PLAY GIRL

Chapter 1

By: PeDeeS

Naruto © Masashi Kishimoto

Rate: M

Multichapter

Pair: Sasuke, Sakura etc.

Warning: Typo, AU, EYD tidak tepat, OOC.

.

Happy Reading..

.

Summary:

Aku dikhianati oleh kekasih yang sudah aku kencani selama 4 tahun. ketika aku mulai bangkit dan menjalin hubungan dengan yang lain, si brengsek itu kembali hadir dalam hidupku.

Aku Haruno Sakura berusia 26 Tahun, pekerjaanku seorang psikolog, tepatnya psikolog cinta. Yah banyak yang bilang aku bisa dengan mudah menaklukan pria manapun. Mungkin kalian pikir aku seorang Play Girl, tapi kenyataannya tidak begitu juga. Aku hanya sedikit bermain-main pada laki-laki yang brengsek. Sebrengsek laki-laki itu..

.

Suara bising musik DJ yang memekakkan telinga, kerlap- kerlip lampu disko yang beberapa kali lampunya menyilaukan mataku. Ah, jangan lupa nikmatnya cocktail yang disajikan pelayan klub malam di sini, sangat nikmat dan tentu saja memabukkan.

Malam ini seperti biasa aku sedang berpesta dengan para klienku, Karui namanya. Sebulan yang lalu ia berkonsultasi masalah pernikahannya padaku tentang kebimbangannya mempertahankan pernikahan dengan seorang pria yang brengsek tapi dicintainya. Singkat cerita akhirnya ia bercerai dan kini dia sudah move on. Bahkan belum sampai sebulan tanpa disangka seorang pria melamarnya. Cinta memang tidak dapat ditebak.

"Hei, Sakura. Aku sungguh berterima kasih pada nasihatmu. Entah apa jadinya aku sekarang kalau aku tidak bercerai dengan si brengsek itu."

"Tentu, Wanita berkelas tidak pantas bersanding dengan pria brengsek." Jawabku menyeringai.

"Wah.. wah. Lihat ada laki-laki tampan di situ.!" Kata Temari, ia salah satu klienku yang juga ikut berpesta sedang terlihat kagum dengan sosok laki-laki cool di sebrang sana.

"Ah, itu bukannya Sai Shimura. Anak konglomerat. Gila, wajahnya memang benar-benar sempurna, tapi siapa yang bisa menggaet dia ya?" kata Karui.

"Ayo Saki, tunjukan pada kita cara menaklukan laki-laki tampan itu." tantang Hinata, sahabatku yang juga ikut berpesta.

Aku menolehkan pandanganku kearah laki-laki itu. yah, memang terlihat tampan dan cool. Rambutnya hitam dengan kulit putih pucat, sangat cocok dengan pakaian yang ia kenakan, anak pengusaha terkenal dan sebentar lagi menjadi ahli waris. Laki-laki itu sedang minum dan mengobrol dengan beberapa wanita yang menghampirinya, ia memamerkan senyuman tapi aku tidak yakin itu adalah senyuman yang tulus.

Seketika bibirku tertarik menyeringai "Baik, akan ku bawa laki-laki itu pada kalian."

"Kyaaaa..(/)" teriak teman-temanku kegirangan. Seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru.

Aku menyerobot gelas wine yang baru saja akan diminum Temari, berjalan kearah laki-laki itu dengan langkah seperti seorang gadis lugu yang mabuk. Tepat di belakang pria itu, dengan cara anggun aku langsung menyiramnya dengan gelas wine milik Temari, dan berjalan gontai.

"Hey kamu." Laki-laki itu langsung mengejarku dan menarik bahuku. Aku langsung berdiri sempoyongan sambil memegang dahiku dan langsung menjatuhkan diri dalam pelukannya. "apa kau tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.

"Sorry, apa aku menumpahkannya padamu?"

"Nona, sepertinya kau mabuk. Kenapa kau tidak mencari udara segar di luar?" tanyanya sedikit menyeringai, sepertinya ia mulai terpancing.

"Tapi aku sedang bersama teman-temanku di sana. Kenapa kau tidak gabung saja dengan kami?" tawarku sedikit menggoda.

"Tentu saja, kenapa tidak." Gottchaaa... aku langsung menarik tangannya untuk bergabung bersama teman-temanku yang sudah menunggu di sana.

"Hey Saki, dari mana saja kau. Apa kau baik-baik saja?" tanya Hinata khawatir, tentu saja itu pertanyaan palsu.

"Ia, aku menumpahkan wine padanya tadi." Kataku sambil berwajah bersalah.

"Aaa. Tidak apa-apa nona." Jawab laki-laki itu.

"Hey nona-nona, ayo kita tuangkan minuman padanya." Teriak Temari sambil memberikan segelas wine pada laki-laki itu.

"Cheeerrsssss..!" teriak kami serempak.

Kami terus memberikan minuman itu kepada Sai, dan ia pun dengan senang hati meminumnya, lagi dan lagi sampai akhirnya ia mabuk. Entah ia sadar atau tidak teman-temanku perlahan-lahan membuka kancing bajunya. Merasakan otot-otot dada dan perutnya yang kekar dan sexy tak lupa mengabadikan momen ini dengan ber-selfie-ria. Aku pun menikmatinya, menikmati tontonan penuh gairah yang dilakukan teman-temanku. Dasar laki-laki bodoh. Bibirku menyeringai puas.

Aku, Haruno Sakura yang sekarang berumur 26 tahun. Bukanlah wanita yang naif dan polos seperti dulu. Bukanlah wanita yang bisa jatuh cinta dengan laki-laki brengsek untuk kedua kalinya.

10 Tahun Yang lalu.

Saat itu umurku masih 16 tahun. kelas 2 SMA. Dulu aku adalah gadis yang polos dan naif. Tidak mengerti apa arti cinta yang sebenarnya. Berharap kisah cintaku seindah drama-drama Korea. Tapi di umur inilah kisah cintaku bersemi indah. Kisah cinta yang awalnya manis tapi berakhir pahit dengan si brengsek itu.

"Sakuraa.. ayo bangun. Ini sudah jam 7 pagi. Kau akan telat kalau tidak bangun sekarang." teriak ibuku sambil membuka tirai jendela kamar yang membuat mataku silau. Segera aku bangun.

"Ah ibu, silau." Gerutuku.

"Cepatlah bangun sana. Sarapan sudah siap." Ibuku terus mengoceh menghiraukan keluhanku. Aku langsung bangun dan segera menuju kamar mandi.

Sekolahku tidak begitu jauh dari rumah. Hanya berjarak 15 menit jika menggunakan bus.

"Saakiiii-chaan.." teriak seseorang dari belakang dan langsung memeluk lenganku. Siapa lagi kalau bukan Hinata Hyuga. Sahabatku yang agak pemalu tapi sangat antusias dengan cogan (cowo ganteng) dan horoskop, tapi dia sahabat terbaik yang aku miliki. kami sudah berhabat dari SMP.

"Saki.. aku pumya firasat kalau aku akan menemuhkan jodohku hari ini."

"Benarkah? Hmmm..." aku mengedarkan pandanganku keliling halaman sekolah. "nah.. itu dia jodohmu." Aku menunjuk anak laki-laki berambut merah yang tampan, namanya..

"Gaara?" seketika Hinata terpesona. Pipinya memerah.

Cogan itu adalah Sabaku Gaara. Cowo ganteng asal Sunakagure. "Dia cowok yang keren ya, Hinata." Siapa sih gadis yang gak jatuh hati dengan pesona Gaara. Uda ganteng, pemain basket asal Sunagakure lagi.

"Iaa bener banget. Aku bakal meleleh kalau dia emang jodohku Sakii." Hinata semakin mencengkam erat lenganku kegirangan.

"Cih apa bagusnya cowok itu. cowok kok cantik. Ya gak Sas." Dua orang anak badung menghampiri kami, mereka adalah Sasuke dan Uzumaki Naruto.

"Ih.. kenapa sih. cowok nyebelin kaya kalian harus ada. Kenapa kita harus satu kelas?" Gerutu Hinata pada duo badung itu.

"Hinata-chan. Gimana kalo hari ini kamu jadi pacarku?" goda Naruto.

"Ih.. kan uda aku bilang berkali-kali kalo bintang kita ini gak cocok."

"Sasuke... aku ditolak lagi. hikh" rengek Naruto sambil memeluk Sasuke. terlihat ekpresi Sasuke yang risih dengan perlakuan Naruto.

"Cih.. menyingkirlah." Sasuke lantas menendang bokong Naruto. "Lagian kalian kenapa kalian masih percaya horoskop bodoh itu. horoskop tidak menghasilkan uang."

"Ih.. Sasuke baka!" Hinata mulai kesal.

"Sudah-sudah. Kalian berdua ngapain sih ganggu kami terus, gak di kelas gak di luar. Awas ya kalo masih gangguin kami, nanti gak aku pinjemin pena lagi." Sasuke memang langganan meminjam penaku, entah karena dia memang tidak punya uang untuk beli pena atau dia sengaja karena tau kalo aku sering membawa alat pensil yang lengkap di kotak pensil.

"Hn. Baik-baik." Sasuke mengacak-acak rambutku dan lekas pergi dengan Naruto. Duo badung itu pergi menuju ke arah kantin. Dasar badung, bukannya langsung masuk kelas malah ngantin.

"Btw kamu yakin gak suka sama Naruto? Kayanya Naruto tu beneran tulus deh sama kamu." Tanyaku penasaran dengan Hinata.

"Sebenarnya aku gak yakin, tapi kamu tau kan, pisces dan aries itu gak cocok. Menurut ramalan, mereka gak akan bertahan lama." Aku hanya memutar bola mata bosan.

Jika Kesetiaan itu adalah jenis hewan, mungkin Naruto adalah spesies hewan yang hampir punah, karena Naruto sudah lama menyukai Hinata sejak SD, Naruto selalu setia menyukai Hinata. Tapi Hinata selalu menolak dengan alasan yang sama.

Berbeda dengan spesies satu lagi, si Sasuke, dia adalah cowok terbrengsek. Yah, dialah si brengsek yang nantinya akan mengubah pandanganku terhadap cinta dan laki-laki, cinta pertama yang kubenci dan tak akan pernah aku lupakan.

Sasuke memang termasuk cogan, tapi kegantengannya tertutup dengan sifatnya yang menjengkelkan, dia juga tidak terlalu ramah dengan gadis-gadis lain. Ia dan Naruto selalu menganggu kami berdua. Tapi Cuma ada satu gadis yang terang-terangan selalu menggoda Sasuke, dia lah Yamanaka Ino.

Ino adalah anak orang kaya, wajahnya cantik kaya bule dengan rambut blondenya, ia gadis yang sangat populer, cowo mana yang gak klepek-klepek dengan pesona Ino, ada satu, yaitu Sasuke. setiap kali Ino menggoda Sasuke, ia pasti akan mengacuhkan Ino. Pikirku saat itu Sasuke adalah cowok yang aneh yang gak suka cewe macam Ino. Pikiranku dulu begitu naif.

Tapi aku sedikit mengerti kenapa Sasuke tidak pernah tertarik dengan Ino, instingku mengatakan kalau Sasuke mungkin sedikit suka padaku. Kenapa aku bisa menyimpulkan seperti itu. hmmhm.. coba kalian pikir, Sasuke itu terkenal sangat tidak ramah dengan gadis lain, banyak yang menyukai Sasuke karena dia begitu tampan, lucu dan pintar tapi Sasuke tidak pernah sekalipun merespon mereka. Hanya dengankulah dia bersikap pengecualian.

Aku mengenalnya sejak kelas 1 SMA, kami berada di kelas yang sama. Awalnya kami tidak saling akrab namun suatu hari kami sama-sama datang terlambat dan tentu saja kami berdua mendapat hukuman hormat depan tiang bendera. Kami berdiri sekitar satu jam lebih di bawah teriknya matahari, sangat bosan dan melelahkan. Saat itu lah Sasuke mulai mengajakku mengobrol.

"Hei, berani taruhan?"

"Apa?" jawabku malas.

"Berani gak? Yang kalah bakal ngabulin permintaan yang menang." Serunya.

"Ya taruhannya apaan dulu?"

"Taruhannyaa.." Sasuke mengedarkan pandangannya keseluruh halaman sekolah yang sepi karena semua orang sedang belajar mengajar. "Nah itu dia, kau lihat gedung kelas di sana. Kita saling bertaruh laki-laki atau perempuan yang keluar pertama kali dari kelas itu. aku tebak yang keluar duluan perempuan."

"Ih, gak adil, aku juga mau pilih perempuan." Protesku

"oke-oke. Kalau begitu aku pilih laki-laki."

"Sip. Yang kalah harus menuruti kemauan yang menang, ya."

5 menit lagi bel akan berbunyi. Aku yakin perempuan akan keluar lebih dulu. Kami menatap serius arah gedung kelas di sebrang.

TEEETTT! Bel sekolah berbunyi dan sial. Murid perempuan dan laki-laki keluar bersamaan, tak ada yang saling mendului.

"Sial.. kenapa mereka harus keluar bersama-sama." Upatku kesal. Sasuke tertawa melihat ekpresi kesalku itu.

Saat itu lah kami menjadi lebih akrab, ditambah wali kelas memberikan peraturan random bangku kelas, aku sebangku dengan Hinata dan Sasuke sebangku dengan Naruto duduk tepat di depan kami. Saat kelas 2 SMA pun kami berempat lagi-lagi berada di kelas yang sama.

Kalau boleh jujur, aku juga sedikit tertarik dengan Sasuke. entah apa alasannya. Aku tidak pernah menemukan alasan yang tepat. hanya saja, ketika kami bertemu suasana menjadi lebih seru. tapi kadang aku ragu, apakah Sasuke juga memiliki perasaan yang padaku? Memang hanya padaku dan Hinata lah ia bersikap akrab. Tapi ia sama sekali tak pernah menyatakan cintanya padaku. Namun bagiku itu bukanlah maslah yang besar, asalkan bersamanya walau dengan status sebagai teman pun sudah cukup membuatku bahagia.

Pagi itu seperti biasa aku berjalan masuk ke gerbang sekolah bersama Hinata, kulihat di sana duo badung Sasuke dan Naruto sedang dicegat pak Asuma selaku guru BK. Pagi-pagi selalu aja jadi langganan ocehan pak Asuma, karena baju di keluarin lah, pake sepatu warna-warni lah, gak pake dasi lah.

Aku dan Hinata berjalan melewati mereka berdua dan tak lupa aku menjulurkan lidah kearah Sasuke dan Naruto, Hinata juga ikutan mengupat dalam bisikan yang tentu saja Naruto dan Sasuke mendengar. "Huu.. kasian deh. Emang enak kena hukuman tiap hari. weeekkk"

Kulihat Sasuke menatap tajam ke arahku, seolah berkata. 'awas kau, tunggu pembalasanku.' Tapi aku kembali menjulurkan lidah. "weeekk.. gak takut!"

TEEETT!

Bel masuk kelas sudah berbunyi, Sasuke dan Naruto baru saja masuk kelas. Dan segera duduk di depan kami

"Makanya jangan badung." Kataku sarkastik.

"Ia nih, kalian berdua gak bosen apa diocehin pak Asuma?" sambung Hinata.

"Hinata-chan.. kau menghawatirkanku.. hikh." Jawab Naruto lebay.

"Eh, tumben kamu gak nembak Hinata hari ini?" tanyaku heran dengan Naruto.

"Nanti lah.. hehe."

"Kalian tau gak pagi ini pe;ajaran apa?" tanya Sasuke.

"Jangan bilang kamu amnesia." Tanyaku menyeringai. "Ya pelajaran bahasa, bu Anko yang ngajar." Sasuke menganggguk-angguk paham.

"Eh, Kau mau taruhan gak?" tanya Sasuke padaku. "Biasa, yang kalah bakal nurutin kemauan yang menang.

"Taruhan apa?" tanyaku.

"Tebak apa yang bakal bu Anko ucapkan pertama kali pas masuk kelas!"

"Yaaaah.. itu mah gampang banget, pasti dia bakal nyapa.. basi-basi.. yang lain deh." Jawab Hinata.

"Iya, yang lain aja Sas." Sambungku.

"Ah, hari ini, bu Anko bakal jatuh cinta." Sasuke menyeringai.

"Haha.. gak mungkinnn. Lagian bu Anko itu kan rada serius. Masa ia dia nunjukin ekpresi jatuh cinta." Jawabku remeh.

"okay Deal ya. Itu taruhannya." Sasuke menjulurkan jari kelingkingnya padaku.

"Deal." Kataku.

"Penasaraan nih siapa yang bakal menang." Kata Chouji, siswa gendut yang duduk di sebrangku yang ikut mendengar taruhan kami.

Kami berdua sering melakukan taruhan. Teman-teman di kelas kadang juga penasaran siapa yang bakal menjadi pemenang dalam taruhan konyol yang kami buat ini.

"Eh itu, bu Anko datang." Seorang siswa berlari masuk ke kelas. Semua siswa terlihat kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa bu Anko. "Okay silahkan buka buku kalian ya. Sampai di mana pelajaran kita terakhir?"

"Hei. Sepertinya aku yang akan menang, tuh lihat bu Anko ekpresinya biasa aja." Aku sedikit memajukan tubuhku kedepan untuk berbisik dengan Sasuke.

Sasuke menyeringai. "Tunggu aja."

Aku kembali duduk dengan perasaan sedikit penasaran.

Bu Anko baru saja mengambil spidol dalam kotak pensilnya dan hendak menulis materi di papan tulis, tapi tangannya berhenti sejenak. Pandangannya tertuju pada secarik kertas warna pink yang terselip di papan tulis. "Tunggu apa ini?" tanyanya bingung seraya membuka kertas itu.

Semua murid di kelas hening penasaran kecuali Sasuke yang dari tadi menahan tawa. Aku curiga jangan-jangan.

"Berapa kali kuharus katakan cinta?

Berapa lama ku harus menunggumu

Di ujung gelisah ini aku, tak sedikitpun tak ingat kamu,

Namun dirimu masih begitu. Acuhkan ku tak mau tahu..."

Itu adalah isi surat yang tertulis dalam surat pink itu. semua murid di kelas tertawa saat bu Anko membaca surat itu. terkecuali Naruto yang dari tadi sibuk meraba-raba isi kantong dan tasnya, sepertinya dia kehilangan sesuatu.

"Teme.. sialan kau." Mata Naruto seakan memancarkan api ke arah Sasuke. ternyata surat pink itu adalah milik Naruto yang ia siapkan untuk Hinata.

"Siapa yang menulis surat romantis ini?" kata bu Anko tersipu malu.

"Wah, ternyata ada yang diam-diam menyukai ibu." Teriak Sasuke, semua murid langsung bersorak. Bu Anko tersipu, Naruto menundukan kepalanya.

Sasuke balik badan menatapku memamerkan senyuman liciknya pertanda ia puas akan kemenangannya. Bibirku mengerucut sebal. Sialan, lagi-lagi aku kalah.

"Baik, apa maumu yang harus aku turuti?" tanyaku setelah pelajaran usai.

"Hn.. jangan buru-buru. Simpan saja dulu. Nikmati waktu santaimu! " Katanya sambil mengacak-acak rambutku dan lekas pergi keluar kelas bersama Naruto. Dasar Sasuke sialan.

Siang itu matahari memancarkan sinarnya sangat terik. Tapi tidak mengubah semangat para siswa untuk berada di kelas olah raga. Aku, Hinata, Naruto dan Sasuke berada di kelas B. Saat ini kelas B dan C mendapat giliran untuk mengambil nilai olah raga.

Para murid perempuan kelas B sedang bertanding bola volly dengan kelas C, Itu adalah kelas Ino and the genk.

Sementara murid laki-laki sedang duduk bersantai menunggu giliran. Sasuke dan Naruto saling memperhatikan perempuan yang sedang asyik main volly.

"Hei, bro. Kalian tau kenapa pelajaran olah raga paling disukai kaum adam?" tanya Sasuke kepada kerumunan murid laki-laki yang sedang duduk sambil menikmati pertandingan volly.

"Apa?" tanya mreka penasaran. Sasuke langsung menunjuk beberapa perempuan yang main volly menggunakan mulutnya, dan para kaum adam pun menoleh dan mengangguk paham. Mereka memperhatikan celana olahraga perempuan yang pendek sehingga membentuk bokong yang indah, juga tak lupa kaos olah raga yang cukup tipis, apalagi pas para perempuan itu sedang melompat menangkap bola, payudara mereka akan terlihat memantul."Oooh.. kami paham sekarang." jawab murid laki-laki berbarengan. Itulah pemandangan yang indah bagi kaum adam. Dasar laki-laki mesum.

Aku tahu, saat itu Sasuke memperhatikanku yang sedang bermain volly dengan riangnya, sementara Naruto juga memperhatikan Hinata dengan wajah yang memerah. Entah apa yang mereka pikirkan.

"Hei Dobe. Sudah lama aku penasaran denganmu, apa yang membuatmu terobsesi untuk mencintai Hinata walau kau sering ditolaknya?" Tanya Sasuke penasaran.

"Entahlah." Jawab Naruto. Pandangannya menerawang, "Melihatnya tersenyum, rasanya aku tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini."

"Tapi menurutku, kau itu bukannya Cuma dianggap friend zone dengan Hinata?" sahut Kiba teman sekelas kami.

Bagai tertimpa besi 100 ton. Naruto tertunduk lesu mendengar perkataan Kiba. Semua murid laki-laki langsung tertawa melihat ekpresi Naruto.

Sasuke kembali menatap lapangan, menatapku dengan senyuman. Aku pun membalas senyumannya.

Aku pun hendak bersiap melempar bola ke arah lawan. SMASH!.. lemparanku berhasil mengalahkan lawan. Aku pun kembali menatap Sasuke dan melempar seringai padanya.

"Hei, Ino. Lihat si sainganmu, Sakura, kayanya dia semangat banget menangin volly ini. Aku yakin dia mau dianggap hebat sama si Sasuke." bisik salah satu Ino and the genk.

"Cih.. sekarang dia memang bisa tersenyum, tapi liat aja nanti, siapa yang bakal merebut hati Sasuke." Kata Ino penuh keyakinan.

"Eh, Sas. Liat deh dari tadi Ino ngeliatin kamu terus, tuh. Kayanya dia cinta mati deh sama kamu." Kata Shikamaru.

"Ino itu cantik, anak konglomerat, masa loh gak ada niat buat ngerespon balik doi?" sambung Kiba.

Kini giliran Ino yang akan servis bola ke lawan tapi bolanya justru terbang ke arah kerumunan murid laki-laki. Sepertinya Ino sengaja. Sontak semua murid laki-laki di sana berebut ingin mengembalikan bola ke pada Ino, tapi tanpa diduga, tangan Sasuke duluan mengambil bola itu dan berjalan ke arah Ino. Ino lantas tersipu malu.

Entah kenapa dadaku sedikit sesak melihat perlakuan Sasuke seperti itu. tidak-tidak. Aku tidak boleh bersikap bodoh.

"Kyaaa.. Saki, lihat jodohku sedang main di sana! Gantengnyaaa.." teriak Hinata dengan muka yang merah sedang heboh menunjuk Gaara yang sedang bermain basket di lapangan sebrang. Semua murid perempuan lantas meninggalkan lapangan volly dan berkerumun di pinggir lapangan basket. Tentunya aku juga ikut terseret ke sana.

"Kyaaa. Gaara-kun.." "Gaara hebat sekali.!" "Kereenn!" semua murid perempuan heboh meneriaki Gaara yang sedang main. Yah, aku akui Gaara memang tampan, ditambah saat dia sedang main basket, Unnnnncchhh. Kegantengannya bikin meleleh. Ee... tunggu..

DUUKKK!

Sebuah benda keras mendarat cantik di jidatku. "Awww.." rintihku.

"Saki.. kau tidak apapa?" tanya Hinata Khawatir.

"Maaf. Apa kau baik-baik saja?" kali ini Gaara datang menghampiriku. Yah, doi yang tidak sengaja melempar bola basket ke jidatku.

"Ya,, ga papa kok." Jawabku.

"Tapi sepertinya keningmu merah." Sepertinya doi sangat khawatir.

"Beneran gapapa kok." Aku meyakinkan. Sumpah deh, aslinya beneran sakit. Tapi sakitnya gak seberapa sih. malunya itu loh.

"Yaudah kalo gitu. Aku balik ke lapangan dulu ya." Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

TEEEETTT!

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Kali ini aku pulang sekolah sendirian, karena Hinata sudah dijemput oleh ayahnya.

"Hei.. kita ketemu lagi. keningmu uda baikan?" seseorang tiba-tiba menyapaku. Dia adalah Gaara.

"Ah. Hei. Uda mendingan kok.!" Jawabku ramah.

"Kita belum kenalan nih. Aku Sabaku Gaara dari kelas C."

"Sebenarnya aku uda tau kok namamu, soalnya kamu populer sih. Namaku Haruno Sakura, kelas B."

"Ah. Gak juga kok, eh ngomong-ngomong..." belum selesai Gaara menyelesaikan kalimatnya seseorang datang memotong ucapannya.

"Sakura, nanti siang kita jadi kan kencannya." Itu adalah Sasuke. ganggu aja nih anak.

"Apaan sih. kita kan gak ada rencana apa-apa?" ketusku. Jujur aku sebenarnya masih agak kesal dengan Sasuke karena kejadian di lapangan volly tadi.

"Yaudah kita rencanain aja sekarang. nanti sore kita jalan!" ajak Sasuke yang terdengar seperti perintah.

"Maaf ya Sasuke, aku uda ada janji duluan dengan seseorang.. bye!" aku langsung mendorong Sasuke pergi menjauh. "Maaf ya Gaara. Abaikan saja orang itu, dia memang rada-rada. Eh, tadi kamu mau bilang apa?"

"Ngomong-ngomong nanti sore kamu sibuk gak? Aku punya tiket bioskop lebih nih. Yah.. itung-itung sebagai ungkapan maaf soal kejadian di lapangan tadi."

Whats.. aku gak salah dengerkan.. masa ia doi ngajak aku jalan, berdua. Dalam hatiku kegirangan. Aku masih diam menimang-nimang ajakannya. "Hmmmm.. gimana ya?"

DRRTT! DRRRTT!

Terdengar bunyi vibra hanphone dari kantung bajuku. Kulihat ada sms dari Sasuke.

Sasuke : Sakura, kamu jangan mau jalan sama cowok cantik itu.

Aku pun lekas membalas pesannya.

Sakura : Memangnya kenapa? Terserah aku donk mau jalan sama siapa aja.

"Sakura.." tegur Gaara yang dari tadi menunggu jawabanku

"Emmmm... kayaknya.." DRRTTT! DRRTTT! Hp ku kembali bergetar. "Sebentar ya Gaara."

Sasuke : kau punya hutang permintaan padaku. Aku ingin kau tidak jadi pergi dengan Gaara!"

Aku mengerutkan dahi membaca pesan konyol dari Sasuke. Bisa-bisanya dia manfaatkan taruhan pagi tadi untuk membatalkan janjianku dengan Gaara. Cih. Aku tidak mungkin menolak jika menyangkut taruhahan.

Sakura: ku pertimbangkan!

"Gaara-kun. Maaf ya sepertinya lain kali saja. aku baru ingat nanti sore aku ada kegiatan lain." terkutuklaah kau Sasuke.

"Yaah.. sayang sekali." Gaara terlihat tampak kecewa tapi ia berusaha untuk tenang.

"Mungkin lain kali kita bisa pergi bersama."

"Sepertinya ini kesempatan terakhirku. Besok lusa aku akan pindah ke Sunagakure."

"Hah, kenapa?" tanyaku kanget.

"Ayahku hanya dinas 2 tahun di Konoha dan pekerjaannya sudah selesai. Kami sudah harus pulang ke Sunagakure." jelasnya. Entah kenapa perasaanku sedikit sedih. Aku hanya diam menatap Gaara dengan senduh.

"Suatu saat aku akan kembali lagi ke Konoha, aku harap kita akan bertemu dan mengobrol lagi." Gaara tersenyum lembut menatapku. "Aku pulang duluan, ya." Ia membelai lembut rambutku dan lekas pergi. Aku masih bergeming menatap punggunya yang perlahan hilang menjauh.

Haaah.. lelah sekali hari ini.. Aku membanting tubuhku di atas tempat tidurku dengan masih mengenakan seragam sekolah.

DRRTT! DRRTT! Vibra hpku bergetar. Segera kurogoh kantung bajuku.

Sasuke: Sudah pulang?

Sakura: Sudah.

Sasuke: cepat sekali kencannya?

Sakura: aku gak jadi pergi, puas. Aku gak punya hutang permintaan lagi padamu.

Aku yakin saat ini sasuke sedang tersenyum puas.

Sasuke: Apa kau suka dengan cowo Suna itu?

Sakura: Kenapa kau peduli siapa yang aku suka?

Hening.. cukup lama dia membalas sms terakhir dariku. Apa yang Sasuke pikirkan ya? Apa dia sudah tidur ya? Aku sungguh penasaran. Aku menekan tombol call.

"Hallo.." sambungnya dari sebrang sana.

"Hai, kau tidak tidur?" tanyaku.

"Hn.. belum."

"Btw kau belum jawab pertanyaanku." Tanyaku to the point.

"Pertanyaan yang mana?" tanyanya pura-pura polos. Menyebalkan.

"Tentang kenapa kau peduli siapa yang aku sukai?" hening sejenak.

"Hn. Apa itu penting buatmu?" kenapa dia selalu nanya balik sih.

"Yasudah kalau kau tidak mau jawab. Aku tutup telponnya ya!" jawabku dengan nada merajuk.

"Eh, tunggu. Kenapa kau picik gini, sih?"

"Jadi mau jawab atau gak?"

Suasana kembali hening. "Hn.." aku bisa merasakan kalau saat ini Sasuke sedikit.. gugup.

"Hn. ka.. kalau kau suka dengannya..." dia menjeda kalimat. "berarti dia sainganku."

Bagai terjatuh di tengah tumpukkan bunga. Hati ini hangat seketika mendengar pengakuan Sasuke. aku tidak bisa menyembunyikan senyuman di wajahku. Jika aku bercermin sekarang ku yakin pipiku akan semerah tomat, buah kesukaannya. Aku menggigit bibir bawahku. Bingung harus merespon bagaimana.

"Eh, kau bilang apa?" aku pura-pura tidak mendengar, sengaja biar diulang.

"Aku sudah bilang. Aku tau kamu dengar. Berhenti membuatku malu." Jawab Sasuke salah tingkah. Aku bisa menebak kalau saat ini pipi Sasuke sama sepertiku, merah padam.

"Ayolah please Sasuke, ulang lagi."

"Berhenti membuatku malu, kau menyebalkan."

Aku hanya bisa terkekeh geli. "Aku ingin mendengarnya lagi besok di sekolah." Aku langsung menutup telpon.

KYAAAAAA... rasanya aku ingin berteriak kencang.. ku peluk erat-erat bantal guling sambil membayangkan pengakuan Sasuke barusan. Rasanya ini seperti mimpi. Cinta pertamaku yang terbalas. Akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Pagi hari yang cerah. Secerah hatiku yang sedang berbunga-bunga.

"Saki.. hari ini kau tampak bahagia sekali. Ada apa sih?" tanya Hinata keheranan melihatku senyum-senyum dari tadi.

"Biasa, dia lagi abis obat." Sasuke baru saja datang ke kelas dan langsung duduk.

Aku langsung mengacak-acak gemas rambut pantat ayamnya dari belakang.

"Hei, Hei.. ada berita hangat." Kata Kiba heboh.

"Anget begimane? Seanget indomie Ichiraku?" Sahut Chouji. Yeeee. Ini anak pikirannya makanan mulu.

"Tadi aku lewat depan ruang kepsek. Katanya bu Kurenai akan cuti melahirkan. Dan bakal ada guru pengganti. Sialnya aku gak tau itu guru laki-laki atau perempuan." Jelas Kiba.

"Aku berharap dia guru perempuan yang cantik, seksi, dan gak killer." Kata Neji, cowok kutu buku yang duduk di sebelah chouji.

"Aku juga pikir lebih baik yang datang guru perempuan. Ya kan Hinata" Kataku. Hinata juga mengangguk setuju.

Sasuke refleks menoleh kebelakang. "Bagaimana kalau kita taruhan!" aku bisa menebak apa yang akan menjadi objek taruhannya kali ini.

"Aku juga ikutan ah." Naruto berdiri dan menghadap Hinata. " Hinata ayo kita juga taruhan. Kalau aku yang menang kau harus jadi pacarku."

"Kalau kau kalah?" Hinata menyeringai. "kau harus mencium Shino." Hitana menunjuk Shino yang duduk di samping Naruto. Dia murid yang sangat aneh, selalu membawa serangga kemana-mana. Seketika Naruto bergidik ngeri sambil menelan ludah.

"Ba..baik. aku yakin yang datang adalah guru laki-laki." Ia menjulurkan tangan ke Hinata. "Deal!"

Hinata juga membalas jabatan tangan Naruto. "Deal!."

"Baik Sakura, aku yakin kalau yang datang adalah guru laki-laki. Kalau aku menang kau harus menuruti semua keinginanku. Deal!" berbeda dengan NaruHina, bentuk kesepakatan kami bukan dengan berjabat tangan tapi dengan mengacungkan jari kelingking.

"Baik, tapi kalau ternyata yang datang guru perempuan, kau harus..." aku menjeda kalimat. Semua murid di kelas penasaran menunggu kalimatku. "...Kau harus keliling lapangan... dengan telanjang. Deal!" Sasuke hanya bisa meneguk ludah. Sementara teman-teman di kelas tertawa. Sepertinya mereka juga tidak sabar siapa yang akan memenangkan taruhan kali ini.

Deg..Deg...Deg.. terdengar bunyi debaran jantung siswa di kelas B. tunggu kenapa semuannya ikut berdebar. Kan mereka gak ikut taruhan. Hah, terserah.

Tap..Tap..Tap.. bunyi langkah kaki mulai mendekat menuju kelas B. aku yakin itu suara hak sepatu perempuan. Tap..Tap..Tap.. semakin mendekat, dan..

"Bu Anko?" Semua murid teriak. Bu Anko pun terkejut.

"Hei.. ada apa dengan kalian ini, mengagetkan saja." ternyata bu Anko hanya numpang lewat depan kelas kami, karena ia mengajar di kelas sebelah.

Tap..Tap..Tap.. terdengar kembali suara sepatu. Tapi dari bunyinya seperti suara sepatu laki-laki.. suasana di kelas kembali menegang. Dan ternyata..

"Pak Asuma.!" Kembali semua murid kelas B berteriak.

"Hei.. hei ada apa dengan kalian ini. Kenapa kalian heboh?" tanya pak Asuma heran. "Baik bapak akan mengenalkan guru baru pada kalian. Bapak harap kalian mampu belajar dengan baik dan menghormati guru baru kita ini. Silahkan masuk."

Guru barunya adalah seorang perempuan.

"Yeeeeee..." semua murid laki-laki bersorak gembira kecuali duo badung Sasuke dan Naruto. Guru yang datang sesuai ekpetasi Neji, cantik, seksi tapi belum dipastikan beliau killer atau nggak.

"Gak mungkin." Kata Sasuke dan Naruto berbarengan. Sasuke hanya bisa menunduk memeluk 'tubuhnya'. Sementara Naruto menatap ngeri ke arah Shino yang seolah sedang mengeluarkan aura suramnya.

"Hai anak-anak. Perkenalkan saya bu Tsunade. Saya akan mengajar sejarah di kelas kalian. baik, sampai mana pelajaran kalian?" jelas bu Tsunade singkat padat dan jelas. Beliau guru yang baik namun tegas.

"Pssstt..." Hinata menepuk pundak Naruto ketika bu Tsunade menghadap papan tulis. Naruto pun menoleh. "Cepat cium!" Mata Hinata melirik kearah Shino yang sedang diam menulis. Terlihat wajah Naruto penuh penyesalan. Aku hanya terkekeh geli.

Aku juga ikut mencolek punggung Sasuke. "Hei, tadi aku hanya bercanda." Sejujurnya aku juga gak rela kalau Sasuke beneran telanjang. Aku gak mau tubuhnya jadi konsumsi publik gadis-gadis se Konoha High School.

"Kau pikir aku laki-laki brengsek yang tidak pernah menepati janjinya apa?" Kenapa Sasuke menjadi merasa tertantang.

Saat bu Tsunade masih asyik menulis materi di papan tulis, Naruto mulai bereaksi mencium Shino, tentu saja tidak mudah. Shino memberontak tidak sudi dicium Naruto. Semua murid terkekeh melihat aksi Naruto, karena ribut bu Tsunade pun menoleh ke arah belakang, Naruto sudah duduk di bangkunya lagi dengan nafas ngosh-ngoshan.

Merasa ada yang tidak beres, bu Tsunade berjalan menghampiri bangku Naruto. "Apa kau paham sejarah pertarungan Madara dan Hashirama?" Naruto yang ditanya malah bengong. Sementara murid-murid lainnya diam menahan tawa. Sasuke tidak, dia masih menunduk memandangi tubuhnya dengan gelisah.

"Ma..maaf bu, saya lu..lupa." kata Naruto gugup.

"Makanya perhatikan kalau saya sedang mengajar!" teriak bu Tsunade dengan nada tinggi. Semua murid langsung terdiam. Guru seksi itu pun kembali melanjutkan aktivitas menulis di papan sambil tetap menjelaskan pelajaran.

Saat bu Tsunade kembali hanya fokus ke papan tulis, Naruto kembali mencoba mencium Shino, semua murid kembali tertawa hingga membuat bu Tsunade akhirnya naik pitam. Ia melemparkan spidol hitamnya tepat ke jidat Naruto.

"DIAAMMM!" teriak bu Tsunade. Semua murid di kelas terdiam.

"Kau, Kuning berdiri!" perintah bu Tsunade kepada Naruto. Kali ini Naruto benar-benar habis. Bu Tsunade berjalan ke bangku Naruto. "Apa muka ku jelek?" Semua murid kaget dengan pertanyaan itu. "Apa muka ku amat jelek sampai kau lebih tertarik mencium murid di sebelah sana? Dari pada memperhatikan pelajaranku?" semua murid saling pandang. Ingin tertawa tapi tidak bisa.

"Sedangkan kau, rambut emo.." bu Tsunade menunjuk ke arah Sasuke. "Kau dari tadi selalu melihat ke bawah. Untuk apa?" Sasuke langsung duduk tegap.

"Ada apa dengan laki-laki di kelas ini? Kalau kalian mau main-main jangan sekarang. jadilah laki-laki yang bermanfaat dan menghargai orang lain."

"Ibu benar!" teriak Sasuke tiba-tiba sambil berdiri. Semua murid kaget, bu Tsunade kaget. "Sebagai laki-laki sejati, aku harus menepati janji..." Aku langsung tertegun mendengarnya. Apa maksudnya janji tentang taruhan tadi? Apa dia sungguh ingin lari telanjang? Apa dia akan melakukannya? "Bu, apa aku boleh ke toilet sekarang?"

Bu Tsunade menghela nafas. Sepertinya dia lelah. "Kenapa Teen zaman Now sangat menggelikan? Baiklah silahkan."

"Permisi bu." Sasuke berjalan keluar kelas. Oh tidaak. Apa dia serius ingin telanjang sekarang. Setelah sampai di depan pintu kelas, Sasuke menatapku sambil menyeringai. Aku hanya bisa memberi isyarat dari jauh 'Bodoh. Sudah kubilang jangan lakukan.!' Tapi Sasuke malah semakin bersemangat. Dia memegang dasinya dan mulai melepas kancingnya. Aku semakin gugup. Semua murid yang ada di kelas saling memandang penasaran apa yang akan Sasuke lakukan.

Di ujung koridor kelas ada pak Asuma, bu Anko dan guru lainnya sedang berjalan. Mereka menatap Sasuke heran. Kenapa murid yang terkenal badung ini melucuti pakaiannya di depan kelas, Pikir mereka.

Tinggal sabuk celananya di tarik maka Sasuke akan telanjang. Guru-guru di koridor kaget, semua murid kaget, bu Tsunade kaget, aku gelisah memeluk lengan Hinata, tidak ingin melihat yang terjadi selanjutnya. Sasuke kau menyebalkan.

Akhirnya sabuk celana telah terlepas dan Sasuke hanya tinggal boxer saja sekarang. semua guru di koridor langsung berlari mengejar Sasuke yang sudah berlari duluan menuju lapangan. Bu Tsunade ikut kaget dengan aksi nekat Sasuke, semua murid langsung berlari ke depan kelas melihat Sasuke di kejar guru sambil telanjang.

"Hinata, aku harus gimana?" tanyaku gelisah.

"Udah, nikmatin aja." Duuh aku jadi blushing dengar Hinata ngomong kea gitu, di saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan indah tubuh Sasuke. "Eh, tunggu. Gimana kalau nanti Sasuke dikeluarin dari sekolah ini?"

Aku langsung keluar kelas, mengambil seragam Sasuke yang ia tinggalkan depan kelas dan langsung menuju ke lapangan. Walau bagaimanapun aku tidak ingin Sasuke dapat masalah karena taruhan konyol kami tadi.

Sekarang aku sudah ada di pinggir lapangan sekolah. Aku melihat Sasuke dari jauh yang masih berlari mengelilingi lapangan, dan tidak lupa kalau guru lainnya masih mengejar Sasuke. sejenak ada perasaan terharu dalam hatiku. Sasuke benar-benar menepati janji kami. kulihat Sasuke tersenyum ke arahku sambil melambaikan tangan ke arahku. Kupeluk erat seragam Sasuke. Aku hanya bisa membalas senyumannya dari jauh. Sasuke, kau bodoh.

.

TO BE CONTINUE.

Halo-halo semua.. sudah lama gak jumpa.

Duh gara-gara bikin fanfic ini jadi bikin banyak hutang lagi deh. Padahal fanfic sebelumnya belum kelar.. hu hu hu

Btw gimana cerita yang ini?

Pengen lanjut sih tapi nanti ah, mau liat antusias readers nya dulu. Kalo banyak yang suka bakal lanjut chapter 2 nya besok bakal di upload.

Sebenarnya mau digabungin jadi oneshoot tapi panjang bangeeettt.. ampe 16k word..

Jadilah sekarang ceritanya dIbagi-bagi.

Okee.. tunggu kesan pesan di kolom review.

Makasih yang uda baca.

Salam cium

PeDeeS, 7 Mei 2018