Chapter 2

.

.

.

BAD GIRL GOOD GIRL

.

.

.

ATHENADAP

.

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

.

Rating : M

.

.

.

Sasusaku AU

.

.

.

DONT LIKE DONT READ

.

.

.

Aroma obat-obatan terasa menggelitik hidung siapa saja yang lewat di tempat ini. Tentu saja karena ini adalah rumah sakit. Warna putih terlihat mendominasi untuk bangunan ini, dimulai dari cat dinding sampai orang-orang yang berlalu-lalang menggunakan jas yang berwarna putih berkeliaran dimana-mana. Jam menunjukan pukul 3 sore, dan lorong rumah sakit masih terlihat ramai.

Terlihat lampu merah bertuliskan operasi sedang dilaksanakan padam beberapa saat yang lalu. Satu keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak perempuan itu tiba-tiba bangkit dan mendekati seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Sang dokter tersenyum ramah kepada satu keluarga yang sedang menatapnya dengan penuh harap.

"Operasi berjalan lancar dan anak ibu berhasil melewati masa kritisnya." Sahut dokter perempuan berhelaian pink itu dengan tersenyum. Ia dapat melihat pancaran kelegaan dari keluarga yang ada di depannya.

Sang suami terlihat memeluk istrinya sembari menangis haru. Kemudian istrinya melepas pelukan sang suami dan mengalihkan pandangannya terhadap dokter yang di depannya.

"Terima kasih banyak dok." Ucap ibu yang berada di depannya sembari memegang kedua tangan gadis yang baru saja menyelesaikan operasinya. Suami dan anak perempuannya membungkuk hormat kepada sang dokter di depannya.

"Sama-sama, kalian bisa melihatnya kalau ia sudah di pindahkan ke ruang inap biasa. Saya permisi dulu." Dokter itu-Sakura- membungkukkan diri sedikit kemudian melenggang pergi dari sana sembari memijit pangkal lehernya. Ia akan berjalan menuju ruang pribadinya untuk berbaring jika saja tangan kanannya tidak di tarik oleh seseorang. Dan Sakura tahu siapa itu.

"Ada apa?" Sahut Sakura malas tanpa menghentikan langkah kakinya.

Hinata mengabaikan pertanyaan dari Sakura. Ia hanya menarik tangan Sakura dan membawanya ke arah yang berlainan dengan arah ruangan Sakura. "Mau kemana kita?" Tanya Sakura sembari mengernyitkan dahinya. Kelelahan tercetak jelas di wajahnya yang cantik ini akibat operasi yang memakan waktu 5 jam. Yang ia butuhkan sekarang adalah istirahat sebentar di ruangannya, bukan diajak kesana kemari.

"Kita belum makan siang Sakura-chan, mari kita makan siang terlebih dahulu. Kau tidak mau kan jika nanti kau malah pingsan alih-alih merawat pasienmu?"Kata Hinata sembari menatap lawan bicaranya yang masih terlihat enggan menatapnya.

"Ayolah, kita makan siang dulu. Setelah itu kau bisa bebas tidur di ruanganmu. Okay?"

"Terserah."

.

.

.

"Bagaimana pekerjaanmu disana?" Tanya Hinata sembari memasukkan sesendok sayur ke dalam mulutnya. Matanya tak berhenti menatap langsung mata Sakura sedari tadi. Sakura hanya mengedikkan kedua bahunya sembari meminum jus jeruknya dengan cepat.

"Aku bertemu dengan orang menyebalkan kemarin."

Hinata mengerutkan dahinya. "Orang menyebalkan?"

Setengah gelas jus habis dalam sekali minum oleh Sakura, ia mengambil tisu di meja kemudian mengelap pinggiran bibirnya.

"Iya, aku bertemu dengan lelaki menyebalkan. Padahal ia sangat tampan, tapi ternyata mulutnya tak lebih baik daripada sampah. Aku benar-benar kesal sekali kemarin." Sakura menggigit bagian dalam bibirnya, ia menghela nafas kasar.

Mata Hinata menyipit mendengar perkataan gadis di depannya. "Dilihat dari caramu berbicara, sepertinya ia sangat tampan kan? Ceritalah, aku akan mendengarkan dengan seksama."

Sakura tersenyum masam. "Ia menghinaku hanya karena aku menjadi Dj di tempat Sai. Padahal apa salahnya kan? Aku disana untuk bersenang-senang, bukan untuk menjual tubuhku. Tapi lelaki itu dengan seenaknya malah menghinaku dan menceramahiku. Tipikal orang kaya yang berotak udang dibalik wajah tampannya."

Hinata mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Aku setuju, memang masih banyak pria seperti itu bertebaran di luar sana." Komentar Hinata pelan. "Apa kau merasa sakit hati? Perlukah aku mencari pria itu dan menamparnya untukmu?" Kata Hinata marah.

Tawa renyah dari gadis berhelaian pink itu pun terdengar memenuhi kafetaria yang lumayan sepi, yang dibalas tatapan serius dari gadis di depannya.

"Aku serius!" Hinata berteriak kesal. "Kau temanku, dan aku tidak suka jika ada yang menghinamu begitu."

Sakura menghabiskan makan siangnya kembali setelah selesai tertawa, kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada Hinata dan tersenyum sembari mengibaskan sebelah tangannya. "Aku tak apa-apa. Terima kasih banyak. Hanya saja, hal itu sedikit menggangguku ketika ia menganggap aku seperti barang murahan." Ia menenggak habis jus jeruknya kemudian terdiam sebentar sembari menarik sebelah sudut bibirnya. "Lagipula aku sudah memberikannya sedikit peringatan."

Hinata tersenyum paham. "Bagus, pria seperti itu memang butuh 'sedikit peringatan' "

Sakura menyipitkan matanya dan menatap tajam Hinata. "Kurasa sekarang bukan saatnya membicarakan tentang diriku. Tapi tentangmu bukan begitu? Wahai gadis yang sebentar lagi akan menikah. " Sakura tersenyum menggoda kepada Hinata. Sakura melihat wajah Hinata berubah menjadi semerah tomat hingga ke telinga. Hinata akan seperti itu jika digoda, sungguh pengaruh ajaib dari tunangannya yang mampu membuat wajah Hinata bisa semerah tomat segar.

Sakura dan Hinata berdiri, meninggalkan bekas makan mereka dan melenggang pergi menuju lift.

"Aku sungguh tidak sabar menunggu Uzumaki-Uzumaki mini nanti Hinata, sepertinya punya 4 bagus. Atau 5?" Tanya Sakura sembari berpose seolah-olah ia sedang berpikir keras. Mata emerald nya melirik nakal ke arah temannya itu. Wajahnya sungguh sangat merah. Dia sungguh suka menggoda teman satunya ini.

Pintu lift terbuka, Hinata masuk terlebih dahulu meninggalkan Sakura di belakangnya. Hinata menutup wajahnya yang memerah menggunakan kedua tangannya. Saat Sakura masuk, ia disambut dengan angin yang masih hangat tetapi mengandung dinginnya musim dingin. Pintu lift kembali tertutup ketika Hinata berbicara dengan gugup.

"S-sudah h-hentikan Sakura-chan. A-aku sangat m-malu." Cicit Hinata sambil masih menutup wajahnya. Sakura tertawa lebar kemudian memeluk bahu temannya. "Kau sungguh menggemaskan! Aku sangat menyayangimu Hinata!" Teriak Sakura kencang, untung keadaan lift hanya ada mereka berdua. Sehingga tidak mengganggu yang lain.

Ting.

Pintu lift kembali terbuka, menunjukan lantai tempat berada ruangan Sakura. Gadis berhelaian pink itu pun mengedipkan sebelah matanya. "Aku pergi dulu, kalau kau butuh apa-apa datang saja ke ruanganku okay? Bye." Setelah mengatakan itu, Sakura langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Hinata dan melambaikan tangannya tanpa membalikkan badannya.

Lorong lantai 8 ini sangat sepi, sehingga suara hentakan heels milik Sakura bergema seiring langkah kakinya berjalan.

"Aku sungguh butuh tidur." Ucap Sakura sembari membuka pintu ruangannya dan menutupnya pelan. Ia melemparkan badannya ke sofa. Dingin yang cukup dari ac dan cuaca di musim dingin membuatnya langsung terlelap masuk ke alam bawah sadar sembari menutup matanya dengan sebelah lengannya.

.

.

.

"Selamat datang Sasuke-sama."

Uchiha Sasuke melangkah masuk ke rumahnya dengan datar. Disusul suara mobil yang semakin mengecil kemudian menghilang, tanda Naruto dan Shikamaru sudah meninggalkan rumah Sasuke. Pemuda berwajah tampan itu tidak menjawab sapaan dari kepala pelayan di rumahnya. Ia menghempaskan badannya ke sofa ruang tamu untuk mengistirahatkan badannya sebentar.

"Dimana yang lain Ayame?" Tanya Sasuke sembari memperhatikan rumahnya sangat sepi.

"Tuan dan nyonya sedang pergi ke Korea untuk 3 hari ke depan Sasuke-sama. Sedangkan Itachi-sama akan pulang sekitar jam 11 malam. Beliau mendapatkan shift malam untuk 1 minggu kedepan." Jelas Ayame sembari menundukkan kepalanya sedikit.

Sasuke memejamkan matanya, tapi bayangan gadis berambut pink itu itu sungguh mengusiknya. Ia tiba-tiba bangkit dan berjalan ke arah kamarnya. "Aku ingin mandi dulu."

Ayame mengangguk patuh mendengar perintah Sasuke. "Baik Sasuke-sama."

Setelah sampai ke kamarnya, Sasuke segera mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi di kamarnya. Ia melepaskan seluruh pakaiannya di mulai dari jas sampai pakaian dalamnya, kemudian melemparkannya ke dalam keranjang kotor di samping wastafel.

Tangannya terulur untuk menyalakan pemanas air dan mengatur suhunya agar tidak terlalu panas atau dingin. Tubuh hasil dari latihan gym rutinnya pun terbasahi oleh air shower. Ia bisa merasakan air dari shower itu membasahi setiap inchi dari tubuhnya dan membuat rileks setiap ototnya yang tegang. Ia menghela nafas pelan sembari membiarkan dirinya di basahi oleh air dan memejamkan matanya sejenak. Ia bahkan melupakan rasa berdenyut-denyut di kakinya ketika lukanya terkena air.

Pikirannya kembali melayang ke kejadian kemarin. Perempuan berhelai pink yang berhasil menarik perhatiannya. Ia akui perempuan itu sangat cantik. Bukan hanya cantik, tapi juga menarik. Sesuatu dari dirinya berhasil menarik Uchiha Sasuke untuk menyelidikinya lebih jauh.

Ia membayangkan Sakura yang tanpa mengenakan sehelai benangpun berada di dekapannya. Mereka berpelukan membagi kehangatan di tengah musim dingin ini di dalam kamar Sasuke. Sasuke yang memegang kendali atas tubuh Sakura. Bibirnya dan bibir ranum milik gadis itu pun bertemu dan saling bertaut tidak ingin saling melepaskan satu sama lain. Tangannya meremas payudara perempuan itu, memanjakannya dan memberikan surga dunia kepada perempuan bernama Sakura itu. Kemudian bibirnya turun menyusuri leher dan memberikan kissmark disana. Dilanjutkan melumat kedua payudara ranum milik perempuan itu secara bergantian, ia membayangkan raut wajah kenikmatan milik perempuan itu yang di akibatkan oleh dirinya. Sebelah tangannya turun ke bagian bawah milik gadis itu, dan-

Sasuke membelakkan kedua matanya, apa yang baru saja ia pikirkan? Apakah sebegitu besarnya pengaruh perempuan itu padanya? Demi Kami-sama, ia bahkan baru sekali bertemu dengan perempuan itu dan ia sudah membayangkan melakukan seks dengannya? Apa yang salah dengan otak jeniusnya?

Sasuke merasakan bagian bawahnya berdenyut dan betapa kagetnya ia ketika melihat kejantanannya berdiri tegak dengan sempurna dan membesar. Ia mengusap kasar wajahnya dan mengatur air menjadi dingin untuk meredakan hawa nafsunya yang tiba-tiba menjadi tinggi. Air dingin menerpa tubuhnya, tapi ternyata tidak membantu banyak untuk meredakan hasratnya yang tiba-tiba memuncak. Padahal ia hanya membayangkannya, dan kejantanannya sudah berdiri setegak ini. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana jika seandainya kejantanannya berhasil menembus bagian kewanitaan milik wanita itu. Pasti itu akan nikmat sekali. Dan ia bersumpah ia akan mewujudkannya asap*.

Tangan Sasuke terulur untuk mengambil sabun cair, hasrat ini harus segera di turunkan. Karena air dingin tidak membantu banyak, maka jalan satu-satunya adalah bermain solo. Tangannya yang berisikan sabun cair itupun menyentuh kejantanannya dan segera memaju-mundurkan dengan cepat. Sabun cair sungguh sangat multi-fungsi. Selain untuk membersihkan tubuh, juga untuk hal yang seperti ini.

Kepalanya mengadah ke atas, menyambut pancaran air dingin yang langsung mengenai wajahnya. Di wajahnya tercetak jelas mimik muka kenikmatannya. Wajahnya terpejam sembari mulutnya menganga lebar, keluar kepulan asap dari mulutnya saat ia mengucapkan satu nama.

"Sakura.."

.

.

.

"Sakura-chan?"

"Sakura-chan?"

"Bangun Sakura-chan." Ucap Hinata berulang kali. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Sakura pelan. "Ayo bangun, kau punya satu operasi lagi Sakura-chan."

Sakura meregangkan badannya kemudian berbalik hingga wajahnya menghadap ke sandaran sofa. "Beri aku 5 menit lagi please." Hinata menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, kau sudah tidur selama satu setengah jam, dan sekarang saatnya kembali bekerja." Dengan tegas Hinata menarik tangan Sakura sehingga mau tak mau Sakura terbangun dari posisi tidurnya.

"Baiklah aku menyerah." Ujar Sakura sebal ketika dipaksa bangun. Ia memilih duduk sebentar kemudian mengambil gelas yang berisikan air minum di meja kecil samping sofa ini kemudian meneguknya dalam sekali minum.

"Aku cuci muka dan sikat gigi dulu sebentar, tunggu aku." Kata Sakura sembari bangkit dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Hinata. Ia melipat lengan bajunya sampai ke sikut sambil menyisir rambutnya menggunakan jari sembari menghela nafas pelan. Pekerjaan memang selalu mengambil waktunya.

.

.

.

"Lukamu akan sembuh beberapa hari lagi. Aku mengingatkanmu agar tidak lupa meminum obat dan mengoleskan salep yang sudah aku berikan sebelum kau tidur. " Ujar Kabuto sembari merapihkan peralatan kesehatan yang ia bawa.

"Hn." Ujar Sasuke tanpa menatap dokter pribadinya itu. Sasuke menyenderkan setengah badannya di kepala kasur. Ia memainkan ponselnya, mengabaikan tatapan Kabuto yang memandangnya dengan tatapan heran.

"Aku masih heran, dimana kau diperban seperti tadi pagi? Apa dari rumah sakit?"

Sasuke mengalihkan tatapan dari ponselnya ke arah Kabuto. Ia membayangkan kembali adegan perempuan buble gum itu merawat kakinya saat di club tadi subuh.

"Ada seseorang yang merawat kakiku di club yang aku datangi." Jawab Sasuke. ia melirik sekilas ke arah kakinya yang sudah di ganti perbannya oleh Kabuto. "Kakiku tidak apa-apa kan?" Tanya Sasuke menyelidik. Ia sedikit takut bahwa ada yang salah, tapi penjelasan Kabuto selanjutnya membuatnya tenang.

"Tidak, dilihat dari jahitannya itu seperti dilakukan oleh seseorang yang terlatih. Aku hanya kagum, jarang-jarang seseorang dari bukan latar belakang medis bisa melakukan jahitan serapih itu. Kau harus berterima kasih padanya, jika luka seperti ini tidak cepat di tangani itu bisa berakibat fatal untukmu."

Kabuto bangkit seraya menenteng tas miliknya. "Aku pergi dulu. Besok aku akan kembali." Kata Kabuto. "Tolong jangan lupa perkataan ku tadi, jika kau menurut kemungkinan besar luka mu akan sembuh dalam waktu 3 hari."

BLAM.

Pintu kamar miliknya tertutup dan meninggalkan keheningan di dalam kamar milik Uchiha bungsu itu. Interior kamar yang bernuansa hitam dan abu-abu seolah-olah menggambarkan sifat sang pemilik. Sasuke masih memainkan ponselnya dengan diam. Sampai ia mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya beberapa kali.

TOK.

TOK.

TOK.

"Sasuke-sama, saya mengantarkan makan malam." Ujar Ayame pelan.

Sasuke menyimpan ponselnya di samping badannya. "Masuk." Jawab Sasuke.

Ayame membuka pintu dan melenggang masuk sembari membawa nampan berisi makan malam untuk tuannya, ia menyimpan makan malam milik tuannya di meja kecil dibawah tv led milik tuannya dan mengambil nampan kosong bekas sebelumnya.

"Saya pamit undur diri dulu Sasuke-sama." Ayame membungkukkan sedikit badannya kemudian keluar dari kamar tuan nya. Saat hendak menutup pintu, tangannya di tahan oleh tangan lain. Ayame mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menahan tangannya dan senyum ramah terukir di wajahnya ketika melihat siapa pemilik tangan itu. Tanpa kata-kata, ia membungkukkan badannya dan berlalu meninggalkan orang itu.

Sang pemilik tangan itupun mengetuk pintu beberapa kali. Menatap pemuda yang setengah berbaring di kasur king size miliknya. Pemuda itupun melirik ke arah pintu, ia menganggukan kepalanya sekali tanda setuju ke arah pria yang memakai masker hitam.

"Apa yang kau temukan Kakashi?" Kata Sasuke menatap Kakashi yang merupakan tangan kanannya.

Pria bermasker-Kakashi- mengeluarkan sebuah map berwarna coklat dari jas nya. Ia menyerahkan map tersebut ke arah pria yang merupakan atasannya tanpa berbicara. Sasuke menerimanya dan membuka perlahan map yang ia minta dari Kakashi tadi pagi. Ia menarik sudut bibirnya tanpa sadar, sesuai harapannya. Kakashi sungguh dapat diandalkan jika diberikan tugas seperti ini.

"Saya mendapatkan informasinya dengan lengkap Sasuke-sama. Silahkan Sasuke-sama cek terlebih dahulu." Kata Kakashi sembari menatap Sasuke datar. Sasuke memperhatikan dengan sekilas lembar demi lembar yang ada di dalam map berwarna coklat ini. Ia menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Kakashi.

"Baiklah, ini sudah cukup. Kau boleh pergi."

Kakashi mengangguk mengerti ketika mendengar ucapan lelaki di depannya. Ia membungkukkan badannya dan keluar dari kamar milik atasannya itu tanpa berkata apa-apa. Meninggalkan Sasuke sendirian di kamarnya yang luas. Saat hendak membuka map itu, terdengar suara dering ponsel miliknya yang menginterupsi gerakan tangan milik Sasuke saat hendak membuka map berwarna coklat itu. Ia menyimpan map tersebut di nakas samping tempat tidurnya dan ia pun mengangkat ponselnya dengan malas.

"Ada apa?" tanya Sasuke tajam. Dan beberapa detik kemudian ia menjauhkan ponsel dari telinganya ketika mendengar teriakan sahabat pirang berjalannya itu.

"Ada apa?! APAKAH KAU LUPA KALAU SEKARANG ADALAH PESTA PELEPASAN MASA LAJANGKU HAH SIALAN?!" Pekik Naruto keras. Telinganya hampir tuli. Duren busuk itu benar-benar mencari mati rupanya.

"Aku tidak lupa brengsek, aku baru saja selesai check up luka di kakiku." Sasuke bangkit dari kasur dan berjalan ke arah lemarinya dengan langkah tegap. Sakit di kakinya masih bisa ia tahan. "Aku akan datang dalam setengah jam." Sasuke menutup ponselnya secara sepihak dan melemparkan benda persegi itu ke ranjang king size miliknya. Tangannya terulur membuka pintu lemari dan menarik acak pakaian yang mengantung disana. Ia membuka pakaian rumahnya dan menggantinya dengan pakaian yang ia ambil tadi.

Kakinya sudah tidak terlalu sakit, entah apa yang Kabuto lakukan pada kakinya tapi ia sangat berterima kasih untuk itu. Ini masih bisa ia tahan. Setidaknya ia tidak perlu berjalan seperti orang pincang sekarang, harga dirinya terlampau tinggi untuk membiarkan dirinya terlihat lemah dihadapan orang lain.

Dan ia tidak akan pernah sudi menunjukan kelemahannya kepada siapapun

Sasuke mengambil kunci mobil miliknya dan berjalan keluar dari kamarnya. Sahabat tololnya jelas tidak akan membiarkan ia tenang jika ia tidak menunjukan batang hidungnya disana. Jadi mau tidak mau ia harus datang.

.

.

.

"Kau sangat cantik forehead."

Sakura memutarkan matanya malas. "Kau sudah mengucapkannya 10 kali pig." Sakura mengedipkan kedua matanya, wajahnya merenggut dengan kesal. Matanya sekarang serasa ada beban 100kg. "Demi kami-sama, apa yang kau lakukan pada mataku Ino? Kenapa mataku berat sekali seperti semua dosaku berkumpul disana hah?"

Perempuan yang dipanggil Ino hanya tertawa keras. Tangannya terulur mengambil bedak dan menepuk-nepuk pelan pipi Sakura. "Itu bulu mata palsu forehead. Kau akan semakin cantik dengan bulu mata yang indah."

Sakura menepis tangan temannya yang berada di wajahnya, ia memutarkan tubuhnya agar menghadap Ino dan mengerucutkan bibirnya. "Biarkan aku memakai maskara saja, jangan bulu mata palsu pig. Kau tidak mau kan mataku jadi buta jika bulu mata palsu itu menusuk mataku?"

Ino menghela napas pelan. Riasan Sakura sudah selesai, sekarang tinggal riasan untuk dirinya. Ino berkacak pinggang melihat teman pinknya ini. "Dasar gadis tolol, asal kau jauhkan tanganmu dari matamu maka kau tidak akan buta. Problem solved. " Putus Ino sembari berjalan ke arah berlainan menuju walk in closet. Jemari lentik dengan cat kuku berwarna merahnya sibuk memilih-milih pakaian yang cocok untuk tema pesta hari ini. Pandangannya jatuh ke arah dress berwarna merah terang. Ia tersenyum bangga, ini cocok untuk dirinya.

Tangannya mengambil mini dress berwarna merah itu dan menyampirkannya ke bahu kanannya. Ia kembali menyusuri kumpulan dress miliknya dengan teliti. Mencari yang cocok sesuai selera sahabatnya, dan ia menjatuhkan pilihannya pada dress berwarna hitam. Tak banyak berpikir, ia segera mengambil dan melemparkannya ke arah Sakura yang diterima dengan cepat.

"Pakai itu, aku akan bersiap-siap dulu."

Ino melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk ganti baju. Sedangkan Sakura langsung memakai baju pilihan Ino. Setelah memakai baju pilihan Ino, Sakura melihat bayangan dirinya di kaca fullbody milik Ino. Tanpa sadar Sakura menarik ujung bibirnya ke atas, ia tersenyum puas dengan baju yang dipilihkan oleh sahabat pirangnya itu. Mini dress berwarna black yang bagian depannya berbentuk V neck dari leher sampai ke perut ratanya, ia memiringkan badanya sedikit untuk melihat bagian belakangnya. Bagian belakangnya backless sampai ke pinggul ramping miliknya, menampilkan punggung halus miliknya. Mini dress yang ia pakai pun sangat pendek, 15 cm di atas lutut. Dilengkapi rantai emas tipis yang menghubungkan bagian leher sampai bagian pinggul. Dress ini seolah-seolah memeluk erat badan Sakura.

"Kau sudah selesai?" Tanya Ino sembari melangkahkan kakinya ke arah sahabat pirangnya. "Wow, kau terlihat sempurna forehead." Siul Ino ketika melihat Sakura dari belakang. Sebelah tangannya melingkari leher Sakura dan ikut bercermin. Sakura diam tidak menjawab perkataan sahabatnya, matanya melirik memperhatikan dress milik Ino.

Mini dress berwarna merah menjadi pilihan Ino. Bagian belakang backless yang membuat kullit putih miliknya sangat kontras dengan warna dress yang ia pakai. Dress bermodelkan shabrina itu menampilkan leher dan bahu mulus milik Ino. Jarak antara lutut dengan dress yang ia pakai adalah 15 cm seperti Sakura, yang membuat kaki jenjang miliknya terlihat menggoda.

Ino sudah melakukan make up nya tadi selama 10 menit, dan itu sudah cukup untuk seseorang yang ahli dalam merias wajah seperti dirinya. Ia memperhatikan Ino kembali. Well, pakaian apapun sebenarnya bagus jika Ino yang pakai. Bahkan karung sekalipun. Pikir Sakura masam.

TIIN.

TIIN.

TIIN.

Mata aquamarine milik Ino bertatapan dengan iris emerald milik Sakura. Ino menyeringai sembari menatap Sakura nakal. "Siap untuk party Sakura?"

Tangan Sakura merangkul pinggang Ino dan membalasnya dengan lirikan nakal. "Tentu Ino, mari kita rayakan pesta pelepasan masa lajang Naruto dan Hinata dengan meriah." Dan keduanya tertawa kencang dan berjalan ke luar rumah Ino.

.

.

.

Suara dentuman musik mulai terdengar dari luar club saat Sakura dan Ino melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Mereka duduk di depan meja bartender. Sai yang melihat kedatangan Sakura dan Ino tersenyum senang.

"Hai Sayang." Kata Sai sembari mendekatkan wajahnya dan wajah Ino. Bibir mereka saling bersatu dengan cepat. Saling bergulat melupakan Sakura yang menatap mereka dengan tatapan bosan.

"Hey lovebird, tolong cari kamar sekarang juga. Jangan menyuguhiku pemandangan live seperti itu." Setelah Sakura mengatakan itu, baru Ino dan Sai melepaskan tautan bibir mereka. Ino memberikan senyum 3 jari miliknya.

"Sorry forehead, aku lupa. Kau tahu lah, aku dan Sai sudah lama tidak bertemu." Jawab Ino dengan mimik wajah memelas miliknya dan kembali duduk dengan benar.

"Untuk kedua gadis cantik dan menawan." Ujar Sai sembari memberikan minuman untuk Sakura dan Ino.

"Thanks Sai." Sahut Sakura langsung meminum habis yang diberikan oleh Sai. Ia melirik Sahabat pirangnya yang sedang berciuman kembali dengan Sai. Bahkan Tangan Sai sampai meraba-raba tubuh Ino. Sakura memalingkan tatapannya dari mereka berdua dan mengambil ponselnya kemudian menelepon Hinata.

"Hinata, aku sudah di club bersama Ino." Matanya melirik sekilas ke arah pasangan disampingnya. "Dan juga Sai."

"Kesini Sakura, teman-teman Naruto-kun sudah ada di sini. Minta Sai mengantarkan kalian kesini ya." Dan panggilan itu ditutup sepihak oleh Hinata. Sakura memutarkan bola matanya kesal.

"Sai cukup, kau bisa menunggangi Ino nanti okey? Sekarang antarkan kita ke tempat Hinata dulu." Sakura meringis saat melihat Ino. Ino hampir telanjang di meja bar demi kami-sama! Tidakkah mereka melihat bahwa ini masih di tempat umum? Mereka bisa mencari kamar kalau mau. Pikir Sakura malas.

Ino merapihkan pakaian dan makeup nya yang agak berantakan, juga rambutnya. Nafas Ino dan Sai terengah-engah. Setelah menguasai dirinya, Sai bangkit sembari merangkul Ino. "Ayo."

Sakura mengikuti mereka dari belakang, mereka melewati lautan manusia yang bergerak kesana-kemari dengan liar. Sakura mengedarkan pandangannya kesegala arah, dan tak merasa aneh ketika ia melihat pasangan yang berciuman dengan liar, penari telanjang berlenggak-lenggokkan tubuhnya dihadapan pria-pria tua, atau bahkan yang sudah make out di pojok ruangan. Ini pemandangan biasa, batinnya mengingatkan.

Suara dentuman musik dan suara orang bertawa terdengar memenuhi tempat ini, terdengar juga desahan-desahan yang saling bersahutan dari segala arah. Tidak mau munafik, Sakura merasa bahwa ia sedikit terangsang sekarang. Bahkan saat ia melihat Sai dan Ino bercumbu tadi ia sudah merasa bahwa bagian bawahnya berkedut-kedut dan sedikit basah. Tapi ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Tidak! Aku disini untuk bersenang-senang, bukan untuk melakukan one night stand. Batinnya mengingatkan.

Bukankah one night stand juga bersenang-senang? Pikiran Sakura menyahut.

Oke, Sakura merasa gila sekarang. Ia merasa bahwa ia punya kepribadian ganda dalam tubuhnya. Besok ia harus berkonsultasi dengan temannya yang juga seorang dokter kejiwaan.

Sai membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan dengan Ino. Pintu itu bertuliskan ruangan VVIP, well, Hinata dan Naruto menyewa tempat mahal. Sakura, Ino, dan Sai disambut oleh Naruto yang langsung berdiri ketika melihat kedatangan mereka.

"Hello girls and boy. Wellcome to the party." Senyum sumringah Naruto tercetak lebar di wajahnya, ia berjabat tangan dan memeluk sebentar Sai. Kemudian menarik tangan Sakura dan Ino ke arah meja bundar yang sudah terisi oleh beberapa orang yang tidak Sakura kenal.

Hinata memeluk Sakura dan Ino sebentar. Kemudian Hinata menepuk kedua tangannya, "Hai. Um, kenalkan Ini adalah temanku. Yang berambut pink ini bernama-"

"Sakura?"

Semua orang, termasuk Sakura menoleh dengan cepat dan membelakkan kedua bola matanya. Jantungnya berdegub kencang dan keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya. Matanya masih tidak berpaling dan berkedip dari seorang perempuan yang ia kenali. Atau sangat ia kenali.

"Te, Temari-neesan?" Cicit Sakura pelan. Wajahnya sangat tegang, berbanding balik dengan wajah lawan bicaranya yang tersenyum lebar. Perempuan yang ia panggil Temari itupun bangkit dan memeluk Sakura erat.

"Aku sangat merindukanmu Sakura, kemana saja dirimu? Kenapa kau jarang mengunjungiku dan adikku?" Oh tidak, inilah pembicaraan yang sangat Sakura hindari selama ini.

"Kau mengenal temanku Temari-san?" Tanya Hinata penasaran. Mewakili semua orang yang berada di meja itu. Temari melepaskan pelukan eratnya dari Sakura dan menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, sebelumnya keluargaku pernah tinggal di Amerika. Karena aku dan adikku sedang melanjutkan kuliah disana. Dan aku bertemu dengan Sakura, dia ini adalah teman adikku."

Hinata menganggukan kepalanya paham. Ia melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong tadi, "Yang berambut pink ini bernama Haruno Sakura, dia adalah Dj disini. Dan perempuan barbie ini bernama Yamanaka Ino, dia seorang desainer dan sekarang membuka butik miliknya sendiri disini."

Ino tersenyum lebar dan langsung duduk, sedangkan Sakura membungkukkan bahunya sedikit. "Mohon bantuannya." Kemudian ikut duduk disamping Ino. Sakura merasakan tatapan aneh dari Temari. Tapi Sakura pura-pura tak sadar.

Mereka saling berkenalan dan Sakura sudah dapat masing-masing nama dari setiap orang yang melingkari meja bundar ini. Dan ia memperhatikannya satu persatu dari pinggir kanannya.

Yamanaka Ino. Sahabat pirang gilanya.

Sai.

Hyuga Hinata

Uzumaki Naruto

Nara Shikamaru.

Sabaku Temari. Sakura meringis dan tersenyum tipis saat tatapannya bertemu dengan wanita ini.

Hyuga Neji. Kakak Hinata tentu saja.

Tenten.

Dan dirinya, Haruno Sakura.

Sial, hanya dia yang sendiri disini. Ia mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi ia tidak berkata apapun, seketika ia kehilangan nafsunya untuk bersenang-senang. Kalau tahu begini, ia lebih baik bergelut dengan berkas-berkas pasien yang memusingkan. Daripada menghadapi situasi seperti ini.

Sakura baru sadar bahwa kursi di samping kirinya kosong, ia memanggil Hinata pelan.

"Hinata, apa ada yang belum datang?" Tanya Sakura. Hinata menganggukkan kepalanya.

"Naruto-kun bilang, satu lagi temannya belum datang." Sakura mengguman tak jelas.

Pintu terbuka dan masuk pelayan, membawakan mereka wine, alkohol dan beer. Kemudian menyusunnya di hadapan mereka. Semua asik berbincang-bincang. Sakura mencoba menyesuaikan dirinya dengan cepat.

Tak lama, Ia mendengar suara pintu dibuka dengan keras, ia terlonjak kaget tapi mampu mengontrol dirinya dengan cepat. Lain hal nya dengan tunangan Hinata, yang sudah berdiri tegak dan berteriak kencang.

"KAU MAU MEMBUATKU JANTUNGAN HAH?! DASAR BRENGSEK KAU TEME!" Sakura kembali kaget, tapi karena mendengar teriakan Naruto yang menggema di ruangan Ini. Ino berdiri kemudian memukul kepala Naruto dengan keras. "BRENGSEK! KAU YANG MEMBUATKU JANTUNGAN SIALAN!" Wajah Naruto memucat kemudian ia merapatkan tubuhnya ke arah Hinata dan memeluknya erat.

"Hinata-chan, aku takut. Kita usir Ino ya?" Naruto memelas sembari mengeratkan pelukannya pada Hinata, pura-pura takut. Ino mendengus kesal kemudian kembali duduk dengan tenang.

Lain halnya dengan Sasuke yang terpaku di pintu, niatnya ia akan membuat durian busuk itu kaget, malah ia sekarang yang kaget. Bukan karena teriakan menggelegar dari Naruto atau wanita berambut pirang itu. Tapi dengan keberadaan seorang perempuan bersurai pink yang sedang duduk membelakanginya. Tak sadar dengan keberadaan dirinya.

Ia yang awalnya kesal karena dipaksa datang, seketika sumringah. Tapi ia mendatarkan kembali mimik wajahnya dan berjalan dengan gagah ke arah perempuan berhelaian pink itu.

Sakura merasakan seseorang duduk di sampingnya, dan ia tak bisa menahan ekspresi kagetnya saat melihat siapa yang berada disampingnya. Ia menahan nafasnya tanpa sadar saat ia mencium aroma mint yang sangat memabukkan dari pria disampingnya ini. Kedua alisnya bersatu dan matanya menatap tajam laki-laki dihadapannya itu.

"Kau-?" Sasuke tidak bereaksi apa-apa dengan ucapan sinis dari perempuan sexy disampingnya. Ia hanya menaikkan alisnya sebagai jawaban. Seketika semua hening ketika mendengar teriakan kaget Sakura.

"Ada apa Sakura-chan? Apa kau mengenal si Teme?" Naruto memandang keduanya bergantian. Sakura mendengus kesal dan meminum alkoholnya dalam sekali teguk tanpa menjawab perkataan Naruto. Begitu juga dengan Sasuke yang hanya mengedikkan kedua bahunya.

Sai menjawab pertanyaan dari Naruto dengan tampang datarnya. "Tentu saja, mereka bertemu kemarin. Malah yang memberikan pertolongan pertama pada luka Sasuke-san itu Sakura." Naruto berdiam sebentar seolah-olah memikirkan sesuatu. Kemudian ia menatap Sai lagi. "Jadi teman yang kau maksud kemarin itu adalah Sakura?" Yang dibalas anggukan kepala oleh Sai.

Hinata menyadari alarm bahaya yang dikeluarkan oleh gadis bersurai pink itu kepadanya, ia sedikit bergidik ketika pandangannya bertemu dengan Sakura. Gadis itu benar-benar marah kepadanya. Suasana seketika menjadi canggung, Hinata memutarkan otaknya mencari cara dalam diam. Ujung matanya melirik sekilas ke arah tunangannya. Seolah-olah bertanya apa yang harus mereka lakukan.

Tapi semua orang dikagetkan saat melihat Ino tiba-tiba berdiri dan berteriak kencang. "Bagaimana jika kita bermain Truth or Dare?" Tangannya mengambil botol alkohol yang sudah habis dan menggerakkannya di udara. "Cukup mudah, awal permainan adalah Truth dan kedua adalah Dare. Begitu terus sampai selesai. Jika ujung botol yang runcing ini mengarah ke salah satu di antara kita, maka yang memberikan perintah adalah seseorang yang berhadapan dengan ujung lebar ini." Tunjuknya ke arah bawah botol.

Semua menganggukkan kepala mereka tanda setuju, Sakura hanya diam. Ia sudah terlanjut kesal. Dua kejadian dalam satu jam terakhir benar-benar merusak moodnya kali ini. Sakura melirik sekilas ke arah Temari yang sedang asik berbincang dengan Shikamaru. Seketika perasaan takut masuk kedalam badannya. Dari reaksi Temari tadi, ia tahu Temari pasti bertanya-tanya tentang ucapan Hinata. Tapi memilih membungkam mulutnya sendiri.

Perasaan kesal tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam rongga dadanya.

Sebisa mungkin ia tidak boleh berbicara dengan Temari. Harus.

"Mari kita mulai, karena aku yang mempunyai acara ini maka aku harus pertama." Ucap Naruto semangat sehingga menyadarkan Sakura dari lamunannya. Tangannya memutar botol kosong itu dengan cepat dan mulut botol berhenti tepat di depan Hinata. Dan yang memberikan perintah adalah Tenten.

"A-aku?" Hinata menganga tak percaya.

Neji melirik ke arah Tenten. "Apa yang mau kau tanyakan Tenten?"

"Aku ingin kau jujur Hinata, apa yang kau suka dari Naruto?" Tanya Tenten. Hinata membelakkan matanya dan membuang muka ke samping. Malu ditanya hal seperti itu di depan banyak orang.

"A-aku menyukai segala hal dari Naruto-kun. M-mungkin, yang paling a-aku suka adalah sifat baiknya." Ia berkata agak tersendat-sendat dan menatap Tenten sekilas. Tenten mengangguk paham.

"Baiklah giliranku sekarang." Ia memutarkan botol itu kembali, dan sekarang berhenti di depan Ino. Ino mendengus kesal. "Jangan menyuruhku yang aneh-aneh Shikamaru." Ujar Ino kepada teman masa kecilnya itu.

Shikamaru terdiam sebentar, kemudian ia menunjuk Sai. "Lakukan ciuman tanpa berhenti selama dua menit dengannya Ino." Sai terpaku, Ino membatu. Tapi akhirnya Ino menyerah. "Baiklah." Tangan Ino terulur meraih wajah Sai dan mereka mulai berciuman. Shikamaru menyetel stopwatch dari jam tangannya dan menatap mereka datar. Semua terdiam mendengar perintah Shikamaru yang agak 'frontal' itu.

"Shikamaru, apakah itu tidak berlebihan? Itu menjurus ke hal seksual jika kau tak tahu." Protes Temari kepada Shikamaru. Shikamaru hanya diam kemudian menyalakan rokok miliknya. "Kita semua sudah besar, ayolah. Lagipula aku menyuruhnya melakukan itu dengan pasangannya. Bukan denganku atau calon mempelai pria, kan? Tak apa, biar makin menarik bukan?" Mata Shikamaru melirik ke arah Naruto dan dibalas cengiran khas milik pemuda itu.

"Tentu saja, yang kalah tidak boleh menolak pertanyaan atau perintah dari yang menang. Itu syarat permainan ini." Sahut Naruto semangat sembari memeluk erat pinggang Hinata.

Bunyi alarm dari jam tangan Shikamaru tanda bahwa 2 menit sudah terlewat, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Sai atau Ino mau menyudahi acara mereka. Suara Shikamaru kembali terdengar. "Cukup kalian, waktu sudah selesai." Tapi pasangan itu tak mendengarkan, malah bibir Sai turun ke arah leher jenjang milik Ino.

Sakura kembali menegak alkohol miliknya dan mendorong punggung Ino kasar. "Cari kamar pig! Demi kami-sama, aku tidak mau melihat Sai menunggangimu disini! Cepat cari kamar!" Sai yang merasa diberikan lampu hijau, segera mengangkat tubuh Ino ala bridal style dan keluar ruangan tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Kemudian mereka hilang dari pandangan saat pintu tertutup rapat.

Sasuke bersiul rendah mendengar perkataan perempuan di sampingnya. "Pikiranmu kotor juga ya?" Sakura membalas ucapan Sasuke dengan seringai menggoda di bibirnya. "Kau baru mendengar perkataanku tuan, pikiranku lebih dari itu." Sasuke membuat mimik wajah kaget yang dibuat-buat kemudian diam. Tidak menjawab perkataan perempuan tersebut.

Naruto dan Hinata saling bertatapan, kemudian senyum kecil tercipta di wajah keduanya.

"Baiklah, Shikamaru. Putar kembali botolnya, karena yang seharusnya memutar botol malah pergi meninggalkan permainan." Kata Naruto diikuti dengan anggukan malas dari Shikamaru.

Permainan terus berlanjut, diikuti dengan pertanyaan dan perintah yang diluar akal sehat. Semua terlihat menikmati keadaan, tak terkecuali dengan Sakura. Yang awalnya merasa kesal kemudian ikut tertawa dengan lepas.

.

.

.

Tangannya kembali menegak gelas alkoholnya yang ke 16. Kepalanya mulai terasa pusing dan kesadarannya mulai berkurang. Ia mengedipkan matanya beberapa kali dan mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ia melihat beberapa orang sudah tak ada. Seingatnya, yang pertama keluar adalah Ino dan Sai. Sudah jelas mereka pasti melakukan seks di ruangan Sai. Kemudian Neji dan Tenten, katanya Tenten ingin ikut menari di lantai dance. Disusul oleh Shikamaru dan Temari yang ijin pulang dulu, ia tak ingat alasannya apa tapi ia dengan jelas merasakan pelukan erat Temari dan ucapan Temari ditelinganya yang mengatakan sampai bertemu lagi. Tapi yang ia rasakan hanya bulu kuduknya berdiri seketika. Ia malah berharap bahwa mereka tidak akan bertemu lagi, terutama dengan keluarga mereka.

Berarti sekarang yang tersisa hanya Naruto, Hinata, dirinya, juga pria menyebalkan disampingnya.

Sasuke.

Botol kembali diputar oleh Hinata. Sasuke memperhatikan diam-diam wajah gadis disampingnya. Wajah yang memerah, mata tertutup karena mengantuk dan bibir yang sedikit terbuka. Keringat membanjiri tubuh perempuan pink ini. Padahal suhu sedang dingin-dinginnya, tapi sepertinya tidak berpengaruh sama sekali untuk wanita ini. Iris onyx miliknya tak sengaja melihat leher jenjang yang terpampang jelas di matanya. Seolah-olah mengundang bibir Sasuke untuk bermain-main disana.

Sial, sabar Sasuke kecil. Kau akan mendapatkannya nanti. Batin Sasuke mengingatkan.

Ujung botol menunjuk Sasuke dengan tepat, yang artinya yang memberikan perintah kepada Sasuke adalah Naruto. Naruto tersenyum jahil.

"Well Sasuke, dare untukmu dariku adalah..."

Sakura membelakkan matanya mendengar ucapan dari calon suami sahabatnya itu. Matanya langsung menatap Sasuke yang tersenyum menggoda ke arahnya. Kedua tangan Sakura mengepal erat.

"Jangan bercanda denganku Naruto" Desis Sakura bahaya, tapi Naruto hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. "Kalau kau menolak, berarti kau pecundang Sakura. Semua menerima pertanyaan dan perintah dengan lapang dada. Kenapa dirimu tidak?" Tantang Naruto.

Saat Sakura hendak membalas perkataan Naruto, badannya seketika menegang ketika ia merasakan ada lengan yang melingkari pinggangnya. Dan tangan itu adalah milik pria arogan yang berada di sampingya.

"Lepaskan. Tanganmu. Dariku. Jika tidak, bukan hanya kakimu yang aku rusak, tapi masa depanmu juga." Alih-alih melepaskan, pria itu malah makin mengeratkan lilitan tangannya di pinggang Sakura.

Sakura tidak mau berbohong, ia menyukai wangi pria yang sedang memeluk pinggangnya itu. Wangi mint yang bercampur dengan keringat justru membuat wanginya terasa lebih menggoda. Dan Sakura bisa merasakan betapa berototnya lengan pria itu, dan ia menatap mata lelaki disampingnya ini.

Pria itu memakai celana jeans yang menggantung dengan indah di pinggulnya, dan atasannya menggunakan kaos berwarna hitam yang tetap tidak bisa menutupi otot-otot di badannya. Demi kami-sama , Sakura baru sadar kalau pria ini sangat tampan. Sepertinya kami-sama membuat pria ini sambil tersenyum.

Sakura diam saja ketika tangan Sasuke menariknya mendekat, sehingga ia sekarang duduk mengangkangi pria itu. Dress yang Sakura pakai tersingkap sehingga paha putih mulus milik terpampang jelas di wajah Sasuke. Iris emerald miliknya bertemu dengan iris onyx milik pria di depannya. Jika dalam keadaan normal Sakura akan menampar pria itu, tapi lain hal nya jika alkohol sudah mengambil alih pikirannya.

Sakura menggigit bibirnya ketika menatap wajah Sasuke, walai ia masih perawan tapi ia bukan gadis polos yang tak mengerti tatapan pria di depannya ini.

Itu tatapan gairah, dan Sakura sedikit bangga bahwa ia yang menciptakan tatapan itu di wajah tampan pria di depannya.

Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Dan ia tahu bahwa ia sekarang sedang terangsang dan tanpa sadar Sakura makin merapatkan tubuhnya ke arah Sasuke. Meski masih terhalang dengan celana pria itu dan celana dalam milik Sakura, tapi Sakura bisa merasakan dengan jelas bukti gairah Sasuke yang menusuk dengan keras di bagian kewanitaannya.

Adegan erotis dari film yang pernah ia tonton perlahan memenuhi pikirannya. Ia membayangkan bahwa aktor utamanya adalah dirinya dan pria tampan di depannya ini. Sakura mendesah pelan ketika merasakan kedutan nikmat di kewanitaannya dan basah untuk kedua kalinya. Sasuke tersenyum geli ketika merasakan celananya basah oleh cairan dari perempuan di depannya, dan tanpa pikir panjang Sasuke mendaratkan ciuman lembut dan merengkuh tubuh Sakura erat.

Sakura membelakkan kedua matannya lebar, memang bukan first kiss, tapi ia kaget ketika pria itu berani menciumnya. Ia terpaku sejenak, ia bisa merasakan bibir hangat itu di bibirnya. Dan itu sangat menyenangkan.

Sasuke yang merasa Sakura tidak membalas ciumannya pun melepaskan ciuman mereka. Tanpa berpikir panjang Sasuke kembali mencium Sakura dalam. Ciuman yang awalnya perlahan dan menggoda, berubah menjadi panas dan bergairah. Ciuman itu terasa memabukkan bagi Sakura, lebih dari alkohol yang sudah diminumnya.

Akal sehatnya mengalah dan ia pun balas ciuman Sasuke sambil meremas rambut navy pria itu. Sakura membuka mulutnya, sehingga memudahkan lidah Sasuke untuk menjelajahi dan mengabsen gigi perempuan itu.

Sakura menepuk dada bidang milik Sasuke beberapa kali, tanda bahwa ia kehabisan nafas. Dengan enggan Sasuke melepaskan pagutan bibir mereka dan mendekatkan dahinya dengan dahi lebar milik Sakura. Nafas mereka terengah-engah, terutama Sakura. Ciuman yang Sasuke berikan seperti candu baginya, dan ia tidak puas jika hanya sekali.

Badan Sakura menegang ketika mendengar ucapan Sasuke di samping telinga kanannya. "Kau begitu menggairahkan Sakura, aku tak sabar untuk menunggangimu segera." Sakura yang sudah mabuk hanya tersenyum nakal kemudian menurunkan tangannya ke arah gundukan di tengah paha Sasuke. "Kalau begitu apalagi yang kau tunggu Sasuke-kun?"

Mata Sasuke sudah dipenuhi gairah sekarang, ia harus mendapatkan Sakura bagaimanapun caranya. Dan tanpa aba-aba, Sasuke kembali mencium Sakura keras. Tangannya meraba punggung halus Sakura dengan lembut, kemudian menurunkan usapannya ke bokong perempuan itu dan meremasnya dengan kencang. Sakura mendesis nikmat dan melingkarkan kedua kakinya di pinggul Sasuke dengan erat.

Sasuke hampir melakukan seks dengan Sakura di meja itu jika saja ia tak mendengar suara Naruto yang berdehem mengingatkan. "Hey teme, get a room please! Disini tempatku dan Hinata!" Sasuke melepaskan tautan lidahnya dengan Sakura dan menarik Sakura keluar dari situ.

"Kita mau kemana?" Sakura bertanya pelan, Sakura memejamkan matanya saat ia merasa sangat pusing sekarang. Entah karena alkohol atau gairah yang belum terpuaskan tadi. Tanpa Sakura sadari, mereka sudah di luar club sekarang dan ia sudah ada di mobil milik Sasuke.

"Jawab aku brengsek, kita akan kemana?Kepalaku pusing sekali." Keluh Sakura tanpa melihat Sasuke.

"Kita akan apartementku dan melanjutkan yang tadi Sakura." Jawab Sasuke dengan nafas terengah-engah. Jelas sekali bahwa pria itu juga menahan gairahnya yang sudah sampai di ubun-ubun. Ia mengkerutkan keningnya saat tak mendengar jawaban, dan ia tersenyum kecil saat dilihatnya Sakura ternyata sudah tertidur. Dengan gentle, Sasuke mengambil sweater miliknya di kursi bagian belakang dan memakaikannya di badan Sakura. Tapi matanya tak sengaja melihat belahan payudara milik Sakura yang sukses membuat celananya semakin sesak oleh gairah. Tanpa permisi ia pun mencium sekilas belahan itu dan memakaikan sweater miliknya dengan benar. Ia menyalakan mobil dan melenggang keluar dari tempat itu.

.

.

.

Sakura terbangun saat merasakan badannya terhempas ke sesuatu yang empuk. Ia melihat Sasuke berdiri dengan tegap di hadapannya, kaos hitam sudah ia lepaskan. Dan terlihatlah badan berotot miliknya yang indah. Otot bisep yang besar dan melekat sempurna dan juga perutnya yang membentuk abs dengan indah. Seolah-olah melambai kepadanya untuk segera meraba dan duduk disana.

Sasuke tersenyum bangga melihat pandangan kagum Sakura ke arah badan bagian atasnya, oh Sakura yang malang. Perempuan itu pasti akan lebih terpesona jika melihat bagian bawah miliknya. Pikir nakal Sasuke.

"Puas dengan yang kau lihat nona?" Tanya Sasuke dan Sakura tanpa sadar menganggukkan kepalanya. Sakura mendekat ke arah Sasuke yang sedang berdiri, tangannya terulur untuk menyentuh abs milik pria itu. "Ini sangat indah, hangat." Tapi tangannya malah turun dan menyentuh kejantanan Sasuke sambil meremasnya pelan. "Dan keras."

Sasuke mendesis nikmat sambil membiarkan Sakura sebentar. "Kau membangunkan singa yang lapar Sakura."

"Kalau begitu aku dengan senang hati akan memberikannya makanan." Ujar Sakura sembari menatap Sasuke dengan tatapan sayu miliknya. Rona merah tipis menghiasi kedua pipi chuby miliknya. Dan saat Sakura menjilati bibirnya, hilanglah akal sehat Sasuke yang sudah ia tahan tadi. Dengan cepat ia membaringkan Sakura dengan kasar ke kasur. Sasuke menahan tubuh besarnya agar tak terlalu menindih perempuan kecil di bawahnya ini dengan tangan kanannya. Matanya menatap langsung mata Sakura yang sama-sama sudah terhalang kabut gairah.

Dan Sasuke mulai mencium Sakura dengan perlahan dan menjilati bibir milik perempuan itu. Menggantikan tugas lidah Sakura tadi. Membuat Sakura melenguh nikmat dan membalas ciuman milik Sasuke sembari meremas rambut Sasuke. Tangan kirinya mengelus tekuk Sasuke dengan pelan.

Sasuke melepaskan ciuman itu dan menatap Sakura sembari sebelah tangannya menyentuh bibir yang baru saja ia lumat tadi. "Kau sungguh sangat cantik Sakura."

Sakura membalas ucapan Sasuke dengan tersenyum. "Kau juga tuan tampan."

Sasuke bangkit dan melepaskan pakaian Sakura dengan cepat, dimulai dari sweater miliknya, gaun malam gadis itu dan penutup puting milik Sakura. Menyisakan g-string berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putih dan mulus milik Sakura.

Sasuke mungkin harus berterimakasih pada kakaknya, walau ia memang belum pernah melakukan seks. Tapi kakak gilanya dengan senang hati mengajarkan, atau bahasa kasarnya adalah mencekokinya dengan setumpuk blue-film miliknya. Katanya, itu adalah pelajaran agar saat melakukannya untuk pertama kali Sasuke tidak akan kaku atau memalukan bangsa lelaki saat di ranjang. Walau dulu ia sangat kesal, tapi sekarang ia bersyukur. Dia bisa mengaplikasikannya di kehidupan nyata sekarang.

Bibir Sasuke turun ke arah leher jenjang milik Sakura dan memberikan kissmark disana. Tangan kirinya menggenggam payudara sebelah kiri milik Sakura. Tidak besar seperti di film yang ia tonton, tapi ini pas di tangannya. Sasuke meremasnya dengan teratur dan Sakura mendesah pelan. Sedangkan tangan kanan Sasuke mengelus perut rata milik Sakura dan semakin turun sampai ia menyentuh surga milik perempuan itu.

Sakura merem-melek mendapatkan serangan dari 3 titik sekaligus, ia tidak pernah sampai sejauh ini sebelumnya. Ia paling jauh hanya melakukan ciuman, tapi untuk yang satu ini ia tidak bisa menolak sama sekali. Kenikmatan yang Sasuke berikan terlalu memabukkan jika di tolak, dan satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menerima dan menikmati. Urusan menyesal itu hal belakang.

Suara erangan kecil keluar dari Sakura saat Sasuke menggigit dan menjilat bekas gigitannya pada leher Sakura.

Sasuke semakin terangsang mendengar desahan milik Sakura, tangan kanannya dengan cepat menarik tali g-string Sakura kemudian melepaskannya dari badan Sakura. Sekarang Sakura sudah benar-benar naked dihadapannya. Sakura hendak menarik selimut di bawah kakinya untuk menutupi tubuhnya yang segera di tahan oleh Sasuke.

"Jangan di tutup! Ini benar-benar indah Sakura." Kagum Sasuke sembari memperhatikan Sakura dengan teliti. Wajah yang menatapnya sayu, dengan bibir yang terlihat bengkak dan basah akibat dirinya, kemudian sepasang payudara yang tidak terlalu besar tapi menggantung indah dengan puting berwarna pink yang mencuat menantangnya, lekukan pinggul tepat ada tempatnya dan yang terakhir adalah surga bagi semua lelaki.

Tapi surga yang ini adalah miliknya seorang.

Tangan Sasuke mereganggakan kedua kaki Sakura, dan terlihat jelas lah vagina indah milik perempuan itu. Dengan bulu halus terawat dan vagina merah merekah yang berkedut-kedut dengan cairan yang mengalir keluar dari lubang itu sehingga membasahi kasur Sasuke.

Apakah Sakura sudah basah dari tadi?

Sasuke menjauhkan tubuhnya dari Sakura dan mulai membuka celana miliknya beserta celana dalam miliknya. Sehingga ia sama-sama naked seperti Sakura. Mata Sakura terbelak kaget ketika melihat kejantanan Sasuke yang sudah keluar dari sangkarnya. Kejantanan Sasuke begitu besar, berurat dan berdiri dengan tegang ke arahnya. Walau Sakura belum pernah melihat penis secara langsung-kecuali saat ia belajar anatomi- tapi ia yakin bahwa penis Sasuke memang besar sekali. Ia memang pernah beberapa kali menonton film dewasa bersama Ino, tapi ia percaya bahwa penis Sasuke lebih besar dari pemeran di film porno yang ia tonton.

Apakah itu muat berada di vagina kecilku? Itu terlihat sangat... besar. Batin Sakura sembari menelan ludahnya sendiri. Sasuke yang sudah tidak sabar kemudian merangkak ke arah Sakura dan sekarang ia berada di antara kedua kakinya.

"Suka dengan apa yang kau lihat hm?" Sakura memalingkan wajahnya. "I-itu begitu besar. A-apakah masuk?" Cicit Sakura sambil mengangkat tangannya dan meraih kejantanan Sasuke. Sial, bahkan tangannya tidak cukup untuk menggenggam penis besar milik Sasuke itu.

"Tentu saja masuk sayang, tidakkan kau lihat bahwa ini membengkak karena dirimu?" Sahut Sasuke sembari memejamkan matanya dan menahan desahannya. Sakura bisa merasakan bahwa kejantanan Sasuke sangat hangat dan keras di tangannya. Benar-benar keras.

Sakura membayangkan apa yang bisa kejantanan itu lakukan kepadanya nanti. Dan ia tak sangat tak sabar dibuatnya.

Sakura mengusap pelan dan memaju-mundurkan genggamannya pada penis milik Sasuke, sambil sesekali melirik wajah Sasuke yang hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya keras. Ia bisa mendengar gertakan gigi Sasuke saat ia semakin mempercepat gerakan maju-mundur tangannya pada kejantanan milik pria itu.

Sasuke mengecup wajah Sakura berkali-kali, dimulai dari mata, hidung, dahi, pipi, sampai ke bibir pink milik perempuan itu. "Kau menikmatinya Sayang?" Sakura menganggukkan kepalanya.

Saat Sasuke merasa ia akan keluar, ia segera menarik tangan Sakura dari kejantanannya. "Tidak sayang, prinsipku adalah 'Kita keluar bersama, atau kau duluan.' "

Dengan cepat, sasuke melebarkan kedua kaki Sakura dan mengatur posisi agar Sakura semakin nikmat. Tentu saja semua ini ia pelajari dari blue-film milik kakak laknatnya itu. Dengan otak yang cerdas, Sasuke bisa belajar dengan cepat dan langsung tersimpan di otak miliknya.

Sakura mendesah saat merasakan tangan Sasuke mulai bermain-main di kewanitaannya yang basah, membuat tubuhnya seketika lemas seperti jelly. "Ah..S-Sasuke-kun.. aaaaaahhhh.."

"Apa Sakura? Ada yang ingin kau ucapkan?" Tanya Sasuke sambil mempercepat permainan jarinya di vagina milik Sakura.

Sakura tidak menjawab pertanyaan dari Sasuke, karena fokusnya teralihkan pada gerakan jari pria itu di kewanitaannya. Sasuke memasukkan jari telunjuknya ke dalam vagina Sakura dengan gampang, karena Sakura sudah mengeluarkan cairan alami dari vaginanya.

"Sasuke-kun... aaaarrrghh... oh kami-sama... ini s-sangat n-nikmat.. aaaahhh." Rancau Sakura sembari menggerakkan kepalanya kesana-kemari. Sakura melebarkan kakinya, seolah-olah menuntut agar diberi kenikmatan yang lebih. Dan Sasuke akan dengan senang hati memberikannya.

Satu, dua, tiga, dan empat jari sudah masuk ke dalam kewanitaan milik perempuan itu. Sasuke memainkan jarinya dengan lihai yang membuat Sakura semakin mendesah hebat. Memenuhi kamar Sasuke yang luas.

"Faster Sasuke-kun... Sasuke-kun... a-aku... aaaahh... aaaahhh...aaaahh..." Jerit Sakura nikmat, saat ia merasakan empat jari milik Sasuke bergerak seolah-olah menggali kewanitaannya dengan cepat. Sakura sungguh menikmati permainan jari Sasuke. Jika jarinya saja sudah nikmat begini, apalagi kejantanannya?

Sasuke yang merasakan bahwa vagina Sakura mulai menjepit erat jarinya , mulai menggerakannya dengan liar. Tangan kirinya naik ke atas dan meremas-remas payudara Sakura dan mencubit gemas puting milik perempuan itu. Bibirnya melumat payudara yang satunya lagi dengan kencang, sambil sesekali menggigitnya.

"Kau milikku Sakura. Hanya milikku seorang. Apa kau paham?" Tegas Sasuke sembari menyentakkan jarinya di vagina Sakura. Sakura menganggukan kepalanya. "Ya... a-aku... milikmu... Sasuke-kun.." Jawab Sakura sambil mendesah.

Dan tak lama, Sakura mendapatkan pelepasan miliknya. Tubuhnya bergetar sebelum akhirnya melemas dengan perlahan. Wajahnya menampilkan ekspresi nikmat yang tercetak jelas di sana, uap panas keluar dari bibir kecilnya. Ekspresinya begitu lega saat sesuatu yang sudah ia tahan daritadi akhirnya keluar.

Tangan Sasuke keluar dari vagina Sakura, kemudian Sasuke mengulum satu per satu jari miliknya yang dipenuhi dengan cairan Sakura. Sakura memperhatikan Sasuke yang terlihat begitu sexy dimatanya. Saat sudah selesai mengulum jarinya, lidah Sasuke turun dan menjilati langsung kewanitaan milik Sakura dengan rakus.

Jemari Sakura mencengkram erat lengan kokoh milik Sasuke. Perlahan tapi pasti Sasuke mulai menjilati vagina Sakura yang sudah sangat basah. Desahanpun keluar dari mulut Sakura saat lidah Sasuke mengorek-ngorek lubang vagina miliknya.

"S-Sasuke-kun..." Panggil Sakura sembari mendesah.

"Tenang Sayang, aku akan memberikan kenikmatan padamu." Sahut Sasuke sambil kembali menjilati vagina Sakura. Vagina yang begitu wangi dan terawat. Sasuke seketika candu akan rasa dari cairan Sakura. Dan ia tahu bahwa ia tidak akan puas dengan tubuh Sakura.

Jari tengah Sasuke kembali masuk dan ikut bergoyang di dalam kewanitaan Sakura. Menemani lidah Sasuke yang mengulum tonjolan kecil di vagina Sakura. Dengan sengaja, Sasuke mengigit dan menyedot klitoris Sakura.

"Aaaaah.. Sasuke-kun... jangan mempermainkan aku..." Rengek Sakura tak terima. Ia merasakan kenikmatan ini kurang, ia butuh kejantanan Sasuke untuk berada di kewanitaannya segera. Lupakan akal sehat, sekarang lebih baik bagian bawahnya yang dipuaskan terlebih dahulu.

Saat Sakura sedikit lagi akan mengalami pelepasan keduanya, Sasuke malah melepaskan diri dari Sakura. Sakura membuka matanya saat mendadak ia merasa hampa.

"Siap untuk menu utama Sakura?" Sakura mencebikkan bibirnya kesal. Saat hendak menjawab Sasuke, Sakura malah mendesah dengan keras. Tatapannya turun ke bawah saat ia merasakan kepala penis Sasuke sudah berada di depan vaginanya. Dengan sengaja Sasuke hanya menggesek-gesekkan tanpa memasuki Sakura. Sakura berteriak kesal. "Cepat Sasuke-kun!"

Sasuke menyeringai. "Apa yang kau inginkan Sakura? Kau menginginkan penisku yang keras ini berada di dalam vaginamu yang sempit itu bukan? Menunggangimu dengan cepat dan kasar sampai kau tidak bisa berjalan? Aku bisa membuatmu menjadi gila karenaku Sakura, asal kau memohon padaku sekarang."

Sakura membelakkan matanya kaget, oh tidak. Mungkin memang benar bahwa ia masih berada dalam pengaruh alkohol, tapi harga dirinya terlalu tinggi jika harus meminta kepuasan pada Sasuke. Melihat Sakura yang terdiam, membuat Sasuke memasukan sedikit kejantanannya ke dalam vagina Sakura. Ia tersenyum remeh saat melihat Sakura mendesah lagi.

"Bilang kau menginginkan ku Sakura. Maka kuberikan kau kenikmatan yang tak akan pernah kau dapatkan dari siapapun selain aku." Sakura menganggukkan kepalanya dengan cepat. Masa bodoh dengan harga dirinya, sekarang yang ia perlukan adalah memuaskan hasrat miliknya dengan segera.

"Sasuke-kun.." Desah Sakura sembari mengeratkan lilitan kakinya di pinggul Sasuke.

"K-kumohon.. aahhh... puaskan a-aku sekarang... a-aku... oooohhh... m-mau... aaaaaaarrrrrgggggghh..." Sebelum menyelesaikan ucapannya, Sakura dibuat mendesah keras saat ia merasakan kejantanan keras Sasuke menghujam dirinya dengan keras. Mata Sasuke terbelak kaget saat merasakan sesuatu.

"Oh shit! Kau masih perawan Sakura?" Yang dibalas anggukan lemah dari gadis itu. Oh kami-sama, ia pikir perempuan ini sudah tidak perawan karena ia bekerja di club malam. Sasuke mendesis kesal, jika berhenti sekarang ia akan merasakan perasaan menyesal seumur hidup. Jadi pilihannya hanya melanjutkan tindakannya sekarang.

Sasuke menatap Sakura yang sedang memejamkan matanya. "Lihat aku Sakura." Dan dengan perlahan Sakura membuka matanya dan memperhatikan wajah Sasuke. Sasuke mengecup bibir Sakura pelan dan membawa tangan gadis itu agar memeluk erat punggungnya. "Jika kau merasakan sakit, kau bisa mencakarku atau menggigitku. Kau mengerti Sakura?" Sakura menganggukan kepalanya lagi tanda mengerti.

Sasuke menarik napas dan mengeluarkan kejantanannya dari vagina Sakura. Tanpa ragu ia pun menghujamkan miliknya dengan cepat dan menembus selaput dara milik gadis itu.

Sakura menjerit keras dan menancapkan kukunya di punggung Sasuke.

"HENTIKAN!" Sasuke mengabaikan perih di punggungnya. Ia menatap ke bawah dan melihat kejantanannya telah masuk dengan sempurna ke dalam vagina milik Sakura. Darah keluar dari vagina bangga dan bahagia masuk ke dalam relung hatinya. Ia bangga menjadi yang pertama untuk Sakura, dan Sasuke juga bahagia karena Sakura adalah yang pertama untuknya. Pengorbanan yang setimpal bukan?

Sasuke melenguh nikmat dan tidak bergerak selama beberapa saat. Memberikan waktu bagi Sakura untuk membiasakan dirinya dengan penis Sasuke yang mengisi penuh kewanitaannya.

Tangan Sasuke naik dan meremas payudara Sakura untuk mengalhkan rasa sakit gadis itu. Ia menciumi wajah Sakura dan menjilat air mata Sakura pelan. Sakura masih terisak menahan tangis. Ia kehilangan keperawannya dalam sekejab. Di dalam dekapan pria tampan yang sedang memeluknya dengan posesif. Tapi anehnya ia merasa tidak menyesal sama sekali.

"Tidak..aku tidak bisa berhenti Sakura...Ini sangat nikmat demi kami-sama.. ooohhh.." Sasuke menghujamkan kejantanannya sebanyak empat kali kemudian diam lagi.

Tak lama Sakura mengerang, pinggulnya tanpa sadar mulai bergerak pelan, tanda bahwa ia sudah bisa menerima kehadiran penis milik Sasuke yang panjang, panas dan keras di dalam vaginanya. Dan ia mulai bergerak mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri. Sasuke yang merasa Sakura sudah siap kembali menghujamkan penisnya ke dalam vagina hangat dan sempit milik Sakura dengan pelan tapi teratur.

"Ini nikmat bukan Sakura? Jangan khawatir, ini juga yang pertama untukku. Tapi aku yakin, biarpun ini yang pertama untukku dan untukmu tapi aku yakin bisa memuaskanmu sampai kau tidak bisa jalan. Kau dengar aku Sakura?" Tanya Sasuke sembari menepuk pelan pipi Sakura, Sakura hanya mendesah sebagai jawaban. Dan Sasuke menganggapnya sebagai 'iya'.

Sasuke mencengkram erat pinggul Sakura dan menaikkan tempo hujaman kejantanannya dengan cepat, Ia merasakan badan Sakura mengigil nikmat akibat hujaman penisnya.

"Oh Sasuke-kun... i-ini sangat nikmat...aaaahhhhh...oohhhhh kami-sama... " Desah Sakura sembari memejamkan matanya kuat-kuat.

Ide nakal seketika muncul di pikiran Sasuke, dan dengan sengaja Sasuke menghentikan gerakan kejantannya di kewanitaan Sakura. Hanya mendiamkan penisnya yang masih keras itu di dalam vagina Sakura.

"Kau tadi bilang ingin berhenti bukan? Baiklah, mari kita hentikan sekarang." Dan Sasuke mengeluarkan penisnya dengan pelan, ingin menggoda Sakura. Ia melihat Sakura menggelengkan kepalanya dengan cepat dan mengeratkan lilitan kakinya di pinggul Sasuke. Seakan tidak memperbolehkan Sasuke kemana-mana.

"Ti-tidak. K-kumohon jangan pergi... A-aku bercanda..." Sasuke terkekeh mendengar jawaban polos Sakura. Ia menatap Sakura dari atas sampai bawah. Polos, berkeringat dan dengan kejantanannya menancap di kewanitaan Sakura. Apa ada pemandangan yang lebih indah dari ini? Tentu saja tidak. Jawab pikiran Sasuke.

"Baiklah, karena kau sudah menjadi gadis baik maka kau akan kuberikan kenikmatan. Apa yang kau inginkan babygirl?" Tanya Sasuke sembari meraba tubuh Sakura dari wajah sampai ke belahan vagina basah milik Sakura. Sasuke menggerakkan pinggulnya memutar untuk menggoda Sakura.

Sakura menarik pinggul Sasuke mendekat, sehingga kejantanan Sasuke kembali masuk ke dalam vagina Sakura. "Fuck me.. fuck me now Sasuke-kun!" Jerit Sakura keras.

Sasuke tersenyum lebar tanpa Sakura lihat, dengan cepat Sasuke memompa kejantanannya terus menerus dengan brutal. Badan Sakura sampai tersentak-sentak ke belakang, tapi itu tak menyurutkan Sasuke agar memelankan gerakannya. Dan ia meringis ketika merasa vagina Sakura mencengkram erat penis miliknya, disusul oleh teriakan Sakura. Sasuke merasakan cairan gadis itu melumuri kejantanannya yang masih bergerak dengan liar. Hangat.

Tanpa melepaskan penyatuan mereka, Sasuke membalikkan tubuh Sakura dan menampar bokong Sakura kencang. Sakura menjerit kaget, kemudian Sasuke menaikkan pinggul Sakura dan menampar bokong Sakura beberapa kali.

Sasuke menarik kejantanannya sampai hanya ujungnya yang menyentuh vagina Sakura, tangan kekar Sasuke memegang erat pinggul Sakura dan memasukan penisnya dengan cepat dalam sekali hentakan. Sakura berteriak kencang dan seketika klimaks kembali. Tapi Sasuke tetap menggerakkan penisnya tanpa peduli Sakura sudah lelah atau belum.

Sasuke meringis ketika merasakan kewanitaan Sakura kembali meremas kejantanannya dengan erat. Tanpa pikir panjang, ia terus menyetubuhi Sakura dengan kasar dan cepat. Tubuh Sakura tersentak-sentak seiring dengan bertambahnya kecepatan hujaman pria itu. Sebelah tangan Sasuke menarik rambut pink Sakura dan mengenggamnya dengan erat, wajah Sakura yang sedang dilanda kenikmatan sungguh merupakan pemandangan yang sangat indah untuk dilihat. Sebelah tangannya yang lain meremas payudara Sakura yang bergerak liar seolah-olah meminta perhatian dari Sasuke. Sasuke benar-benar sedang menunggangi Sakura layaknya seseorang menunggangi kuda.

"A-aku...aaahhh... lelah...oohhhhh..c-cukup..." Ucap Sakura lemah. Sasuke menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Tidak Sakura, ini baru permulaan. Kenikmatan yang sebenarnya sedang menantimu Sakura."

Sasuke melepaskan tangannya yang berada di payudara Sakura, tangannya merayap turun dan sampai di bibir vagina milik Sakura. Sasuke memberikan kissmark di sepanjang punggung Sakura. Tangannya mencubit gemas klitoris Sakura dengan kencang.

"Sekarang Sakura!" Ujar Sasuke sembari menghujamkan kejantanannya beberapa kali dan menusuk Sakura sampai terkena g-spot milik gadis itu. Ia menembakkan cairan miliknya beberapa kali ke dalam rahim Sakura. Sasuke melirik ke bawah dan melihat cairan miliknya dan Sakura tercampur dan menetes keluar karena tidak tertampung saking banyaknya.

Sakura meletakkan kepalanya lelah, Sasuke masih mendiamkan penisnya di dalam vagina hangat Sakura. Wangi mint dan keringat Sasuke sungguh sangat menggoda.

Keduanya terdiam sambil menikmati sisa-sisa klimaks tadi. Sasuke bangkit dari tubuh Sakura dan mengeluarkan penisnya. Ia tersenyum bangga saat melihat vagina Sakura yang masih berkedut-kedut itu terisi oleh sperma dan cairan milik gadis itu. Bahkan sampai menetes ke seprai miliknya. Tangannya menyentuh kewanitaan Sakura dan membuat Sakura melengguh nikmat. Sasuke mengoleskan cairan itu di sepanjang belahan bokong Sakura dan memasukan jari yang masih penuh dengan cairan miliknya dan Sakura ke dalam mulut Sakura.

Sakura dengan patuh menjilat dan menghisap jari Sasuke, entah ia sadar bahwa itu cairan miliknya atau bukan. Tapi Sakura terlihat sangat menikmatinya sambil terpejam.

Sasuke merasakan kejantanannya kembali menegang. Apakah ia puas jika baru sekali keluar? Tentu saja tidak. Ini akan menjadi malam yang panjang untuk keduanya, terutama Sakura.

Sakura membelakkan matanya seketika saat merasakan Sasuke kembali memasukkan kejantanannya ke dalam vaginanya. Dan ia bisa merasakan bahwa Sasuke masih sangat keras dan tegang.

"Aku sudah bilang bukan kalau yang tadi itu hanya permulaan? Kita masih belum selesai Sakura. Tubuhmu membuatku candu demi kami-sama. Aku tidak bisa puas denganmu."

Nafas Sakura terengah-engah. "Cukup.."

Alih-alih mendengar Sakura, Sasuke justru kembali memompa vagina Sakura dengan penisnya yang tegang. "Malam masih panjang Sakura, kurasa sebagai permulaan aku akan memberikanmu 10 ronde. Bagaimana? Terdengar asik bukan?" Sakura menggelengkan kepalanya tanda menolak.

Tapi bukan Uchiha Sasuke namanya jika tak bisa mendapatkan apa yang ia mau, dan malam itu kamar Sasuke terisi penuh dengan erangan nikmat dari Sakura sampai pagi.

.

.

.

Haiii, acu cameback! Omaygat, lemon apa ini! /banting laptop/ acu gemeteran nih bikin lemon yang maniez ini. Ga acem kan ya?:( lanjut apa end ya...? Niatnya ini cerita mau acu isi sama lemon setiap chapnya. Tapi... malu. Skill menulis lemonku masi dibawah standar kkm :( Kalah sama cerita lemon yang lain :''( netizen yang baiqqqq... kasih acu saran dan kritik yang membangun dong ya untuk chap ini dan selanjutny :((( thankcuu and ai woof u all! :*

Untuk FarSand acu jawab disini yak.. Aku setuju banget sama pendapat kamu, kita satu pikiran ya?hehe. Tentu aja segala hal harus ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Seperti hal nya kebaikan harus di tempatkan di tempat yang benar, begitupula dengan keburukan. Mencampur-adukkan kedua hal itu tentu tidak disarankan. Betul tydaq? hehe. Terima kasih sudah review yaah :3

SPESIAL KISS AND THANKS FOR : YANG SUDAH FAV, FOLLOW , AND REVIEW :3

Acu cayank kalian! :*