"Jeon Jungkook aku menyukaimu. J-jadilah pacarku!" kata namja itu sambil membungkuk seraya mengeluarkan semua keberaniannya.

Manik cokelat itu hanya menatap datar sosok namja di depannya. Reaksinya tampak biasa saja, bahkan dirinya tidak terkejut ataupun malu mendapat pernyataan cinta spontan dari teman satu sekolahnya ini. Jarinya diletakan di bawah dagu seperti pose berpikir. Tak berapa lama setelahnya, bibirnya menyungging senyum manis.

"Baiklah, Kookie mau menjadi pacarmu." katanya tanpa pikir panjang.

Yugyeom terkejut. Ia segera menatap pemuda manis di hadapannya. Benarkah Jungkook menerima perasaannya semudah itu? Astaga demi apapun Yugyeom senang sekali. Rasanya seperti mimpi pernyataan cinta darinya diterima.

"T-terima kasih Jungko—"

"Panggil aku Kookie. Kamu kan sudah menjadi pacarku." tangannya memeluk Yugyeom dengan manja. Yugyeom memerah samar. Ia terkejut dengan kontak fisik secepat ini dengan orang yang disukainya. Ia sangat gugup.

"Terima kasih kookie." kata Yugyeom sambil membalas pelukan dari pemuda manis ini.

Pemuda yang dipanggil 'Kookie' ini hanya memeluk Yugyeom dengan tatapan datar seolah ia sudah terbiasa memeluk seseorang seperti ini.

'Dasar bodoh.' batinnya.

.

.

.

Cinta itu seperti skenario. Semuanya telah diperhitungkan dan direncanakan sejak awal.

Cinta itu seperti panggung drama. Sesuatu yang palsu terlihat seperti asli.

Cinta itu seperti pilihan. Menyakiti atau disakiti.

Itu kan yang selama ini kalian pikirkan?

Sayangnya aku tidak berpikir seperti itu.

Bagiku cinta adalah permainan.

Permainan sejauh mana kau bisa mendapat keuntungan dari 'cinta' itu.

Dan aku akan mendapat keuntungan itu sebanyak-banyaknya.

Tak peduli berapapun cinta yang telah kuhancurkan.

.

.

.


PLoveAY

BTS (c) Big Hit

Fanfiksi by Rikka Yandereki

Kim Taehyung x Jeon Jungkook

Taekook

rated: T-M

WARNING: OOC, typo, mature content, BL, etc

Bagi yang tidak nyaman dengan konten tersebut dimohon tidak membacanya


"Kau berpacaran lagi!? astaga Jungkook cepat hentikan sifat playboy mu itu! ini sudah ke 12 kalinya kau menjalin hubungan dengan pria yang berbeda selama satu tahun ini. Aku tahu kau populer tapi tidak begini juga!"

Jeon Jungkook terkekeh pelan. Ia menunjukkan senyum kelinci manisnya. Ia sudah terbiasa dimarahi sahabatnya, Park Jimin. Selalu saja sahabatnya itu memperingatinya untuk berhenti mencari cinta yang baru. Rasanya omelan Jimin seperti radio yang akan terus berputar setiap hari. Tidak akan pernah berakhir.

"Bagaimana ya? aku sudah terlanjur suka..." Bibirnya menghisap sedotan dari susu pisang itu, "Suka memboroskan uang mereka."

"Tolong bedakan murahan dengan banyak yang suka. Kau paham maksud ku 'kan?" Jimin bertanya sarkastik.

Jungkook tidak merasa terhina. Ia justru terkekeh pelan.

"Kook ayolah. Aku tahu kau pernah patah hati waktu itu, tapi bisakah kau tidak melampiaskannya pada mereka? Kau ini benar-benar kejam jika menerima pernyataan cinta mereka karena uang atau harta benda mereka." Jimin mendecih tidak suka dengan alasan klise itu. Memangnya Jungkook mau jadi lelaki matre?

"Tidak bisa. Toh ini keuntungan besar buatku. Aku sering dibelikan barang-barang bermerk oleh mereka. Aku juga sering disayang dan dimanja. Apapun keinginanku pasti dikabulkan. Bukankah ini menyenangkan? Kalau mereka sudah miskin, aku tinggal memutuskan hubungan dan mencari pria kaya selanjutnya~" jawab Jungkook tanpa merasa bersalah sama sekali.

Ya, bisa kalian lihat bahwa Jungkook memiliki hobi berganti pacar setiap minggunya. Istilah yang paling dikenal adalah playboy. Istilah yang paling dibenci baik pria maupun wanita bukan? Sebab kata-kata itu hanya menorehkan luka kekecewaan yang akan membekas bagi korban playboy.

"Gila, kook. Kau benar-benar sinting. Kau pembunuh."

"Pembunuh cinta? Terima kasih. Jiminie sendiri tidak suka padaku? aku mau kok jadi pacarmu." Jungkook mendekatkan wajahnya pada Jimin—berniat menggoda. Bibir mereka nyaris bersentuhan, "Aku mencintaimu, Park Jiminie ku sayang."

Jimin menjauhkan dirinya, "Terima kasih tapi aku tidak, jalang. Aku sudah menyukai seseorang."

Jungkook mengerjap, masih bertahan pada posisinya, "Benarkah? dia lebih manis dari ku?"

"Jauh lebih manis darimu. Dia manis luar dalam. Kalau kau kan hanya manis di luar saja." jawab Jimin acuh sambil memainkan ponsel pintarnya. Jungkook mengernyit tidak suka. Baru pertama kali ini ada orang yang tidak tertarik pada pesona dirinya.

"Ck. Paling hanya orang yang wajahnya standar dibawahku." Jungkook berusaha membela diri.

"Enak sa—"

"Jungkook kau dipanggil Sehun dari kelas B tuh." sela Irene, teman sekelasnya.

Jungkook tersenyum. Ia segera pergi meninggalkan Jimin. Jimin melihat interaksi dua orang itu melalui jendela kelas. Jungkook memeluk Sehun begitu posesif. Beberapa menit setelahnya, Jungkook kembali masuk ke kelas dengan sebuah kotak cokelat yang Jimin yakini adalah cokelat mahal. Ia menghela napas, tahu apa yang terjadi barusan.

"Jadian lagi?"

"Iya." jawab Jungkook santai sambil membuka kotak cokelat itu dan memakannya sebuah. Jungkook menawarkan cokelat itu pada Jimin.

Jimin mengambil satu cokelat, "Kau gila. Kau baru kemarin jadian dengan Yugyeom dan sekarang Sehun? kau tidak takut ketahuan?"

"Aku bisa membagi waktuku untuk berpacaran dengan mereka berdua tanpa ketahuan."

Jangan bertanya mengapa Jungkook bisa menjalin hubungan 2 pria atau bahkan 5 pria sekaligus dalam satu hari tanpa ketahuan sebab ia benar-benar playboy yang sangat profesional. Semua rencana telah tersusun rapih tanpa celah sedikit pun. Jungkook pandai berakting dan berbohong. Belum lagi wajahnya yang super babyface dan manis itu membuat siapapun luluh jika ia sudah memelas. Jungkook benar-benar memanfaatkan segalanya dengan baik.

"Kau benar-benar pembunuh cinta." kata Jimin sambil menatap Jungkook tajam.

Jungkook hanya tersenyum.

.

.

.

Manik hazel itu menatap deretan rumus kimia yang cukup rumit. Tangannya menulis setiap penjelasan guru dengan teliti. Sesekali gumaman dan anggukan mengerti dilakukannya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang tampak rajin dan menyimak, teman-teman satu jurusannya cenderung tidur dan pasrah dengan segala rumus yang tidak mereka mengerti sama sekali.

Kim Taehyung—pemilik manik hazel itu hanya tersenyum. Ia bersyukur terlahir dengan otak yang cukup cerdas dan cepat mengerti. Setidaknya ia tidak perlu mengikuti les atau bimbel tambahan untuk sekedar mengerti materi pelajaran. Disamping kelebihannya yang pintar, sayangnya ia tidak pandai bergaul. Teman-temannya menjauhi Taehyung karena Taehyung anak yang tidak bisa diajak bolos pelajaran atau sekedar memberi contekan pr. Ya, Taehyung sadar diri. Dia anak super biasa dan alim. Dia hanya tidak mau mengikuti kebiasan buruk teman-temannya itu...mungkin?

Walau dia tidak memiliki banyak teman, prestasi Taehyung tidak main-main. Dia sering mengikuti olimpiade dan memenangkan perlombaan akademik bidang IPA. Hal itu membuat dirinya dibanggakan guru dan sering menjadi ketua organisasi sekolah maupun ketua kelas. Kalau dipikir-pikir Taehyung tidak terlihat buruk bukan?

Di sela memerhatikan penjelasan guru, Taehyung mencuri pandang terhadap pemuda bergigi kelinci itu dari kejauhan. Rona samar tercetak di pipinya, membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat karena sensasi senang. Entah kenapa Jungkook terlihat semakin manis di matanya. Tidak, Jungkook memang selalu manis dan itu membuat Taehyung tidak berhenti untuk memerhatikannya. Rasanya 1 detik itu berharga untuk menatap wajah manis Jungkook.

Mata bulatnya yang memancarkan kepolosan, gigi kelinci yang terlihat ketika dia tertawa, kebiasaan mengusap pipi dengan jari dikala gugup, semuanya diketahui Taehyung. Wajar saja ia mengetahui segala kebiasaan sampai detail terkecil pemuda itu karena selama ini Taehyung memerhatikannya. Stalker? ah tidak. Taehyung hanya memerhatikan Jungkook di jam pelajaran saja. Ia masih menghormati privasi Jungkook.

Ya. Taehyung sangat menyukai Jungkook. Garis bawahi, Jungkook.

Lalu apa reaksi Jungkook jika mengetahui hal ini?

"Jiminie..." bisik Jungkook kepada temannya dan hanya dibalas tatapan bingung oleh Jimin, "Ketua kelas itu... kenapa melihat aku terus ?"

Jimin mengernyit, "Ketua ke—maksudmu Taehyung? kenapa dia?"

"Beberapa kali aku tak sengaja bertatapan dengannya. Apa dia menyukaiku?"

"Kau ini percaya diri sekali. Lebih baik kau perhatikan rumus alkena dan destilasi minyak bumi dibanding mengurusi hal tidak penting." jawab Jimin acuh sambil menulis rumus baru di buku catatannya.

Jungkook mengerucutkan bibirnya, "Jiminie aku serius. Sebenarnya bukan tadi saja, akhir-akhir ini dia sering melihatku di jam pelajaran."

"...Oh ya? Mungkin benar dia menyukaimu." jawab Jimin asal.

"Kalau begitu hari ini aku mau jadian dengannya."

Kalau saja Jimin tidak ingat dirinya berada di sekolah, mungkin Jimin sudah melempar Jungkook dengan meja.

"Kook, kau gila."

"Baiklah sampai di sini dulu materi kimia yang bapak jelaskan. Jika masih ada materi yang tidak kalian mengerti, bisa tanyakan pada bapak di jam istirahat atau tanya ketua kelas kalian. Dia juga sudah mengerti." kata Lee seongsaenim sambil membereskan bukunya dan pergi meninggalkan kelas.

Jungkook tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya dewi Fortuna berpihak padanya. Ia membawa catatan kimia (yang sebenarnya kosong karena Jungkook tidak menulis apa-apa) dan berjalan mendekati meja Taehyung. Ia menarik satu kursi kosong dan duduk di hadapan Taehyung. Taehyung terkejut melihatnya.

"Maaf menganggu~ bisa ajarkan Kookie materi tadi? Kookie tidak terlalu mengerti..." kata Jungkook dengan nada manja yang dibuat-buat. Jimin yang mendengarnya dari kejauhan nyaris muntah. Ia heran kenapa banyak sekali lelaki yang mudah takluk dengan nada manja Jungkook? menggelikan.

"A-ah, kau masih tidak mengerti? bagian mana?" Taehyung gugup tentu saja. Pasalnya ini pertama kalinya ia bisa sedekat ini dengan Jungkook di samping kegiatannya yang hanya memerhatikan Jungkook yang duduk di kursi belakang. Rasanya seperti mimpi dihampiri orang yang kau sukai walau sekedar menanyakan materi pelajaran.

Jungkook menyadari aura gugup yang dikeluarkan Taehyung. Ia tersenyum dan berkata, "Materi alkuna, alkena apapun itu. Semuanya tidak kookie mengerti. Tolong ajarkan ya, Taehyungie~"

Taehyung meneguk ludahnya. Rasanya manis sekali mendengar namanya dibuat selucu itu oleh Jungkook. Taehyungie katanya?

"Uhm...baiklah akan kujelaskan. Jadi alkuna itu hidrokarbon tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga. Secara umum, rumus kimianya CnH2n-2. Akhiran tata namanya itu -una." Taehyung mulai menjelaskan materi sambil membuka kembali catatannya. Berniat iseng, Jungkook memindahkan kursinya dan duduk di sebelah Taehyung. Sebelum Taehyung sempat bertanya, Jungkook sudah berkata, "Supaya kookie lebih mudah mendengar penjelasan Taehyungie."

Taehyung kembali gugup. Jaraknya dengan Jungkook sangat dekat. Andai Jungkook pacarnya, Taehyung tak segan-segan merangkul pemuda kelinci ini.

"Baiklah aku lanjutkan. Selanjutnya ada alkana. Alkana itu rantai karbon panjang dengan ikatan-ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana adalah CnH2n+2. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan rumus CH4." Taehyung mulai menjelaskan dengan serius sedangkan Jungkook daritadi hanya memerhatikan wajah Taehyung. Kalau dipikir-pikir wajah Taehyung tidak buruk juga. Rahang yang tegas dan kulit yang sedikit tan itu menambah pesona dalam diri Taehyung—minus kacamata dengan frame tebal itu. Itu benar-benar menganggu penampilan Taehyung sehingga dia seperti anak culun.

"Jadi begitu, kook. Masih ada yang tidak dimengerti?"

Jungkook mengerjap pelan. Oh, sudah selesai?

"A-ah, iya. Kookie sudah mengerti semua." Bohong. Sebenarnya Jungkook sama sekali tidak mendengar penjelasan Taehyung. Manik cokelatnya masih menatap setiap lekuk wajah Taehyung. Taehyung mengernyit bingung. Kenapa Jungkook menatapnya seperti itu? apa ada sesuatu di wajahnya?

"Ada apa? apa ada sesuatu di wajahku?" Taehyung bertanya sambil meraba pipinya. Entah dorongan apa yang membuat Jungkook berani meraih dan melepas kacamata Taehyung. Taehyung terkejut dan menatap Jungkook bingung.

"Kenapa melepas kacamataku?" tanya Taehyung yang pandangannya sedikit memburam karena tidak memakai kacamata.

"Kamu... lebih tampan jika begini." jawab Jungkook masih menatap Taehyung.

Taehyung terdiam mendengarnya.

Beberapa detik setelahnya Jungkook tersadar dengan perbuatan tidak sopannya. Ia segera memakaikan kacamata Taehyung kembali, "M-maaf kookie lancang! Kookie tanpa sadar melepas—"

"Terima kasih Kookie." Taehyung tersenyum sambil menatap Jungkook lembut. Jungkook yakin sekali itu senyum terindah yang ia lihat dari bibir kotak Taehyung.

"Taehyungie kenapa tidak melepas kacamata saja? Kookie yakin Taehyungie bisa disukai teman-teman tanpa kacamata culun itu." kata Jungkook to the point. Alih-alih tersinggung, Taehyung hanya mengulas senyum tipis.

"Aku tidak butuh teman. Asal aku bisa memerhatikanmu, aku sudah senang." jawab Taehyung dengan senyum kotaknya.

Kali ini Jungkook yang terdiam.

"Kamu...benar-benar menyukaiku?" Beberapa detik setelah mendengar pertanyaan Jungkook, Taehyung tersadar. Barusan ia kelepasan menyatakan perasaannya secara tidak langsung.

Taehyung segera mengelak, "M-maaf! Lupakan kata-kata ku tadi. Aku hanya—"

"Ayo berpacaran dengan Kookie." sela Jungkook cepat. Taehyung menatap Jungkook bingung. Apa ia tidak salah dengar?

"Tidak. Taehyungie tidak salah dengar." kata Jungkook seolah bisa membaca pikiran Taehyung, "Ayo berpacaran dengan Kookie."

Siapapun bangunkan Taehyung dari alam mimpi ini.

"B-bolehkah aku berpacaran denganmu? Aku yang...culun ini?" tanya Taehyung memastikan. Jungkook terkekeh mendengarnya. Selanjutnya Taehyung benar-benar terkejut.

Jungkook mengecup pipinya tiba-tiba. Menciptakan kontak fisik yang begitu intim tanpa rasa sungkan.

"Iya Taehyungie sayang. Kamu boleh menjadi pacar Kookie." Jungkook menyungging senyum kelincinya.

Jika ini mimpi, Taehyung tidak ingin terbangun. Biarkan ia terlelap—terlelap dalam kebahagiaan cintanya yang terbalaskan semudah ini.

"Terima kasih Jungkook." Taehyung tersenyum kembali.

Jungkook memeluk lengan Taehyung manja, "Taehyung tapi kamu orang kaya 'kan?"

"Eh?" Taehyung menatap Jungkook. Sedikit mengernyit mendengar pertanyaan itu, "Kurasa kau tahu gossip yang beredar kalau keluargaku pemilik perusahaan 'Gucci' cabang korea. Gossip itu memang benar kok hanya saja tampangku yang super biasa ini membuat orang tidak percaya."

Jungkook tersenyum tipis. Sangat tipis.

"Baiklah. Pulang sekolah nanti mau kencan?" tawar Jungkook sambil mengusap pipinya manja di sebelah lengan Taehyung. Taehyung sedikit kagum karena Jungkook berani melakukan kontak fisik secepat ini padanya.

"Baiklah."

Mendengar kata-kata itu Jungkook tidak bisa berhenti tersenyum—

"Terima kasih Taehyungie."

—tidak. Menyeringai.

Taehyung jangan menilai buku dari sampulnya.

Kau paham pepatah itu bukan?

.—.—.

Matahari mulai memancarkan semburat orange yang begitu indah. Semilir angin yang begitu menenangkan membuat dua insan ini merasa nyaman. Sore ini begitu hangat sebab Jungkook dan Taehyung benar-benar berkencan setelah pulang sekolah. Jika kalian bertanya bagaimana caranya Jungkook berkencan tanpa ketahuan Yugyeom dan Sehun, maka jawabannya adalah kemampuan akting Jungkook dalam berbohong. Selain itu Jungkook sengaja mengambil jalan memutar dari sekolahnya agar mereka tidak tahu tindakan 'kencan di belakang' ini.

Taehyung dan Jungkook bergandengan tangan seperti pasangan pada umumnya ketika hendak berkencan. Selama perjalanan, Jungkook tak henti-hentinya bersikap menggemaskan. Taehyung sangat senang dengan sifat Jungkook yang seperti itu. Bahkan ia masih tidak percaya bahwa dirinya dan Jungkook benar-benar berpacaran. Wajar bukan jika ini seperti mimpi? anak manis dan populer seperti Jungkook mau berpacaran dengan dirinya yang culun.

Jungkook menghentikan langkahnya. Pandangannya tertuju pada sweeter putih bergambar kelinci pink dengan satu alis yang terangkat. Manik cokelatnya berbinar dan menghampiri sweeter yang terpajang di etalase itu. Menyadari reaksi Jungkook yang melihat sweeter itu, Taehyung mendekati Jungkook.

"Kamu mau?" tanya Taehyung tanpa basa basi. Sepertinya tatapan berbinar dari mata bulat Jungkook begitu menyiratkan keinginan untuk membeli sweeter itu.

Jungkook mengangguk. Detik berikutnya ia mengerucutkan bibirnya sedih, "Tapi Kookie tidak membawa uang banyak untuk membeli sweeter itu. Mungkin kapan-kapan saja Kookie membelinya. Ah, tapi kalau tidak dibeli sekarang nanti keburu habis dong?"

Kalian pasti menyadari bahwa ucapan Jungkook memberi kode yang sangat jelas.

"Biar kubelikan." kata Taehyung dengan senyum tipisnya. Jungkook berpura-pura membulatkan matanya kaget.

"T-tidak perlu Taehyungie. Kookie kan bisa membelinya nanti. Sudahlah, ayo kita per—" Jungkook bermaksud menolak, tetapi Taehyung sudah melangkah memasuki toko itu. Beberapa menit setelahnya Taehyung keluar dengan kantung yang Jungkook yakini berisi sweeter putih itu.

Taehyung mendekati Jungkook dan mengusap surai cokelat itu, "Ini hadiah karena kamu sudah mau menerima ku sebagai pacarmu."

Jungkook menunduk, "T-tapi uang Taehyungie jadi terbuang karena Kookie. Besok Kookie akan mengganti uangnya." 'Tidak apa-apa karena ini untukmu...'

"Tidak apa-apa karena ini untukmu. Anggap saja sebagai perayaan hari jadi kita. Kalau kamu mau menginginkan sesuatu, aku bisa membelikannya." Taehyung tersenyum sambil menangkup pipi berisi Jungkook. Mengusapnya pelan sebagai kasih sayang, "Aku mencintaimu."

Jungkook memeluk Taehyung dan membenamkan wajahnya di dada Taehyung. Ia berbisik lirih, "Terima kasih banyak Taehyungie. Kookie juga mencintaimu."

Taehyung membalas pelukan Jungkook dengan mesra. Sesekali ia mengusap punggung Jungkook dengan lembut penuh perhatian. Dibalik pelukan mesra yang dilakukan mereka, Taehyung tidak menyadari seringai tipis yang tercetak di bibir si pemuda kelinci.

'Aku mencintai uangmu, Kim Taehyung.'

.

.

.

Kencan hari ini sangat memuaskan bagi Jungkook. Disamping Taehyung yang memerlakukan dirinya begitu lembut dan perhatian, Taehyung juga membelikan barang apapun yang Jungkook inginkan. Mulai dari tas, boneka, makanan, hingga barang mahal sekalipun semua mudah didapatnya. Jungkook kagum dengan kemampuan Taehyung menghadapi keinginannya ini. Anak perusahaan ternama benar-benar berdompet tebal dan Jungkook menyukai itu.

Jungkook sudah memutuskan bahwa ia akan berpacaran sedikit lebih lama dengan Taehyung. Jika kalian bertanya berapa lama Jungkook menjalin hubungan dengan seseorang, tentu saja hanya 1 minggu. Tapi untuk kali ini ia bertekad untuk memperlama hubungannya dengan Taehyung selama...1 bulan mungkin?

"Ah hausnya..." kata Jungkook sambil mengusap lehernya. Taehyung yang menyadari itu segera bertanya pada Jungkook, "Kamu mau minum apa?"

Jungkook menyeringai tipis, 'Benar-benar gampang.' Detik selanjutnya ia tersenyum kelinci, "Kookie mau susu pisang~"

"Baiklah akan kubelikan. Tunggu sebentar ya." Taehyung berjalan ke arah vending machine dan membeli susu kalengan untuk Jungkook. Jungkook hanya menunggu sambil duduk di kursi taman.

'Apa aku beli ini ya? sudah lama tidak minum ini.' batin Taehyung sambil menatap minuman kaleng yang diposisikan paling bawah. 'Tapi Jungkook tidak boleh tahu kalau aku meminum ini.' Taehyung memencet tombol dan membeli minuman kesukaannya itu.

Jungkook merogoh saku dan mengambil ponsel pintarnya. Banyak notifikasi dan beberapa misscall yang masuk ke ponselnya. Jungkook menghela napas ketika membaca deretan dua nama itu. Sudah ia duga Sehun dan Yugyeom akan menanyakan kabarnya. Benar-benar merepotkan.

Ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ia segera mengangkatnya begitu Sehun menelponnya. Ia terpaksa menjawab panggilan itu agar Sehun tidak curiga dengannya karena Jungkook sedang berpacaran dengan 'pria lain'.

"Halo, ada apa Sehunie?" tanya Jungkook dengan nada manja yang dibuat-dibuat.

[ Kookie kamu kemana saja? aku menelponmu sampai 6x. ]

Jungkook berpikir sejenak kemudian menjawab, "Maaf Sehunie. Kookie sedang mengerjakan tugas kelompok di rumah teman dan baterai hp Kookie lowbat. Ini Kookie baru pulang. Apa Sehunie marah? Kookie akan membelikan apapun yang Sehunie mau sebagai permintaan maaf." Jungkook mengecilkan suaranya tanda ia sedih. Dalam hati Jungkook tertawa. Mana sudi ia membelikan barang untuk Sehun? toh Sehun pasti akan menolak.

[ Tidak kookie. Aku tidak butuh yang seperti itu. ]

Tuh 'kan? Jungkook tidak salah.

"Kalau begitu Kookie harus melakukan apa supaya Sehunie senang?"

[ Uhm...begini. Apa Kookie pernah ke klub malam xxx sebelumnya? ]

Jungkook mengernyit. Klub malam? ah, ia pernah kesana dengan mantan ke 8 nya waktu itu. "Belum. Sehunie mau kesana? Kookie mau ikut kok~ Kebetulan Kookie juga belum pernah ke sana." Jungkook yakin Sehun akan terkejut dengan kesediaan Jungkook pergi ke klub malam itu. Persetan dengan kelegalan umur, toh ia hanya perlu mengenakan baju bebas seperti orang dewasa pada umumnya dan menunjukkan kartu tanda pengenal palsu.

[ Aku tak menyangka kau mau kuajak ke sana. Apa tidak apa-apa? ]

"Kookie tidak bisa minum alkohol sih. Tapi kalau sekedar menemani Sehunie, Kookie mau."

[ Baiklah nanti malam kujemput di rumah mu ya. Terima kasih Kookie. ]

"Kookie cinta Sehunie~ dadah~"

Setelahnya Jungkook mendengar kekehan Sehun. Panggilan berakhir dan Jungkook mendecih. Sebenarnya ia malas menemani Sehun ke klub malam. Bukannya apa, tetapi Jungkook kurang suka berada di sana. Musik yang diputar melebihi volume wajar dengan lampu diskotik yang menyala kelap kelip membuat dirinya pusing dan merasa suasana lebih mirip kapal pecah. Tapi Jungkook harus menemani Sehun ke klub malam agar Sehun tidak curiga. Ia tetap harus bersikap layaknya pacar. Mungkin inilah yang Jungkook anggap sebagai playboy professional.

"Menyebalkan." gumam Jungkok sambil mematikan ponsel dan memasukannya ke saku celana.

"Siapa menyebalkan?"

Jungkook terkejut melihat Taehyung sudah berdiri di sebelahnya sambil membawakan susu kalengan.

"A-ah bukan apa-apa. Eomma menyuruh Kookie pulang hehe." Jungkook mengusap pipinya dengan jari.

Kebiasaan Jungkook ketika gugup. Taehyung hafal sekali.

"Benar karena eomma mu?" Taehyung duduk di sebelah Jungkook dan menyerahkan susu kalengannya. Jungkook mengangguk dan menerima susu itu. Setelahnya ia mengerucutkan bibirnya sedih bak anak kecil yang tidak dibelikan lollipop, "Padahal Kookie masih ingin bersama Taehyungie..."

Taehyung terkekeh pelan. Ia mengusap kepala Jungkook penuh kasih sayang, "Tidak apa-apa. Kau sudah menghabiskan banyak waktu bersamaku. Mau kuantar pulang?"

Surai cokelat itu bergoyang seiring gelengan kepala, "Tidak perlu Taehyungie. Rumah Kookie dekat sini kok. Yasudah Kookie pulang duluan ya Taehyungie." Jungkook berdiri dan mengambil kantung belanjaannya. Ia melayangkan kiss bye pada Taehyung sebelum dirinya berjalan pulang. Taehyung terkekeh melihatnya dan melakukan hal yang sama. Jungkook benar-benar imut seperti anak kecil. Padahal usianya sudah 16 tahun.

Jungkook berjalan memasuki gang rumahnya. Ia menghela napas dan mendecih, "Lelahnya harus bersikap sok imut. Sampai rumah masak ramyeon ah."

Taehyung menyembunyikan manik hazelnya dibalik kelopak mata. Ia menyamankan posisi dan menikmati semilir angin sore yang begitu menenangkan perasaan. Kejadian Jungkook mengajaknya berpacaran kembali terngiang dalam pikirannya. Rasanya masih sukar dipercaya ketika Jungkook lebih dulu mengajaknya berpacaran. Sebenarnya Taehyung sedikit curiga mengapa ia semudah ini mendapat hati Jungkook? Apa Jungkook selama ini juga menyukainya?

Apapun alasannya, Taehyung senang ia bisa mendapatkan Jungkook. Seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Taehyung benar-benar pria beruntung.

"Ah, minumanku." Taehyung mengambil minuman kaleng yang sempat ia sembunyikan di jaketnya. Jarinya membuka tutup kaleng dan meneguknya hingga seluruh isi minuman itu habis. Ia mengusap bibirnya, tersenyum puas karena ia bisa meminum minuman favoritnya setelah seharian ini menahan diri karena ada Jungkook. Orang-orang yang tak sengaja melihatnya menatapnya sinis dan tidak suka. Beberapa ada yang mencibir minuman yang dipegang Taehyung karena tidak sesuai dengan seragam sekolah yang dipakainya. Taehyung tidak ambil pusing soal itu sebab memang benar minuman yang dipegangnya tidak sesuai dengan identitasnya yang masih mengenakan seragam sekolah.

Ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk. Taehyung merogoh saku celana dan menjawab panggilan itu tanpa pikir panjang. Dirinya malas membaca nama yang tertera di layar ponsel karena ia sudah paham betul temannya itu akan menelponnya.

[ Yo! nanti malam bisa pergi kan? ]

Taehyung hanya tersenyum. Ia melepas kacamatanya dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari, "Tentu, Namjoon. Aku selalu free."

[ Gayamu sok sekali. Padahal di sekolah kau menjadi anak culun yang rajin belajar 'kan? ] Taehyung mendengar kekehan dari temannya itu. Mungkin itu sindiran halus untuknya.

"Aku hanya berperan sesuai tempatnya." jawab Taehyung acuh sambil meremukkan kaleng minuman itu dan melemparnya asal, mengabaikan orang yang memarahinya karena membuang sampah sembarangan.

[ Alkohol lagi? kemarin malam kau sudah minum vodka banyak sekali. Perutmu baik-baik saja? ]

"Aku terlanjur suka minuman seperti itu. Kurasa perutku masih bisa diajak kerja sama dengan keinginan ku ini." Taehyung terkekeh, "Entahlah kalau kesehatan. Aku hanya bergantung pada Tuhan yang masih ingin menyelamatkan nyawaku atau tidak."

[ Semoga Tuhan masih memberimu nyawa sebab kau masih berhutang padaku, bro. Ya sudah nanti malam jangan lupa ke klub xxx. Kau janji akan membayar pelacur untukku karena kemarin kau kalah judi dengan ku. ]

"Aku tak pernah lupa dengan kekalahan ku. Selanjutnya kau yang akan membayar pela—ah tidak. Aku sudah punya pacar sekarang."

[ Benarkah!? wow hebat juga. Kau pancing dia dengan kekayaan mu? Atau kau pancing dia dengan 'ukuran' mu yang besar itu? ]

"Dia sendiri yang mengajakku berpacaran, bahkan dia sendiri berani mencium pipi ku dan melakukan kontak fisik yang begitu dekat. Yah aku tak peduli sih alasannya toh dia sangat manis. Aku menyukainya. Mungkin kencan selanjutnya aku akan mencuri kesempatan ciuman denganya. Oh, tentu saja dengan lidah."

[ Jangan-jangan dia cuma mau memeras duitmu hahaha! ya sudah semoga pacarmu tidak terkejut dengan sisi lain dirimu ini Tae—maksudku V. ]

Taehyung menyeringai.

"Dia akan terkejut jika mengetahuinya. Aku akan terus memakai topeng anak culun dan rajin agar dia tetap menyukaiku. Dia akan selalu mengenalku sebagai Taehyung, bukan V."

Panggilan diakhiri sepihak oleh Taehyung. Taehyung menyeringai dan bangkit dari tempat duduknya. Ia memilih untuk pulang dan mempersiapkan diri untuk pergi ke klub malam nanti.

"V hanyalah nama samaran untuk menutupi sifat asliku." bisiknya sebelum ia melangkah pergi dari tempat itu.

.

.

.

Dibalik semua prestasi dan pujian yang begitu gemilang di sekolahnya, Taehyung memiliki satu rahasia.

Ia memang anak rajin dan berprestasi, tetapi hal itu hanya berlaku di sekolah. Selebihnya?

Ia adalah anak yang menghabiskan waktu malamnya untuk balapan motor, mengunjungi klub malam, dan meminum minuman keras dengan kadar alkohol tinggi.

Aku sudah bilang padamu bukan?

Jangan menilai buku dari sampulnya.

.

.

.

TBC


Akhirnya setelah sekian lama Rikka bisa menulis FF Taekook lagi. :') Kira-kira sudah 4 bulan lebih tidak menulis fanfiksi. Mungkin gaya bahasa Rikka jadi berantakan. Maafkan aku...bagi yang bertanya bagaimana kelanjutan FF Accident, maaf sepertinya itu akan discontinue karena Rikka benar-benar bingung akan dibawa kemana cerita itu. Padahal draft chapter 2 sudah rikka bikin tapi tidak selesai karena minim ide dan mood. Mungkin dalam waktu dekat akan Rikka delete.

Btw Rikka minta tanggapan kalian ya para readers~ Review sangat Rikka butuhkan untuk menilai apakah Rikka harus melanjutkan cerita ini atau tidak. Untuk cerita ini akan Rikka usahakan cepat selesai jika reader setuju untuk dilanjut. Mungkin FF ini hanya sampai 2/3 chapter saja. Oh ya kalian bisa membayangkan wujud V itu seperti Taehyung di mic drop dengan headband.

Menurut readers, siapakah yang menjadi antagonis di sini?

Taehyung atau Jungkook?

Aku butuh review kalian. Terima kasih sudah membaca~!

-Rikka