Chapter 5
[32]
.
Punggung Seijuurou disergap; sergapan yang sungguh kasar.
"Dasar orang bodoh!"
Lucunya, telinga Seijuurou tidak merasa terhina mendengar ucapan barusan. Malahan, dia memegang erat tangan yang memeluknya dari belakang tadi.
"Apakah Akashi-kun tidak tahu betapa takutnya aku?"
"Kuroko, berhentilah menangis."
"Aku tidak menangis."
"Kau memang tidak menangis, Kuroko. Kau hanya sedang mengeluarkan air mata."
Tetsuya baru melepas dekapan itu setelah sepuluh menit berlalu.
"Jadi katakan, Kuroko, kenapa kau menyuruhku kembali?"
Bocah 'biru' itu terdiam sejenak. Tangannya masih sibuk mengusapi pipi.
"Ini semua salah, Akashi-kun."
"Kenapa aku?"
"Karena Akashi-kun seperti kuman yang bandel."
"Kau menyamakanku dengan kuman? Lelucon yang menyedihkan, Kuroko."
"Akashi-kun jahat."
Kepala Seijuurou terasa pening. Berbincang dengan Tetsuya adalah pekerjaan yang cukup melelahkan. Dia memilih untuk duduk di kursi panjang sederhana. Tetsuya ternyata mengikuti jejaknya.
Mereka berdua bertemu lima hari kemudian, setelah Tetsuya mengirim pesan kepada Seijuurou. Ada desahan yang menguar di antara dua lelaki itu selagi pandangan keduanya tertuju kepada separuh bulan.
"Jadi, kau tidak bisa melupakanku, ya?"
Tetsuya menoleh, pura-pura tidak mendengar, memandang lampu yang dipasang pada tiang-tiang tinggi di sepanjang taman.
Jika kita mencintai, mengapa kita masih saling membohongi?
"Aku merindukanmu, Akashi-kun. Kupikir kau tidak akan kembali."
Jika kita benar membutuhkan, mengapa masih ada tangisan?
"Kau menolakku, Kuroko. Tak tahukah kau betapa bimbangnya aku? Kukira kau tidak lagi sungguh-sungguh mencintaiku."
Jika di hati masih menyimpan rasa, mengapa kita harus berpisah?
"Akashi-kun, maafkan aku, aku—"
Jika kita sulit melangkah sendirian, mengapa kita tidak bersama?
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Kuroko. Semuanya baik-baik saja sekarang. Aku sudah sembuh. Dan juga aku telah kembali, Kuroko. Kau yang memintaku untuk kembali, jadi aku kembali."
Seijuurou mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Cincin ini sudah menunggumu sejak lama."
Tetsuya hanya mampu termangu tatkala Seijuurou memasangkan cincin bermata berlian di jari manisnya.
"Jangan pernah pergi dari sisiku lagi, Akashi-kun."
"Dan jangan pernah berbohong kepadaku lagi, Tetsuya, karena sesungguhnya kau dan aku tidak akan pernah bisa saling melupakan."
[The End]
.
Note: Fanfiksi ini saya buat untuk masoin AkaKuro di event #FlashFicFest. Jadi Jb minta maaf jika ceritanya terlalu ngefluff dan sedikit gaje. Hehe^^
Barangkali ada yang bingung kenapa judul per bab-nya memakai angka semua? Berikut ini penjelasannya:
Chapter 1 = 4: adalah nomor punggung dari Akashi Seijuurou.
Chapter 2 = 11: adalah nomor punggung dari Kuroko Tetsuya.
Chapter 3 = 20 Desember (20-12): adalah tanggal lahir Akashi Seijuurou.
Chapter 4 = 31 Januari (31-01): adalah tanggal lahir Kuroko Tetsuya.
Chapter 5 = 32: Dari mana asalnya?
Dari penjumlahan tanggal dan bulan lahir:
20 + 12 = 32
31 + 01 = 32
32. SAMA. Ada yang kaget dengan penjumlahan ini? Atau sudah tahu lebih dulu tahu?
Jujur saja, Jb cukup tercengang dengan hasil yang sama ini, hehe. Inilah salah satu alasan kenapa Jb membuat fanfiksi ini, hanya ingin menceritakan bahwa Akashi dan Kuroko itu tidak dapat dipisahkan, walaupun mereka berusaha untuk saling membenci atau berjauhan, perasaan mereka akan tetap sama. Benar-benar pasangan yaoi paling badasssss di KnB (menurut Jb tentunya, hahaha). Hal ini juga yang membuat Jb tidak bisa move on dari AkaKuro.
Fullove,
JB