Namikaze Horror Fate

Disclamier

Naruto ©Masashi Kishimoto

Genre : Horror, Comedy

Rated : T+

Warning : OoC, Saltik, dan berbagai kesalahan penulisan lainnya.


Chapter 1

Seorang pemuda berambut pirang tampak terbaring diatas ranjang rumah sakit. Perban berwarna kecoklatan (akibat iler) tampak melingkar di kepala untuk menutupi kedua matanya. Dari nama yang tertera di ranjangnya, pasien itu bernama Naruto Namikaze.

Ia sudah berada di ruangan itu selama satu minggu. Yah, itu karena insiden konyol saat ulang tahunnya bersama saudara kembarnya, Uzumaki Menma, Ia harus dirawat disana. Kenapa insiden konyol? Karena insiden tersebut terjadi akibat Naruto melihat sekelebat bayangan dan akhirnya terpeleset sebuah kulit jeruk yang ia buang sembarangan saat pesta berlangsung.

Jadi kejadian itu bisa kita beri judul 'Insiden kulit jeruk'.

Berkali-kali ia terlihat bosan dan mendengus kesal. Ia tidak menyangka, benturan yang dialami kepalanya membuat otot-otot matanya ikut bereaksi sehingga harus diistirahatkan sampai seminggu.

"Jeruk.. kenapa... kenapaa.. kenapa kau menghianatiku?!" Ia meraung konyol sok dramatis.

Kriiieett..

Pintu ruangan Naruto terbuka. Menampilkan dua orang pemuda seumurannya. Satu dari pemuda itu memiliki kemiripan fisik dengannya, hanya saja rambutnya merah, bukan pirang seperti Naruto.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya si pemuda berambut merah.

Naruto menoleh ke sumber suara, Ia sangat mengenal suara itu. "Seperti yang kau lihat, Menma." balas Naruto. Ia bersyukur adegan sok dramatisnya tadi sepertinya tidak diketahui orang lain.

"Hah.. Lagipula kenapa juga kau bisa menginjak kulit jeruk yang kau buang sendiri? Konyol sekali." cibir Menma yang kesekian kalinya dalam seminggu ini seperti tidak ada topik lain yang hinggap di kepalanya.

"Y-ya mana kutahu kalau akan seperti ini! Namanya juga insiden!" jawab Naruto kesal.

"Ya benar. Insiden kulit jeruk. Kau tahu, kisahmu sudah diangkat di media majalah sekolah." timpal seorang pemuda yang tadi bersama Menma.

"Sasque?"

"Sasque ndasmu." balas yang dipanggil dengan suara sedatar ekspresi wajahnya.

"Wah.. ternyata kau perhatian juga ya, teme." Naruto terlihat nyengir. "Eh sebentar, kisahku diangkat di majalah sekolah? Memangnya kisah apa?".

"Tentu saja, kisah tentang Insiden kulit jeruk. Berkat Arashi yang mau repot-repot menulis berita tentangmu, kau terkenal menjadi tokoh utama di cerita itu.. hahahaha!" Menma tertawa keras.

Naruto misuh-misuh dalam hati. Kedua tangannya terlihat meremas selimut rumah sakit dengar keras. "Asu og." ucapnya geram.

"Oh iya dobe. Kata dokter berapa hari lagi kau akan disini?"

"Mm.. Tadi pagi saat aku diperiksa, Dokter mengatakan jika besok aku sudah boleh pulang." jelas Naruto.

"Baguslah."

"Naruto, dimana Ayah dan Ibu?" tanya Menma.

"Tadi dokter meminta ayah dan ibu untuk ikut ke ruangannya. Mungkin sekarang mereka di sana."

"Oh.."

-o0o-

Satu hari berlalu dengan cepat. Naruto pagi itu telah diperbolehkan dokter untuk pulang. Perban di matanya telah dibuka. Namun.. hal itu membuatnya harus menerima sesuatu yang baru di matanya.

Ia harus melihat sesuatu yang tidak seharusnya bisa ia lihat dan mungkin...

...tidak ingin ia lihat...

...Hantu.

Sepanjang perjalanannya dari ranjang rumah sakit sampai masuk mobil dan tiba dirumah. Naruto harus berkeringat dingin karena melihat 'sesuatu'.

Ia melihat manusia-manusia 'lain' dalam kondisi mengerikan. Ada yang kepalanya tidak berada di tempatnya, ada yang dadanya bolong, ada yang giginya ompong, dan banyak lagi. Kesimpulannya satu, Ia dianugerahi.. atau lebih tepatnya di kutuk untuk bisa melihat hantu.

-o0o-

"UWAAAA!"

Teriakan bernada fals itu membuat suasana minggu pagi damai nan tenang di kediaman Namikaze berubah seketika. Tiga sosok manusia berlari menuju sebuah kamar yang menjadi sumber suara.

"Ada apa Naruto?!"

Pintu kayu itu terbuka paksa seketika setelah Kushina, ibu Naruto dan Menma menendangnya. Dengan wajah panik wanita itu kemudian masuk ke kamar Naruto diikuti dua laki-laki yang sedari tadi dibelakangnya.

"I..it..ituuu..." Naruto menunjuk pojokan kamarnya. Ia menutupi wajahnya dengan satu tangannya yang lain.

Tiga orang yang baru saja datang melihat tempat yang ditunjuk Naruto dengan tatapan bingung. Mereka hanya melihat rak buku dan meja belajar.

"Maksudmu apa Naruto?" tanya Minato, ayah Naruto dan Menma.

"D-disana ada... ada.. pokoknya serem yah!"

Minato tampak berfikir sesuatu. Sedangkan Menma dan Kushina tampak saling memandang sampai akhirnya...

"Apa maksudmu yang menyeramkan itu adalah PR?" tanya Menma dengan polos.

"Atau disana kau melihat kulit jeruk?" sambung Kushina tak kalah polos.

Naruto dengan cepat langsung berdiri dan memukul kepala Menma dengan penuh rasa persaudaraan.

"Bukan itu!"

Menma mengusap kepalanya kasar. "Nggak usah pakai acara mukul napa!" ucapnya keras.

"Lalu apa maksudmu, Naruto?" tanya Kushina seraya mendekat kearah Naruto.

Naruto membulatkan matanya kembali. Ia berlari menjauh setelah melihat lagi sosok transparan yang melambai dari dekat meja belajarnya.

"H-hoyy! ooyyy! Tungguu Naruto!"

Langkah lebar Naruto membimbingnya menuju dapur yang berada dilantai satu. Mengatur nafas sejenak, Naruto menengak minuman yang tadi berada di kulkasnya. Keringat dingin membasahi wajahnya.

"Sialan!" umpatnya dalam hati.

Ia mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Meremas kepalanya frustrasi. Kenapa tiba-tiba ia bisa melihat sesuatu yang disebut 'Hantu'?

"Naruto."

Pemuda bersurai pirang itu menatap tiga sosok yang telah berada didekatnya entah sejak kapan.

"Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu." kata Minato seraya duduk di kursi meja makan diikuti Kushina dan Menma. Naruto hanya menatap ayahnya.

Minato menghela nafasnya sejenak sebelum membuka pembicaraan. "Jawab pertanyaanku. Apa kau melihat 'hantu'?" tanyanya.

Naruto membulatkan matanya. Ia terkejut. Sedangkan Menma terlihat bingung.

"Hant-."

"A-ayah juga melihatnya?" Naruto memotong kalimat Menma.

Minato mengangguk. "Tapi itu dulu." jawaban Minato membuat dua sosok anak kembar itu terkejut.

Sejenak, Minato menatap istrinya. Ia kemudian berkata setelah mendapat anggukan dari Kushina. "Ada yang ingin ayah ceritakan pada kalian."

"Tunggu dulu!" Interupsi Menma, ia masih belum menangkap pembicaraan ini dengan nalar ilmiahnya. "Memangnya hantu itu benar-benar ada?" tanya pemuda bersurai merah itu.

"Ada." kali ini Kushina ikut berbicara. "Meskipun aku sendiri belum pernah melihatnya." lanjutnya.

"Kalian berdua, dengarkan baik-baik." Minato menghela nafasnya sejenak. "Dulu.. saat era kekaisaran masih kacau, leluhur kalian diperintahkan untuk memusnahkan kelompok pendeta yang dianggap sebagai pemuja iblis yang membahayakan Dinasti Kekaisaran..."

"... Saat itu diusia tujuh belas tahun, Namikaze Ryu yang merupakan kakek dari kakeknya kakek buyut kalian menjadi pemimpin misi itu. Ia berhasil melakukannya namun.."

"Para pendeta itu mengutuk keluarga Namikaze. Mereka mengutuk setiap anak dari anak bungsu di keturunan Namikaze Ryu akan dapat melihat hantu..."

"K-kutukan? Anak bungsu?" Naruto menggigil. Paranoidnya kambuh.

Minato mengangguk. "Hal itu dikarenakan Namikaze Ryu adalah putra bungsu. Jadi anaknya yang bungsu akan dapat melihat hantu, lalu anak bungsu dari anak bungsu Namikaze Ryu, lalu anak bungsu dari cucu bungsu Namikaze Ryu, lalu anak bungsu dari cicit bungsu Na-"

"Minato!" bentak Kushina pada sang suami yang malah terlihat bercanda.

"Hehe." Minato nyengir. "Yang jelas setiap keturunan bungsu dari Namikaze Ryu akan dapat melihat hantu..." Minato mengantungkan kalimatnya. Naruto menengguk ludah.

"...dan tentu saja, keturunan bungsu selanjutnya setelah ayah adalah kau, Naruto."

"WOAAAAA!"

Plakk!

"Biasa aja napa!" ujar Menma sembari menyeringai setelah balas dendam pada Naruto dengan menggeplak kepalanya.

Plaaakk!

"Adikmu baru saja keluar dari rumah sakit Menma!" kali ini giliran Kushina yang memukul kepala anak sulungnya.

Menma mendengus sembari mengelus kepalanya lagi. "Padahal aku 'kan cuma ingin balas dendam." gumamnya lirih. Ia tidak ingin kembali diamuk Kushina.

"T-tapi yah. Aku dan Menma kan kembar?"

"Tetap saja, kau lahir empat menit tujuh detik setelah Menma, Naruto. Itu tidak akan berpengaruh." jawab Minato. "Bahkan anak tunggal pun akan tetap mendapatkan kutukan itu. Apa kau lupa jika ayahmu ini anak tunggal?" lanjutnya.

Menma menyeringai. Entah kenapa ia malah senang melihat adik kembarnya yang tertekan. "Nikmati saja.. Adik manis!" ucapnya sembari tertawa.

Beragam bayangan makluk halus bersarang di kepala Naruto. Tidak! Ia tidak ingin melihat makluk-makluk sialan itu! Bisa-bisa ia jadi seperti mereka! A-anu, maksudnya jadi gila!

Melihat anaknya yang frustrasi, Minato kemudian menjelaskan satu hal lagi pada Naruto. "Tenang saja, hal itu hanya akan terjadi sampai kau berumur 40 tahun."

Menma menoleh cepat kearah ayahnya. "Kenapa hanya sampai 40?"

"Entahlah.." Minato tampak berfikir. "Mungkin karena waktu itu Namikaze Ryu meninggal diusia 40 tahun."

"T-tapi Naruto maupun ayah tidak akan mati diusia 40 tahun 'kan?" tanya Menma lagi. Ia khawatir.

"Tidak.. tenang saja. Kau tahu sendiri 'kan jika ayah sekarang sudah berusia 41 tahun." balas Minato santai.

"Huuhh.. syukurlah.." setidaknya Menma tidak akan kehilangan ayah dan adiknya saat mereka berusia 40 tahun.

"Makanya ayah tadi agak bingung saat melihatmu, Naruto. Karena sudah semenjak satu tahun yang lalu ayah tidak lagi bisa melihat hantu." ujar Minato.

"Jadi semuanya dimulai dari usia 17 tahun si anak bungsu sampai 40 tahun?" tanya Menma lagi. Minato mengangguk.

"Lalu bagaimana jika keturunan bungsu itu mandul?"

Minato tampak berfikir keras. Benar juga, bagaimana jika keturunan bungsu itu mandul?

"Entahlah.. selama ini ayah belum pernah mendengarnya."

"Oh.."

Sementara Menma bergumam menerima informasi, Saudara kembarnya menampilkan ekspresi terkejut... Naruto benar-benar terkejut mendengar penjelasan sang ayah. Jadi bayangan yang ia lihat saat pesta sebelum ia terpeleset kulit jeruk itu adalah hantu?

"Sudahlah, jangan tertekan seperti itu adikku tersayang... Huahahaha!"

"Cih! Kau bisa berkata seperti itu karena tidak melihat mereka bego!" geram Naruto sembari menggembungkan pipinya. Ngambek.

Menma masih melanjutkan tawanya sebelum menampilkan ekspresi serius. Membuat Naruto bingung.

"Hm... kau tidak perlu takut, Naruto. Aku akan selalu disampingmu..." ucap Menma serius meskipun menggantungkan kalimat terakhirnya.

"M-menma?" Naruto terkejut haru ketika sang kakak kembar mengatakan hal itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Menma akan menemaninya sehingga ia tidak akan terlalu takut dengan hantu... Sayangnya...

"Karena aku tidak ingin ketinggalan untuk merekam setiap kekonyolanmu nanti! Huahahahaa!" lanjut Menma dengan penuh tawa persaudaraan.

Plaakk!

"MENMA KAMPRET!"

-To Be Continue-