sembari mengasuh putri semata wayangnya, Ziyu. Karena Luhan sedang sibuk memasak bersama eommanya. Namun ketika melintasi rumah nenek Do, kakinya reflek berbelok ke perkarangan sang nenek. Berniat mampir untuk menemui Jongin sekaligus menumpang sarapan. Pasti nenek Do masak makanan enak.. Hehehe, pikir Sehun.

"Halmeoni... ! Halmeoni...! Cucu nenek paling tampan datang... Halmeoni... Hal- " Sehun berhenti memanggil sang nenek karena tiga pasang mata yang ada di ruang tamu sedang memandang tajam ke arahnya. Seakan-akan Sehun merusak sebuah acara yang khidmat.

"Hall... Meoo.. Nieee..." ucap Sehun lirih seperti berbisik. "Thehunnn pulangggg yahhhh... " lanjutnya ancang-ancang kabur dari sana.

"Duduk!" perintah Tuan Do.

Membuat Sehun urung tunggang langgang, memilih menurut. Melepas sepatunya dan duduk berlutut di samping Jongin. Sehun yakin sebentar lagi kakinya akan kebas dan kesumutan. Tapi yang lebih menyeramkan adalah wajah pria paruh baya yang mirip Kyungsoo dan seorang pemuda yang menatapnya dengan pandangan menyelidik.

Sehun menyengol siku Jongin, "Thebenarnya ada apa?"

Jongin ingin menceritakan kejadian yang ia alami pagi tadi tapi Seon Ho mendahuluinya. Kakak Kyungsoo itu dengan senang hati menjawab pertanyaan Sehun. "Kawanmu meniduri adikku, tepat di sampingku! Bayangkan... Disampingku saudara saudara!" jelas Seon Ho penuh penekanan.

Rahang Sehun rasanya ingin jatuh ke fondasi rumah. Matanya yang sipit melebar. Bibirnya yang tipis membuka tanpa bisa di kontrol. Dot Ziyu tiba-tiba terlepas. Ziyu menjadi ikut-ikutan membuka mulut kecilnya hingga air liurnya menetes.

"JINJJA? AKU TAK PERCAYA INI!" pekik Sehun sambil mengguncang-guncang tubuh Jongin.

Jongin hanya menghela nafas pasrah. Apalagi setelah itu Sehun menepuk-nepuk selangkangannya sambil berucap bangga, "Akhirnya kau berguna juga, bung!." Dan tentu saja hal itu menguatkan dugaan Tuan Do bahwa Sehun lah yang mengajari calon mantunya itu berbuat tidak senonoh.

"Sekarang kau tau apa kesalahnmu, Jongin?" tanya Tuan Do.

Jongin segera membungkuk meminta maaf. "Joesonghamniida, Tuan Do... Saya telah lalai pada putri Anda."

"Kupikir kau akan menjadi menantuku yang sempurna nanti. Appamu orang yang disiplin dan penuh sopan santun, kupikir putra satu-satunya juga akan sepertinya. Ternyata aku salah menilaimu, Jongin! Bagimana kau mempertanggungjawabkan perbuatanmu ini? Bagaimana jika Kyungsoo hamil?"

Pertanyaan yang membuat susana kembali tegang. Setegang adik kecil Jongin yang tadi menjadi korban tepukan tangan laknat Sehun. Namun lagi-lagi si tak tau suasana Sehun angkat bicara lagi, "Thaya ratha Kyungcoo tak akan hamil jika melakukannya hanya thekali. Thaya thaja membuat bayi thelucu Ziyu thaja haruth beruthaha berminggu-minggu."

"Dan thampai detik ini thaya mathih tidak percaya kawan hitam thaya ini tega menodai gadith thepolos dan themeggemathkan Kyungcoo," lanjutnya. Semua orang yang ada disana mengorek kupingnya masing-masing. Sehun mendelikkan matanya tak suka. Orang tampan harus sabar, batin Sehun.

"Saya akan bertanggungjawab atas apa yang saya lakukan. Walaupun saya yakin Kyungsoo tidak hamil. Kami hanya tidur bersama kemarin... " jelas Jongin mencoba mengakhiri kesalahpahaman ini.

BRAKK! Tuan Do menggebrak keras meja di depannya. Membuat jantung semua orang berhenti berdetak sesaat karena shock. "HANYA KATAMU?" ulang Tuan Do geram pada Jongin. Jongin menunduk dan mengunci bibirnya rapat-rapat. Tak berani menjawab lagi. "Mana ada laki-laki dan perempuan yang tidur bersama, tanpa melakukan apa pun? Kau pria normal bukan?"

Jongin mengangguk samar sebagai jawaban. Helaan nafas panjang Tuan Do menjadi penghujung sidang kali ini. "Jika sudah begini aku menolak secara tegas lamaranmu. Aku tak ingin putriku jatuh pada orang sepertimu. Pulanglah ke Seoul dan jangan hubungi Kyungsoo lagi!"

"Tolong hukum saya saja, tapi jangan pisahkan saya dengan Kyungsoo!" pinta Jongin setengah mengiba. Ia tak akan bisa hidup tanpa Kyungsoo. Tak rela penantian panjangnya berakhir tragis seperti ini.

"Kenapa pantatku tiba-tiba gatal?" keluh Sehun tiba-tiba.

.

.

.

"Awww...Jangan di tekan keras-keras, Hun!" suara ringisan kesakitan dari Jongin menggema di kamar Kyungsoo. Pasalnya Jongin diberi hukuman push up 50 kali di tambah pukulan pada pantatnya seksinya sebanyak 20 kali. Beruntung Kyungsoo datang menghentikannya di hitungan ke sepuluh. Menyeret Jongin ke kamarnya dan mengamuk pada appa dan oppanya. Bahkan gadis itu mengancam tak mau keluar kamar sampai Tuan Do menyetujui lamaran Jongin kemarin.

"Aiitthhh.. Kau diam thaja!" balas Sehun yang mengoleskan obat untuk pantat Jongin yang memar memerah. Jongin yakin jika Kyungsoo tak segera datang, pantatnya akan berubah berbentuk menjadi cekung.

Dalam posisi tengkurap Jongin melirik Kyungsoo yang masih saja menangis sambil menggendong Ziyu. Ziyu sampai merasa prihatin dengan orang yang menggendongnya, ia menepuk-nepuk pipi Kyungsoo dengan tangan kecilnya. "Bubuuhfffhafugfffuu.. " guman Ziyu tak jelas seperti kelakuan appanya.

"Cup.. Cup... Kyungsoo jangan sedih, ne ! Oppa tidak apa-apa, hanya memar saja," ucap Jongin mencoba meraih wajah Kyungsoo untuk mengusap air matanya.

"Hiks.. Hiks.. hiks.. Pantat Ongin pasti sakit. Huweee... Appa sama oppa jahatttt, Kyungsoo benci mereka!" seru Kyungsoo semakin mengeraskan tangisnya.

Jongin dan Sehun hanya bisa geleng-geleng kepala. Sepertinya memang belum waktunya Kyungsoo menjadi istrinya, batin Jongin. "Kyungsoo tidak boleh berkata begitu, disini oppa yang salah. Oppa seharusnya tidak boleh tidur bersama Kyungsoo. Perempuan dan laki-laki tidak boleh tidur bersama kalau belum menikah. Apalagi membuat aegi seperti permintaanmu kemarin," jelas Jongin mencoba memberikan pengertian.

"Therius Kyungcoo minta membuat aegi ?" tanya Sehun setengah berbisik. Darimana gadis kecil itu punya keinginan seperti itu. Ahhh pasti si setan kecil Baekie, sahabat Kyungsoo yang jail. "Apa Baekhyun yang mengajarinya?"

"Lebih tepatnya terinspirasi dari Baekhyun," Jongin menekankan kata 'terinspirasi'. "Kyungsoo pikir jika dirinya hamil seperti Baekhyun, maka appanya akan menerima lamaranku," lanjutnya masih dalam mode berbisik.

"Ahhh Araa.. Araa..." ujar Sehun manggut-manggut tidak jelas,

"Thelethai... Pantatmu theperti memakai lipth glothth... Hahahahaa. Ya Tuhan aku haruth memfoto ini dan mengirimkannya pada Lulu, " dengan riang gembira Sehun berhasil mengabadikan pantat Jongin dan mengirimkannya pada istrinya.

Jongin memutar bola matanya malas. "Rasanya aku ingin menendangmu kembali ke daratan China," ujar Jongin menaikan kembali celananya dan berusaha untuk duduk dengan beralaskan bantal Kyungsoo.

Sehun melirik Kyungsoo yang menggendong putri kecilnya. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak Sehun. Sebuah senyum misterius tertangkap jelas oleh mata Jongin. "Jangan macam-macam, aku tau benar arti senyuman menyebalkanmu itu," peringat Jongin.

"Kyungcoo, boleh oppa menitip Ziyu dithini? Oppa belum beli oleh-oleh. Tokonya akan tutup jika terlalu thore. Boleh ya... ya.. ya.. Oppa akan kembali thecepatnya," rayu Sehun. Kyungsoo harus belajar mengurus bayi bukan, sebelum benar-benar punya bayi.

Kyungsoo yang matanya terlihat sembab dan merah karena menangis, mengangguk sambil berkata dengan suara seraknya, "Tentu, Oppa. "

"Ada popok dan botol thuthu di dalam thini," Sehun menepuk-nepuk waistbag-nya. Walaupun gayanya sangat stylish, tapi apa pun tasnya tetap isinya perlengkapan bayi.

"Oppa tinggal dulu ya, bye bye Ziyu thayang, bye bye Kyungcoo, bye bye kawan hitamku!" pamit Sehun yang pergi secepat kilat. Kapan lagi ia bisa jalan-jalan sendiri seperti seorang pemuda lajang.

Sepeninggal Sehun, bayi kecil itu hanya diam saja tak bersuara. Namun mata rusanya turunan dari Luhan fokus menatap Kyungsoo. Dahinya berkerut seperti memikirkan sesuatu yang membuatnya bingung. Menengok ke Jongin sebentar. Lalu kembali menatap Kyungsoo. Apa dua orang ini eomma appa barunya? Mana eommanya? Aku lapar, begitu pikir Ziyu.

"Ongin kenapa Ziyu kelihatan bingung? Kenapa ...Akkhhh- " pekikan Kyungsoo membuat Jongin panik.

"Ada apa? Kau kenapa? Ziyu kenapa?" cerca Jongin berhenti membenarkan cara duduknya. Karena duduk dimana pun bokongnya terasa perih, di bantal empuk sekalipun.

Namun yang di dengar Jongin selanjutnya adalah suara tawa Kyungsoo. "Hihihi... Geli..! Ziyu jangan makan baju bibi Kyungsoo ya. Baju bibi bukan makanan,sayang!" ucapnya sambil menoel hidung mungil Ziyu.

Seketika Jongin menepuk jidatnya keras-keras. Pasalnya sang bayi kecil itu sedang mencoba menghisap dada Kyungsoo namun terhalang baju. Sampai air liurnya membuat baju Kyungsoo basah bagian dada. Jongin segera mencari botol susu di tas Sehun.

"Dia lapar kurasa," ucap Jongin mengocok-kocok botol susu di dekat Ziyu. Spontan bayi cantik itu menoleh dengan wajah berbinar-binar tak lupa senyum manisnya hingga dua gigi mungilnya kelihatan.

"Ayo buka mulutmu, sayang.. Ahhh~ " seru Jongin pada Ziyu.

Bukan hanya Ziyu yang membuka mulutnya tapi juga Kyungsoo yang reflek ikut menuruti perkataan Jongin membuka mulutnya. Sontak sukses membuat Jongin tertawa geli sambil memasukan ujung botol susu ke mutut kecil Ziyu. "Apa kau ingin minum susu juga?" goda Jongin.

Kyungsoo langsung mengatupkan mulutnya. Pipinya menjadi merah karena malu. Karena Jongin menyerukan kata 'sayang', jadi ia merasa terpanggil juga. "Jadi Ongin lebih sayang Ziyu sekarang?" Kyungsoo pura-pura merajuk.

"Tentu saja Kyungsoo tetap nomor satu," balas Jongin sibuk memegangi botol susu Ziyu dan mencoba mengalihkan pikirannya dari baju Kyungsoo yang basah bagian dada. Gadis kecilnya benar-benar sudah dewasa sekarang, sepertinya cobaan akan semakin besar untuk dirinya.

"Benarkah?" tanya Kyungsoo lagi.

Jongin malah mendekatkan wajahnya. Memperpendek jaraknya dengan Kyungsoo. Hingga hidung mereka saling bersentuhan. Jantung Kyungsoo berdetak sangat kecang sampai takut jika Jongin bisa mendengarnya. Apa Ongin akan menciumnya? Di bibir? Awww, baiklah kalau begitu biar dirinya tutup mata dulu. Pikir Kyungsoo girang sendiri.

"Tentu saja benar... Tidak ada gadis lain di hati oppa," bisik Jongin yang sudah semakin dekat dengan bibir Kyungsoo, namun ia berbelok ke pipi gembilnya. Dan membubuhkan kecupan disana.

Ketika menyudahi kecupannya alangkah terkejutnya ia menemukan Kyungsoo tengah memaju-majukan bibirnya. Seketika dahi Jongin berkerut dalam. "Kau sedang apa, Kyung?" tanyanya bingung.

Kyungsoo membuka matanya lebar-lebar. Mengatupkan bibirnya sendiri. Menyaut botol susu di tangan Jongin. Lalu memberingsut mundur ke pojok kamar, dengan Ziyu masih di gendongannya. Tak lupa membalik tubuhnya menjadi duduk menghadap tembok. Ia sangat malu sekarang.

"Kyungsoo bodoh.. Kyungsoo bodoh.. Bodoh.. Bodohhh agrrrhh.. " racaunya sambil menjedotkan kepalanya ke tembok. Membuat dahi Jongin semakin mengkerut sangat amat dalam.

Masih di kediaman nenek Do, Tuan Do dan Seon Ho sedang mencuci piring di sumur sembari mendengarkan ceramah panjang sang nenek. "Cuci yang benar!" seru nenek Do yang asyik memberi makan segerombolan kelinci tak jauh dari sana.

"Halmeoni ini kan pekerjaan perempuan... " protes Seon Ho yang kebagian menimba air dari sumur, lalu menuangnya ke ember-ember berisi piring kotor.

"Sudah lakukan saja.. " tegur Tuan Do pada putranya itu.

"Salah sendiri kalian berdua membuat cucuku Kyungsoo marah dan mengurung dirinya. Masak nenek harus menyuruh orang sakit?" sindir Nenek Do yang tersenyum senang bisa mengerjai anak dan cucu laki-lakinya itu.

"Eomma, anak itu sudah berbuat tidak sepantasnya pada cucumu Kyungsoo. Mereka tidur bersama, eomma mau cucumu Kyungsoo hamil? Dia masih kecil dan belum menikah, " balas Tuan Do tak terima.

"Jongin bukan anak seperti itu. Dia pemuda yang baik, bahkan membantuku mengasuh Kyungsoo. Dia yang menemani Kyungsoo bermain, menghiburnya saat menangis, membantunya belajar, menemaninya tidur siang, mengantar dan menjemputnya sekolah. Bahkan Jongin yang mengurus menstruasi pertama Kyungsoo. Ia selalu di dekat Kyungsoo, sejak masih berumur tiga tahun sampai dua belas tahun. Kurasa itu bukan waktu yang sebentar kan?" ujar Nenek Do.

Membuat Tuan Do dan Seon Ho hanya bisa menghela nafas lalu mengangguk membenarkan.

"Mungkin kalian memang appa dan oppanya. Tapi Kyungsoo hanya bertemu kalian setahun tiga kali, saat kalian menengoknya. Hari-hari Kyungsoo lebih banyak bersamaku dan Jongin, jadi maklumilah sikap putrimu lebih membela Jongin," ucap nenek Do menbuat Tuan Do maupun Seon Ho merasa tersentil.

Memang Tuan Do akui jarang berkunjung dan itu pun hanya sebentar. Karena urusan pekerjaannya membuat tidak bisa tinggal lama disini menemani putri kecilnya. Dirinya punya perusahaan di Seoul dan seminggu sekali harus ke luar negeri urusan bisnis. Sedangkan putranya Do Seon Ho juga memilih menetap di Jepang dan membangun bisnis kuliner disana.

"Tapi mereka tidur bersama, eomma!" seru Tuan Do membilas piring-piringnya.

"Percayalah Jongin tak melakukan apa pun pada Kyungsoo. Jika ia sudah berniat jahat seharusnya mereka tidur di kamar Kyungsoo bukan di kamar Seon Ho ."

Nenek Do menepuk pundak Seon Ho , "Kau panggil adikmu dan Jongin untuk makan siang. Bujuk adikmu sampai mau keluar. Aku yakin Kyungsoo masih mau mendengarkan oppa-nya,"

"Ne, Halmeoni," balas Seon Ho langsung melesat ke dalam rumah.

"Kyungsoo membutuhkan rasa aman dan dicintai. Dan ia mendapatkannya dari Jongin. Yang seharusnya ia dapatkan diri aku, kau, Seon Ho , dan eommanya yang tiada, " kata nenek Do pada putranya yang menunduk merasa bersalah.

.

.

.

Makan siang hari ini menjadi sedikit kaku di banding biasanya. Anggota keluarga Do sudah duduk lesehan di depan meja tatami yang cukup lebar. Hidangan sudah tertata rapi disana. Seungho berhasil membujuk Kyungsoo untuk keluar kamar dan makan bersama. Tentu hal yang tak mudah meluluhkan Kyungsoo, ia harus memenuhi dua keinginan adiknya itu. Dimana salah satunya meminta maaf pada Jongin.

Nenek Do yang mengawali makan siang ini, dengan mengambil nasi, sup beserta aneka olahan laut dan diikuti anggota keluarga lainnya. Kecuali Jongin karena Ziyu yang ada dalam gendongannya sedang rewel. Menjadikanya pusat perhatian makan siang kali ini.

"Huwaaaa.. Huaaaaaa...Huhuhuhu !" suara tangis Ziyu yang mengeras. Rambutnya sampai basah terkena keringat dan air mata.

"Mmm... Maaf menganggu makan kalian. Aku akan keluar sebentar, silahkan dilanjutkan saja makannya, " pamit Jongin berdiri dari duduknya, berniat ke teras depan rumah untuk menenangkan Ziyu.

Namun Kyungsoo menahanya, menariknya untuk tetap duduk. Membuat Jongin agak terhentak ke lantai kayu yang keras. Sebuah ringisan lolos dari bibirnya. Poor pantat Jongin.

"Mian.. Miann.. Miannn... " ucap Kyungsoo buru-buru meminta maaf. Ia lupa pantat kekasihnya itu masih memar.

"Tak apaa.. " balas Jongin namun wajahnya masih menahan sakit.

"Huahuahua.. Huwaaaa...!" si kecil makin menjadi-jadi, tubuhnya semakin merapat ke tubuh Jongin dan kakinya menendang-nendang tak tentu arah.

"Ssshhhh... Shhhh.. Ziyu cantik kenapa, hmm? Sssshhh...sayang... Sayang...," Jongin menggendong Ziyu di dadanya, memposisikan dagu si kecil di bahunya. Sembari menepuk dan mengusap lembut punggung si kecil. Jongin berpikir mungkin perut Ziyu merasa tidak enak setelah selesai meminum susunya. Sehingga membuat putri Sehun itu rewel terus. Jadi ia mencoba membantu mengeluarkan gas di perutnya.

Semua hanya memegang alat makannya tanpa berniat menyuap makanan ke mulut mereka. Fokus mereka pada Jongin. Sampai suara sendawa yang cukup keras mengagetkan mereka, "Errrrrggggg~~"

"NOMU KIYOWO~!" pekik Seon Ho tak bisa mengontrol perasaan gemasnya pada putri Sehun, yang baru saja bersendawa.

Begitu juga Tuan Do yang menyunggingkan senyum ke arah Jongin, tanpa ada yang tau. Jongin tak terlalu buruk untuk jadi ayah dalam waktu dekat, pikirnya. "Kyungsoo, ambilkan makanan untuk Jongin!" ujarnya.

"Ne, appa," Kyungsoo malah mengambil makannya sendiri dengan sumpit lalu menyuapkan ke mulut Jongin. "Ayo Kyungsoo suapin... " ucapnya membuat Tuan Do geleng-geleng kepala. Maksudnya mengambilkan makanan ke mangkuk Jongin. Tentu Jongin hanya bisa pasrah saja, membuka mulutnya lebar-lebar menerima suapan sang kekasih. Toh tanganya sedang sibuk mengendong Ziyu yang terserang kantuk.

Tuan Do sebenarnya ingin melanjutkan makannya yang tertunda, tapi perkataan nenek Do terus terngiang-ngiang di kepalanya. Merasa bersalah sampai memukul pantat pemuda itu. Padahal tanpa ia ketahui Jongin menjaga putrinya sampai menjadi gadis cantik seperti sekarang. "Kim Jongin... " panggilnya.

"Y-ya... " balas Jongin gugup dan segera menelan makanannya. "Saya akan makan sendiri jika - "

"Ahh tidak.. tidak..," potong Tuan Do. "Aku hanya ingin minta maaf atas hukumanku tadi pagi. Aku terlalu kasar padamu sepertinya. Dan setelah kupertimbangkan lagi, aku akan menerima lamaranmu. Silahkan jika kalian berdua ingin menikah dalam waktu dekat TAPIII - "

Semua orang menahan nafas. "Tapi - setelah Seon Ho menikah terlebih dahulu," lanjut Tuan Do.

Pfffttthh! Minuman yang Seon Ho minum hampir saja menyembur keluar. Apa ayahnya sedang bercanda? Dirinya tak punya siapa pun untuk diajak menikah. Belum sempat ia menelan minumannya apalagi memprotes keputusan ayahnya yang tak masuk akal, Jongin memanggilnya.

"Hyung, senyum!" ujar Jongin sudah menghadapkan kamera ponselnya kearahnya.

Bodohnya lagi Seon Ho dengan pipi menggembung penuh air minumnya sendiri, reflek menarik bibirnya untuk tersenyum seperti perintah Jongin. Ckrekk! Foto Seon Ho pose seperti sedang menahan BAB selama berbulan-bulan tersimpan apik di ponsel Jongin.

"Ayo cepat pasang photo Seon Ho oppa ke biro jodo, Ongin~ Lalu kita menikah! Yeyyyyy!" seru Kyungsoo bersorak dan bertos ria dengan Jongin.

"YAKKKKK! KALIAN BERDUAAAA! "

.

.

.

Namun kegembiraan Kyungsoo tak berlangsung lama, gadis yang beranjak remaja itu menangis hebat disaksikan semua penghuni stasiun malam itu. Malam dimana kepulangan Jongin ke Seoul. Sehun, Luhan, si kecil Ziyu, dan Seon Ho ikut mengantarnya. Tuan Do berhalangan mengantar karena sakit punggungnya kumat.

"Huweee Onginnnn.. Ongin kenapa pulang hiks... Hikss... Hikss," kurang lebih begitu yang di gumamkan Kyungsoo selama menangis. Seon Ho merotasi matanya, agak jengkel pada adiknya sendiri. Ohh ayolah Jongin hanya pulang ke Seoul. Sama-sama masih di negara Korea Selatan. Dia bukan pergi ke planet lain atau pergi ke medan perang.

Setelah berpamitan ke semua orang, Jongin menghampiri Kyungsoo yang masih saja menangis sampai ingusnya mengintip dari lubang hidungnya. Menghapus air mata Kyungsoo dengan ibu jarinya. "Kyungsoo jangan nangis terus, nanti matanya tambah besar lho," goda Jongin lebarkan matanya, menirukan ekspresi yang sering Kyungsoo gunakan. Yups, ekspresi O.O

Kyungsoo membalasnya dengan memukul-mukul dada Jongin, "Eeeggghhhh hiks hiks Ongin jahattt.. Huweee!"

Jongin terkekeh pelan. Sebenarnya ia juga berat meninggalkan Kyungsoo lagi tapi mau bagaimana lagi. Pekerjaannya di Seoul menunggu untuk segera di selesaikan. Untuk modal menikahi kekasih kecilnya ini.

Di tengah kekehannya, tanpa ia sadari Kyungsoo berjinjit guna menggapai wajahnya. Tangan kecil Kyungsoo menangkup rahangnya, lalu mengecup bibirnya.. Ahh tidak ini bukan sekedar kecupan, Kyungsoo menempelkan bibirnya lebih lama dan menyesapi bibir bawahnya.

"Ya Tuhan maniss sekali... Ya Tuhannnn... Rasanya lebih manis sekarang... Ya Tuhannnnnn... " pekik Jongin dalam hati. Dirinya tak berani mencium bibir Kyungsoo sejak ia beranjak remaja. Karena ia tahu bibir Kyungsoo sangatlah manis, bahkan hanya sekedar di kecup. Makanya dulu waktu Kyungsoo masih kecil ia hobi mengecupi bibirnya yang ranum. Dan Jongin rasa setelah merasakan kembali bibir Kyungsoo, ia akan kecanduan dan pulang ke Seoul dengan tidak tenang.

Segera setelahnya Jongin mulai mengembalikan akal sehatnya yang sempat melayang. Ia menunduk menatap Kyungsoo yang sudah tak kuat berjinjit dan melepaskan ciumannya. "Kyungsoo mulai nakal ya," ujarnya berpura-pura memarahi Kyungsoo.

Jongin mengangkat tubuh Kyungsoo dan menaruh tangannya bawah pantat Kyungsoo untuk menahan beban. Kyungsoo mengalungkan tangannya di leher Jongin. Mata mereka saling beradu. Kyungsoo malah menelusupkan kepalanya di tengkuk Jongin, berniat menyembunyikan wajahnya dari Jongin. Merasa malu dengan dirinya sendiri.

"Angkat kepalamu, sayang! Oppa ingin lihat wajah calon istri oppa," pinta Jongin

Kyungsoo mengangkat wajahnya ragu-ragu, Jongin langsung menyambar bibir hati. Mencicipi sepenuhnya. Rasanya memang benar-benar manissss dan kenyal. Jongin memiringkan wajahnya dan semakin menekan bibir Kyungsoo. Memangut atas dan bawah secara bergantian. Kyungsoo yang masih amatiran, dengan kaku membalas ciuman Jongin yang liar. Namun Jongin mulai melembutkan ciumannya dan mengurangi ritmenya ketika sadar gadisnya kesusahan mengimbanginya.

Jika Tuan Do ada disini, sudah dipastikan pantatnya tak hanya cekung tapi juga harus di amputasi. Atau mungkin lebih parah lagi ia akan dikebiri oleh Tuan Do, layaknya kucing ras berbulu lebat.

"Aduhh," pekik Kyungsoo tiba-tiba.

Jongin menatapnya bingung, berharap segera mendapatkan jawaban dan melanjutkan melahap bibir si kecil. "Ada apa?" tanyanya.

"Perut Kyungsoo di tendang sesuatu, Ongin.." adu Kyungsoo. "Keras seperti batu... Hihihi" lanjutnya sambil tekikik bahagia dapat mengerjai Jongin.

Membuat Jongin mencubit hidung mungil Kyungsoo, pasalnya perut Kyungsoo tepat di depan selangkangannya. "Siapa yang mengajarimu mesum begitu, hmm?" Kyungsoo tak menjawabnya, malah mengeratkan tangannya di leher Jongin. Lalu kembali menyerang bibir Jongin dan mereka kembali saling bergulat bibir.

Sehun menepuk-nepuk punggung Seon Ho , "Yang thabar ya, hyung! Anak muda memang theperti itu. " Dibalas dengan lirikan mematikan dari Seon Ho .

.

.

.

"Tonton sampai bagaian ini saja, jika belum paham klik pause lalu ulangi lagi dari awal. Jangan lihat yang lain, okey? oppa tinggal mandi dulu, " ucap Seon Ho pada Kyungsoo yang menatap layar laptop miliknya dengan seksama.

"Ummt," Kyungsoo mengangguk acuh.

Sebenarnya ia tak ingin mengajari adiknya tentang hal ini. Tapi ia sudah terlanjur mengiyakan syarat kedua yang Kyungsoo ajukan agar ia mau keluar kamar tadi siang. Dan syarat kedua itu adalah "Oppa harus ajari Kyungsoo cara berciuman yang benar. Soalnya Ongin tidak pernah mau mencium bibir Kyungsoo." Bodohnya ia mengangguk dengan gampangnya. Ahh yasudahlah hanya ciuman saja bukan?

"Ingat pause, jangan lihat selanjutnya!" peringat Seon Ho sekali lagi. Lalu siluetnya menghilang di balik pintu, meninggalkan Kyungsoo dengan laptopnya.

Namun sepertinya Seon Ho lupa satu hal, adiknya itu memiliki rasa penasaran yang tinggi. Akibatnya film itu tetap dibiarkan Kyungsoo berlanjut melebihi batas yang Seon Ho tentukan. Membuat mata bulat gadis kecil itu semakin bulat.

"Huh? Kenapa ini mirip seperti yang dilakukan Baekie dan Chanyeol oppa saat di kebun?"

.

.

.

.

Gimana kurang 'sreg' ya sama chapter ini?

Saya end-in disini gimana? Udah 1 tahun lho ff ini, ini buktinya udah sahur terakhir lagi. Tapi ff ini belum tamat-tamat.

Huft.

.

.