Pieces of Us and All in Between

Genre: Fluff

Warning: Mpreg

In Sickness and Health, In Sadness and Happiness

Kyuhyun sedang merapikan berkas-berkas di ruang kerjanya ketika bunyi ponsel menginterupsi kegiatannya. Ia meraih ponsel yang tergeletak di atas sofa sebelah lemari. Segera Kyuhyun menekan tombol hijau saat melihat nama kontak yang terpampang, Donghae. Tangan kirinya masih berkutat memasukan map-map tebal ke dalam rak. "Halo"

Orang di seberang tidak langsung menjawab, melainkan hanya terdengar bunyi langkah dan krasak-krusuk orang yang sedang melakukan sesuatu. Kyuhyun mengerutkan alisnya. "Donghae hyung?"

"Kyuhyunie, kau di mana?" beberapa saat kemudian Donghae menyambutnya, sontak Kyuhyun menjauhkan ponselnya dari telinga karena Donghae setengah berteriak.

"Di kantor, ada apa hyung?"

"Maaf mengganggu, Kyu, tapi Siwon sakit, badannya panas dan muntah-muntah. Dia bilang tidak apa-apa tapi kurasa ada yang tidak beres, bantu aku membujuknya agar mau ke rumah sakit, dia terlihat mengerikan,"

Kyuhyun memindahkan genggaman ponselnya ke tangan kiri, sedangkan tangan lainnya menutup pintu lemari dengan agak keras "Donghae hyung, bisa tolong berikan teleponnya pada Siwon?"

"Dia tidur, atau pingsan. Aku tidak mau membangunkan nanti dia muntah lagi, tapi dia masih bernapas, Kyu," jawaban Donghae membuat raut wajah Kyuhyun berubah gusar.

"Aku kesana, hyung."

Kyuhyun memutus sambungan telepon, kemudian menghela napas panjang dan dengan tergesa-gesa meraih kunci mobilnya. Dalam hati merutuki suaminya yang keras kepala. Saat bangun tidur Siwon mengeluh kepalanya pusing, sejak semalam badannya memang sudah terasa hangat dan pagi tadi sepertinya naik beberapa derajat. Kyuhyun menyuruh Siwon agar beristirahat di rumah saja, memutuskan ia juga tidak akan berangkat ke kantor untuk merawat Siwon hingga sembuh. Namun, Siwon bersikeras untuk berangkat karena ia sudah menunda pekerjaan semenjak perjalanan bisnis dua hari lalu. Kyuhyun juga sudah memaksa dan hanya berhasil membujuk Siwon agar mau diantar dengan supir. Akhirnya pagi tadi Kyuhyun hanya bisa membuatkan teh hangat, semangkuk bubur—yang hanya dimakan setengah—dan membawakan Siwon bekal untuk dimakan sebelum minum obat.

Dengan langkah lebar Kyuhyun berjalan keluar dari gedung kantor menuju parkiran mobilnya. Sejak masuk ke dalam lift jarinya tidak berhenti mengetik pesan singkat untuk Ryeowook dan Heechul, juga pesan untuk Donghae agar tetap tenang. Pegawai yang berpapasan dengannya membungkuk dengan hormat, Kyuhyun membalas beberapa dari mereka sambil lalu dengan tepukan di pundak.

Mobilnya berada di sebelah selatan parkiran, paling dekat dengan lobby samping gedung. Kyuhyun membuka pintu Audi A7 berwarna hitam tersebut, memasang seat belt dengan tergesa setelah menaruh ponsel di laci dashboard dan langsung menginjak pedal gas.

Perjalanan ke Hyundai Corp. memakan waktu kurang lebih lima belas menit dengan kecepatan mengemudinya sekarang. Berarti Kyuhyun bisa sampai pada pukul 13.50. Selama perjalanan ia memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan Siwon. Memaksanya ke rumah sakit? Sudah pasti. Marah-marah? Itu sudah satu paket dengan menyuruhnya ke rumah sakit. Kyuhyun tahu Siwon paling enggan ke rumah sakit untuk dirinya sendiri, tapi gencar sekali menyuruh orang lain untuk ke pergi ke sana.

Lima belas menit kemudian Kyuhyun mendapati dirinya sudah berada di pintu pemeriksaan mobil. Ia membuka kaca mobil saat petugas melakukan prosedur standar keamanan perusahaan. Tersenyum kecil melihat kedua petugas yang berjaga sedikit terkesiap saat mengenali orang di balik kemudi.

"T-tuan Cho, selamat siang," sapa salah satu dari mereka. Hampir semua pekerja Hyundai, terutama pekerja lama, tahu siapa dirinya. Kyuhyun memang jarang mengunjungi perusahaan suaminya karena sibuk dengan perusahaannya sendiri, namun semua pekerja diundang pada acara resepsi ketiga—ya, ke tiga, ibu dan mertuanya memang berlebihan—pernikahan Siwon dan Kyuhyun dua tahun lalu. Lagi pula, dirinya cukup terkenal sebagai anak bungsu keluarga konglomerat Cho.

"Selamat siang," Kyuhyun tersenyum, kemudian menutup kaca mobilnya kembali dan menyetir langsung ke arah lobby utama. Di depan pintu lobby terdapat valet yang siap mengantar mobil-mobil petinggi menuju parkiran. Kyuhyun segera meraih ponselnya yang tadi berada di dashboard dan menyerahkan kunci mobil pada seorang petugas valet.

Petugas valet tersebut hanya terdiam ketika menerima kunci yang diserahkan oleh Kyuhyun dengan terburu-buru. Matanya fokus menatap punggung Kyuhyun yang berjalan cepat melewati pintu berputar dan memasuki gedung. Namun, pandangannya terputus ketika pinggangnya disikut oleh salah satu temannya dengan keras.

"Jangan memandangnya begitu, tidak sopan,"

"Dia keren sekali,"

"Sudah ada yang punya. Cepat bawa mobilnya,"

Saat melalui lobby utama menuju lift, beberapa pasang mata memandangi sosok Kyuhyun yang berjalan melewati mereka. Kyuhyun sendiri terlihat tidak menyadari hal tersebut saking terburu-buru ingin menemui suaminya. Jarinya dengan cekatan mencari kontak Donghae. "Hyung, aku sudah sampai,"

"Langsung ke ruangan Siwon, Kyu." Kyuhyun memasukan teleponnya ke dalam saku celana ketika indikator lift menunjukan angka 32.

Lantai bernuansa abu-abu putih tersebut sepi, hanya ada empat meja hitam penuh kertas tanpa penghuni dan satu meja lainnya yang berada di sebelah pintu ruangan Siwon. Kyuhyun segera menghampiri meja tersebut dan menemukan sekretaris Siwon sedang mencatat sesuatu di atas selembar kertas.

"Sooyoung-ah," wanita berambut pendek tersebut terlonjak kaget, sontak mengangkat wajahnya.

"Kyuhyun! Akhirnya, Siwon di dalam sedang tidur. Sudah kuberi obat yang ada di dalam tasnya,"

"Terima kasih," Kyuhyun memutar kenop pintu dan melangkah ke dalam ruangan dengan Sooyoung mengekor di belakangnya. Kyuhyun mendekati sosok Siwon yang sedang terlelap di sofa. Di dekatnya terlihat Donghae yang berjalan mondar-mandir dengan telepon genggam menempel di telinga. Saat melihat Kyuhyun, Donghae menghembuskan napas lega dan segera menempatkan diri di sebelah Sooyoung.

Siwon terbaring dengan posisi menyamping hampir tengkurap, menghadap Kyuhyun yang sedang berlutut di depannya. Napasnya menderu. Tangan kanannya setengah tertindih sambil memegangi perut. Kyuhyun mengelus kening Siwon perlahan, merasakan keringat dingin menempel di telapak tangannya. Kyuhyun mengernyit ketika merasa suhu badan suaminya yang sangat panas, tapi badannya menggigil. Hilang sudah keinginannya untuk marah-marah melihat kondisi Siwon yang seperti ini.

"Sudah berapa lama dia begini?" Ucap Kyuhyun memecah keheningan.

"Baru. Sejak sampai kantor memang sudah pucat namun baru collapse sejam yang lalu," jawab Sooyoung.

Donghae mendekati Kyuhyun, ikut memandangi wajah sepupunya yang terlihat pucat hampir hijau. "Lalu Sooyoung menelponku, ku suruh ke rumah sakit tidak mau katanya cuma demam biasa. Demam apa sampai muntah segala,"

Kyuhyun mengangguk. Mengambil beberapa lembar tisu dari atas meja kecil yang berada di sebelah sofa tempat Siwon tertidur dan mengelap keringat di dahi Siwon.

"Siwon," panggilnya. Tidak ada respon.

"Siwon,"

Kyuhyun mengelus pipinya pelan, mendekatkan wajahnya ke telinga Siwon. Membisikan sesuatu yang tidak dapat didengar oleh Donghae dan Sooyoung. Beberapa saat kemudian Siwon mengerang lemah, kelopak matanya terbuka namun pandangannya tidak fokus. Dengan suara parau ia memanggil nama Kyuhyun ketika melihat sosok Kyuhyun di depannya.

"Hai," Kyuhyun kembali mengelap dahi Siwon yang tidak berhenti mengeluarkan keringat.

"Hai, Kyu,"

"Kita ke rumah sakit ya?"

Siwon mengangguk pasrah, sudah tidak tahan dengan kondisi perutnya yang seperti ditusuk-tusuk, ditambah lagi melihat wajah Kyuhyun yang penuh dengan gurat kekhawatiran.

IIIII

Membawa Siwon dengan kondisi seperti itu bukan perkara mudah. Ia orang besar, apapun yang terjadi dengannya pasti jadi sorotan media. Setelah menelpon ambulans dan memberi petunjuk mengenai di mana mobil perlu di parkir dan lift mana yang digunakan, sepuluh menit kemudian pintu lift khusus di ruangan Siwon terbuka. Empat petugas medis berpakaian oranye dan putih dengan cekatan mengangkat Siwon ke atas stretcher kemudian mendorongnya ke dalam lift diikuti oleh Kyuhyun dan Donghae. Sooyoung memutuskan untuk menetap di kantor sebagai perwakilan Siwon jika terjadi sesuatu.

Setibanya di rumah sakit, Siwon langsung dilarikan ke Emergency Room. Donghae dan Kyuhyun sibuk dengan teleponnya masing-masing di kursi tunggu. Kyuhyun menelpon orangtuanya dan orangtua Siwon sedangkan Donghae menelpon Eunhyuk dan Leeteuk, mengabarkan bahwa Siwon masuk rumah sakit.

Setengah jam kemudian seorang dokter keluar dari ER dan mendekatinya. Kyuhyun memasukan ponselnya ke saku celana dan menghampiri dokter yang sudah tidak asing lagi baginya, disusul oleh Donghae.

"Kyuhyun-shi, Donghae-shi"

"Dokter Kim," mereka sudah saling mengenal karena dokter Kim adalah dokter pribadi keluarga Choi.

"Siwon-shi mengalami infeksi lambung," ungkapnya tanpa basa-basi, kemudian menjelaskan lebih detail mengenai infeksi lambung dan dampaknya. Kyuhyun mendengarkan semua penjelasan dokter Kim dengan wajah pias.

"Kondisi tubuhnya memang sedang tidak baik jadi lelah sedikit dapat berbahaya. Akan ada pemeriksaan lebih lanjut besok pagi, tolong jaga agar Siwon-shi tidak makan apapun, namun dianjurkan untuk minum air putih. Sejauh ini hanya itu yang dapat saya sampaikan. Kemungkinan Siwon-shi perlu dirawat beberapa hari hingga lambungnya membaik,"

"Tapi dia akan baik-baik saja kan?" Tanya Kyuhyun panik.

"Ya, seharusnya nanti malam demamnya akan turun. Jika tidak, tolong panggil saya atau suster jaga,"

"Terima kasih, dokter Kim,"

"Saya permisi dulu, Kyuhyun-shi, Donghae-shi."

Setelah memastikan dokter Kim sudah berjalan jauh, Kyuhyun mengerang lemah, mendudukan dirinya di kursi tadi seraya memijat pangkal hidungnya yang berdenyut, wajahnya terlihat lelah. "Kau baik-baik saja?" Donghae bertanya dengan nada khawatir. Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Saking khawatirnya kepalaku sampai pusing,"

"Wajar, aku saja mau mati saking paniknya. Apalagi tadi saat muntah-muntah,"

Kemudian hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian Siwon keluar dengan seorang suster yang mendorong stretchernya. Kondisinya tidak sadar karena pengaruh obat. Donghae segera bangkit menuju ke tempat administrasi untuk melengkapi berkas-berkas Siwon, sedangkan Kyuhyun mengikuti Siwon ke ruang inap VVIP 101.

IIIII

Suara erangan keluar dari mulut Siwon dua puluh menit setelah masuk ruang inap. Perlahan mulai meraih kesadarannya dari pengaruh obat bius. Perutnya masih perih, tapi tidak seperih tadi. Ia membuka kedua kelopak mata dan langsung mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan sinar matahari sore yang menembus gorden kamar.

Setelah dapat melihat dengan jelas, Siwon mengedarkan pandangan mengamati ruangan. Meringis ketika mendapati dirinya berada di ruang langganan keluarga Choi kalau masuk rumah sakit. Di sebelahnya ada Kyuhyun yang sedang menelungkup, setengah sadar antara tidur dan tidak.

"Kyu," Siwon menggapai rambut berwarna coklat tua milik Kyuhyun dan mengelusnya pelan. Kyuhyun menggeliat sebelum menegakkan tubuhnya, memandang Siwon dengan wajah tanpa ekspresi. Melihat hal tersebut Siwon meringis kecil sambil menggigit bibir bawahnya. Kyuhyun marah.

"Maaf," ucapnya parau. Tanpa menghiraukan permintaan maaf Siwon, Kyuhyun bangkit dari kursinya. Berjalan ke sisi lain ranjang dan menuangkan sebotol kecil air mineral ke dalam gelas. Ia mengangsurkan ujung sedotan ke bibir Siwon yang langsung disedot hingga habis setengahnya. Matanya tidak lepas dari wajah Kyuhyun yang masih diam seribu bahasa.

"Kyuhyun," ucapnya lagi setelah selesai minum.

Kyuhyun menghela napas panjang. Setelah meletakan gelas di meja nakas ia kembali berjalan ke kursi yang sebelumnya ia duduki. Kepalanya menunduk, enggan menatap Siwon. Siwon hanya memandangi gerak-gerik Kyuhyun. "Kyu, maaf. Jangan marah,"

"Aku tidak marah, Siwon. Aku khawatir," akhirnya Kyuhyun membuka suara.

"Maaf membuatmu khawatir,"

"Kenapa memaksakan diri? Kata dokter Kim lambungmu infeksi. Kondisi badanmu tidak baik, kelelahan, ditambah makan tidak teratur. Apa perjalanan kemarin sesibuk itu?"

"Tidak juga, aku yang salah tidak menggunakan jadwal istirahat dengan baik. Pindah ke sini, Kyu," Siwon menggeser posisi tidur dan menepuk tempat kosong di sebelahnya. Ranjang rumah sakitnya tidak cukup besar untuk dua orang dewasa, namun dapat menampung dua orang yang tidur dengan posisi miring. Kyuhyun menurut, menaiki ranjang setelah sebelumnya membuka sepatu. Kini mereka saling berhadapan. Siwon terkekeh ketika menyadari Kyuhyun masih tidak mau menatap matanya. Ia meraih dagu Kyuhyun dengan tangan kanannya, memaksa Kyuhyun untuk mengangkat wajah dan menatap Siwon.

"Aku akan baik-baik saja. Masih perih tapi tidak seperti tadi. Ini bukan pertama kalinya aku sakit, kenapa kau begini, huh?"

Kyuhyun menatap tajam mata Siwon. "Flu dan infeksi lambung berbeda, Siwon," Siwon tertawa sebentar sebelum akhirnya meringis karena perutnya berkontraksi. Kyuhyun segera bangkit dari ranjang untuk menekan tombol emergency di bagian kanan atas ranjang, namun gerakan tangannya dicegah oleh Siwon. "Tidak usah, aku baik-baik saja, hanya sakit karena tertawa." Raut tegangnya perlahan berubah rileks saat sakit di perutnya berangsur hilang. Tangannya masih tetap menggenggam pergelangan tangan Kyuhyun.

"Jangan seperti ini lagi, Siwon. Aku takut,"

IIIII

Pagi itu suasana sedikit ricuh karena Donghae dan Eunhyuk datang berkunjung. Mereka sudah di sana sejak jam besuk dimulai dan sekarang sudah hampir jam sembilan pagi. Sebenarnya mereka berdua seperti hiburan bagi Siwon dan Kyuhyun. Mereka berisik tapi lucu. Kyuhyun sesekali tertawa dan memberi komentar mendengarkan celotehan mereka berdua. Menurutnya mereka seperti pasangan tanpa status, sama-sama suka tapi tidak ada yang mau bergerak duluan.

Kyuhyun sendiri sudah tiga hari bermalam di rumah sakit untuk menjaga Siwon, sesekali pulang untuk mengambil pakaian dan berkas-berkas kantor yang mendekati deadline untuk dikerjakan.

Orangtuanya datang beberapa jam setelah mendapat kabar darinya bahwa Siwon dirawat. Sedangkan orangtua Siwon baru bisa datang malam ini karena masih berada di Jepang.

Saat pasangan Choi datang, ibu Siwon langsung mengomel panjang lebar pada anaknya karena tidak bisa menjaga diri, Siwon hanya bisa cengengesan mengeluarkan seribu satu alasan. Kyuhyun sendiri berdiri di belakang ibu mertuanya sambil menunduk, sibuk memperhatikan kedua tangannya yang saling meremas. Melihat raut wajah Kyuhyun, tuan Choi berjalan mendekat lalu meraih tangan menantunya, melepaskan tangan Kyuhyun yang sudah memerah. Kyuhyun mengangkat wajahnya saat menyadari tuan Choi sudah berdiri di sebelahnya sambil tersenyum.

"Bukan salahmu, Siwon memang sulit diatur. Kebetulan saja kondisinya sedang tidak baik," Kyuhyun mengangguk, tersenyum saat tuan Choi menggiringnya untuk duduk di sofa dan berbincang.

Setelah setengah jam berlalu, dengan nyonya Choi yang masih bersungut-sungut pada anaknya, Kyuhyun izin keluar untuk membeli makanan. Ia hanya makan satu buah apel sejak siang, kepalanya pening dan tubuhnya seperti melayang.

Siwon memperhatikan Kyuhyun yang berjalan ke pintu, alisnya mengerut saat memandang punggung Kyuhyun yang menghilang di balik pintu.

Setelah berada di luar ruang inap, Kyuhyun langsung mendudukan dirinya di kursi tunggu yang berada di luar kamar rawat Siwon. Kakinya benar-benar lemas dan pandangannya kabur. Kyuhyun sudah merasa pusing sejak pagi tadi, ia pikir hanya pusing biasa karena kurang istirahat jadi ia memilih untuk mengabaikannya. Namun, rasanya semakin parah sesaat setelah kedua mertuanya datang. Kyuhyun menyalahkan perutnya yang kosong.

Ketika pandangannya mulai membaik Kyuhyun berdiri, berjalan perlahan menuju lift di samping kanan koridor. Namun, baru beberapa langkah tubuhnya perlahan merosot menyandar di tembok. Wajahnya berubah pucat saat ia berusaha menarik napas panjang menahan rasa nyeri di kepalanya yang berdenyut. Entah berapa lama Kyuhyun bertahan pada posisi itu hingga sayup-sayup telinganya menangkap seseorang memanggil namanya dengan panik. Kyuhyun mengangkat kepala ketika sebuah lengan berusaha merangkul bahunya.

"Hyung," racau Kyuhyun dengan sisa tenaganya.

Heechul terkesiap saat melihat wajah adiknya yang sepucat mayat. "Astaga Kyuhyunie!" Dengan sigap ia berlari ke arah meja jaga di lantai VIP tersebut, memerintah siapapun petugas medis yang ada untuk menangani Kyuhyun. Seorang dokter bername tag Kwon yang kebetulan sedang berada di sana membantu Heechul mengangkat adiknya untuk duduk di kursi roda yang tadi diambil oleh suster dan langsung di bawa ke ruang pemeriksaan di ujung koridor. Heechul mengikuti mereka hingga depan pintu karena dokter melarangnya untuk masuk.

Heechul mengusap wajahnya kasar, berjalan mondar-mandir mencoba menenangkan diri. Awalnya ia datang untuk menjenguk Siwon, namun tidak menyangka akan menemukan adiknya sedang terduduk di lantai rumah sakit. Adiknya itu jarang sekali sakit, namun sekalinya tumbang pasti parah dan membuat khawatir semua orang.

Beberapa saat kemudian dokter Kwon keluar, melepaskan stetoskop yang masih terpasang di telinganya saat melihat Heechul. "Adik saya kenapa?" cecar Heechul.

"Tekanan darahnya sangat rendah, hal wajar saat awal kehamilan. Namun, bayinya baik-baik saja, hanya perlu beberapa vitamin untuk menaikan tekanan darah dan menguatkan kandungannya,"

"Dia hamil?" Heechul bertanya dengan muka bodoh.

"Ah, sepertinya ini berita baru. Selamat, adik anda sedang mengandung dua bulan. Saya pikir adik anda juga belum tahu karena tidak menyebutkan mengenai kehamilan sama sekali tadi. Dia sedang tertidur di dalam. Apa ada yang ingin anda tanyakan tuan…"

"Kim Heechul,"

"Kim Heechul-shi, ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak saya permisi dulu." Heechul menggeleng, kemudian dokter tersebut pergi setelah menjabat tangan Heechul yang terlihat masih memproses informasi yang baru saja ia dengar.

Heechul memasuki ruangan di mana Kyuhyun berada kemudian duduk di kursi sebelah ranjang. Matanya fokus memperhatikan perut Kyuhyun yang masih terlihat datar sebelum beralih pada wajah adiknya yang masih pucat. Beberapa menit kemudian Kyuhyun membuka mata, memandang Heechul dengan sayu.

"Hyung,"

"Mau minum?"

"Tidak. Aku kenapa?"

"Tekanan darah rendah, berapa hari tidak tidur huh?" tanya Heechul galak.

"Seminggu," ucapnya asal.

Heechul membelalakan mata saat mendengar jawaban adiknya. "Serius?"

"Tidak. Mungkin karena lelah, aku bolak-balik rumah sakit dan kantor tiga hari ini. Hyung mau menjenguk Siwon?" Kalau adiknya sedang tidak sakit Heechul pasti sudah menggeplak kepalanya. Ia memutuskan untuk tidak memberitahu kehamilan adiknya, merasa bahwa seharusnya Kyuhyun dan suaminya yang berhak untuk tahu terlebih dahulu.

"Hyung ke kamar Siwon saja, kalau sudah tidak pusing aku menyusul. Jangan bilang Siwon aku di sini nanti dia panik,"

"Tidak janji."

IIIII

Heechul mengetuk pintu coklat tua berlabel VVIP 101 di depannya. Beberapa saat kemudian dirinya disambut oleh pelukan ringan dari tuan Choi. "Apa kabar?"

"Baik, anda sendiri bagaimana?"

"Aku baik, ayo masuk." Hubungan mereka terlihat begitu formal, mungkin karena terbiasa dengan hubungan bisnis yang selama ini terjalin.

Heechul memperhatikan ruang inap Siwon yang cukup luas sebelum matanya memandang sosok Siwon yang sedang terduduk di ranjang bersama ibunya. Ia berjalan mendekat, memberi salam kepada nyonya Choi lalu menepuk pundak Siwon pelan.

"Hai, Siwonnie. Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah sehat, hyung. Kemungkinan besok pulang,"

Kemudian mereka berdua dan tuan Choi berbincang-bincang mengenai masalah perusahaan sampai ekonomi Korea, sesekali nyonya Choi melemparkan pendapatnya. Saat pembicaraan beralih mengenai hubungan CH dan Hyundai, Siwon teringat bahwa Kyuhyun belum kembali, wajahnya berubah gusar. "Kenapa Kyuhyun belum kembali?" Siwon terlihat khawatir saat menanyakan perihal Kyuhyun. Sejak siang tadi Siwon sudah merasa ada yang tidak beres dengan Kyuhyun, saat ditanya Kyuhyun selalu bilang dirinya baik-baik saja. Tapi ia tidak percaya, Kyuhyun memang tidak banyak bicara tapi hari ini dia benar-benar jadi pendiam.

Tiba-tiba Heechul berdehem. "Ah soal itu, Kyuhyun sakit, dia ada di ruang pemeriksaan, katanya aku tidak boleh bilang, tapi dia tidak melarangku untuk menjawab," ucapnya enteng.

"Apa? Dia kenapa?" Benar saja, Siwon langsung panik. Tanpa menunggu jawaban Heechul ia turun dari ranjangnya, lengkap dengan sandal yang sudah terpakai berjalan keluar kamar. Orangtua Siwon juga terlihat khawatir, mereka segera bangkit dari kursi dan berjalan keluar mengikuti anak mereka. Sedangkan Heechul hanya memperhatikan kehebohan mereka sambil terkekeh pelan, tidak sabar untuk melihat respon mereka saat mengetahui kehamilan adiknya. Dengan langkah santai ia mengikuti orang-orang menuju ruangan di mana Kyuhyun berada.

Di tengah perjalanan, Siwon tanpa sengaja menabrak seorang dokter yang juga tengah berjalan menuju ruang pemeriksaan. Lengan kirinya menyenggol lengan kanan sang dokter dengan keras. Beruntung dokter tersebut cukup sigap untuk menangkap lengan Siwon sebelum tubuhnya menyentuh lantai.

"Anda baik-baik saja?" Siwon mengangguk seraya bangkit dari posisinya yang setengah berlutut. Ia sudah akan berlari ke ujung koridor sebelum tangannya di tahan oleh Heechul.

"Dokter Kwon! Ini Siwon, suaminya Kyuhyun," ucapnya riang.

"Ah… Siwon-shi, sebentar lagi Anda akan jadi ayah, selamat atas kehamilan Kyuhyun-shi," Dokter Kwon menjabat tangan Siwon yang dipaksa untuk mengulur oleh Heechul. Siwon sendiri masih terlihat bingung mendengar apa yang baru saja dikatakan dokter di depannya. Jadi ayah? Hah?. Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Siwon mengerti maksud sang dokter. Matanya membulat lebar.

"Siwon-shi?"

"Kyuhyun hamil?"

"Ya, kandungannya sudah berusia dua bulan lebih, untuk lebih detailnya perlu ada pemeriksaan lanjutan,"

Siwon mengangguk kaku, masih berusaha mencerna. Seingatnya mereka tidak pernah barhubungan tanpa pengaman. Ia dan Kyuhyun sudah setuju akan memiliki anak di tahun ketiga pernikahan mereka. Hal itu mereka sepakati setelah menimbang-nimbang soal kesibukan kantor. Mereka berdua saja hanya bertemu pagi dan malam, kadang saat makan siang jika sama-sama sempat. Mereka tidak ingin anak mereka nanti terlantar.

Tidak, Siwon tidak curiga pada Kyuhyun. Baginya Kyuhyun adalah segalanya, terlepas dari bagaimana cueknya Kyuhyun, Siwon percaya ia tidak akan berselingkuh. Siwon hanya mencoba mengingat hubungan badan yang mereka lakukan sekitar dua atau tiga bulan lalu. Matanya melebar saat sekelebat ingatan hujan lebat muncul di otaknya. Siwon ingat sekarang. Saat libur akhir pekan di vila kayu hadiah pernikahan dari kedua orangtua mereka. Seketika ia ingin tertawa kencang sampai menangis.

Tubuh Siwon bergetar menahan perasaan yang campur aduk saking bahagianya. Aku punya anak. Setelah mengucapkan terima kasih, dengan langkah pelan namun pasti ia berjalan memasuki kamar pemeriksaan diikuti oleh orangtuanya—dengan nyonya Choi yang tersenyum sangat lebar—dan Heechul.

Di sana Kyuhyun sedang terduduk di pinggir ranjang dengan kepala setengah menunduk dan mata terpejam. Sesekali meringis sambil memijat batang hidungnya. Tidak menyadari keberadaan Siwon yang berdiri di depan pintu memperhatikan dirinya.

Kedua kaki Kyuhyun sudah akan menapak sempurna di lantai ketika tubuhnya mendadak limbung. Melihat hal tersebut, Siwon dengan cepat menghampiri dan membantu Kyuhyun untuk berdiri. Kyuhyun berjengit kaget merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya. Ia menatap Siwon yang balik menatap dirinya.

"Kenapa tidak bilang kalau sakit?" ucap Siwon lembut. Kyuhyun melempar pandangan tajam ke arah pintu, menatap Heechul dan dibalas dengan raut wajah bodoh pura-pura tidak tahu. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Siwon yang masih menopang sebagian berat tubuhnya, memilih untuk tidak menjawab.

"Kau hamil, Kyu," bisik Siwon di telinga Kyuhyun.

Kyuhyun hanya bisa termenung, perlahan pandangan matanya beralih pada perutnya yang tidak berubah sama sekali, terlihat berpikir sebelum akhirnya kembali memandang suaminya.

"Vila," ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Di sampingnya Siwon mengagguk dengan semangat, mengeratkan rangkulan lengannya di pinggang Kyuhyun. Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya Siwon memastikan hal yang dikhawatirkannya sejak tadi.

"Kau senang tidak?"

"Kenapa bertanya?" Bingung Kyuhyun.

"Wajahmu tidak terlihat senang. Aku tahu kita sepakat tidak punya anak sekarang, tapi dia ada karena kecerobohan kita,"

"Siwon,"

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi dia tidak bersalah,"

"Siwon"

"Jadi aku rasa dia berhak hidup. Setidaknya aku berhak untuk memutuskan karena dia bagian dariku ju…" ucapannya terputus saat telapak tangan Kyuhyun menutup mulutnya. Kyuhyun menatap mata Siwon dalam, bibirnya menyunggingkan senyum lembut. Setengah geli mendengar racauan panik suaminya. Setelah yakin suaminya kembali fokus, perlahan Kyuhyun menurunkan tangannya.

"Sudah bicaranya? Boleh aku bicara sekarang?" Siwon mengangguk.

"Aku senang, sangat senang dan juga kaget. Kita berhubungan tanpa pengaman hanya sekali, kau hebat, Siwon," Kyuhyun terkekeh saat melihat wajah Siwon yang berubah merah. Kemudian ekspresi Kyuhyun berubah takut. Ia menggigit bibir bawahnya, memberanikan diri untuk menyampaikan pikiran yang mengganjal.

"Aku juga khawatir. Jangan paksa aku untuk berhenti kerja. CH sedang banyak proyek dan aku tidak mungkin keluar tiba-tiba,"

Siwon tersenyum mendengarnya, sontak mencium bibir Kyuhyun cepat. Mereka berdua tidak menyadari saat orangtuanya dan Heechul—yang sudah mendengarkan percakapan mereka sejak tadi—keluar dari ruangan, memberikan Kyuhyun dan Siwon sedikit privasi. "Aku tidak akan memaksamu berhenti kerja karena aku yakin kau tahu batas, Kyu. Tapi aku mohon untuk memikirkan soal cuti,"

"Akan, tapi tidak sekarang. Tanggung jawabku besar, Siwon,"

"Aku tahu, jangan khawatir."

Kyuhyun tersenyum lebar mendengarnya. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Siwon yang masih setia memeluknya. Dalam hati bersyukur dengan segala hal yang ada dalam diri Siwon.

"Aku bahagia, anak ini juga akan bahagia,"

"Pasti,"

End

Cheesy banget? I know! Aku harap kalian gak bosen bacanya. Fiksi ini timelinenya maju mundur, as i said before i write stuff only when the mood strikes dan ide yang muncul juga kadang random, jadilah modelnya begini. Maaf kalau bikin bingung :(

Anyway, thank you so much to Erka, dru, dan Cynthia grace yang udah menyempatkan diri buat komen. Jangan bosen ya!

Lastly, feel free untuk kasih opini, ide, atau kritik membangun. See ya on the next chapter!