Chapter 2
The Legend Of Naruto Bael
Title : The Legend Of Naruto Bael
Rate : M
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, Supranatural, Friendship.
Main Pair : Naruto X ?
Disclaimer : Not Me.
Warning : Gaje, Abal, Typo, OOC, Good! Naru, Storng! Naru, Godlike! Naru (Maybe).
Summary : Naruto Bael, pergi mengembara selama 3 tahun karena beberapa alasan. Kini ia kembali dengan kekuatan baru serta demi melanjutkan tujuan nya. Yaitu membangkitkan Clan nya yg telah lama terpuruk.
A/N : Saya penulis baru, jadi kalau ada kesalahan mohon di maaf kan.
.
"Truth"
.
.
"Ya, kau benar Kaicho. Naruto adalah tunanganku."
Ruangan yang awal nya masih memiliki suara, kini terselimuti oleh keheningan setelah kata-kata tersebut diutarakan. Mereka semua benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Akeni barusan. Tentu saja mereka semua yang ada disana tidak mempercayai hal ini, di dalam pikiran mereka, bagaimana Akeno bisa bertunangan, sedangkan pacaran saja belum? , dan ditambah dengan iblis yang katanya tunangan Akeno adalah Naruto Bael yang notabene nya adalah mantan kekasih Rias Gremory, sang King dari si gadis miko ini.
Namun, mendengar keseriusan dari nada yang di keluarkan Akeno dan juga bukti berupa cincin berukirkan nama Naruto. Mereka semua, bahkan Issei serta Saji –yang diketahui berotak kecil, terpaksa harus mengakui bahwa semua yang dikatakan oleh Akeno adalah benar. Sekarang mereka hanya dapat mempertahankan berbagai ekspresi terkejut dalam sebuah keheningan.
Rias tertawa dengan semangat nya.
"HAHAHAHAHAHA…"
Suara tawa itu memang terdengar seperti sebuah ekspresi untuk menampakkan seberapa senangnya Rias saat ini. Namun tidak bagi para penghuni ruangan ini, mereka dapat mendengar dengan sangat jelas kesedihan serta ketidak percayaan dari suara tersebut. Membuat ekspresi terkejut mereka berganti menjadi sebuah ekspresi sedih.
Sona Sitri benar-benar tidak habis pikir dengan kenyataan ini. Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa bedebah itu melakukan hal yang menurutnya terkutuk tersebut. Apakah Akeno tidak tahu, sahabatnya itu masih sangat mencintai si bedebah? Apakah Akeno tidak tahu Si bedebah itu mantan kekasih Rias? Apakah Akeno tidak tahu perasaan Rias kepada Naruto?.
Pemikiran Sona mengenai Akeno terhenti setelah pikirannya mengutarakan nama Naruto. Sungguh, Sona sekarang benar-benar membenci lelaki tersebut. Apakah sakit hati yang disebabkan Rias begitu sakit hingga Naruto tega mempersunting Akeno yang notabene nya adalah satu orang yang memiliki hubungan terdekat dengan Rias. Sona berpikir ini mungkin merupakan salah satu cara Naruto untuk membuat Rias semakin sakit hati, dan jika semua itu benar, Maka Sona akan menobatkan Naruto sebagai lelaki berhati paling dingin di seluruh UnderWorld …. mungkin dunia.
Jari-jari kecil Sona membuat sebuah kepalan kecil namun erat karena kemarahan yang memuncak dari dalam tubuhnya atas semua yang dilakukan Naruto pada sahabatnya. Dalam hati Sona membuat sebuah janji bisu, yang mungkin dapat terwujud.
'Jika aku memiliki kekuatan serta kesempatan, aku benar-benar akan MEMBUNUH bedebah itu.
Akeno Himejimamenggigit bibir bawah nya. Ia berpikir apakah keputusannya untuk memberitahukan fakta ini pada semua orang pada waktu seperti ini adalah benar. Mungkin saja dengan mengetahui hal ini King nya akan bertambah depresi, dan juga teman-teman nya yang lain akan membencinya. Namun kembali, ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa hal ini adalah yang terbaik. Akan lebih buruk jika mereka mengetahui fakta ini sendiri. Lagi pula, sepandai apapun kita menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga `kan?
Hyoudou Issei, membuat dua telapak tangan nya menjadi sebuah tinju yang erat –sangat erat, bahkan kau bisa melihat darah mengalir dari kedua tinju tersebut. Ia benar-benar marah saat ini, bagaimana bisa Akeno-senpai lelaki bedebah itu?, pertanyaan itu sedari tadi terus terulang di kepalanya. Namun pertanyaan itu tidak dapat mengalahkan pikiran ingin membunuh seorang bedebah. Tentu saja, Issei tidak menyalahkan Akeno tentang ini, karena menurutnya Akeno pasti hanya lah dikendalikan oleh bedebah tersebut. Jika saja tidak diperingatkan Issei mungkin saja telah menghancurkan semua barang yang ada disini, ia juga berpikir jika ia melakukan semua itu pastilah akan memperburuk perasaan Bucho nya tercinta. Walaupun bodoh (+Mesum) Issei tahu saat-saat dimana ia boleh berperilaku ceroboh dan dimana yang tidak boleh, dan saat ini bukan lah saat yang tepat. Dan juga alasan kedua Issei ingin membunuh Naruto adalah, karena telah merebut salah satu calon bagian kerajaan harem milik nya.
Mendengar suara King nya, Akeno makin khawatir dibuatnya., Akeno lebih memilih untuk diam dan meremas rok nya, menunggu hingga reaksi Rias setelah ini.
Seketika itu pula tawa Rias berhenti, wajah nya tersenyum dengan lebar. Sebuah senyuman yang dapat dikategorikan sebagai senyuman…. Menyedihkan. Mata nya tidak memandang sekitarnya, dua hanya menatap Akeno dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa di baca juga dengan senyuman menyedihkan nya.
Akeno yang dilihat oleh Rias dengan ekspresi seperti itu, hanya dapat menundukan kepalanya dengan dalam sembari memperkuat gigitan pada bibir bawah nya, membuat bibir berwarna pink tersebut berdarah.
"Akeno….." Rias memecah keheningan dengan suara kecil yang malah membuat suasana berubah menjadi mencekam, ditambah dengan senyuman itu. "Kau pasti bercanda kan…..? KAU BERCANDA KAN?!"
Semua membungkam mulut mereka sendiri dan Akeno semakin menundukan kepala nya, setelah Rias menaikkan nada suara nya. Ekspresi Rias sama sekali tidak berubah, masih dengan sebuah senyuman yang menyesakkan untuk di lihat, namun dengan air mata yang mengalir di pipi nya.
Ya, air mata.
Air mata yang menandakan sudah hancur nya perasaan Rias selama ini.
Mereka yang melihat air mata tersebut, merasakan sesak yang teramat sangat di dalam hati mereka. Yang paling merasakan sesak adalah Akeno dan Issei. Akeno merasa bersalah karena dia telah mengkhianati sahabatnya dan Issei karena melihat orang yang di cintai nya menangis.
"Dia tidak bercanda."
Sebuah suara datar yang sangat di kenal oleh beberapa orang menjawab pertanyaan Rias. Mereka memutar kepala mereka menuju pintu masuk, dan mendapati Naruto berdiri dengan menyandarkan tubuh nya pada pintu dengan tangan yang berlipat di depan dada. Ekspresi nya sama sekali tidak dapat terbaca karena tertutupi oleh poni milik nya.
Issei yang duduk di sebelah Asia yang sudah hampir menangis. Sudah hampir menyerang Naruto, jika saja ia tidak merasakan sesuatu yang dingin serta tajam menyentuh leher belakang nya. tanpa perlu melihat Issei langsung mengetahui bahwa benda tersebut adalah sebuah pedang pendek, mungkin berukuran setengah dari panjang pedang biasa. Membuatnya membeku, dan tidak berani berbuat apa-apa. Pedang tersebut melayang, dan sama sekali tidak ada yang menyadarinya kecuali Issei, sang pelaku, serta Naruto. mungkin karena terlalu sibuk dengan Naruto dan juga Rias.
Melihat ke depan, Issei mendapati sebuah Glare dari Yuuto. Dan tanpa berpikir dua kali Issei langsung tahu pemilik pedang yang ada dibelakang nya ini adalah milik Yuuto. Sesungguh nya sekarang ini Issei benar-benar di buat seperti seorang bayi dihadapan seekor Singa, karena glare Yuuto. Senyum ramah yang selalu menempel di wajah Kiba menghilang digantikan oleh ekspresi yang menampakkan kemarahan yang tertahan dan juga glare nya itu, membuat Issei lebih menakuti pandangan mematikan itu dibandingkan dengan pedang yang ditodongkan pada nya. Dan itu semua sudah cukup untuk membuat Issei membatalkan rencana nya. Menelan ludah sendiri secara paksa, Issei lebih memilih melihat lantai dibandingkan berhadapan dengan glare Yuuto. Namun, masih dapat Issei rasakan Yuuto masih terus meng-glare nya, pedang yang ada di belakang nya pun belum hilang ataupun jatuh. Pada hari itu Issei berjanji untuk tidak membuat Kiba marah, SELAMANYA.
Rias Nampak sedikit terkejut dengan kehadiran Naruto, namun Nampak nya Ia tidak memperdulikan Naruto –untuk saat ini. Senyum menyesakkan di wajah Rias seketika menghilang, sekarang wajah Rias menggelap dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.
"Kalau begitu….." Rias membuka mulut nya, sembari mengangkat kepala nya secara perlahan untuk menambahkan efek dramatis. "KAU HARUS MATI!"
Tanpa peringatan lagi, Power Of Destruction merah milik Rias mengarah pada Akeno yang duduk di sofa berjarak 5 meter dari nya.
Mata mereka yang menyaksikan membulat melihat kekuatan special itu melaju dengan cepat menuju Akeno. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena kekuatan tersebut yang melaju begitu cepat, bahkan Yuuto pun tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan tidak keberdayaan nya mereka, dapat dipastikan Akeno yang tidak dapat berbuat apa-apa akan segera mati….. musnah menjadi debu.
Akeno hanya dapat menutup mata seerat-erat nya, berharap dengan begitu kematian nya mungkin akan tidak begitu menyakitkan. Berharap akan mendapatkan kesakitan, Akeno Justru merasaman kehangatan yang melingkupi seluruh tubuh nya.
'Para penonton' meloncat terkejut saat, melihat
Power Of Destruction merah yang sudah berjarak 1 meter dari Akeno, terhalangi oleh aura seperti kekuatan milik Rias namun berwarna ungu kehitaman. Kekuatan itu memiliki intensitas sama dengan yang milik Rias, namun terasa lebih kuat dari milik Rias. Dan entah kenapa mereka dapat mendengar teriakan-teriakan mengerikan keluar dari kekuatan tersebut.
Melihat kekuatan itu beberapa orang di ruangan itu langsung mengetahui siapa pelakunya.
Untuk pertama kali nya pada hari ini 'para penonton' menghela nafas lega, karena serangan dadakan dari Rias gagal mengenai Akeno. Mereka menyaksikan dengan sedikit antusias, saat kedua kekuatan berbeda warna tersebut mulai menghancur kan satu sama lain, hingga tidak menyisakan apapun disana.
Dengan tidak ada nya yang menghalangi pandangan mereka, terlihatlah sosok Akeno yang diangkat ala Bridal Style oleh Naruto. Entah kenapa membuat mereka senang sekaligus takut secara bersamaan.
Naruto -sembari mengangkat Akeno, menatap Rias dengan pandangan marah, dengan wajah yang sudah merah karena marah. Mata nya berkilat-kilat menunjukan kemarahan yang luar biasa.
"KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?!"
Teriakan Naruto bergema di ruangan yang hening tersebut. Sedangkan orang yang diajukan pertanyaan (teriakan) tersebut, entah bagaimana bisa memasang wajah tanpa rasa bersalah. Membuat emosi yang biasa nya selalu Naruto dapat tahan, meledak bagaikan gunung berapi.
Rias tertawa kecil. "Kau pikir apa, Naruto-kun?" Rias menatap Naruto dengan senyum.
"Aku hanya ingin membunuh PELACUR yang sudah merebut apa yang menjadi milik ku."
Setelah semua kejutan luar biasa yang didapat 'para penonton' hari ini. Nampak nya ini lah yang paling luar biasa diantara semua nya. Rias ingin membunuh teman nya sendiri?! Bayangkan, Rias si iblis ramah?!. Tapi Nampak nya mereka tidak dapat menyalahkan Rias, Naruto maupun Akeno, tang seharus nya mereka salahkan adalah sebuah penyakit bernama Cinta, penyakit yang bahkan para ahli belum dapat menjelaskan dan menjabarkan nya dengan jelas. Penyakit tanpa obat yang sungguh mengerikan.
Sebenar nya mereka ingin menghentikan semua ini karena sudah menyangkut nyawa, namun sekali lagi mereka tidak bisa, bukan karena tidak mampu atau apa, tapi karena ini masalah pribadi yang sama sekali tidak akan dapat diselesaikan, jika kedua belah pihak tidak menyadari kesalahan satu sama lain dan tidak mencoba memaafkan satu sama lain. Jadi saat ini mereka hanya bisa memperhatikan dan –mungkin- menginterupsi jika sudah terlalu jauh.
Setelah meletakkan Akeno kembali ketempatnya, Naruto kembali menatap Rias dengan pandangan seorang pembunuh tanpa hati.
"Kau…! KU BUNUH KAU!"
Belum sempat Naruto mengambil satu langkah maju ataupun semua orang bertindak, sebuah pedang bersarung biru tua menghadang dada nya, melihat ke kanan Naruto mendapati sosok Chicken-Butt-Knight berdiri dengan setelan hitam dengan dalaman berwarna biru. Sekali lagi sebuah singa yang terbuat dari Tinta muncul dihadapan Naruto,, melihat ke kiri dengan cepat ('Para penonton' bersumpah mendengar suara 'krak' saat Naruto melakukan itu.) Naruto mendapati Doggy-Knight milik nya menghalangi jalan nya.
'para penonton' dilanda rasa penasaran dengan kehadiran 2 sosok berpedang di sisi Naruto. Yuuto menajamkan mata nya saat melihat 2 orang tersebut, lebih tepatnya pedang yang mereka pegang. Dengan sekali lihat saja Yuuto dapat mengetahui kedua pedang itu sangat kuat, mungkin jauh lebih kuat dari Holy Eraser milik nya membuat Yuuto merubah sikap tubuh terkejutnya menjadi waspada.
"Sasuke, Sai. Menyingkir! Biarkan aku membunuh ratu gila itu!" kata Naruto dengan meledak-ledak.
Kedua Knight milik nya menggeleng.
"Cukup Naruto, jika kau melakukan itu. Kita akan mendapatkan masalah." Kata orang yang di panggil Sasuke dengan tenang..
Orang disebelah kiri nya mengangguk. "Kau tidak mau kakak mu dapat masalahkan?" tambah orang yang dipanggil Sai oleh Naruto.
Sesungguh nya, bagi Sasuke maupun Sai, ini adalah pertama kali nya mereka melihat King mereka semarah ini. Tentu, mereka pernah melihat Naruto marah, namun tidak sampai ingin membunuh orang seperti ini. Sebenarnya, Sasuke dan Sai tidak berniat sama sekali menghalangi Naruto untuk membunuh tomat-merah-gila itu, tapi mengingat masalah yang sudah mereka miliki, mereka dengan berat hati harus menghentikan Naruto.
Naruto mengambil dan membuang nafas beberapa kali untuk menenangkan diri nya. Setelah dirasa cukup ia mengangguk pada dirinya sendiri dan juga dua budak nya untuk menjauhkan pedang dan salah satu kemampuan keluarganya itu, Naruto kembali memasang wajah stoic dan menatap dingin Rias.
"Kenapa kau mau menjalin hubungan dengan pelacur itu, Naruto-kun?!" Rias bertanya sembari menatap dengan beringas pada Akeno yang lagi-lagi hanya bisa menundukan kepala sedalam-dalam nya.
Baru saja Naruto akan menjawab, Sasuke sudah lebih dulu menjawab pertanyaan tersebut.
"Karena mereka saling mencintai." Baru saja Rias akan bicara, Sasuke kembali melanjutkan.
"Kau ingin bilang bahwa kau juga mencintai Naruto? jika memang iya, kamana saja kau selama ini? kenapa baru sekarang kau ingin mengatakan hal itu? Kenapa tidak dulu saat Naruto masih milik mu?" tanya Sasuke dengan datar. Wajah nya sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun, namun mata nya menampakkan kemarahan –sedikit.
Rias bungkam seribu kata dengan pertanyaan itu. Pertanyaan itu membuat Rias memutar kembali kenangan-kenangan saat ia masih bersama Naruto. kepala nya semakin menunduk saat menyadari kesalahan nya pada saat ia masih bersama Naruto, air mata membuat sebuah sungai dipipinya hingga sampai kelantai.
'para penonton' hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa. Namun tidak bagi Sona, ia tampak geram karena sahabatnya di pojokkan seperti itu. Namun baru saja ia membuka mulut –
"Lebih baik kau diam, Sitri-san." Kata Sasuke dengan sedikit melepaskan Killing Intens milik nya.
–Sona sudah didahului oleh Sasuke.
Aura di ruangan ini terasa sedikit lebih berat dari yang tadi, bukan hanya karena KI yang dikeluarkan oleh Sasuke. Namun juga karena glare dan KI yang dikeluarkan oleh peerage Sona dan juga milik Rias, karena tidak senang atas apa yang Sasuke perbuat.
Naruto yang menyadari situasi akan semakin memburuk juka terus dibiarkan, melirik kaearah Sai yang juga melihat kearah nya, lalu memberi sebuah Anggukan sebagai sebuah pertanda kepada Sai.
Dengan kecepatan yang mampu membuat Cahaya menjadi iri, Sasuke melesat dan muncul di belakang Rias dan langsung memukul tengkuk Rias dengan kekuatan yang cukup, untuk membuat Rias hilang kesadaran nya.
Melihat apa yang dilakukan oleh Sasuke, 'para penonton' mengacuhkan keterkejutan mereka atas kecepatan Sasuke, berdiri dan langsung memasang posisi siap menyerang. Sasuke sudah mengeluarkan pedang nya begitu pula dengan Issei yang sudah siap dengan Sacred Gear milik nya. Koneko dan juga Sona yang berada paling dekat dengan Rias sudah akan menyerang Kiba jika tidak dihentikan oleh Naruto.
"Berhenti, aku yang menyuruh Sasuke melakukan itu." Kta Naruto dengan tidak menggunakan bahasa formal yang sering ia gunakan.
Issei menatap dengan marah kepada Naruto. dengan
"Apa maksudmu melakukan itu, hah?!" teriak nya dengan emosi yang meledak-ledak. Ia sudah bersiap untuk menyerang Naruto.
Sona yang sudah mengetahui maksud Naruto, menurunkan posisi siaga milik nya.
"Berhenti Hyoudou-kun."
"Apa maksudmu, Kaicho?" Kiba mewakili Issei untuk menjawab.
"Apa yang dilakukan bedebah itu benar, jika Rias dibiarkan ia akan terus berpikir mengenai masalah ini dan itu akan membuat keadaan nya bertambah buruk. Jadi sekarang lebih baik dia tidak sadarkan diri, demi kebaikan nya sendiri." Jelas Sona. Jujur Sona akui, apa yang Naruto lakukan adalah hal cerdik yang menguntungkan kedua belah pihak saat ini.
Sasuke menunjuk kepada Issei.
"Kau, bawa dia ke kamar dan tunggu sampai dia sadar." Tanpa 2 kali perintah, Issei segera mengangkat Rias dan masuk kesebuah kamar, dengan seluruh mata mengikuti pergerakan mereka.
"Jadi, bisa –"
Sona memotong perkataan nya sendiri saat kepala nya tertuju pada tempat, dimana seharusnya Naruto berada untuk tidak mendapati apapun, Akeno beserta dua teman Naruto juga sudah entah pergi kemana.
"Sial! Dia kabur."
xXxXx
Sudah 3 jam sejak Issei membawa tubuh tak sadarkan diri milik Rias ke kamar milik nya. Dan selama itu Issei sama sekali tidak meninggalkan kamar tersebut, ia hanya terus berada disamping Rias dengan tangan yang menggenggam erat tangan putih milik Rias. Issei dapat mendengar pembicaraan teman-teman nya mengenai masalah yang baru saja mereka hadapi. Hingga akhirnya setelah beberapa lama mareka semua membubarkan diri dengan tanpa melihat Rias, karena apa, dirinya tidak tahu.
Issei menatap sedih wajah kusam Rias yang masih memiliki jejak air mata di sana. Di bawa nya salah satu tangan tan milik nya ke wajah Rias, perlahan ditelusurinya wajah cantik ciptaan tuhan tersebut dengan mata yang penuh akan kesedihan. Tangan tan tersebut berhenti pada pipi putih Rias yang kembali dilewati air mata. Dengan lembut ia mengusap air mata tersebut dengan pelan agar tidak membangunkan si pemilik wajah.
'Rias….." batin Issei sedih, tanpa menggunakan panggilan hormat milik sang gadis.
Bersamaan dengan itu mata Rias mulai menunjukan tanda-tanda akan segera terbuka, Issei yang menyadari itu dengan segera menarik tangan nya dan berusaha menyembunyikan semburat merah muda pada kedua pipi nya.
Saat Rias membuka mata, yang pertama kali ia lihat adalah wajah khawatir Issei yang entah kenapa memiliki semburat merah muda pada kedua pipi nya. "Issei….." panggil nya.
Rasa senang tumbuh di hati Issei saat Rias menyebutkan nama nya, membuatnya tersenyum dengan cerah nya.
"Mana Naruto-kun….?" Tanya Rias.
Senyum Issei menghilang ketika nama itu kembali Rias utarakan.
"Dan mana pelacur itu?"
Kini kemarahan memenuhi seluruh tubuh Issei, kemarah itu bukan ditujukan pada Naruto atau pun Akeno, namun kepada Rias. Ia marah karena King nya itu yang selalu mengutarakan nama orang lain, karena menghina teman nya sendiri, dan yang paling penting … selalu mencintai orang lain.
"Mana Pelac –"
Perkataan Rias terhenti saat tangan tan Issei menampar pipi kanan milik nya, tidak kuat memang, namun cukup untuk membuatnya berhenti. Sedangkan tangan Issei sama sekali tidak bergerak dari pipi putih Rias. Wajah nya menatap wajah terkejut Rias dengan tatapan sendu.
"Rias….. tidak bisakah kau melupakan dia?" Rias yang mendengar suara parau Issei, entah kenapa merasakan sakit pada dada nya.
"jika tidak bisa, aku mohon lupakan dia."
Rias diam seribu bahasa sembari mendengarkan lanjutan perkataan Issei.
"Tidak kah kau sadar, dia terus melukaimu. Tidak kah kau sadar dia tidak mencintaimu. Semua yang kau lakukan ini hanya akan menyakiti diri mu sendiri Rias…"
"Dan jika kau belum menyadari itu, aku mohon sadarilah. Dan sadarilah disini ada orang yang mencintaimu lebih dari apa-pun."
Dengan itu Issei segera pergi dari ruangan tersebut. Meninggalkan Rias dengan mata yang membulat karena mengerti atas apa yang Issei maksud. Mata nya menatap dengan blank pintu tempat Issei keluar. Kemudian kepala nya ia dongakkan untuk mentap langit-langit kamar tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan….?"
XxXxX
Naruto berjalan dengan ekspresi tidak terbaca menuju tempat kakak nya berada, perpustakaan. Sudah 3 jam berlalu sejak kejadian tadi, dan kini Akeno sudah tidur di kamar mereka, Naruto diperintahkan untuk menemui kakak nya karena kakak nya itu ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.
Setelah sampai pada pintu perpustakaan, Naruto segera masuk dan menemui kakak nya duduk dengan tenang di sebuah sofa pada ruangan tersebut, dengan tenang Naruto berjalan menuju kakak nya. Dan dengan segera duduk tepat dihadapan kakak nya.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Naruto dengan menggunakan nada datarnya.
Sairaorg menutup buku yang sedang ia baca lalu meletakkan nya pada meja tepat di depan nya. Dengan satu kali helaan nafas, ia mulai menjelaskan.
"Aku mendapatkan sebuah info dari salah satu mata-mata kita. Tentang sebuah organisasi gelap bernama Khaos Brigade."
Ekspresi Naruto menggelap saat nama organisasi itu di utarakan. Dan itu tidak lepas dari perhatian Sairaorg, membuat laki-laki kekar itu menajamkan mata nya.
"Organisasi ini adalah organisasi jahat yang terdiri dari orang-orang dari berbagai fraksi yang ada di dunia ini, dibentuk dan dipimpin oleh The Ouroboros Dragon, Ophis. Tujuan organisasi gelap ini masih belum diketahui, namun apapun itu, pasti lah bukan hal yang baik." Lanjut Sairaorg.
Naruto tetap diam diam setelah Sairaorg selesai menjelaskan.
"Naruto…" Mata Sairaorg dengan tajam manatap Naruto.
"Apa hubungan mu dengan organisasi ini?" tanya nya dengan nada mengancam.
Naruto tidak menjawab, ia hanya berdiri dan mulai berjalan menuju pintu. Mata Sairaorg tidak pernah lepas dari adik nya itu. Pada akhirnya Naruto pun menjawab dengan nada teramat dingin sebelum hilang dibalik pintu.
"Bukan urusan mu."
TBC
Hello~.
Terlalu lama updated untuk ukuran chap yang hanya sebuah gonta ganti bagian. Maafkan saya.
Mulai Chapter depan akan terlihat perbedaan fic ini dengan fic Ori nya yaitu milik Silver M. Dan akan saya usahakan agar tidak membosankan.
Untuk riview, maaf saya belum bisa membalasnya untuk chapter kali ini, next chapter selanjutnya akan aay balas beberapa, dan jika kalian ingin bertanya sesuatu atau mengirimkan saran, silahkan PM saja di akun FFN ini.
Oke sekian.
Kaito out~...