Hinata menatap sebal pada tangan Sasuke yang dengan nyaman bergerilya di pahanya. Jari telunjuknya bergerak membuat lingkaran kecil dan lingkaran besar. Sesekali telapak tangan besar itu mengelus sensual.
"Sasuke-san, kau di rumah?"
"Ada apa?"
"Kau tidak lupa dengan pertemuan guru hari ini bukan?"
Ah, itu. Bahkan Sasuke tidak berniat untuk menghadiri rapat.
Sasuke menggerakkan perlahan tangannya menyelusup ke dalam kemeja yang dikenakannya.
Dan kemudian tubuh Hinata terbanting di kasur dengan Sasuke di atas tubuhnya. Tak sengaja juga mengeluarkan suara.
Ponsel yang berada di tangan kanan Sasuke terbanting ke lantai. Layar ponsel itu menggelap.
Padahal Hinata sudah mati-matian untuk mengunci mulutnya supaya tidak bersuara sejak mendengarkan pembicaraan antara Sasuke dengan Karin.
Wajah Sasuke terus menunduk, membuat Hinata gemas. Kedua tangan Hinata yang bebas menangkup sisi-sisi wajah Sasuke. "Sengaja 'kan?"
"Apa?" tanya Sasuke sok polos.
Hinata terkekeh pelan dan mengecup singkat bibir Sasuke. Kemudian mendorong tubuh kekar yang di atasnya untuk menyingkir.
"Mandi."
Hinata beranjak dari tempat tidur Sasuke. Kemudian membuka lemari, memilih pakaian mana yang tepat untuk dikenakan Sasuke. Dirinya sedikit berjengit saat merasakan pelukan di perut dan gigitan manja di salah satu telinga. Lagi tangan itu mulai bergerak menyelusup ke dalam kemeja kebesaran yang dikenakannya. Membelai perut rata itu dengan gerakan pelan.
"Aku tidak mau pergi," ucapnya setelah membuat kiss mark di belakang leher Hinata.
"Tapi kau harus pergi," Hinata bergerak untuk menghindari bibir Sasuke yang terus menjamah bagian belakang lehernya. "Dan berhentilah membuat tanda di belakang tubuhku."
Sasuke sedikit terkekeh. Melepaskan pelukannya dan mengacak gemas rambut Hinata yang sedikit berantakan akibat semalam. Kemudian mengambil handuk bersih dan menuju kamar mandi.
.
"Oke. Rencana ini sudah bulat dan matang. Jadi saya harap guru yang menjadi pembimbing selama acara camping bisa melaksanakan tugasnya dengan baik," ucap Itachi Uchiha mengakhiri rapat.
Satu per satu guru-guru Konoha Senior High School undur diri dari ruangan rapat sekolah bergengsi di Jepang itu. Pun sama dengan Sasuke yang sepertinya tidak ingin berlama-lama dengan kakaknya. Karena ada hal penting yang harus diselesaikan di rumah bersama Hinata.
Sasuke mendapati Karin berdiri di samping mobilnya. Sepertinya wanita itu tengah menunggunya. Apa lagi kali ini? Tidak bisakah wanita itu berhenti mengusik kehidupannya.
"Ada hal yang ingin ku bicarakan denganmu," ucap Karin menahan tangan Sasuke yang akan membuka pintu mobil.
Dan di sinilah mereka berdua, di café dekat sekolahan. Sedari tadi Sasuke hanya memperhatikan Karin yang terus menunduk sembari memegang erat cangkir Hot Chocolate. Hal yang membuat Sasuke malas berurusan dengan wanita seperti Karin.
"Katakan," akhirnya Sasuke yang harus memulai percakapan ini.
"Aku akan ke Jerman," Karin menatap wajah Sasuke. Berharap mendapatkan raut terkejut. Dadanya sedikit nyeri saat tidak menemukan tanda-tanda terkejut atau apa.
Bodoh, umpat Karin dalam hati.
"Aku harap kau baik-baik saja di sana."
.
Hinata sedang bermain game konsol saat Sasuke datang dan menepuk pelan puncak kepalanya. Setelah meletakkan satu bungkus donat di samping kaki Hinata, dengan sengaja Sasuke mengangkat tubuh Hinata untuk duduk di kaki-kainya yang bersila. Kemudian kedua tangan Sasuke melingkari perut dan menumpukkan dagu di sisi kiri pundak Hinata. Membuat Hinata sedikit sulit berkonsentrasi pada permainan di layar televisi.
"Ada masalah?" tanya Hinata.
Hembusan napas berat Sasuke yang berada di pundaknya membuatnya tidak tahan untuk menanyakan sesuatu.
"Ada yang ingin ku katakan," Sasuke memberi jeda. "tapi jangan marah."
"Tergantung."
"Karin."
Satu nama, lima huruf. Dan sukses membuat Hinata menghentikan permainannya. Padahal tinggal sedikit lagi menuju kemenangan dan malah berakhir dengan kekalahan. Mendengar nama itu membuat Hinata hilang selera. Entah pada game atau pada pembahasan ini.
Sejak menikah dengan Sasuke, ada beberapa hal yang Hinata ketahui dengan baik. Semua. Hampir semua. Fakta bahwa Karin pernah menjadi masa lalu suaminya. Sasuke yang sedari dulu sudah menyukainya, namun tidak berani mengungkapkannya. Dan sederet hal lainnya. Tetapi Hinata lebih memilih diam sampai Sasuke benar-benar mau menceritakannya. Puncaknya adalah hari ini. Namun entah mengapa, pembahasan mengenai Karin ini membuat darah di otaknya mendidih. Otaknya membutuhkan oksigen.
"Mantan pacarmu kenapa memangnya?" jemari Hinata kembali bermain dengan konsol yang ada di tangan. Kembali mencoba permainan yang sudah kalah telak.
Sasuke sedikit membulatkan mata sejenak. Hinata bahkan tahu fakta bahwa Karin adalah mantan pacarnya.
"Tahu darimana?"
Sungguh, Sasuke benar-benar penasaran dibuatnya.
"Ayah, Ibu, Kak Itachi memberi tahu semuanya. Semuanya."
Tak pelak membuat Sasuke terhenyak akan fakta yang baru diketahuinya ini. Semuanya. Hinata bilang semuanya. Ehhhhhhhhh?
"Jangan bilang,"
"Ibu bilang begini 'Saat kamu masih TK, Sasuke sudah menyukaimu.'"
Tiba-tiba tubuh Hinata terbalik dengan cepat menghadap Sasuke. Hinata bisa melihat raut terkejut Sasuke yang teramat sangat kentara itu. Melihat raut wajah Sasuke yang terlihat gugup, membuat Hinata ingin melanjutkan aksi bongkar rahasia.
"Apa lagi?"
"Ayah bilang 'Sasuke sering ke rumahmu bukan karena ingin belajar bersama Neji. Tapi ingin melihatmu.'"
"Ap-"
"Kak Itachi bilang 'Sasuke paling benci saat Hinata-nya diantar pulang oleh cowok lain.'"
Oke. Semuanya benar. Mana bisa menyanggah fakta yang satu ini.
Hinata terkikik kecil saat Sasuke menutup wajahnya dengan satu tangan. Meletakkan konsol ke lantai, Hinata mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Sasuke.
"Kau sudah menyukaiku sejak aku masih TK?" Mau tak mau Sasuke menganggukkan kepalanya naik turun meski sangat lemah. "Kau pedofil sejati."
Mendengar kata 'pedofil' membuat Sasuke menurunkan tangannya yang digunakan untuk menutupi wajah. Terserah apa yang mau dikatakan Hinata atau orang lain kalau dirinya pedofil. Yang terpenting adalah Sasuke bisa mendapatkan Hinata secara utuh. Luar dan dalam.
"Aku bahkan tidak peduli," tangan Sasuke melingkar sempurna di belakang pinggang istrinya. "Karena satu yang penting."
"Apa?" tentu Hinata penasaran.
"Kau sekarang milikku."
Hinata memejamkan kedua matanya saat wajah Sasuke semakin mendekat. Namun bukannya ciuman di bibir seperti biasanya. Sasuke hanya mencium sekilas pipi gembil Hinata. Lalu kekehan tawa Sasuke terdengar di telinganya. Membuka mata dan mendapati Sasuke yang tertawa, membuatnya sedikit sebal. Dengan menggembungkan pipi pertanda merajuk, Hinata berdiri dari kungkungan tangan kekar Sasuke. Dan masuk menuju dapur. Dirinya butuh air dingin untuk diminum. Atau diguyurkan ke kepala Sasuke?
.
TBC
A/N:
Ternyata memang sepi penumpang ya. Banyak yang pindah lapak ke yang merah-merah orange 😂😂😂
Saya punya itu akun. Tapi Cuma buat baca aja. Pen bikin lagi yang buat nulis anu-anuan wks
Selamat menikmati kapal yang satu ini