Di ruang OSIS, sepasang mata sapphire tengah memandang tajam ke arah sepasang kekasih yang kepergok saling bersandaran di gedung olahraga sekolah. Dengan raut sinis, pemuda yang bernama Uzumaki Naruto pun menginterogasi pasangan mudi yang dimabuk asmara tersebut.

"Suigetsu. Karin. Apa kalian tidak tahu bahwa Konoha Intenational High School melarang keras semua pelajar untuk berpacaran, kan?" tanya Naruto menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya ia tidak tega untuk menanya hal privasi kepada mereka berdua. Akan tetapi Senju Tsunade selaku kepala sekolah KIHS mempercayakan aturan ini kepada Naruto selaku ketua OSIS di sekolah elit tersebut.

"Tentu saja kami tahu, Naruto." ujar Suigetsu yang hanya bisa memasang wajah datar. Ia begitu tahu bahwa Naruto sangat memenuhi tanggung jawab yang diembannya. Dengan pasrah pula ia akan menerima konsekuensi yang akan diberikan.

"Bagus-ttebayo," ujar Naruto memegang buku saku siswa yang berisi peraturan dan larangan yang telah tertulis dalam buku kecil itu, "Lalu kenapa kalian berdua melanggarnya, huh?" tanya si pirang lagi berganti menatap si surai maroon yang ada di depannya.

Karin pun membenarkan posisi kacamatanya, "Yang namanya jatuh cinta mana ada yang tahu? Dasar payah!" jawab Karin dengan nada meninggi karena kesal gara-gara hal sepele seperti ini, ia harus berurusan dengan OSIS dan juga sekolah tempat ia menuntut ilmu.

"Iya, aku tahu," ujar Naruto, "Tapi kalian bisa kan menahan kegiatan asmara kalian di lingkungan sekolah." sambungnya seraya memijit-mijit dahinya yang mulai berdenyut. Ia juga pusing karena Suigetsu dan Karin adalah teman sekelasnya sendiri.

"Berhubung ini adalah peraturan sekolah, maka ini termasuk poin merah dalam buku saku dengan poin 300." ujarnya seraya melihat jumlah poin yang tercantum dalam buku saku sekolah apabila melakukan pelanggaran demi pelanggaran.

"Di sini saja apabila poin sudah mencapai 200 akan terkena skors selama satu minggu." Naruto pun mendelik menatap dingin kepada sepasang kekasih yang sedang ia ceramahi habis-habisan. "Kalian harus menegosiasi hal ini kepada Tsunade-sensei agar bisa meringankan hukuman kalian..."

"Atau malah menambah hukuman kalian."

Wajah Karin pun berubah menjadi masam. Ia tidak terima dikenakan poin sebesar itu. Bisa-bisa nilai di rapornya akan terancam akan hal sepele seperti ini.

Karin dan semua siswa di sekolah ini merasa bingung. Untuk apa Tsunade membuat peraturan yang tidak penting seperti ini, sih? Apa karena ia tidak laku sehingga melarang murid-muridnya untuk berpacaran?

Alasan yang pernah ia dengar sih karena takut mengganggu konsentrasi dan bisa memicu pergaulan bebas. Alasan yang klasik dan klise.

"Cih!" dan Karin pun langsung angkat kaki dari ruangan OSIS tersebut karena tidak tahan akan ucapan Naruto yang membuat ia kalang kabut.

"Karin! Tunggu!" panggil Suigetsu, "Ah maaf, Naruto. Dia memang seperti itu kalau dimarahi." ujarnya tersenyum hambar kemudian ia pun segara menyusul langkah kekasihnya itu.

"Tidak apa-apa. Lagi pula aku juga keterlaluan." balas Naruto yang merasa tidak keberatan akan sikap buruk Karin terhadapnya.


Rules or Love?

Theme by : Nao Vermillion

Main Characters : Uzumaki Naruto and Hyuuga Hinata

Genre : Romance

Rate : T

Warning : AU, AT, OOC, typos, EYD kurang tepat. Dimohon kritik dan saran yang membangun.

Disclaimer : Naruto is Masashi Kishimoto's


.

.

.

Setelah Suigetsu dan Karin meninggalkan Naruto di ruang OSIS, pemuda jabrik itu pun merebahkan tubuhnya di kursi empuk itu. Ia sangat bingung antara mematuhi ataupun meninggalkan tanggung jawabnya yang sangat berat itu. Berterimakasihlah atas jabatan ketua OSIS yang diusulkan oleh Tsunade-sensei dan hampir separuh siswa yang memvoting dirinya sehingga ia dibenci oleh teman-temannya sendiri.

"Haaaaahhh..." dan akhirnya Naruto pun menghembuskan napas berat seolah-olah hari ini hari yang terberat untuknya.

Namun beberapa saat, sesosok pemuda berambut hitam kebiruan pun memasuki ruangan OSIS, Sasuke.

"Ah teme!" Naruto pun kaget akan kedatangan Sasuke yang tiba-tiba seperti hantu, "Bikin orang jantungan saja." sambungnya.

Sasuke pun duduk di hadapan Naruto, "Oi dobe. Kau apakan Karin sampai menangis begitu?" tanya si Uchiha menatap tajam ke arah Naruto. Sepertinya kali ini sahabatnya itu memarahi seorang perempuan dengan keterlaluan.

"Aku melakukan hal yang benar." ujar Naruto, "Sudah tahu nggak boleh berpacaran di lingkungan sekolah, tetapi mereka masih melanggarnya." ujar Naruto berpangku dagu. Sesekali ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, "Apa sebaiknya aku memundurkan diri dari jabatan ini? Aku rindu dengan kehidupanku yang dulu."

Sasuke pun tersenyum tipis, "Kau terlalu keras dalam memimpin siswa, Naruto. Bahkan orang-orang yang sebelumnya memujamu malah menjadi membencimu."

"Yaaa...mau bagaimana lagi? Kalau aku membantah, bisa-bisa aku kehilangan tulang punggungku oleh beliau." Naruto pun terkekeh miris.

"Tapi aku rasa peraturan soal larangan pacaran ini juga berlebihan. Iya 'kan Sasuke?" tanya Naruto membelalakkan mata birunya yang indah. Meminta jawaban dari sahabat karibnya tersebut.

"Aku pikir juga begitu." jawab Sasuke setuju akan argument dari si pirang. Sebetulnya sih ia diam-diam berpacaran dengan sekretaris OSIS, Haruno Sakura. Namun mereka sama sekali tidak menampakan hubungan spesial di khalayak sekolah. Bisa-bisa mereka berdua malah kena skors dan imej mereka menjadi jatuh.

"Ah sudahlah," ujar Naruto merenggangkan ototnya karena terasa pegal, "Lama-lama aku bisa sumpek dan stress di ruangan ini." ajaknya seraya menarik tubuh tinggi Sasuke agar segera meninggalkan ruangan tersebut

:chacha:

Mereka berdua pun berjalan berangkulan. Naruto dan Sasuke pun bercanda dan melupakan masalah mereka sejenak. Namun, dari arah berlawanan, ia menjumpai seorang gadis mungil dengan surai indigonya yang indah namun paras ayunya sedikit tertekuk murung.

Dengan senyum lebar, ia pun menyapa gadis cantik yang memang sejak dulu menarik perhatiannya. Karena sejak kelas satu SMA, Hinata terus menyapanya dengan suara seperti cicitan. Dan kali ini Naruto merasa bahwa Hinata sekarang jarang memberikan salam kepadanya.

Naruto pun akhirnya mendekatkan jarak kepada Hinata dan kemudian memberikan sapaan hangat, "Selamat siang, nona manis." sapanya dengan senyuman lima jari yang lebar.

DEG! Mendengar sapaan dari sang pujaan hati, tentu saja Hinata terkejut. Wajah bulatnya yang terbingkai dengan poni rata pun memerah seperti buah ceri, "Se-selamat siang, Naruto-kun..." balasnya dengan suara terbata-bata. Sepertinya ia terlalu malu menatap Naruto dalam jarak sedekat ini.

"Sedang menunggu siapa di koridor ini sendirian, Hinata?" tanya Naruto berbasa-basi. Jarang-jarang Naruto membuka topik pembicaraan. Namun berhubung orang yang diajaknya berdialog adalah gadis pemau, mau tak mau ia harus mengawali percakapan ini.

"A-ano...aku sedang menunggu Matsuri-chan yang sedang ke ruangan guru." balas Hinata tertunduk malu. Ia merasa beruntung diajak bicara oleh Naruto seperti ini.

"Oh ya?" gumam Naruto mengamatai wajah Hinata untuk memastikan apakah gadis ini berbohong atau tidak, "Ya sudahlah. Aku dan Sasuke duluan ya-ttebayo!" ujarnya mengakhiri pembicaraan, "Jaa, Hinata!" kemudian ia memunggungi Hinata yang saat ini dalam keadaan berbunga-bunga.

Kedua amethyst Hinata pun berbinar-binar. Dengan cepat, ia pun segera mengeluarkan ponsel pintarnya untuk membuka galeri.

Galeri yang penuh dengan foto Naruto seorang.

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa gadis Hyuuga itu adalah seorang stalker Naruto yang dapat foto pemuda tersebut di mana saja. Baik di sekolah maupun di media sosial. Hinata selalu mengikuti Naruto layaknya idol. Jadi Hinata tau apa saja kegiatan Naruto kapanpun dan di manapun.

Yang mengetahui Hinata seorang stalker adalah Hanabi, adiknya sendiri.

Wajah Hinata merona begitu melihat foto Naruto yang sangat menawan hatinya. Ia mendekap ponselnya yang bahkan wallpapernya itu adalah foto Naruto sendiri. Ia begitu menyukai pemuda Uzumaki itu. Walaupun bandel, tetapi sesekali ia bisa serius dan bisa membuat orang menjadi takut.

Hanya saja Hinata belum menemukan waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya.


.

.

.

Naruto pun memasuki ruangan kelas, 3-4. Dengan langkah gontai dan bersiul-siul membuat Sasuke merasa aneh dan mempunyai firasat buruk.

"Hei, dobe!" panggil Sasuke mencegat langkah Naruto.

"Ada apa, teme?" tanya Naruto keheranan.

"Aku ingin bertanya..." ujar Sasuke terputus, "Apa kau tidak merasa aneh dengan si Hyuuga itu?"

To Be Continued


A/N : Huwaaaa baru kelar nih. Maaf kalau nggak sesuai tema yang diberikan *bow*

Review, please?

See you!

23 April 2017

Chacha Rokugatsu.