Part : 1

Being My Husband

xxx

Pagi ini, semua orang terlihat sibuk. Lebih tepatnya, akan menjadi pagi yang melelahkan bagi seluruh siswa kelas satu mengingat masa orientasi akan segera dimulai.

Masa orientasi SMA Jaeguk sebenarnya adalah salah satu momok paling menakutkan yang ada di sekolah ini. Tapi mengingat syarat awal masuk untuk bisa bersekolah disini, mau tidak mau seluruh peserta didik harus mengikutinya. Tidak main-main, masa orientasi yang biasanya hanya berlangsung selama tiga hari pun kini berlangsung hingga satu minggu lamanya.

Semua itu di lakukan sekolah untuk membuat kepribadian yang selain berpendidikan, namun juga bertanggung jawab, memiliki jiwa sosial tinggi, rasa solidaritas, respek antar sesama lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari.

Jadi, meski bukan sekolah dengan nilai tertinggi, sekolah ini menjadi yang tertinggi untuk nilai kedisplinan. Membuat lulusannya paling diminati perusahaan-perusahaan atau bidang lainnya.

Singkatnya, jaman sekarang--Banyak yang berprestasi tapi tidak bisa bertanggung jawab. Jadi, SMA Jaeguk menerapkan jika pretasi urusan belakangan tapi yang harus di bangun adalah kepribadian orang itu sendiri.

Masa orientasi SMA Jaeguk sebenarnya sama saja dengan sekolah-sekolah lain. Yang membedakan adalah bagaimana sistemnya dan siapa yang membimbing mereka selama masa orientasi.

Mereka adalah tim kedisplinan SMA Jaeguk. Tapi anak-anak lain menyebutnya dengan malaikat pencabut nyawa--

"Hoaam," Chanyeol menguap lebar diatas penjelasan Jongin yang menggebu-gebu. Membuat si lelaki Kim berhenti dari cerita serunya dan menatap Chanyeol geram.

"Aku sedang bercerita disini ngomong-ngomong," Ujar Jongin sarkas, yang hanya di balas oleh gelak tawa milik Chanyeol.

"Oke, maaf Jong. Tapi bukan 'kah itu terlalu di lebih-lebih 'kan? Lagipula, ini hanya masa orientasi dan mereka cuma anggota tim kedisplinan. Kenapa kau separanoid itu?" Chanyeol menggeleng-geleng, tidak habis pikir dengan jalan pikir Jongin yang sudah seperti akan menghadapi neraka saja.

"Dasar, aku belum selesai cerita! Bagian terpenting, inti pokok dari cerita ini adalah, jika ingin selamat selama masa orientasi dan menjalani kehidupan SMA-mu dengan tenang, jangan pernah berurusan dengan si Killer Byun," Bisik Jongin di akhir seraya mata miliknya yang mengawasi sekitar. Seakan-akan nama si Byun itu adalah kalimat sakral yang orang-orang tidak boleh tahu.

Dan Chanyeol cuma bisa merotasikan bola matanya malas. "Siap lagi Killer Byun ini?"

"Dia adalah yang terparah! Jika anggota tim kedisplinan yang lain adalah malaikat pencabut nyawa, dia adalah pembunuh sadis dan brutal yang ujung-ujungnya juga akan mencabut nyawamu. Singkatnya, malaikat pencabut nyawa sekaligus pembunuh. Bukankah itu sebuah kombinasi mengerikan?" Jongin bicara hiperbolis, lalu mengusap-ngusap tengkuknya merinding membayangkannya.

"Ayolah, tidak akan semenakutkan itu. Mungkin mereka cuma menakut-nakutimu dengan cerita ini agar saat masa orientasi, kau menuruti semua perintah," Tanggap Chanyeol santai.

Jongin hanya mencibir, kehabisan akal untuk membuat Chanyeol percaya dengan gosip yang ia yakini benar adannya. Merasa butuh udara segar, ia pergi menuju balkon kamar Chanyeol setelah sebelumnya memberikan jari tengahnya kepada Chanyeol dengan wajah kesal.

Chanyeol terbahak melihat ekspresi Jongin, namun setelah Jongin keluar, ia terdiam. Memikirkan apa yang baru saja di ceritakan Jongin.

"Killer Byun? Yang benar saja."

xxx

"Seluruh siswa baru yang sudah mendapatkan tanda pengenal dan kaos selama masa orientasi, harap bergegas pergi ke aula utama. Sekali lagi, bergegas pergi ke aula utama. Kami tidak mentolerir keterlambatan!"

Setelah suara dari speaker yang dipasang di sudut-sudut ruangan itu menjadi senyap, para siswa baru langsung buru-buru berlarian pergi ke ruang aula utama.

Sebenarnya jika mau, Chanyeol bisa saja bersantai. Tapi melihat aura gelap dari para senior tim kedisplinan, Chanyeol rasa cerita Jongin tidak sepenuhnya bohong. Jadi opsi terbaik yang Chanyeol miliki saat ini adalah ikut berlari di belakang Jongin seraya tangannya menenteng tanda pengenal serta kaos masa orientasinya.

Saat memasuki ruang aula utama, para senior anggota tim kedisplinan berdiri berjejer sepanjang ruangan. Diam-diam, membuat Chanyeol menelan ludahnya. Tampang mereka memang datar dan tegas, tapi tidak semenyeramkan itu. Apalagi melihat pengikat lengan berwarna biru muda yang terlihat cukup lucu. Tapi serius, aura apasih yang mereka keluar 'kan? Benar-benar mencekam.

Pandangan Chanyeol beralih menatap satu ruangan itu. Ruang aula utama berlantai kayu mahoni itu sangatlah luas. Mungkin besarnya, hampir setengah dari luas bangunan sekolah ini. Ada panggung besar diujung, dan sangat besar juga. Diam-diam, Chanyeol berpikir. Jika ruang aula utamanya sudah semegah ini, bagaimana dengan ruangan lainnya.

Chanyeol mengekori Jongin, bergegas duduk di lantai ruang aula. Duduk dibarisan kelas mereka, yang kebetulan mereka kembali satu kelas setelah selama hampir dua tahun di SMP selalu sekelas.

Chanyeol diam-diam merutuk. Serius? Sekarang tiga tahun bersama Jongin? Mereka bagai sepasang sendal sekarang.

Chanyeol mengobservasi keadaan ruangan. Aula yang tadinya senyap langsung berubah menjadi ramai dan bising. Ada yang berseru riang bertemu teman lamanya kembali, riuh mencari kelasnya atau beberapa lainnya yang Chanyeol tidak tahu kenapa mereka berseru. Sebelum akhirnya menunduk untuk menatap tanda pengenal juga kaos untuk selama masa orientasi.

Kaos itu berwarna putih polos dengan tulisan JAEGUK besar berwarna biru tua dengan guratan-guratan halus di sekitarnya. Beralih ke tanda pengenalnya yang akan di kalungkannya nanti, berisikan nama serta tanda pengenalnya.

Park Chanyeol - 061

"Hey, Jong. Berapa nomor ID mu?" Chanyeol menepuk bahu Jongin, yang di tepuk menoleh dengan muka yang di tekuk.

Jongin mendengus, menunjukkan kartu tanda pengenalnya. "Nomor ID ku 088, itu benar. Tapi sejak kapan aku berubah menjadi Presiden Korea Utara?"

Chanyeol mengambil tanda pengenal milik Jongin, dan tidak bisa menahan munculnya sebuah kedutan di bibirnya.

Kim Jongun - 088

Chanyeol akan terbahak keras tapi diurungkan begitu mendengar suara pintu aula yang bertabrakan dengan dinding secara keras. Membuat satu aula diam dan menoleh ke sumber suara.

"SEMUANYA, SIKAP SEMPURNA. JANGAN ADA YANG BICARA DAN DIAM!" Mendengar bentakan yang menggema ke seluruh sudut aula, membuat seluruh siswa baru tanpa disuruh dua kali berdiri tanpa suara. Merapikan barisannya dan pandangan lurus kedepan.

Chanyeol sudah berbaris rapih dengan pandangan yang ia fokuskan kedepan. Melirik ke arah para anggota tim kedisplinan yang tengah berjalan menaiki panggung. Menatap satu persatu wajah datar itu. Dirinya berhenti sebentar, fokus kepada wajah satu orang sebelum kembali menatap kedepan.

Ruangan yang tadinya sempat berisik, kini hanya terdengar suara derapan kaki dari para anggota tim kedisplinan. Mereka semua sudah berdiri diatas panggung, mereka tidak banyak. Tidak lebih dari tiga puluh orang. Tapi tatapan mereka mampu membuat seluruh siswa baru disini mati kutu.

Derapan kaki lainnya terdengar, membuat beberapa siswa menoleh perasaan. Tapi langsung kembali ke posisi semula ketika mendengar suara interupsi keras.

"Siapa yang menyuruh kalian menoleh?!" Chanyeol melirik sedikit, yang berseru tadi bisa jadi ketuanya--melihat dia berdiri di tengah diantara anggota kedisplinan lainnya dan orang yang sedari tadi berseru bengis. Jujur, tubuhnya tidak terlalu tinggi untuk taraf anak SMA. Wajah-nya pun tidak terlalu mendukung, karena--bagaimana orang jaman sekarang menyebut awet muda? Baby face mungkin?

Barisan orang yang tadi masuk mengenakan seragam yang sama dengan para anggota tim kedisplinan. Tapi mereka bukan bagian dari mereka. Tidak ada pengikat lengan berwarna biru, mereka menggunakan yang berwarna merah muda. Dan Chanyeol ingat, mereka yang sedari tadi membagikan tanda pengenal dan kaos masa orientasi. Juga sibuk mengingatkan peraturan tidak terulis disini.

Semacam penanggung jawab, mungkin?

"Perhatian semua, istirahat di tempat--gerak!" Seru senior dari tim kedisplinan yang berdiri di tengah itu. Suaranya menggelegar dan langsung dipatuhi seluruh orang di dalam ruangan.

Senior itu berjalan beberapa langkah kedepan, menatap seluruh wajah para siswa baru dari atas panggung.

"Selamat pagi semuanya, aku Byun Baekhyun dari kelas 12-1. Ketua tim kedisplinan tahun ini dan juga calon senior kalian," Ujar senior bernama Baekhyun itu sebelum kembali berjalan dan pergi ke sisi panggung yang lain.

Jadi ini yang orang sebut dengan The Killer Byun?, batin Chanyeol begitu mengingat cerita (berlebihan) Jongin.

"Kenapa aku mengatakan calon senior padahal jelas-jelas, kalian sudah diterima di SMA ini? Tentu saja, SMA Jaeguk tidak akan semudah itu menerima kalian menjadi siswa disini. Kami tidak hanya membutuhkan nilai dan prestasi kalian disini. Diatas itu, yang paling kami butuhkan adalah rasa kemanusiaan kalian. Tanggung jawab, jiwa sosial, solidaritas, respek terhadap orang yang berkedudukan lebih tinggi, sopan santun sebelum mengamalkannya kedalam kehidupan sehari-hari." Baekhyun kembali ke tengah-tengah panggung, menatap seluruh siswa baru yang sekarang sedang sibuk menunduk guna menghindari tatapan mereka bertemu. Diam-diam, Baekhyun berdecih.

Dari barisannya, Chanyeol melihat Baekhyun melepaskan name tag dari seragamnya. Itu bukan name tag biasa. Chanyeol yakin, bahannya berbeda karena name tag itu terlihat berkilau dan sangat indah.

"Kalian lihat name tag ini?" Baekhyun mengangkat tinggi-tinggi name tag itu, membuat semua siswa baru mendongak untuk melihat. Name tag itu bukan berisikan nama sang pengguna, melainkan tulisan hangul dari nama SMA mereka, Jaeguk--yang berwarna emas. Sebelum sadar, seluruh anggota tim kedisplinan kelas tiga juga anggota organisasi kesiswaan (para senior yang menggunakan pengikat lengan berwarna merah) kelas dua memakainya.

Suasana jadi sedikit bising, banyak yang memuji tentang betapa bagusnya name tag itu tapi ada juga bingung tentang apa maksudnya.

"Aku tidak menyuruh kalian berdiskusi, yang aku tanya, apakah kalian melihat name tag ini?!" Seru Baekhyun lebih keras. Membuat beberapa siswa tersentak kaget dan buru-buru menjawab IYA dengan kompak.

Senior lainnya tampak maju, berjalan. mendekati Baekhyun. Wajahnya menggabrakan ekspresi dingin yang sebenarnya. Terlihat sangat tegas apalagi di aplikasikan dengan alis tebalnya.

Senior itu tampak memegang lengan Baekhyun, membuat lengan Baekhyun yang tadinya terangkat berangsur-angsur turun. Chanyeol kira, senior ini mencoba meredam amarah si ketua. Tapi ternyata dia salah besar.

"Jangan lakukan apa yang tidak kita perintahkan. Apa kalian tidak punya sopan santun? Dimana respek kalian kepada senior kalian sendiri? Belum menjadi siswa resmi disini saja sudah belagu. Tidak suka? Maka kalian tidak berhak mendapatkan name tag ini!" Bentak senior bertubuh jangkung itu keras, membuat beberapa siswa menalan ludah gugup. Senior itu melirik Baekhyun, sebelum akhirnya memperkenalkan diri.

"Namaku Kris Wu, wakil ketua tim kedisplinan dari kelas 12-3. Mungkin dari kalian menganggap, tidak ada yang spesial dengan name tag ini. Tapi bagi kami, ini adalah identitas kami sebagai siswa SMA Jaeguk," Ujar senior bernama Kris itu dengan nada yang diturunkan beberapa oktaf dari nada sebelumnya.

"Name tag ini adalah tanda kalian bagian dari kami. Kalian harus memiliki ini untuk menjadi bagian dari kami. Tapi, kami tidak akan memberikan name tag ini semudah itu. Disini, kami para tim kedisplinan dan organisasi kesiswaan akan membimbing kalian dan memberikan tugas untuk kalian selama masa orientasi untuk mendapatkan name tag ini. Barang siapa yang melewatkan satu kegiatan saja selama masa orientasi atau bahkan tidak mengikuti perintah atau peraturan kami akan kami keluarkan. Tidak peduli siapa kalian atau seberapa tinggi nilai kalian. Our school, our rules. Mengerti?!" Jelas Baekhyun sambil berseru. Seluruh siswa baru menjawab IYA dengan kompak lagi. Lalu menyematkan name tag-nya kembali ke seragam miliknya.

Baekhyun menarik nafasnya, menatap malas para wajah siswa baru yang seketika menciut. Sebelum kembali melanjutkan.

"Tugas kalian adalah, mengumpulkan seribu tanda tangan dari seluruh orang senior kalian maupun pegawai sekolah ini. Senior kelas tiga, dua, guru-guru, staff sekolah, penjaga kantin hingga tukang bersih-bersih--AKU TIDAK MENYURUH KALIAN BERKOMENTAR!" Bentakan super keras Baekhyun di akhir membuat seluruh siswa baru bahkan para anggota organisasi kesiswaan tersentak kaget. Matanya melotot marah karena di tengah penjelasannya, seluruh siswa tiba-tiba gaduh karena kaget atas tugas yang di berikan.

Pelan-pelan, Jongin menengok kebelakang. Menatap Chanyeol sambil bergumam, mereka gila! seribu tanda tangan dalam seminggu?

Chanyeol juga diam-diam keberatan. Ini bukan perkara mudah. Apalagi, dalam waktu seminggu, waktu mereka bersekolah cuma lima hari. Lalu tugas di kumpulkan di akhir minggu yang mana termasuk dalam hari kelima. Bukan 'kah itu artinya mereka cuma memiliki waktu sebanyak empat hari lebih beberapa jam?

Belum lagi, mereka yang akan disibukkan dengan kegiatan lain diluar tugas mengumpulkan tanda tangan ini. Dan tidak mustahil bagi para siswa baru untuk gagal dalam tugas ini. Yang benar saja, mereka akan gagal hanya karena tidak bisa mendapatkan sebuah tanda tangan?!

"Ada pertanyaan?" Tanya si wakil tim kedisplinan, memecah kesunyian yang ada.

Semuanya tampak senyap, tidak ada yang berani mengeluarkan suara atau bergerak. Baru saja Baekhyun akan mengakhiri pertemuan hari ini, seorang siswa mengangkat tangannya. Membuat seluruh atensi satu ruangan menuju pada pria jangkung itu.

"Sebutkan nama dan ID mu," Perintah Kris.

"Park Chanyeol, 061," Jawab Chanyeol dengan lantang. Menatap tepat di manik mata milik Baekhyun.

Baekhyun tampak menilai Chanyeol dari atas ke bawah. "Jadi Chanyeol, ada apa?" Tanyanya kemudian.

"Aku keberatan dengan tugas yang diberikan. Itu di luar kemampuan kami mengingat waktu seminggu yang kalian berikan sama saja dengan empat hari beberapa jam lebih, belum lagi kegiatan kami diluar tugas ini. Aku meminta untuk perpanjang waktu selama satu bulan," Jelas Chanyeol lantang. Para siswa baru menatapnya takjub sedangkan para anggota tim kedisplinan menatap Chanyeol geram.

Baekhyun tersenyum, perlahan berjalan menuruni panggung dan berdiri didepan para anggota organisasi kesiswaan.

"Permintaan aku tolak. Pertama, Kris menanyakan apakah ada yang ingin bertanya bukan menanyakan pendapat kau tentang tugas ini. Kedua, aku tidak peduli. Ini tugas kalian, maka selesaikan tugas ini. Ketiga, masa orientasi kalian hanya selama satu minggu. Tidak tahu diri namanya jika meminta perpanjangan waktu hingga satu bulan," Balas Baekhyun dengan wajah mengejeknya. Membuat Chanyeol meremat kepalan tangannya sendiri.

"Apakah tahun-tahun sebelumnya juga memberikan tugas ini? Dan jika iya, apa kalian menyelesaikannya?" Tanya Chanyeol lagi, menegaskan bahwa kali ini dia bukan berpendapat melainkan bertanya.

"Kami melakukan ini di setiap tahunnya dan tidak. Kami tidak akan memberitahu kau apakah kami menyelesaikannya atau tidak. Itu tidak berhubungan dengan tugas kalian," Ucap Baekhyun seraya menatap Chanyeol tajam.

"Kenapa kalian tidak bisa memberitahu? Apakah gagal? Atau memang tidak ada satupun dari kalian yang berhasil?" Chanyeol kembali bertanya, kini terkesan memojokkan Baekhyun dan para tim kedisplinan.

Di depan Chanyeol, Jongin sedang sibuk berdoa. Berdoa untuk keselamatan Chanyeol walau sesekali mengumpat dalam hati kenapa sahabatnya satu itu begitu tolol.

"Itu sama sekali bukan urusanmu, sekali lagi." Baekhyun berjalan mendekat kearah Chanyeol, membuat para siswa yang langsung membelah dan membuat jalan untuk Baekhyun lewat. Sekarang dia berdiri tepat di samping Chanyeol, sebelum melanjutkan perkataanya. "Dan memangnya, kau punya pilihan lain untuk mendapatkan name tag ini selain melakukan tugas yang kuberikan?"

Baekhyun menyeringai begitu melihat Chanyeol hanya menatapnya tanpa membuka suara. Berbalik dan berjalan menuju tempat berdirinya semula sebelum suara Chanyeol terdengar lagi.

"Aku akan menjadikanmu suamiku," Ujar Chanyeol tanpa keraguan sedikit pun. Membuat mata Baekhyun melotot kaget.

"Apa maksudmu?!" Seru Baekhyun marah.

Chanyeol terkekeh melihatnya, dan menjelaskan. "Orang-orang berkata, sesuatu milik orang yang kita cintai maka akan jadi milik kita juga. Jika kau menjadi suamiku, bukankah itu berarti name tag milikmu akan menjadi milikku juga?" Chanyeol tersenyum diakhir kalimatnya, membuat emosi Baekhyun meluap.

"You son of--" Baekhyun langsung berlari dan mencengkram leher Chanyeol, tapi Kris yang entah kapan sudah ada di belakangnya menghentikan itu. Memegang tangan Baekhyun lembut sambil menggeleng.

Baekhyun hanya bisa melepaskannya sambil mendengus keras. Menatap Chanyeol seakan tatapannya bisa membunuh sebelum akhirnya mengkode seluruh tim kedisplinan untuk undur diri.

"Aku akan mengawasimu dan tidak akan membuat ini menjadi mudah, 061." Baekhyun langsung pergi keluar bersama seluruh anggota tim kedisplinan. Aura yang di keluarkan benar-benar buruk dan tatapannya menusuk ulu hati. Membuat orang-orang yang di lewatinya memilih menunduk dari pada harus berpapasan dengan Byun Baekhyun.

"Apa?" Tanya Chanyeol begitu menyadari tatapan syok Jongin.

"Kau manusia tertolol yang pernah ada, Park."

xxx

Kantin menjadi sangat ramai, tidak seperti hari biasanya. Hampir seluruh meja terisi, termasuk meja pojok kantin yang sudah diisi oleh Chanyeol dan beberapa teman sekelasnya.

"Kau langsung jadi topik pembicaraan satu sekolah, luar biasa," Kata Jongdae, teman sekelasnya sambil sibuk menyentuh layar ponselnya. Itu grup angkatan, yang Chanyeol sendiri heran bisa-bisanya sudah terbentuk dalam waktu beberapa jam.

"Itu bukan hal yang patut dibanggakan, dia sudah dicap oleh si Killer Byun, maka tamatlah sudah." Dari tadi, Jongin orang yang paling kacau atas kejadian tadi. Di otaknya, sudah terancang berbagai skenario si ketua kedisplinan yangakan menyiksa Chanyeol secara fisik dan batin.

Sedangkan Chanyeol hanya jadi pihak pendengar seraya memutar-mutar buku catatan biru kecil di tangannya. Buku itu di berikan organisasi kesiswaan untuk mengumpulkan tanda tangan.

"Hey, itu bukan hal besar. Aku hanya mengatakan apa yang perlu aku katakan," Elak Chanyeol.

"Serius, bung? Bagian kau melamarnya memang harus kau katakan?" Komentar Junmyeon malas. Lalu memakan rumput laut milik Jongdae tanpa ijin.

Mengabaikannya, Chanyeol mengubah topik pembicaraannya. "Berapa tanda tangan yang sudah kalian kumpulkan?"

"Baru dua puluh," Jawab Jongin, sedikit frustasi dengan nilai yang baru di dapat.

"Itu lebih baik, aku cuma 17!" Jongdae membanting buku tanda tangannya.

"Tidak buruk, ada sekitar 30-an.Bagaimana denganmu, Chanyeol?" Tanya Junmyeon.

"Ini aneh, aku sudah mendapatkan 79 tanda tangan sampai siang ini," Jawab Chanyeol sendiri heran.

"Itu gila! Bagaimana cara kau mendapatkannya? Untuk meminta sebuah tanda tangan dari satu senior saja, aku harus menari tarian ayam!" Seru Jongin tidak percaya, mengambil buku tanda tangan milik Chanyeol untuk memeriksanya. Tapi, itu benar.

"Dari tadi, para senior menawarkan tanda tangannya padaku. Yah, aku tidak menolak," Penjelasan Chanyeol membuat Jongdae berseru iri. Disaat yang lain sibuk mencari tanda tangan, Chanyeol hanya perlu diam dan para senior yang menghampirinya.

"Mau nitip tanda tangan denganku?" Tawar Chanyeol.

"Tidak, aku tidak ingin berurusan dengan Killer Byun," Tolak Jongin.

"Yup, aku sudah cukup berpuas diri dengan hasil 30 ku." Junmyeon ikut Jongin.

"Boleh, sih. Tapi apa tidak apa-apa?" Tanya Jongdae ragu.

"Percaya padaku, tidak akan terjadi apa-apa."

xxx

"Terima kasih tanda tangannya," Ujar Chanyeol ramah sebelum membungkuk hormat kepada sekumpulan senior perempuan di depannya yang sedang terkikik genit.

"Anytime, tampan," Balas salah satu senior itu sambil mengedipkan sebelah matanya. Chanyeol hanya tersenyum seadanya sebelum buru-buru pamit untuk kabur dari sana.

Chanyeol kembali memasuki area kantin. Teman sekelasnya beserta Jongin sudah tidak ada di sana, mungkin juga sedang mencari tanda tangan. Mengingat, hari ini lah mereka paling banyak memiliki waktu luang sebelum besok, kegiatan orientasi lainnya akan dimulai.

Berhenti sejenak, ia membuka buku catatan miliknya juga milik Jongdae. Tidak buruk, dirinya sudah berhasil mendapatkan sembilan puluh delapan tanda tangan sedangkan Jongdae mendapat sekitar lima puluh tanda tangan. Jika begini, mungkin saja seribu tanda tangan bisa Chanyeol lampaui. Ia harus membuktikannya kepada si ketua tim kedisplinan itu.

"Hey, 061! Kemarilah!" Chanyeol mendengar nomor ID nya di panggil. Buru-buru mencari sumber suara sebelum merutuk dalam hati karena melihat siapa yang memanggilnya.

Yang memanggilnya Byun Baekhyun, si ketua tim kedisplinan yang juga sedang duduk bersama anggota tim kedisplinan lain.

Tidak memiliki pilihan lain, Chanyeol pun melangkah menuju meja para kumpulan malaikat pencabut nyawa itu. Memasang tampang seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan bertanya dengan ramah.

"Ada apa Senior Byun?"

"Kenapa kau memiliki dua buku catatan tanda tangan? Punya siapa satu lagi?" Tanya Baekhyun tanpa basa-basi. Chanyeol diam sejenak, menyadari semua anggota tim kedisplinan menatap dirinya juga Baekhyun seakan mereka adalah acara komedi di TV.

"Satu lagi punya temanku. Aku menawarkan diri untuk mencarikannya tanda tangan selagi bisa. Apa ada masalah senior?" Balas Chanyeol sambil tetap mempertahankan senyum sopannya. Tidak sadar, itu membuat Baekhyun super muak.

"Apa kau tidak tahu kalau ini tugas individu?! Lalu, jika kau yang mencarikan tanda tangan untuknya, apa yang sedang ia lakukan saat ini? Bersantai? Dimana letak tanggung jawab kalian?!" Bentak Baekhyun marah, bahkan Chanyeol bisa melihat ada tarikan urat di lehernya saat senior itu berteriak. Walau ada satu yang membuatnya gagal fokus.

Seniornya ini tidak mempunyai jakun atau apa?

"Aku tahu ini tugas individu. Tapi bukan 'kah senior tidak menjelaskan bagaimana kita harus mendapatkan tanda tangannya? Bukan 'kah artinya kita bebas mencari tanda tangan dengan cara apa saja?" Balas Chanyeol lagi, menampilkan senyum kemenangannya.

Beberapa senior tim kedisplinan ada yang tertawa mendengar jawaban pintar Chanyeol, namun segera bungkam begitu menerima tatapan tajam Baekhyun.

"Hmm, benar juga. Kau cukup pintar. Kau belum memiliki tanda tanganku 'kan? Kemarikan bukumu," Baekhyun mengangkat tangannya sambil tersenyum polos. Membuat Chanyeol menautkan alisnya heran tapi tetap mengangguk dan memberikan buku catatan miliknya. Baekhyun membolak-balik halaman buku catatan Chanyeol, cukup terkesan dengan banyaknya tanda tangan yang Chanyeol miliki.

"Tapi Chanyeol, karena disini aku seniornya, bukan 'kah aku bebas menyuruhmu melakukan apa saja hanya untuk sebuah tanda tangan?" Baekhyun menyeringai, membuat Chanyeol sadar sebentar lagi dia akan menghadapi neraka Byun Baekhyun.

"Apa yang harus aku lakukan, senior?" Tanya Chanyeol, senyumnya sudah mulai luntur.

Baekhyun terkekeh kecil, sebelum kembali mendongak untuk menatap Chanyeol. "Hal mudah. Nyatakan suka kepada lima laki-laki random yang tidak kau kenal yang ada di kantin ini. Lalu cium pipinya. Bukan 'kah itu mudah sekali?"

Chanyeol meremat buku catatan Jongdae yang masih ada di tangannya. Menatap Baekhyun kesal seraya menggigit bibir bawahnya menahan amarah.

Tidak berkata apa-apa lagi, Chanyeol langsung melaksanakan tugas yang Baekhyun berikan tanpa basa-basi.

Chanyeol menepuk bahu pemuda yang sedang sibuk bercanda dengan temannya, membuat pemuda itu menoleh dan bertanya ada apa.

"Aku menyukaimu," Kata Chanyeol datar sebelum mencium pipi pemuda yang tidak di kenalinya itu tanpa permisi. Membuat koor cie dan sorakan-sorakan menggema ke satu kantin. Chanyeol berpindah, dan terus melakukan itu hingga lima pemuda sudah ia lewati. Tidak peduli ada satu pemuda yang sedang sibuk memakinya karena seenaknya mencium pipinya, Chanyeol kembali berjalan menuju meja tim kedisplinan dan mendapati Baekhyun tersenyum puas.

"Hebat sekali, ini bukumu." Dengan masih menyeringai, Baekhyun memberikan buku catatan Chanyeol kembali dengan angkuh. Chanyeol menerima dan mengeceknya, lalu tersadar belum ada tanda tangan milik Baekhyun di sana.

"Senior, kau belum tanda tangan." Chanyeol membuka buku catatannya, menunjukkan halaman kosong di sana.

Baekhyun pura-pura terkejut melihat, sebelum akhirnya terbahak. "Memangnya aku pernah bilang akan menandatangani bukumu? Satu hal lagi, kembalikan buku milik temanmu dan suruh ia melakukannya sendiri. Masa orientasi akan menjadi uselees jika bukan diri sendiri yang mengerjakannya. Paham?" Baekhyun mengakhiri kalimatnya dengan sebuah tawa kecil lagi.

"Baik senior, terimakasih." Tidak ingin membuat masalah lebih besar lagi, Chanyeol membungkuk kepada seluruh anggota tim kedisplinan sebelum berjalan pergi meninggalkan kantin dengan berpasang-pasang mata mengikuti punggungnya.

"Bukan 'kah itu terlalu berlebihan?" Komentar Sehun seraya menatap Baekhyun, menguyah makanan ringannya.

"Di bagian mananya?" Tanya Baekhyun sedikit tersinggung.

"Di bagian kau telah menyuruhnya melakukan banyak hal tapi pada akhirnya tidak memberikannya tanda tangan?" Ujar Kyungsoo seraya menatap Sehun meminta persetujuan. Sehun mengangguk lalu semua orang yang ada di meja menatap Baekhyun.

"Aku akui itu memang berlebihan. Tapi entah kenapa, aku punya perasaan anak ini akan membuat masalag yang lebih besar nantinya." Jawaban Baekhyun membuat mereka semua menangguk paham.

Satu hal yang sudah menjadi rahasia umum diantara anggota tim kedisplinan, perasaan Baekhyun tidak pernah salah sebelumnya.

Setidaknya sebelumnya.

xxx

"Kalian sudah makan siang? Tadi para senior kesiswaan membagikan nasi kotak untuk kita," ujar Luhan seraya memberikan nasi kotak yang masih tersisa kemeja dimana Chanyeol, Jongin, Jongdae, Dan Junmyeon berada.

Chanyeol bisa melihat, ketiga pemuda yang kebetulan bermarga Kim itu menatap Luhan dengan tatapan berbinar. Lagi pula, siapa yang tidak terpesona dengan Luhan? Mungkin bisa di bilang, Luhan bintangnya angkatan tahun ini.

Dirinya Cantik, ramah, dan nilainya berada di urutan teratas saat pendaftaran.

Chanyeol mengangguk-ngangguk menatap Luhan dari atas kebawah. Tidak buruk juga, pantas saja si ketiga pria Kim terus saja membicarakannya.

"Euhm Chanyeol? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan? Dari tadi kau terus menatapku," Ujar Luhan membuat Chanyeol tersadar dari lamunannya tentang wajah bodoh Jongin. Menyadari ketiga teman Kim nya menatap dengan tatapan menghakimi.

"Bukan apa-apa," Balas Chanyeol lali tersenyum.

"Jadi, boleh 'kah aku duduk disini?" Tanya Luhan dengan senyum manisnya.

"Tentu boleh, sangat dipersilahkan!" Jawab Jongin kelewat antusias. Dasar, dia memang tipekal pria yang tidak bisa melihat yang sedikit saja cantik.

"Lalu, kami juga boleh bergabung 'kan?" Tanya dua orang lainnya, perempuan yang baru saja datang.

"Yo Seulgi, tentu saja. Dan siapa yang di sebelahmu?" Tanya Jongdae melihat sosok perempuan lain di sebelah teman SMP nya.

"Ah, aku Joohyun. Jadi kita bisa makan bersama 'kan?"

"Tentu saja, ayo duduk!" Ajak Junmyeon menggeser duduknya. Sedangkan Chanyeol hanya tertawa kecil di tempatnya. Sepertinya, ia sudah menemukan kelompoknya.

xxx

Chanyeol membuka pintu kamar asramanya pelan-pelan, takut suara decitan pintu mengganggu penghuni asrama lainnya mengingat ini sudah sekitar jam sembilan malam. Salahkan teman-teman sekelasnya yang merayakan hari pertama mereka dengan berkarouke juga bermian di tempat arkade hingga lupa waktu.

Sambil tersenyum, Chanyeol menyalakan lampu kamarnya. Tidak buruk, kamarnya sangat nyaman dan semuanya lengkap. Setidaknya, impian Chanyeol untuk memiliki balkon di kamarnya sudah tercapai sekarang.

Ada tempat tidur di tengah kamar, di sebelahnya tak jauh dari kaca balkon ada meja makan kecil. Balkonnya cukup kecil, hanya dibatasi oleh pintu kaca geser yang menyatu dengan jendela. Juga, ada tempat untuk mengeringkan pakaian.

Beralih depan kasurnya, ada cukup rak-rak yang menempel di dinding juga meja buffet yang terdapat tempat piring, kulkas kecil juga microwave.

Disi satu kasurnya, ada meja belajar dan lampunya. Lalu lemari sedang di samping pintu kamar mandi.

Secara keseluruhan, asrama ini bukan cukup bagus lagi. Tapi sangat bagus. Mengingat tujuan awal Chanyeol bukan bersekolah disini, Chanyeol rasa ia tidak jadi menyesal.

Chanyeol menggeser pintu jendela, melangkah keluar ke arah balkon. Melihat bangunan asrama milik kelas 3 di sebrang sana. Gedung asrama mereka hanya di batasi oleh lahan parkir dan lapangan basket. Membuat ia bisa leluasa menatap satu bangunan gedung asrama itu.

Merasakan angin yang berhembus seraya menatap satu persatu jendela kamar asrama kelas 3, dirinya sedikit kaget melihat kamar yang berada tepat di sebrangnya menunjukkan aktivitas. Seseorang keluar dari kamarnya menuju balkon. Masih dengan seragam serta ikat lengan biru yang melingkar, ia mengambil jemurannya yang sudah kering. Langkahnya gontai, ketara sekali pemuda itu pasti capek.

Chanyeol tidak bisa menahan senyumnya saat melihat kepala pemuda itu terbentur pintu kaca yant belum di bukanya. Lalu pemuda yang di sebrang menampilkan ekspresi kesal lalu menendang jendelanya sebelum pergi masuk kedalam kamarnya lagi. Meninggalkan Chanyeol yang masih tersenyum di balkon kamarnya.

"Killer Byun apanya, yang kulihat cuma cutie Byun disini," Kekehnya sebelum pergi masuk kedalam kamarnya.

xxx

Sudah sekitar jam sepuluh malam, tapi jalanan malam masih saja ramai. Kakinya terasa dingin karena ia cuma memakai celana pendek tapi untung saja ia memakai hoodie juga topi sehingga udara dingin tidak menusuk lebih parah.

Chanyeol berhenti di sebuah warung mie dingjn, ini rekomendasi dari para kakak tingkat kelas dua. Katanya, ini sudah bisa di jadikan kantin kedua murid SMA Jaeguk.

Salahkan setelah ia bersama teman-teman sekelasnya bermain, mereka sama sekali tidak mampir untuk beli makanan atau cemilan. Jadi Chanyeol kelaparan malam-malam begini. Untung saja SMA Jaeguk memiliki jam malam yang sangat larut. Batas mereka jam dua belas hingga pintu asrama di tutup. Jadi Chanyeok tidak harus berpuasa untuk setidaknya hingga pagi.

Warung itu cukup ramai, berdoa saja ada tempat duduk untuk Chanyeol.

"Mie dingin dan coffe ice satu," Pesan Chanyeol.

"Oke, tapi karena tempat sedang ramai tidak masalah 'kan duduk bersama orang lain?" Tanya si pelayan itu.

Chanyeol sempat menimang sebentar sebelum menganggukan kepalanya, "Tidak masalah."

"Baik, mari saya antarkan."

Chanyeol mengekori pelayan itu hingga ke tengah warung, dimana ada meja dengan satu bangku kosong tersisa sedangkan satu bangku nya lagi sudah diisi seorang pemuda bersurai hitam pekat yang sedang sibuk bermain Harry Potter di ponselnya.

Itu Byun Baekhyun, senior ketua tim kedisplinanya. Dan entah kenapa, Chanyeol tidak bisa tidak tersenyum.

Setelah mengangguk berterima kasih pada pelayan, Chanyeol masih bediri menatap Baekhyun dari atas. Bagaimana raut wajahnya yang kesal saat salah memilih opsi jawaban yang berujung Profesor Snape yang mengurangi poin rumahnya di dalam games itu.

"Permisi, boleh duduk disini?" Tanya Chanyeol sambil menahan senyum geli.

"Boleh, tentu saja," Jawab Baekhyun tanpa melihat siapa yang sudah duduk dihadapannya. Sekarang, ia malah sibuk menggerutu karwna energinya sudah habis sebelum kelas ramuannya selesai.

"Baik, terimakasih senior Byun." Mendengar itu, Baekhyun langsung mendongak 'kan kepalanya dan mendapati adik kelasnya itu sudah duduk manis di hadapannya. Membuat dirinya merutuk kenapa hari ini dia sering sekali harus bertatap muka dengan wajah yang baru ia temui beberapa jam belakangan ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Baekhyun dengan wajah tidak bersahabatnya. Melupakan Harry Potter nya dan menatap Chanyeol lekat.

"Untuk makan?" Baekhyun hanya mendegus mendegar jawaban Chanyeol yang bahkan tidak menyakinkan. Berusaha mengabaikan Chanyeol walau ia tahu fakta Chanyeol sedang menatapnya.

"Ini pesanan anda, Satu mie dingin dan satu mie dingin dengan ekstra sambal." Sebuah suara pelayan membuat mereka berdua mendongak. Tersenyum seraya mengucapkan terimakasih sebelum mulai memakan makanannya.

"Serius, Mie dingin tanpa kimchi atau sambal?" Baekhyun menatap heran Chanyeol yang memakan mie dinginnya kosongan. Hanya di temani kuah hangat di dalam gelasnya.

"Aku tidak kuat pedas," Jawab Chanyeol lugu, mengernyit ngeri melihat betapa merahnya kuah mie dingin milik Baekhyun. Berbanding terbalik dengannya yang berwarna bening.

"Ha, aku tidak percaya ada laki-laki yang tidak kuat makan pedas. Patut di pertanyakan. Dasar bayi," Cemooh Baekhyun sambil mengaduk-ngaduk mienya.

Chanyeol merengut, sedikit kesal dikatai bayi oleh Baekhyun.

"Permisi, ini minuman kalian." Pelayan itu datang lagi. Di nampannya ada segelas coffe ice kesukaanya dan satu lagi segelas susu berwarna pink?

Chanyeol menyeringai begitu menyadari Baekhyun meringis menahan malu saat mengambil susu pink nya, namun tetap meminumnya dengan gaya sok cool.

"Woah aku tidak tahu ada laki-laki yang suka minum susu pink. Sudah susu berwarna pink pula. Dasar bayi," Chanyeol balas mengejek Baekhyun. Membuat pria yang lebih tua melotot tidak terima.

"Ini bukan susu pink tapi susu strawberry!" Seru Baekhyun tertahan. Menatap kesal pemuda tinggi yang sedang meneguk ice coffe nya.

"Tapi warnanya pink 'kan?" Balas Chanyeol tidak mau kalah.

"Jika kau punya waktu untuk mengatakan omong kosong, lebih baik kumpulkan seribu tanda tangan dalam seminggu atau aku tidak akan memberimu ampun," Baekhyun berdesis lalu mendumal, sebelum kembali melanjutkan makannya yang sempat terhenti karena si adik kelas.

"Jika aku bisa mengumpulkan tanda tangannya dalam seminggu, apa yang akan kau berikan?" Baekhyun menatap Chanyeol heran, jenis pertanyaan macam apa itu.

"Kenapa aku harus memberikanmu sesuatu? Itu sudah tugasmu." Baekhyun berusaha tidak peduli, tapi Chanyeol terus mengusiknya dengan suara tawa beratnya.

"Apa kau takut kalau aku bisa benar-benar melakukannya dan kau tidak bisa menyanggupi permintaan ku?" Chanyeol berkata dengan nada meremahkan, membuat Baekhyun yang memang dasarnya temperamen terpancing.

"Aku? Yang benar saja. Hari jumat nanti, bawa buku dengan seribu tanda tanganmu dan jika tidak kau harus melakukan apa yang aku suruh selama satu semester," Baekhyun menantang balik Chanyeol.

"Jika aku berhasil aku mendapatkan satu permintaan darimu dan jika gagal aku harus menuruti semua perintahmu selama satu semester? Kenapa itu terdengar tidak adil?" Protes Chanyeol kepada pria yang sedang mengunyah mie didepannya ini.

"Itu perjanjiannya. Iya atau tidak?" Baekhyun tetap pada pendiriannya dan akhrinya Chanyeol tidak bisa membantah lagi.

"Baiklah." Mendengar jawaban dari Chanyeol, Baekhyun tersenyum puas. Bau-bau kemenangan dari adik kelas sok nya ini bahkan sudah tercium.

Karena pada kenyataannya, belum ada satupun orang yang berhasil mengumpulkan seribu tanda tangan. Termasuk Baekhyun sendiri.

Dering ponsel milik Baekhyun terdengar, sang pemilik langsung mengangkatnya dan mengubah nada bicaranya menjadi lebih serius. Itu semua tidak luput dari pandangan Chanyeol.

"Apa? Rapat sekarang? Baiklah, aku akan kesana sekarang." Baekhyun menatap ponselnya dan bersiap untuk pergi. Namun pergerakannya terhenti saat melihat Chanyeol yang sedang asik memakan mie dinginnya.

Tanpa babibu, Baekhyun langsung menukar mangkuk mie dingin milik Chanyeol yang tinggal sedikit dengan mie dingin pedas miliknya yang masih sisa setengah. Membuat Chanyeol mengerutkan keningnya heran.

"Habiskan punyaku, hari ini aku yang traktir. Sampai jumpa besok pagi, bocah." Dan setelahnya, Baekhyun langsung pergi bergegas sambil membawa susu strawberrynya. Membiarkan Chanyeol terdiam menatap punggungnya bergantian dengan mangkuk mie dingin pedasnya.

Tapi walau begitu, Chanyeol yang kepedasan tetap menghabiskan mie pedas itu dengan sebuah senyuman lebar.

xxx

dan tbc

bukannya namatin yang udah ada malah bikin fict baru, sungguh terlalu emang. tapi aku g bisa nahan ide lebih lama lagi, harus bgt aku salurkan karena kalau enggak aku jadi ga tenang sendiri/apasih

dan fict ini terinspirasi dari drama bl thailand berjudul sotus the series. Ya emang di beberapa bagian mungkin ada yang mirip karena pas ngetik aku ngebayangin drama itu mwehehe tapi tentu aja ada yang murni dari ideku

dan btw

KALIAN HARUS NONTON SOTUS THE SERIES SEASON 1 SAMA 2 AKHH SELALU JERIT NONTONNYA TAU GAK SIH CAMPUR ADUK BANGET ANTARA GEMES SENENG SEDIH KESELNYA HUHU :"(

Berharap mereka ada s3 nya :(

So wajib nonton yha, itu kayak drama bl terfav setelah two moons, what the duck and honey puppy love :)))

jadi sebelum berakhir jadi rekomendasi drama bl thai, sampai sini dulu author note gaje ini :(

adios! chanpawpaw.