~HAPPY READING

TOK TOK TOK

Sakura mengernyitkan matanya saat suara ketukan atau gedoran memenuhi ruang tidurnya dan menganggu kedamaian. Dengan berat hati ia membuka matanya, menampilkan netra bagaikan bongkahan batu emerald.

Suara gedoran pintunya tak kunjung berhenti. Membuat Sakura menghela napas gusar. Sakura mendengar teriakan Ino yang sudah sangat bosan ia dengar. Satu-satunya cara agar semua itu berhenti adalah membuka pintu dan menampilkan diri dihadapan Ino, si penganggu paginya.

Dengan langkah lambat, Sakura menuju pintu. Tanpa tunggu lama, tangannya meraih daun pintu dan membukanya. Iris miliknya masih menunjukkan rasa kantuk ditambah dirinya yang sedang menguap.

Kini Sakura menatap Ino, seseorang di balik pintu yang tadi menimbulkan suara berisik. Dengan tatapan kesal ia menelisik penampilan Ino yang sudah berpakaian lengkap siap untuk pergi ke kampus.

Matanya melotot dan menyadari suatu hal bahwa saat ini dia terlambat. Dengan kecepatan maksimal, Sakura berlari menuju kamar mandi dan bersiap. Sesekali ia bergumam, "aku terlambat! Aku terlambat!".

Ini semua karena semalam ia terjaga terlalu lama lantaran seseorang membayanginya. Membuatnya tersenyum layaknya orang gila dan merasakan rasa hangat yang menyelimuti hatinya. Seseorang yang akhir-akhir ini menemani harinya. Pengganti sang kakak perempuan yang sudah tiada.

Setelah siap dengan pakaian yang melekat di tubuhnya, Sakura segera memakai sepatunya. Namun secarik kertas di atas rak sepatu menarik atensinya. Sambil mengenakan flat shoes miliknya, ia membaca kalimat yang tertera pada kertas tersebut.

Aku duluan, aku sudah terlambat. Maafkan aku. Semoga harimu menyenangkan:).

-Ino

Sakura tersenyum menanggapi pesan Ino. Ia pun meletakkan kertas itu pada tempatnya lagi. Tanpa tunggu lama, Sakura segera meninggalkan kamar asramanya.

Baru beberapa langkah ia meninggalkan lobi asramanya, gadis berwajah manis itu baru ingat bahwa hari ini dia memiliki jadwal kelas siang.

Dan itu berarti dia tidak terlambat sama sekali.

"Oh my God! Jika tahu begini aku akan memilih baju terlebih dahulu!" Sakura berteriak frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang ia ikat asal.

Dengan langkah sambil dihentak, Sakura pergi menuju taman. Wajahnya masih menampilkan raut kesal bukan kepalang. Padahal ini salah dirinya sendiri. Jika saja Ino tidak memberikan memo tersebut, pasti ia masih dengan nyenyak tidur di kasurnya.

Tanpa Sakura sadari, sebuah sepeda melaju kencang ke arahnya saat ia ingin menyeberangi jalan menuju taman. Suara bel dari sang pengendara pun menyadarkan Sakura. Iris hijaunya membulat bersamaan pula dengan membulat bibir ranum miliknya.

"KYAAAA."

Syuut

Sakura berteriak bersamaan dengan seseorang menarik kerah belakang kemejanya dengan cukup kuat dan cepat. Ia merasakan sedikit tercekik dan terkejut.

Karena ditarik, Sakura pun tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya. Alhasil, tubuhnya oleng dan terjatuh. Untungnya itu tidak terjadi lantaran sepasang lengan kekar menahan tubuh mungilnya.

Sakura menghela napas lega. Nyawanya selamat di pagi yang menyebalkan ini. Tubuhnya masih bergetar karena terkejut. Masih sedikit terlihat bahwa napasnya tersengal.

"Harusnya kau gunakan 5 detik teriakanmu itu untuk menghindar, baka!"

Sakura merasakan hembusan napas hangat seseorang di atas surainya. Seseorang yang juga menyelamatkannya dari kecelakaan kecil yang bisa berakibat fatal.

Tentu saja Sakura mengenali pemilik suara yang baru saja menolongnya. Apalagi dengan bahasa Jepang yang digunakannya memperjelas siapa yang menolongnya dari kejadian menegangkan tersebut.

Untuk memastikannya, Sakura berbalik. Menatap penolongnya. Tak lama, pipi ranum miliknya menampilkan rona kemerahan lantaran malu. Saking gugupnya, dia menggigit bibir bawahnya untuk meminimalisir rasa gugupnya. Uchiha Sasuke di depannya sekarang.

"Bagaimana jika kau tertabrak? Bukankah itu merepotkan, walau hanya kecelaaan kecil. Bagaimana jika aku tidak ada untuk menolongmu? Kau harusnya lebih berhati-hati. Memangnya apa yang kau pikirkan sehingga tidak memperhatikan langkahmu, hah?!" omel Sasuke dengan nada mengintimidasi serta tatapan tajam. Sakura hanya menunduk takut.

'Dia seperti neesan. Ternyata ia cukup cerewet,' batin Sakura berkata.

"Uhm, maaf," cicit Sakura kecil. Masih belum berani menatap iris sehitam batu obsidian milik Sasuke.

"Untuk apa? Ah, sudahlah." Sasuke berucap dengan nada kesal yang kentara. Ia mengalihkan pandangannya ke lain arah dan melipat tangannya di depan dada. Membuat Sakura bingung. Ia pun memberanikan menatap mata Sasuke.

"M-Memangnya kenapa?" tanya Sakura dengan gugup. Takut salah berbicara dan malah membuat laki-laki di depannya marah.

"Tch, memangnya kenapa katamu? Haha, bodoh!" ucap Sasuke sambil berlalu meninggalkan Sakura.

Sakura menatap bingung punggung yang mulai menjauh dari hadapannya. Merasakan debaran jantung yang menggila. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, tapi ia suka sensasi ini.

/•/

Sasuke berjalan santai melewati pintu demi pintu kelas. Suasana cenderung hening lantaran banyak kelas yang sudah memulai kegiatannya. Sesekali orang menatapnya bingung sekaligus kagum saat ia lewat.

Dahinya sedikit mengkerut tanda kesal sedang hinggap dalam hatinya. Wajah yang sedikit ditekuk pun memperjelas ekspresi kesalnyanya. Tak lupa langkah dihentak walau tak kentara.

Bagaimana tidak, seorang gadis bersurai sewarna bunga kebanggan Jepang itu membuatnya kesal. Dia sudah menolongnya dari maut kecil dan dia malah menanggapi pertolongannya dengan sangat sederhana. Padahal raut ketakutan jelas terlihat padanya. Tidak berterima kasih pula.

Padahal masalah ini sangat sederhana, tapi kenapa dia sangat kesal?

"Sasuke Uchiha?"

Panggilan seseorang dibelakangnya membuatnya menoleh. Menghadap gadis yang tingginya kira-kira setara dengan hidungnya. Dahinya yang tadi mengkerut bertambah lagi karena bingung.

"Ah, saya Hinata. Selama anda di sini, saya akan mendampingi anda. Maafkan saya karena kemarin saya ada keperluan sehingga tidak dapat menyambut anda," ucap gadis beriris lavender dengan bahasa Inggris yang fasih. Suara lembutnya sedikit membuat Sasuke terperangah.

"Hn, aku mengerti." Sasuke memberikan senyum tipis yang teramat tipis.

"Bukankah sekarang anda harus menghadiri seminar? Mari saya antar."

Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan gedung yang merupakan fakultas musik.

/•/

Suasana gedung fakultas musik tidaklah ramai dikarenakan kebanyakan kelas sudah memulai kegiatannya. Beberapa kelas mengeluarkan suara alat musik dan nyanyian yang sedikit menambah keramaian.

Gadis yang identik dengan musim semi itu melangkah menyusuri koridor gedung fakultasnya. Berjalan santai tanpa hambatan. Sesekali surai merah mudanya itu melambai tertiup angin.

Tujuannya kini adalah kelasnya. Walau kelas dimulai masih sedikit lama, tak ada salahnya kan datang lebih awal. Sesekali menjadi mahasiswi rajin itu perlu.

Namun belum sampai tujuan, langkah kakinya sudah terhenti terlebih dahulu. Dahi lebarnya mengkerut untuk memperjelas apa yang dipandangnya sekarang. Matanya pun menyipit penuh selidik.

"Sa-Sasuke-niisan?" gumamnya saat melihat sebuah bayangan tak asing yang berjalan menjauh di ujung koridor sana.

'Untuk apa ia kemari? Bukankah dia tidak memiliki urusan dengan fakultas musik?' tanya Sakura dalam hati. Sakura semakin menatap aneh bayangan tersebut.

Tidak, dia tidak sendiri. Seseorang sedang berjalan di sampingnya. Berjalan berdampingan dengan jarak yang lumayan dekat. Dan orang itu seorang gadis.

Ah, kenapa ia merasa sesak ya?

/•/

Sasuke benar-benar tidak fokus dengan kegiatan yang ia lakukan saat ini. Pikirannya dipenuhi seorang gadis yang beberapa waktu lalu membuatnya kesal, sekaligus khawatir.

"Baik, sepertinya cukup sampai di sini. Senang bertemu kalian," ucap Sasuke mengakhiri seminar dengan cepat. Ia tidak ingin jika nanti terjadi hal yang tidak diinginkan.

Dirinya sibuk membereskan peralatannya dengan cepat. Namun ada sepasang tangan putih terulur untuk membantu merapikan beberapa kertas yang tadi ia pakai. Obsidian miliknya melirik pemilik tangan yang sudah repot-repot membantunya.

Gadis dengan iris sewarna lavender sedang tersenyum manis ke arahnya. Tak lama ia kembali merapihkan kertas-kertas tersebut dan menyerahkannya ke Sasuke.

"Kupikir anda membutuhkan bantuan," ucap Hinata setelah Sasuke menerima kertas yang sudah ia rapikan.Dengan senang hati Sasuke menerima kertas tersebut dan memasukannya ke dalam tasnya.

"Hn, thank's. Dan kupikir tak perlu se-formal itu. Panggil aku layaknya kau memanggil teman laki-lakimu." Sasuke membawa ranselnya dan berjalan menjauhi Hinata.

Tapi gadis itu malah mengikutinya dan berjalan berdampingan. Membuat beberapa pasang mata menatap mereka.

"Ya, mungkin kau ingin berkeliling? Aku bisa menemanimu." Hinata berucap ramah. Sasuke melirik dan bergumam tidak jelas.

"Mungkin lain kali. Aku harus pergi." Sasuke mempercepat langkahnya meninggalkan Hinata yang menatapnya dengan penuh binar.

Kini Sasuke harus mendatangi Haruno Sakura. Gadis yang beberapa hari ini selalu berinteraksi dengannya. Kedatangan gadis itu membuat rasa nyaman hinggap di hatinya.

Bukan tanpa alasan Sasuke berada di gedung fakultas musik tadi pagi. Tentu saja mendatangi Sakura dan melihat keadaannya yang hampir celaka itu.

Namun sepertinya ia tidak mendapatkannya dan malah bertemu Hinata. Kemudian ia harus menjalankan tugasnya sebagai pengisi seminar di salah satu universitas terbaik di Amerika. Membuatnya tak dapat menemukan mantan calon adik iparnya tersebut tadi pagi.

Tetapi sekarang ia harus menemukannya bagaimana pun caranya. Hanya dengan melihatnya baik-baik saja, Sasuke pasti bisa tidur dengan nyenyak.

Langkahnya terhenti saat iris onyx miliknya menatap siluet merah muda yang sedang berjalan keluar gedung fakultas. Tidak salah lagi, itu pasti Sakura.

Netranya menelisik dengan teliti keadaan gadis itu. Yang dapat ia simpulkan, gadis itu baik-baik saja. Seperti biasa. Nah, Sasuke pasti bisa tidur nyenyak malam ini.

Tapi saat Sasuke mendekati Sakura, yang ia lihat gadis itu sedang berjalan seperti orang setengah sadar dengan buku yang hampir jatuh dari dekapannya.

/•/

Sakura keluar dari gedung fakultasnya dengan lesu. Tidur malamnya baru berdampak saat ini. Ia merasakan kantuk tak terkira. Pokoknya, ia harus sampai ke kamar asramanya secepatnya. Masa bodoh dengan jadwal selanjutnya, dia lelah.

Belum lagi saat kelas di mulai, pembelajaran sangatlah membosankan. Selain itu pikirannya tak fokus pada penjelasan dosen tua yang cantik dan memiliki suara bagus itu. Membuatnya merasakan kantuk luar biasa.

Langkahnya gontai menyusuri jalan menuju asramanya. Matanya semakin memberat namun ia paksakan. Sebentar lagi ia akan sampai pada sang kekasih hatinya.

"Kenapa tidak sampai-sampai sih?!" Sakura menggerutu kecil di sela-sela langkah gontainya.

Sesekali ia menguap lebar dan memejamkan matanya. Tak jarang ia hampir menabrak beberapa orang.

"Hoam ... Aku tidak tahan lagi," gumam Sakura sambil menjatuhkan diri ke rerumputan bawah pohon yang rindang. Mendukung suasana untuk tidur.

Tak peduli dengan kotor dan rasa sakit akibat benturan kecil tadi, Sakura langsung memejamkan matanya dan bersandar pada pohon besar.

Sasuke yang sedari tadi memperhatikan Sakura pun mendekati gadis bersurai sewarna permen karet itu. Dirinya terkekeh kecil saat melihat wajah polos Sakura saat tertidur. Membuatnya sedikit gemas dan tak bisa menahan untuk duduk di sampingnya.

Tangannya bergerak untuk membenarkan posisi tidur Sakura yang sedikit salah dan membaut rasa sakit saat ia terbangun. Senyum tipis tersungging saat Sakura mendapatkan posisi nyaman untuk tidur.

Sasuke menatap buku serta kertas yang masih didekap Sakura. Ia pun meraih buku dan kertas tersebut dan tak lupa melepas tas yang Sakura gunakan.

Sasuke menatap buku dan kertas yang Sakura dengan pandangan aneh. Bagaimana tidak? Lembaran tersebut bukannya berisi pelajaran melainkan coretan-coretan abstrak. Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat hasil karya Sakura.

Atensi Sasuke beralih saat tanpa sengaja matanya menatap suatu gambar di pojok kertas. Seekor hewan berupa ayam yang terlihat aneh bagi Sasuke.

'Gambarannya sangat jelek,' batin Sasuke mengejek. Ia pun merapikan barang-barang Sakura dan meletakannya tepat di sebelah Sakura tidur.

Saat ingin beranjak meninggalkan Sakura, Sasuke kembali duduk. Menatap sekilas Sakura lalu mengambil selembar kertas Sakura serta pena. Setelah menulis, Sasuke letakan kertas tersebut di sela-sela buku. Ia pun pergi meninggalkan Sakura dengan senyum tipis yang masih menghiasi wajah tampannya.

/•/

Sakura terbangun dari tidurnya saat selembar daun terjatuh tepat di wajahnya. Perlahan ia menampilkan manik emerald yang indah. Meringis karena merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya.

Setelah seluruh kesadarannya terkumpul, Sakura menatap mentari yang seakan-akan ingin tenggelam. Menandakan bahwa hari ini sudah terlampau sore. Ia pun memandang sekelilingnya yang terlihat sepi.

Sakura pun bergegas merapikan penampilannya. Saat ingin mengambil barang-barangnya, Sakura menatap aneh dengan selembar kertas yang terselip di sela-sela bukunya.

Sambil berdiri, ia menarik selembar kertas tersebut dan membaca rangkaian kata dalam kertas tersebut.

Lain kali perhatikan di mana kau tidur. Apa kau tidak tidur dengan teratur? Jangan lakukan hal bodoh yang membahayakanmu!Karena aku khawatir.-Sasuke Uchiha

Sakura tersenyum lebar saat membaca untaian kalimat manis penuh perhatian dari laki-laki bertatapan tajam itu. Wajahnya memerah sempurna lantaran rasa senang yang membuncah dihatinya.

Langkahnya ia percepat agar segera sampai di kamar asramanya. Dengan senyum manis yang merekah, ia menikmati semilir angin sore yang menyejukkan tubuhnya dan hatinya.

"Aku menyukainya!"

To Be Continue