Sleep With Mr.Uchiha

Story by Santhy Agatha

Warning : YAOI, M-PREG, TYPO(s)

"Sakit!!"

Naruto menjerit, berusaha mendorong tubuh Sasuke menjauh. Tubuhnya berteriak antara kesakitan dan keinginan untuk dipenuhi gairahnya. Sebutir air mata menetes dari sudut matanya, sisa-sisa dari kesadarannya yang tertinggal.

Sasuke mendesakkan dirinya sedalam mungkin, akhirnya berhasil menembus penghalang itu, mengabaikan jeritan kesakitan

Naruto. Ketika akhirnya jeritan Naruto mereda.

Sasuke mengangkat kepalanya, dan mengecup lembut bibir Naruto yang terbuka dan terengah-engah,

"Setelah ini…. Aku akan mengajarkanmu bagaimana memuaskanku," ucapan itu

menggema di dalam ruangan, bagaikan janji dari sang kegelapan.

Dan Naruto, sudah benar-benar kehilangan kesadarannya, tubuhnya menggeliat merasakan kenikmatan yang menggelenyar ketika rasa sakit itu akhirnya menghilang.

Berganti dengan kenikmatan panas yang membagikan gelenyar menyiksa ke seluruh tubuhnya. Sasuke merasakan gerakan pinggul Naruto, merasakan denyutannya yang menggenggam panas tubuhnya, yang tertanam jauh di dalam tubuh Naruto. Mendesak dengan berani, menarik Sasuke lebih dan lebih dekat lagi.

Sasuke menggertakkan gigi, menahan diri, membiarkan Naruto menggerakkan pinggulnya, mencari kenikmatannya sendiri dengan sesuka hati.

Dan tidak butuh waktu lama ketika akhirnya pria itu mencapai pemenuhan kepuasannya,

"Oh… oh … Astaga…," Naruto memejamkan matanya ketika kenikmatan itu meledak dan membanjiri tubuhnya dengan rasa panas yang tak tertahankan.

Dan walaupun Sasuke bisa memperpanjang kenikmatannya sendiri, pemandangan akan orgasme Naruto dan denyutan Naruto yang meremas dirinya, jauh di dalam sana, membuatnya tidak bisa menahan diri lagi.

Detik itu pula, Sasuke meledakkan gairahnya bergabung dengan Naruto dalam gairah yang melemahkan.

Entah apa yang membuat Naruto terbangun dari tidurnya yang lelap, rasa sakit yang aneh di badannya, ataukah cahaya terang yang mendadak muncul entah dari mana. Naruto membuka matanya. Sekilas pandangannya terasa kabur, dan dia mencoba untuk memfokuskan dirinya.

Kamar itu, dengan nuansa putih yang terkesan tenang….

Kilasan-kilasan ingatan berkelebat di benaknya, dia masih di sekap di sini, di dalam kamar di rumah Sasuke yang jahat.

Dengan panik Naruto terduduk dari ranjangnya, dan selimutnya melorot hampir jatuh menutupi dadanya, melorot? Naruto menundukkan kepalanya, dan menyadari kalau dia telanjang bulat di balik selimutnya, apa yang…..

"Selamat Pagi"

Suara maskulin itu terdengar dekat sekali dan Naruto menolehkan kepalanya kaget, pemandangan di hadapannya membuat jantungnya bergejolak. Sasuke ada di sana, di ranjangnya, mereka ada dalam selimut yang sama, dan menilik kepada selimut Sasuke yang hampir saja melorot di pinggulnya, mereka sama-sama telanjang!

Naruto masih terperangah menatap pemandangan di depannya. Sasuke berbaring dengan angkuhnya, jelas-jelas telanjang bulat di balik selimutnya, dan menatapnya dengan tatapan berhasrat yang memiliki.

Dengan panik Naruto menarik selimutnya hampir untuk menutupi seluruh dadanya, tetapi gerakannya itu malahan membuat selimut Sasuke melorot dan hampir memperlihatkan kejantanannya. Dengan malu Naruto memalingkan kepalanya dan disambut dengan senyuman jahat oleh Sasuke.

Keberanian dan kemarahan Naruto langsung muncul ketika menyadari rasa sakit di bagian bawah tubuhnya. Pria ini memperkosanya! Entah apa yang terjadi semalam, Naruto tidak ingat sama sekali. Tapi yang pasti, dia sudah dinodai oleh iblis berhati kejam ini.

"Kau sungguh iblis yang tidak bermoral, mengambil keuntungan dari seseorang yang sangat membencimu!," desis Naruto menahan marah, masih tidak mau menatap Sasuke.

Sasuke terkekeh mendengar suara geram Naruto, "Membenciku?," dengan santai pria itu berdiri, tak malu dengan tubuh telanjangnya yang berotot, "Lihat aku Naruto, kau meninggalkan tanda-tanda di tubuhku, kau sangat bergairah semalam, seperti kucing yang berada pada musim kawin, yang mencakar di sana sini untuk dipuaskan…. Dan atas gairahmu semalam, aku tidak yakin kalau kau membenciku"

Naruto melirik sekilas ke tubuh telanjang Sasuke yang berdiri di samping ranjang, mukanya merah padam karena malu.

Bekas-bekas itu ada, tanda-tanda merah di dada, di pinggul Sasuke, di dekat kejantanannya…. Apakah dia yang melakukannya??

"Ya. Kau yang melakukannya." ada senyum di suara Sasuke, "Dengan sangat bergairah dan lapar. Aku cuma berbaring di sana dan kau menyantapku bulat-bulat, sepanjang malam"

Kelebatan ingatan akan percintaan yang panas muncul di ingatan Naruto, samar-samar dan tidak jelas. Tapi dia tidak mampu mengingat semuanya, kenapa dia tidak mampu mengingat semuanya?

Naruto teringat minuman yang di berikan Juugo semalam, dan rasa muaknya memuncak ketika menyadari ada sesuatu yang dicampurkan di situ, dengan mata

menyala-nyala. Dikuasai oleh kemarahan yang campur aduk menjadi satu, Naruto menantang tatapan Sasuke, mencoba tidak mempedulikan ketelanjangan Sasuke.

"Aku selalu mendengar kau jahat dan licik, tapi aku sungguh tak menyangka kau serendah itu, menggunakan obat untuk memaksa pria yang jijik kepadamu supaya mau melayanimu!"

Sepertinya kata-kata Naruto mengena di hati Sasuke karena rahang lelaki itu tampak mengeras, marah.

Dengan kasar, Sasuke menyambar jubah sutra hitamnya dan mengenakannya. Lalu dengan gerakan tiba-tiba, naik ke atas ranjang dan mencengkeram rahang Naruto dengan sebelah tangannya.

Cengkeraman itu terasa keras dan menyakitkan sehingga Naruto mengernyit. Tetapi Naruto menahan diri untuk tidak mengaduh, dia tidak mau memberikan kepuasan kepada pria itu.

"Apapun yang kau katakan, satu hal yang pasti, kau sudah menjadi milikku. Dan seperti yang kubilang, segala sesuatu yang menjadi milik Uchiha Sasuke tidak akan pernah bisa lepas, kecuali aku melepaskanmu.. atau aku membunuhmu!"

Dengan kasar Sasukr melepaskan cengkeramannya di rahang Naruto, membuat tubuh Naruto terdorong lagi ke ranjang. Lalu dengan langkah tegas, Sasuke melangkah keluar kamar sambil membanting pintu di belakangnya.

Naruto masih termangu di ranjang, lalu kilasan rasa sakit dan nyeri di bagian bawah tubuhnya menyadarkannya.

Noda bekas cairan mereka itu tampak mencolok di seprai

putih itu, tampak menertawakannya.

Sungguh ironis, keperjakaannya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya. Tubuh Naruto gemetar, dipenuhi oleh rasa campur aduk yang menyesakkan ketika dia mencoba berdiri.

Noda bekas cairan di ranjang itu sangat mengganggunya, hingga dengan kasar Naruto merenggut seprai itu dan membantingnya ke lantai. Napas Naruto terengah-engah dan entah kenapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.

Ingatannya melayang kepada Tou-san dan Kaa-sannya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan, dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap di sini, dalam cengkeraman musuh besarnya.

Kini dia terpuruk di sini, dalam cengkeraman Sasuke, dan yang sangat menyakitkan dia tidak berdaya menghadapi pria itu.

Naruto mengusap air matanya tiba-tiba. Tidak!! Dia sudah cukup menangis, di harus melawan, dengan segala cara!

Dengan langkah terseok Naruto melangkah ke kamar mandi, dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Sasuke di tubuhnya.

Sasuke boleh saja menodainya, tetapi bukan berarti pria itu memilikinya. Naruto adalah pria bebas, pria bebas yang bertekad untuk menghancurkan Sasuke. Tunggu saja, dia hanya belum punya kesempatan.

Naruto hanya duduk di kursi putih itu putus asa sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa setiap sudut di kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya untuk melarikan diri.

Putus asa, Naruto duduk sambil memeluk lututnya, Kalau begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini? Sedangkan keluar dari kamar ini saja dia tidak mampu.

Matanya melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu satu-satunya jalan.

Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Sasuke, dan juga seorang pria bertampang dingin dan menyeramkan bernama Juugo, yang selalu ada di sebelah Sasuke setiap ada kesempatan. Pria bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantarkan makanannya.

Pikiran Naruto berputar… memang rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu…

Seperti sudah diatur, pintu kamar itu terbuka, dan Naruto langsung terduduk tegak waspada, menanti siapapun yang akan masuk.

Juugo muncul di sana membawa nampan makanan, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasa. Dan Naruto langsung sengaja memasang wajah kesakitan, "Aku minta tolong….," rintihnya sesakit

mungkin.

Juugo mengernyit dan mendekat, "Ada apa Tuan Muda?"

"Aku… aku mau muntah… tolong aku," Naruto meremas perutnya, berusaha semeyakinkan mungkin.

Dan sepertinya Juugo tidak curiga, pria itu mendekat, dan menatap Naruto, "Kau mau dibantu ke kamar mandi?"

Naruto mengangguk lemah. Dengan tangan kuatnya, Juugo membantu Naruto berdiri dan memapah tubuh Naruto yang lunglai ke kamar mandi.

Ketika Juugo membuka pintu kamar mandi, Naruto berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Juugo langsung bergegas membawanya ke kamar mandi.

Di wastafel, Naruto menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah hebat, "Handuk… tolong….," gumam Naruto lemah, melirik ke arah lemari handuk yang ada di ujung ruangan kamar mandi, masih tanpa curiga, Juugo melangkah ke arah lemari handuk. Saat itulah dengan secepat kilat Naruto melompat dan berlari ke arah pintu keluar kamar mandi.

Juugo menyadari kalau dia ditipu ketika melihat kelebatan langkah cepat Naruto. Dia berusaha mengejar tapi terlambat, Naruto yang melompat gesit sudah keluar dari kamar mandi dan membanting pintunya dari luar, lalu menguncinya rapat-rapat.

Dengan napas terengah karena pacuan adrenalin, Naruto menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi, memejamkan mata, tak peduli akan gedoran-gedoran marah Juugo dari dalam, "Kau tidak akan bisa melarikan diri," ancam Juugo, berteriak dari dalam, "Sasuke-sama pasti akan menemukanmu, dan aku bersumpah, kalau kau sampai membuat Sasuke-sama marah, kau akan menyesalinya"

Teriakan - teriakan Juugo makin keras dibarengi dengan gedoran-gedorannya di pintu, kata-kata Juugo sempat membuat hati Naruto kecut, tapi dia menggelengkan kepalanya, Sasuke memang pria yang kejam, tetapi Naruto tidak boleh takut. Dia harus berani menantang Sasuke, menunjukkan pada pria itu kalau dia bukanlah seseorang yang bisa ditundukkan dengan begitu mudahnya.

Dengan langkah hati-hati, Naruto membuka pintu putih yang tak terkunci itu, matanya mengintip sedikit keluar, khawatir kalau-kalau ada penjaga yang menjaga di pintu.

Tetapi rupanya Sasuke beranggapan Naruto terlalu lemah sehingga tidak perlu menempatkan penjaga di pintu.

Lorong itu kosong. Dengan hati-hati Naruto melangkah keluar. Suara gedoran-gedoran pintu kamar mandi dan teriakan Juugo masih terdengar ketika Naruto akan keluar, tetapi ketika Naruto sudah menutup pintu putih besar itu, suara itu lenyap dan menjadi senyap. Rupanya ruangan putih tempatnya dikurung itu kedap suara.

Naruto melangkah lagi melewati lorong itu. Tidak ada pintu lain di lorong itu, lorong itu langsung ke tangga spiral yang besar menuju ke pintu depan. Dengan hati - hati Naruto mengintip dari ujung tangga ke arah bawah. Kosong.

Kemanakah para penjaga yang dia lihat kemarin?

Pelan dan waspada, Naruto melangkah menuruni tangga. Dia sudah berhasil menyeberangi ruangan dan memegang handle pintu besar itu, ketika suara dingin yang mulai dikenalnya terdengar tepat di belakangnya, "Kau pikir kau akan kemana?"

Terlonjak kaget, Naruto membalikkan badan dan hampir menabrak dada bidang Sasuke.

Pria itu berdiri dekat sekali di belakangnya, dan menekannya ke pintu, tatapannya menyala penuh kemarahan, seperti iblis yang siap membakar musuh-musuhnya.

"Berani sekali kau mempermalukan Juugo seperti itu, dan berani sekali kau mencoba melarikan diri dari rumahku,"

Tangan besar Sasuke mencengkeram lengan Naruto dengan kasar lalu menyeret Naruto yang tidak bersedia.

Naruto meronta-ronta, mencoba bertahan, tetapi Sasuke tidak peduli, tetap menyeret Naruto dengan kekuatan besarnya. Hingga Naruto mau tidak mau harus terseret-seret mengikuti Sasuke daripada tangannya putus.

Sasuke menyeret Naruto menaiki tangga dan kembali menuju kamar putih tempat Naruto tadi dikurung.

Di sana beberapa pengawal Sasuke berkumpul, dan Juugo berdiri di sana.

Rupanya dia berhasil menghubungi Sasuke dan dibebaskan dari kamar mandi. Naruto mengernyit dalam hati, seharusnya tadi dia lebih cepat, atau mungkin dia pukul kepala Juugo dengan sesuatu sehingga pria itu pingsan dan tidak bisa menghubungi teman-temannya dengan segera.

Sasuke melepaskan cengkeramannya lalu mendorong Naruto ke depan dengan kasar, "Kau lihat Juugo? Pria kecil seperti ini, dan kau, pengawalku yang sudah bertahun-tahun lamanya bisa-bisanya dibodohi seperti ini"

Juugo hanya terdiam, menatap Sasuke dengan muka datar, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Naruto. Hingga Naruto mengernyit, apakah pria ini memang tidak punya ekspresi?

"Dan kau Naruto," Sasuke melepas jasnya dan menggulung lengan kemejanya, " Ini adalah peringatan untukmu. Kalau kau membodohi salah satu pegawaiku lagi untuk melarikan diri, kau akan membuang satu nyawa, karena aku akan langsung membunuh pegawaiku,"

Tanpa dinyana, Sasuke menghantam Juugo dengan satu pukulan telak hingga kepala Juugo mundur ke belakang, darah menetes dari sudut bibirnya.

Naruto terkesiap mundur dan makin terkesiap ketika Sasuke menghajar Juugo, lagi dan lagi tanpa perlawanan hingga pria itu

jatuh berlutut dengan memar dan bibir berdarah yang mengotori kemejanya.

Sasuke mundur satu langkah ketika Juugo terjatuh, dia menoleh dan menatap Naruto, "Kau lihat itu Naruto? Setiap kau mencoba melarikan diri, aku bersumpah akan ada nyawa yang berkorban untukmu. Mereka semua yang lengah hingga memberi kesempatan padamu untuk lari, akan kubunuh!,"

Dengan kejam Sasuke mengarahkan pukulannya sekali lagi ke arah Juugo.

Naruto berteriak, spontan mencengkram lengan Sasuke yang terayun, mencegah Sasuke menghabisi Juugo, "Jangan…. ! Jangan ! Aku yang salah, aku

yang salah! Jangan bunuh dia! Aku yang salah!" teriaknya panik.

Sasuke terdiam dan mematung, ketika akhirnya dia menatap Naruto, matanya sedingin es. Pria itu tampak amat sangat marah kepada Naruto.

"Jadi kau mengaku salah..," Sasuke mundur lagi dan Naruto merasa lega luar biasa karena pria itu tidak jadi melampiaskan kemarahannya kepada Juugo yang sudah berlutut tak berdaya di lantai.

"Aku hanya ingin keluar dari tempat ini," teriak Naruto marah, frustrasi karena Sasuke menggunakan ancaman licik untuk mencegahnya melarikan diri.

"Kau milikku, dan tidak ada milikku yang bisa keluar dari sini tanpa seizinku"

"Atas dasar apa??," Naruto berteriak marah, "Aku bukan milik siapa-siapa, apalagi pria jahat sepertimu. Aku cuma mau keluar dari sini, aku muak terhadapmu, muak atas semua yang ada di sini…. Aku cuma mau keluarr!!!!"

"Kau mau keluar hah??," Sasuke mencengkeram lengan Naruto lagi, di tempat yang sama hingga Naruto merasa lengannya memar, "Mari kita keluar!"

Tak ada yang berani menolong ketika Naruto berteriak-teriak dalam seretan Sasuke. Sepertinya kemarahan Sasuke adalah hal biasa di rumah ini dan tidak ada satupun yang berani melawan pria itu.

Sasuke membawa Naruto ke ujung lorong, ke jendela kaca lantai dua yang mengarah langsung ke balkon.

Dengan kasar Sasuke mendorong Naruto keluar lalu mendesaknya ke ujung balkon, hingga kepala Naruto mengarah ke bawah dan menatap ngeri ke kolam renang yang sangat luas di bawahnya.

Kolam itu tampak sangat bening dan dalam. Naruto bergidik. Dia tidak bisa berenang, apakah Sasuke akan mendorongnya ke bawah?

Sasuke benar-benar mendesak tubuh Naruto sampai ke ujung balkon, membuat kepalanya terbungkuk ke bawah, sementara tangannya di kekang oleh Sasuke di belakangnya, "Kau lihat itu? Salah sedikit aku melemparmu ke bawah, kepalamu bisa pecah terkena ubin pinggiran kolam," napas Sasuke sedikit terengah oleh kemarahan,

"Kau pria tak tahu diuntung, harusnya kau bersyukur atas kebaikan hatiku padamu dan keluargamu, hingga kau masih bisa hidup sampai sekarang…. Tahukah kau kalau aku bisa dengan mudah mencabut nyawamu kapanpun aku mau"

"Tuhan yang berhak mencabut nyawaku, bukan iblis seperti kau." Naruto berteriak berusaha menantang meski jantungnya makin berpacu kencang diliputi ketakutan luar biasa.

"Pria tidak tahu terima kasih,"

Sasuke mendorong Naruto lagi sampai ke ujung, "Ada kata-kata terakhir?"

Naruto memalingkan kepalanya sehingga tatapan matanya yang penuh kebencian bertemu dengan mata dingin Sasuke,

"Terima kasih karena sudah membebaskanku"

Lalu tubuh Naruto terlempar, melayang di udara kemudian meluncur ke bawah, ke kolam renang yang dalam itu.

Setidaknya kalau aku mati, aku sudah

mencoba membalaskan dendam kita, Tou-san….

Sedetik kemudian, tubuh Naruto terbanting menembus permukaan kolam lalu tenggelam.

Naruto tidak berusaha menyelamatkan diri, membiarkan tubuhnya makin tenggelam dalam kolam itu.

Matanya menggelap dan memejam, dan entah berapa banyak air kolam yang tertelan olehnya. Napasnya terasa sesak dan paru-parunya terasa mau pecah.

Oh Tuhan… aku akan mati….

Ketika Naruto sudah sampai di titik akan kehilangan kesadarannya, terdengar ceburan lain yang tak kalah kerasnya di kolam.

Tak lama kemudian, sebuah lengan yang kuat merengkuhnya dan mengangkat tubuhnya, lalu membawanya ke permukaan. Tubuh lemas Naruto dibaringkan di lantai di pinggiran kolam, lalu dia merasakan perutnya di tekan dengan ahli hingga aliran air yang tertelan keluar.

Naruto memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri.

Siapakah penolongnya? Apakah dia memang belum diizinkan mati?

Tangan kuat itu terus menekan hingga seluruh cairan terpompa keluar dari perut Naruto. Mata Naruto mulai buram, kesadarannya semakin hilang, ketika suara itu terdengar tenang di atasnya,

"Panggil Dokter"

Itu suara Sasuke. Apakah Sasuke yang menyelamatkannya?

Lagipula… kenapa pria itu menyelamatkannya?

Tbc

A/n : halo reader-san maaf baru bisa up skarang karena akhir" ini sibuk bnget dan males up jadi baru sekarang bisa upnya jadi selamat membaca