"U-Uchiha-san..." dan bibir ranum Hinata kembali terkatup setelah menggumam nama yang membuat Hinata mematung.

"Ah, Hyuuga-san," dan pemuda bertubuh jangkung tersebut kemudian mendekati Hinata dan melontarkan kalimat yang cukup membuat lawan bicaranya terkena stroke ringan, "Memang selama ini aku sudah menaruh curiga padamu."


Rules or Love?

Theme by : Nao Vermillion

Main Characters : Uzumaki Naruto and Hyuuga Hinata

Genre : Romance

Rate : T

Warning : Fic ini tidak mengharapkan keuntungan material, apapun yang terjadi di fic ini hanyalah sebuah fiksi dan tidak untuk dicontoh.

Disclaimer : Naruto is Masashi Kishimoto's


.

.

.

Hinata pun masih dalam kondisi mematung setelah mendengar pemuda di hadapannya itu mengucapkan kalimat ambigu yang membuat pikirannya menjadi kusut.

Kemudian bibir tipisnya pun terbuka dan membuka suara, "A-apa yang kamu curigakan, Uchiha-san?" tanya Hinata menaikkan alis kanannya dan menatap sepasang mata seperti arang itu agar Sasuke tidak mencurigai gerak-geriknya.

Sasuke pun menatap gadis pendiam yang lebih pendek darinya itu dengan pandangan sinis, "Apa benar bahwa kau itu adalah stalker si dobe, hn?" dan kemudian si bungsu Uchiha tersebut menunduk untuk menyamakan tingginya dengan gadis bersurai indigo yang dari tadi tubuhnya sudah gemetaran dan suaranya sedikit terbata-bata.

Kedua rembulan Hinata pun mulai mencuri pandang sana-sini. Hinata merasa bahwa dirinya telah tertangkap basah dan nyawanya sekarang berada di ujung tanduk, salah sedikit bisa-bisa menjadi runyam, "Tidak. Ma-mana mungkin aku menjadi seseorang yang begitu maniak seperti itu?" tanya Hinata melemparkan pertanyaan kepada Sasuke tanpa ia menjawab pertanyaan yang sebelumnya.

"..." seperti biasa. Respon Sasuke hanya memasang wajah stoic-nya. Namun kedua mata tajamnya sedikit terdiktrasi terhadap tas mini yang dijinjing Hinata sejak istirahat berlangsung, "Boleh aku lihat apa yang ada di tasmu itu?" suara datar dari Sasuke barusan membuat kedua bahu Hinata bergidik merinding.

Mendengar permintaan tersebut, tentu saja Hinata menolak dengan lantang, "Tidak mau! A-aku tidak akan menyerahkan tas ini!" teriak Hinata namun masih terdengar seperti suara cicitan anak ayam sehingga tidak membuat Sasuke gentar sama sekali.

"Pokoknya aku mau lihat, apa isi tasmu itu!" seru Sasuke mencoba merebut tas berwarna ungu milik Hinata namun sang empunya bersikeras untuk mempertahankan miliknya.

"Kamu jangan memaksa atau nanti aku akan teriak!" ancam Hinata yang mulai ketakutan. Ketakutan bahwa semua yang ada di perlengkapannya itu terdapat foto Naruto semuanya.

Takut karena nanti dicap jelek oleh semua warga sekolah.

Dan takut kalau Naruto akan merasa jijik terhadapnya.

"Dengan begini aku bisa menyimpulkan bahwa kau adalah stalker." ujar Sasuke dengan enteng dan kemudian melonggarkan cengkramannya di tas yang ia mau rebut barusan. Namun ia melepaskan karena sudah tau dari ekspresi yang dikeluarkan Hinata begitu ia menyinggung nama sahabatnya itu.

Sementara itu, manic lavender Hinata mulai terbelalak dan berkaca-kaca. Kedoknya sudah terbongkar oleh sahabat dari pujaan hatinya sendiri, "U-uchiha-san, sudah aku katakan kalau aku bukan stalker. Aku-!" belum sempat Hinata mengeluarkan jurus seribu alasan, kalimat yang dilontarkan Sasuke pun memotong semuanya.

"Kau tidak perlu mengelak lagi, Hyuuga-san. Semuanya sudah terbongkar dengan jelas. Lebih baik kau akui semua ke Naruto atau aku akan membuat di mading sekolah kalau kau adalah seorang maniak."

"Dan reputasimu sebagai putri KIHS akan anjlok karena ini." ucap Sasuke dengan seringaian tipis. Kemudian ia meninggalkan Hinata yang sudah pucat pasi dan raut wajahnya mulai gelisah akan ancaman yang dikatakan oleh wakil ketua OSIS barusan.

Hinata pun memegang kedua pipi chubby-nya, "Ini mimpi kan?!"

"Aku tidak mau kalau Naruto-kun tahu semuanya..."

:chacha:

Derap langkah di ruangan koridor yang sepi pun menambah kesan gema dari gesekan sepatu sekolah dengan lantai. Dengan wajah yang penuh rasa gelisah, pemuda Uzumaki tersebut bermaksud untuk menghadap sang Kepala Sekolah untuk menghapus peraturan konyol member poin 300 bagi siswa-siswi yang tertangkap basah tengah pacaran di lingkungan sekolah.

Hal itu dilakukannya karena ia kerap kali dijauhi bahkan dimusuhi dengan teman-temannya sendiri. Naruto tidak tahan akannya. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, Naruto pun segera mempercepat langkah kakinya menuju ruang di mana Tsunade Senju berada.

Hingga ia sampai di daun pintu. Naruto gugup untuk sekedar mengetuk pintu. Seketika ia pun mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya jika ia dengan berani menegosiasi untuk menghapus atau meringankan hukuman itu. Dan Naruto pun siap jika jabatan ketua OSIS akan dilengserkan karena melawan peraturan yang ada.

Tok! Tok!

Tsunade pun tengah membaca kumpulan jurnal yang bertumpuk. Mendengar ketukan yang berasal dari luar, wanita paruh baya namun parasnya masih seperti gadis muda pun tergelitik telinganya, tanpa babibu ia pun mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Tsunade-baachan, ini aku." ujar Naruto membuka pintu berwarna cokelat metalik lebar-lebar.

Kedua manik hazel Tsunade pun mendelik. Kemudian ia pun melepaskan kacamata yang membingkai kedua bola matanya, "Ada perlu apa, Naruto? Silahkan duduk." ajaknya untuk mengajak Naruto berbicara.

Surai blonde yang dimaksud pun duduk. Dengan rasa canggung yang teraduk-aduk, ia pun bermaksud untuk mengutarakan semua maksud kedatangannya, "Sebenarnya ini memuat tentang peraturan baru yang anda bikin, Tsunade-sensei." ujarnya.

"Ya, terus?" tanya wanita berkuncir dua rendah itu mengerutkan dahinya samar-samar.

"Saya hanya ingin anda menghapus peraturan baru itu...kalau tidak bisa ringankan saja poinnya."

Lawan bicaranya pun memangkukan dagunya, "Memang benar saya telah menerima komplain seperti ini dari beberapa siswa. Namun saya tetap bersikukuh dengan peraturan ini." jawabnya tegas.

"Tapi Tsunade-sensei, apa anda tidak mempertimbangkan-" belum sempurna komplain lainnya yang ingin Naruto ajukan, suara Tsunade pun menginterupsinya untuk mundur.

"Naruto. Saya ingin melanjutkan pekerjaan saya. Jika hanya ini tujuanmu menemui saya, maka silahkan keluar dari ruangan ini." ujar wanita cantik itu pun mengusir Naruto untuk meninggalkan ruang pribadinya.

Naruto pun berdiri dan kemudian pamit, "Baiklah sensei, saya permisi." dengan rasa kecewa pemuda jabrik tersebut mengangkat kakinya untuk pergi


.

.

.

Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, dimana waktu tersebut adalah waktu berakhirnya aktivitas sekolahan. Namun Naruto masih berada karena masih ada kegiatan ekstrakurikuler basket. Dengan langkah ringan, ia membuka lokernya untuk mengambil sepatu olahraga untuk dikenakannya nanti.

Sementara itu, Hinata yang sedari tadi mengendap-endap mengikuti Naruto untuk sekedar mencuri foto untuk diabadikan. Sebelum pemuda itu pergi, Hinata pun dengan sigap mengambil ponsel pintarnya untuk memotret Naruto.

Dengan mengatur angle yang tepat, Hinata pun berhasil menemukan pose yang pas untuk menampakkan wajah indah milik Naruto. Dan kemudian gadis ayu tersebut menekan tombol potret untuk memfoto pujaan hatinya.

CEKREK! Dan sialnya flash kamera milik Hinata belum ia setel off. Sehinggal sinar yang menyilaukan itu memancing perhatian Naruto yang kemudian menoleh ke arah cahaya barusan.

"Siapa di sana?!" teriak si iris sapphire itu, namun tidak ada sahutan sedikit pun.

Penasaran. Naruto pun melangkahkan kakinya untuk mencari pelaku pencuri foto yang tengah berusaha menghilangkan jejak. Dan sayangnya tempat itu tidak ada seorang pun yang bersembunyi sehingga membuat Naruto semakin bingung.

"Atau hanya perasaanku saja ya?" gumamnya seraya menggaruk kepala belakangnnya yang sebenarnya tidak gatal. Kemudian terbesit di benaknya akan perkataan Sasuke beberapa tempo yang lalu soal Hinata.

'Sudah kubilang, bahwa si Hyuuga itu aneh.' kalimat itulah yang terus terngiang-ngiang dan terputar di otak Naruto.

Naruto pun mulai gelisah sehingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sejak lama menunggunya untuk keluar ke lapangan.

"Hoi, Naruto!" terdengar teriakan serta tepukan yang didapat karena tidak mendengar panggilan yang terlontar dari tadi.

Kedua bahu Naruto bergidik, "Apaan sih Kiba? Ngagetin aja." ujarnya sedikit kesal karena dikagetin seperti itu.

"Kamunya aja yang melamun. Sudah berbusa mulutku memanggilmu tadi. Ada apa sih?" tanyanya merangkul bahu teman satu ekskulnya itu.

"Ah, bukan apa-apa." jawab Naruto menggelengkan kepalanya.

Mata hitam Kiba pun memicing, "Kamu yakin?" tanyanya lagi dan hanya direspon oleh satu kali anggukan.

"Ya sudahlah. Ayo kita ke lapangan. Pelatih udah kesal gara-gara kamu!" ajaknya menarik lengan Naruto.

"Iya maaf." ujar Naruto menuruti arah Kiba yang menariknya.

Sepasang amethyst pun memandang kedua teman karib itu dengan lega karena dirinya hampir saja ketahuan. Ia cemas bercampur senang karena berhasil mendapatkan foto sang idola namun cemas karena gara-gara flash kameranya sendiri ia nyaris ketahuan kedoknya sebagai stalker.

:chacha:

Dua minggu kemudian...

Setelah kejadian-kejadian ganjil yang terus menghatuinya, pada akhirnya Naruto memutuskan untuk menyelidiki akan siapa stalker yang membuatnya takut. Sedangkan Sasuke pun hanya menatap Naruto dengan kasihan karena gara-gara itu ia tidak bisa tidur.

Sakura pun mencolek bahu maskulin Sasuke seraya berbisik, "Apa kita tidak beritahu saja yang sebenarnya?" tanyanya.

Sasuke pun berbalik bisik, "Sudahlah. Biarkan saja dia sendiri yang tahu."

"Heh, kalian berdua. Kalau sampai kalian kepergok pacaran denganku, aku akan melaporkan kalian kepada Tsunade-sensei." ancam Naruto dengan pandangan tajam.

Sakura pun kaget, "Apaan sih Naruto? Kami berbisik-bisik saja tidak boleh?!" protes Sakura yang merasa kesal karena tidak diperbolehkan untuk berdekat-dekatan dengan Sasuke.

"Dobe..." panggil Sasuke.

"Apa?" sahut yang dimaksud membalikkan badannya.

"Aku mencurigai Hyuuga sebagai stalkermu itu." ujar Sasuke memberikan sebuah clue agar Naruto lebih mudah menyelidiki semua itu.

"Aku sependapat dengan Sasuke!" timpal Sakura memberikan masukan.

"Kamu kapan sih tidak setuju dengan Sasuke?" ejek Naruto memutar kedua bola mata birunya dengan bosan, "Tapi masa sih Hinata seperti itu?" tanya Naruto kepada kedua temannya.

"Baka." ujar Sakura mengejek balik si Naruto, "Aku sekali lihat saja sudah tahu kalau dia itu suka kepadamu. Jarang-jarang loh dia mau mengobrol selain kepada Neji, Kiba dan Shino." jelas gadis berambut sewarna dengan permen kapas itu dengan panjang lebar.

Naruto pun menundukkan kepalanya, "Sepertinya aku harus mengupas kebenarannya." gumamnya seakan-akan sedang menyusun rencana.

:chacha:

Hari ini Naruto sengaja pulang sedikit sore hanya untuk menikmati pemandangan di atap atas sekolah. Ia lelah pulang ke rumah karena akhir-akhir ini emosinya tidak stabil sehingga ia sering beradu pendapat kepada kedua orang tuanya, terutama ibunya.

Kemudian ia pun membiarkan dirinya dihembus oleh angin senja. Pemuda tampan itu merasa nyaman karenanya.

"Ahh~ sudah sekian lama aku tidak setenang ini semenjak diangkat menjadi ketua OSIS." ujarnya lepas, melepaskan semua bebannya dengan sebuah teriakan.

Sedangkan Hinata pun tersenyum bahagia karena melihat senyuman lebar seperti itu. Senyuman yang paling Hinata sukai.

Hinata terus merekam Naruto yang berdiam diri di rooftop karena jika ia salah melangkah, bisa-bisa ia ketahuan.

Naruto juga tidak kalah cerdik. Pemuda tinggi tersebut telah membuka cermin untuk melihat pantulan dari belakang. Tidak ada yang ia jumpai selain sesosok perempuan yang memakain hoodie hitam.

'Perempuan itu...siapa?' batinnya bertanya-tanya. Kemudian Naruto membalikkan tubuhnya 180 derajat untuk memastikan seorang stalker yang semenjak lama mengikutinya.

Untuk memastikan perkataan Sasuke kalau orang itu adalah Hinata.

Kaget. Hinata pun segera mengambil langkah seribu untuk kabur sebelum Naruto menyadari keberadaannya. Namun terlambat, karena Naruto lebih lincah dan lebih cepat darinya.

"Hei Tunggu!" panggil Naruto membujuk gadis tersebut agar mau berhenti. Namun Hinata masih saja berlari.

Naruto pun akhirnya mengerahkan tenaganya untuk balapan dengan si stalker. Dan pada akhirnya jemari kurus milik Hinata pun berhasil diraihnya hingga gadis ayu itu ditarik ke dalam dada bidangnya.

"-!" tentu saja Hinata kaget dengan tindakan spontan seperti itu. Selain ditarik paksa, Hinata pun juga dibawa ke kelas kosong namun gadis bermarga Hyuuga itu tidak mau bersuara karena takut semuanya menjadi ketahuan dan berantakan.

"Ukh!" rintih Hinata ketika ia didorong ke papan tulis oleh Naruto.

"Heh kau!" ujarnya menatap lurus kepada gadis yang di hadapannya, "Siapa kau? Kenapa kau melakukan ini?!" tanyanya beruntun.

"..." sedangkan yang ditanya hanya diam saja. Antara malu dan takut untuk menjawab.

"Kalau kamu tidak mau mengaku, aku akan membuka paksa hoodie ini." ancamnya kemudian melepaskan tudung hitam yang telah menutupi surai indigo dan wajah bulat yang cantik milik Hinata.

Naruto nge-gasp karena sangat kaget akan siapa yang telah mengekorinya selama ini.

"Hi-Hinata?!" teriaknya menyebut nama gadis cantik itu dengan volume yang cukup keras.

"Na-Naruto-kun..." balas Hinata memainkan kedua telunjukknya. Membuang muka ke arah lain agar matanya tidak bertemu dengan sepasang mata indah milik pujaan hatinya.

"Kenapa kau sampai membuntutiku seperti ini?" tanyanya dengan heran.

Gadis Hyuuga itu meneguk ludahnya, "Sebenarnya...a-aku mengagumimu, Naruto-kun. Hanya saja...aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatimu." jawabnya dengan jujur.

Kedua mata biru Naruto tertuju terhadap handycam, "Berikan padaku." pintanya. Dan Hinata pun dengan pasrah memberikannya.

Naruto pun mengecek semua yang ada didalamnya. Terdapat video saat pentas musik, video pidato, video cerdas cermat dan video dirinya yang berada di rooftop barusan, "Semenjak satu tahun yang lalu?" tanya Naruto dengan keheranan dengan tingkah Hinata.

Wajah Hinata pun memerah seperti kepiting rebus, "Ma-maafkan aku Naruto-kun. Aku tidak bermaksud jahat." jawabnya untuk membela diri.

"Aku memaafkanmu, tapi..." kemudian Naruto pun menaikkan dagu mulus Hinata dan meraih bibirnya yang merah merekah. Sebuah kecupan yang Naruto berikan tepat di bibir dan sesekali menggigit bibir Hinata yang hanya berdiam diri mendapatkan ciuman mendadak seperti itu.

Benar-benar kejadian yang pernah Hinata duga.

Naruto pun melepaskan ciumannya, menjauhkan jarak antara wajahnya dengan wajah Hinata. Sedangkan Hinata tubuhnya menjadi gemetar karena Naruto berubah menjadi seperti orang lain.

"Ke-kenapa kau menciumku, Naruto-kun?" tanya Hinata dengan suara terputus-putus. Ia kesal karena ciuman pertamanya diambil, tetapi senang karena yang mengambil ciuman itu adalah Naruto sendiri.

"Alasannya simpel. Karena aku suka padamu." jawabnya menaikkan kedua alis dan bahunya.

"E-EEEHHH?!" teriak Hinata tidak percaya. Masa sih ketua OSIS yang tenar sepertinya suka sama gadis yang biasa saja seperti dirinya.

"Gini loh Hinata. Aku menciummu karena aku juga senang karena yang menjadi stalkerku adalah dirimu. Bukan orang lain." ujarnya kemudian tangan tannya yang besar itu meraih pucuk biru keunguan Hinata yang panjang.

BLUSH! Wajah Hinata pun kembali memerah senada dengan rambut milik Sakura.

"I-itu..." ujar Hinata lirik sana-sini. Kemudian Naruto menempelkan dahinya ke dahi yang tertutup poni rata Hinata.

"Ada apa?" tanya Hinata kebingungan melihat tingkah Naruto yang seperti anak kecil.

"Sebenarnya aku juga ingin membuat pengakuan." ucap Naruto memasang mimic serius.

"Pe-pengakuan? Pengakuan apa?" tanya Hinata menaikkan sebelah alisnya.

Naruto pun mendekatkan jarak dan kemudian berbisik ke telinga Hinata, "Aku juga sering memata-mataimu loh." ujar Naruto tersenyum lebar. Senyuman lima jari yang membuat Hinata mengawang di langit.

"Kau pasti bercanda." sanggah Hinata tidak percaya.

Kesal karena tidak dipercayai, Naruto pun mengeluarkan ponsel dan kemudian memilih menu galeri untuk melihat isinya.

Isinya yang kebanyakan foto candid Hinata dalam berbagai ekspresi. Membuat Hinata menjadi malu sendiri.

"Aku paling suka ekspresimu yang bengong itu loh. Bengong aja masih manis, hehehe." godanya seraya menunjukkan foto dengan ekspresi yang dimaksud.

"Su-sudahlah. Aku malu..." ujar Hinata menyuruh Naruto agar mau menghapus foto-fotonya yang jelek.

"Tidak mau. Susah loh mendapatkan foto kayak gini." jawab pemuda pirang itu dengan enteng. Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Oh iya Hinata. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." dan Naruto pun menyamakan tingginya dengan sang gadis.

"Tanyakan saja." balas Hinata yang merasa tidak keberatan.

"Apakah kamu...mau menjadi kekasihku?" tanya malu. Bahkan semburat merah pun telah menghiasi kedua pipi coklatnya.

Ditanya seperti itu, Hinata malah menjadi bingung, "Ta-tapi...peraturan sekolah?" bantahnya.

"Aku tidak peduli." ujar Naruto menggeleng, "Selama ini aku bertahan karena kamu selalu menyemangatiku."

"Dan aku sangat senang karena orang yang aku sukai ternyata juga menyukaiku."

"Na-Naruto-kun..." gumam Hinata dengan pandangan berkaca-kaca. Kemudian ia pun menhapus beberapa bulir air mata kebahagiaannya.

"Iya..."

"Aku...mau menjadi pacarmu."


OMAKE

Beberapa bulan telah berlalu. Tiba-tiba sekolah gempar dengan perubahan yang telah berubah secara mendadak oleh Tsunade. Semua murid keheranan mengapa ia bisa mengubah keputusan seenak jidat seperti itu. Hanya Tsunade dan Tuhan lah yang tahu.

"Naruto, apa kau tahu kenapa beliau mau mengubah keputusan seperti itu? Apa kau berhasi membujuknya?" tanya Sakura merangkul lengan putih kekasihnya, Sasuke.

Naruto pun tersenyum manis, "Aku tidak tahu. Yang pasti karena bulan depan ia akan menikah dengan Jiraiya-sensei hehehe." cengirnya yang turut berbahagia akan kabar ini.

Sakura pun mengehembuskan napas lega. Karena ia tak perlu repot-repot lagi menyembunyikan hubungannya dengan Sasuke.

"Bagaimana denganmu? Apa kau sudah mempunyai pacar?" goda Sasuke membuat Naruto menjadi salah fokus.

CKLEK! Pintu ruangan OSIS pun terbuka. Dan Naruto pun menarik Hinata untuk masuk.

"Ini dia. p-a-c-a-r-k-u." ujar Naruto terang-terangan.

Sasuke keheranan, "Si stalker ini?" tanyanya sweatdrop.

"Stalker?" gumam Naruto menatap wajah ayu Hinata. Setelah saling melempar pandangan, pasangan baru tersebut pun dengan serentak menjawab.

"Kami berdua adalah stalker~"

FINN


A/N : Akhirnyaaaaaa *lap ingus* terima kasih kepada Nao Vermillion-senpai yang udah memberikan masukan. Chacha harap semoga fic ini tidak mengecewakan Nao-senpai dan semuanya yaaaa~

Review, please?

See you!

15 Mei 2016

Chacha Rokugatsu.