Chap 7: Ibu dan Anak dari Britania

[Zedekiel]

Naruto pov

Aku duduk dikursi cafe tawa kecil sesekali meluncur dari bibirku karena ulah wanita cantik berparas malaikat di depanku, ah salah dia memang malaikat haha.. "sudahlah Nee chan biarlah Raziel yang datang" aku berucap sambil melihatnya.

"huumph" aku tak kuasa menahan senyumku ketika melihat dia,Gabriel mengembungkan pipinya, mendengar ucapanku dia pasti berfikir aku sedang membela Raziel dibandingkan dirinya aku menggeleng pelan karena sifatnya, kadang membuatku sakit kepala.

"kamu gak mau yah Nee san yang datang.? " aku lihat dia menatapku dengan wajah mengembung, "bukan begitu Nee san" aku menjawab, aku menarik nafas kecil lalu menghembuskannya untuk memulai sebuah penjelasan.

"Raziel adalab rahasia Ayah, jika Raziel yang berbicara mereka pasti akan percaya dan juga mereka tidak akan bisa menuduh kita berbohong karena kalau kita berbohong kita akan jatuh" aku mengakhiri penjelasanku berharap dia bisa mengerti

"baiklah aku percaya" aku mendesah lega mendengar jawabannya "baiklah Nee san aku harus pergi menemui seseorang Nee san ingin ikut.? " tawarku

"eh tumben mau kemana Naru.? " tanyanya, aku hanya tersenyum kemudian berjalan dan diikuti olehnya keluar Cafe, "ke tanah Britania tempat Istriku" aku menjawab begitu melihatnya sejajar denganku. "Istri.? " aku melihat raut terkejut darinya, "ia istri" aku mengangguk.

"kamu bohong kan.? Seharusnya Jenis seperti kita tidak boleh dan bila dilanggar akan Jatuh" dia menatapku dengan intens, "siapa gadis pelacur yang membuat adik suciku ini tergoda" oh sifat broconnya, kumat. Aku mendesah.

"tidak Nee chan aku tidak jatuh Aura ku masih sama ingat" aku tersenyum, "dan lagi dia bukan pelacur dia hanya seorang Raja. " aku berkata, "Raja.? "ualngnya, dan aku hanya mengangguk, "pernah dengar kisah tentang Excalibur saat masih utuh.? " dia mengangguk

"yang mencabutnya, adalah istriku" langkah kakinya berhenti aku menoleh ke arahnya, "Na naru ka kau Gay" Nee san nenutup mulutnya dengan mata melotot horor.

"demi Ayah, Gabriel kemana otak pintarmu lihatlah aku tidaj jatuh itu sudah cukup membuktikan aku masih suci ingat" aku menghela nafas terkadang kepintaran nee san selalu hilang ketika penyakitnya kumat

"hum kamu benar." dia mengangguk, "tapi kenapa kamu bisa punya istri dan tidak jatuh." dia bertanya lagi.

"itu..."

Naruto pov end

[Zedekiel]

Arthur pendragon sosok yang di agung agungkan sebagai raja para Ksatria kini tengah sibuk mematut dirinya di depan cermin sesekali alisnya mengerut dan mendelik melihat dirinya, bukannya cantik malah menjadi aneh, Arthuria menghela nafas sepertinya dia memang tidak bisa berdandan layaknya, wanita mungkin karena dari masa zamannya, dulu dia telah dibungkus oleh sosok pria dalam dirinya, akibat rakyatnya dan keluarganya.

"aku menyerah" Arthuria akhirnya menyerah segera dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan mukanya, kembali ke arah cermin digelungnya, rambutnya. menggunakan pita biru mengambil dari lemarinya, setelan jaz hitam dan celana hitam panjang dipakaianya, lalu tak lupa sepatunya, yang juga sama warnanya dengan pakaiannya ia kenakan.

Dasi dan sarung tangan hitam juga tak lupa ia pakai, "siap" Arthuria berkata tepat setelah itu lingkaran sihir muncul dibelakangnya, lingkaran sihir yang penuh dengan aura suci dia tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang, karena dia yakin yang datang adalah suaminya,

"Okaeri Anata" dengan wajah dihiasi sedikit senyum Arthuria berbalik untuk melihat suaminya,Naruto bersama seorang wanita yang ia tau sebagai Malaikat kentara dari auranya.

"Jadi Arthur pendragon memang wanita" Gabriel terkejut, "Domo Nee sama" Arthuria berkata dengan sopan. "kyaaaa! Naru aku setuju soal pilihanmu" Gabriel berteriak layaknya, anak abg labil dan Naruto hanya tertawa kecil sementara Arthuria menunduk menyembunyikan rona merah tipis diwajahnya.

"tenanglah Nee san" Naruto akhirnya angkat suara dia kemudian segera menghampiri sang Istri kemudian menarik tangann istrinya itu. "ayo berangkat" ajak Naruto pada Arthuria ya memang tujuan Naruto kesini untuk membawa Arthuria ke jepang, dalam acara pertemuan fraksi Surga dan Neraka.

"hai" Arthuria mengangguk senang tak pernah ia berfikir roh pahlawan sepertinya, mendapat kebahagian dari seorang Malaikat hanya gara gara kebohongan kecil darinya. Mengingat itu Arthuria merasa bersalah.

"aku sama sekali tidak akan marah" Naruto menggenggam tangan Arthuria berkata seolah olah dia paham dengan apa yang dipikirkan istrinya.

"ayo kita akan menjemput Mordred juga di Fuyuki"

[Zedekiel]

"huuh, Kaa sama apa kamu masih tetap akan disini.? " Rias melihat ibunya yang duduk di sofa Venelana hanya mengangguk "tentu kaa sama harus ikut dalam perteman itu, takut takut ada yang membahayakan Naruto"

Rias menghela Nafas kaa sannya, sangat posesiv pada kakak sepupunya itu. Rias ingin berbicara kembali namun suara kegaduhan diluar membuat niatnya itu ia batalkan.

"ada apa sih.?" dia berdiri kemudian berjalan menuju pintu Venelana juga mengikuti anaknya tersebut ketika Rias akan membuka pintu.

*blarrr!

Pintu indah tersebut telah terlebih dulu hancur membuat Rias dan Venelana terkejut beruntung Rias dengan Sigap membuat sihir penghalang untuk menggalangi pintu itu menabrak dirinya dan sang itu, Rias menoleh dan terkejut mendapati Rook nya Koneko tergeletak tak berdaya, setelah menghantam pintu.

"Bakayaro! Sudaj kubilang aku hanya ingin menemui venelana! minggirlah kalian Iblis kecil" Rias dan Venelana yang mendengar suara kasar dari luar segera beranjak kesana, setelah sebelumnya menyembuhkan Koneko dahulu disana Rias melihat anggota klubnya, dan anggota Osis tengah berhadapan dengan seorang kesatria berzirah perak dengan menggenggam pedang besar.

Dilihat dari keadaan anggotanya dan anggota Osis yang kelelahan nampaknya kekuatan satria itu sangatlah hebat, "Sona kau tak apa.? " Rias dengan khawatir berjalan mendekati sahabat baiknya, diikuti Venelana dari belakang.

"aku tak apa Rias" Sona membetulkan kacamatanya, kemudian melihat musuhnya "Venelana sama anda mundurlah musuh ini mengincar anda" Sona memperingati Venelana bagaimanapun seorang Lady harus diutamakan keselamatannya, Sona kembali menyusun rencana dalam otaknya, bagaimanapun mereka menang dalam kuantitas namun kalah dalam kualitas, dia harus memutar otak.

"jadi kau Venelana.? " Satria itu mengacungkan pedangnya pada Venelana, Venelana hanya mengangguk kemudian dengan suara berwibawa ia berkata. "Siapa kau.?"

Perlahan lahan armor Satria itu terlepas dan nampaklah gadis berusia 19 th rambut kuning diikat ekor kuda, mata hinau, dengan paras lumayan, mengenakan kaos putih dilapisis jaket merah dan celana jeans pendek serta seoatu hitam.

"Watashiwa Mordred de Naruel," gadis itu menyeringai sementara orang yang berada disana terkejut mendengar nama akhir sosok itu.

"aku hanya memastikan Tempat Tou san aman" dia melihat lihat sekitar lapangan yang hancur akibat ulahnya, niat Mordred sebenarnya hanya untuk mengecek keadaan atas perintah ayahnya, namun dia malah disangka musuh dengan iblis cebol berkaca mata.

"jadi apa aku harus memanggilmu Obaa san.? "

Mordred kembali menatap Venelana dengan senyum khasnya

[Zedekiel]

"Nii san aku tak menyangka kau menikah dengan Roh pahlawan dari buku ku" seorang pria tampan dengan pakaian serba putih berbicara pada tokoh utama kita.

"bagaimana lagi aku memanggilnya untuk pertama kali dengan nama aslinya sebagai perempuan dan katanya ia bersumpah untuk menikah dengan orang yang memanggilnya begitu" Naruto tertawa kecil.

"tapi Ne Raziel, mereka belum bergerak kan.?" Naruto bertanya kepada adiknya itu, "belum Belial masihlah tersegel, namun para pengikutnya mulai bergerak, seperti yang kamu dan aku ketahui ini sudah rencana Ayah" Raziel melirik kakaknya itu.

"terdengar lucu, memang Tuhan tidak termasuk dalam 10 orang terkuat dan malah Belial di no pertama tapi yah itu kehendak Ayah.."Naruto tersenyum kemudian membuka Grimoir pemberian Raziel.

"keluarlah Agito, kau adalah Manusia yang diberkahi Promes penentang Dewa pembela Manusia atas berkah Raziel aku panggil dirimu"

Naruto memanggil salah satu legenda lagi kemudian muncullah sosok pria terbalut armor emas di dada memiliki tanduk emas, mata merah bulat, mulut dari logam (kamen rider Agito).

"Master ada apa.? " Agito mulai bertanya kepada Masternya, gerangan apa yang membuatnya sampai di panggil. "bisakah aku memintaimu tolong, untuk pergi ke Barat temui orang penting." mengangguk Agito kemudian segera melesat meninggalkan Masternya.

"jadi kakak, bagaimana masalah Internal dari tubuhmu.? " Raziel melirik kakaknya yang sudah selesai memberikan perintah pada Servantnya. "hum aah aku lupa memikirkan masalah tubuh Menma ini" Naruto terkekeh kemudian melihat telapak tangannya, " yah itu kita bahas nanti Raziel yang terpenting adalah masalah pertemuan besok" Naruto berdiri kemudian menatap gedung gedung dibawahnya.

"udara di atas menara di paris ini sangat dingin" Naruto mengusap kedua lengannya, "Mari Raziel kita pulang kerumahku, Arthuria akan senang melihatmu" Naruto berkata seraya melompat dari atas menara itu, mengikuti gravitasi untuk menghantam bumi.

"ah kakak dia tidak berubah." Raziel terkekeh sebelum kemudian mengikuti tindakan kakaknya itu.

[Zedekiel]

"heeeh... Iblis juga bisa membuat teh ternyata"

Mordred memiringkan kepalanya, melirik gelas tehnya, yang telah kosong. "hebat apa iblis juga belajar teknologi lain ya.?" Mordred terus saja bergumam gumam sambil terus melihat gelas teh itu. sementara seluruh iblis yang ada disana hanya menatap Mordred dengan aneh, mereka tak percaya, orang yang mereka kira musuh ternyata adalah anak dari Naruto.

"Mo chan" Mordred menoleh melihat ke arah Venelana yang memanggilnya "Mo chan.? " Mordred memiringkan kepalanya "hai bolehkah.? " tanya Venelana. "mah terserah terserah" Mordred mengibaskan tangannya ke udara kemudian menatap Rias.

"hoo baa sanku lebih muda dariku rupanya hahaha..." Mordred menyeringai kemudian tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya yang sakit. "oh Kaa san kau pasti tertawa juga" Mordred masih terus tertawa di sofa itu.

"ekhem.. " deheman Rias membuat Mordred berhenti dan kemudian melihat Rias "Gomen gomen Baa san.. Pfttt" Mordred menutup mulutnya agar tawanya tidak pecah kembali Rias sendiri hanya mengembungkan pipinya kesal karena merasa terhina oleh keponakannya itu.

"haah... Lupakan aja, jadi kamu bilang Nii sama mengutusmu kesini untuk mengamati daerah ini memutuskan dia aman.? ' tanya Rias.

"tidak Tou san tidak mengutusku ini kemauanku sendiri" Mordred menjawab santai sambil mengorek telinganya, "ini keinginanku untuk memastikan Kaa san dan tou san aman dalam pertemuan nanti." Mordred meniup jari kelingking nya sambil menatap para iblis di depannya. "walau kalian bilang kalian adalah saudara Tousan tapi tetap saja aku sukar percaya pada iblis" Mordred memutar mata melihat tatapan tak suka dari anggota Osis dan anggota Rias.

"apa tidak suka mau bertarung.?" tantang Mordred yang mendapat tatapan waspada dari seluruh iblis disana minus Venelana.

"Cukup Mordred"

"Kaa-"

*blarrr

Belum bisa menyelesaikan ucapannya Mordred telah terlempar hingga menjebol dinding itu. Muncullah Arthuria si pelaku terlemparnya, Mordred.

Arthuria segera menoleh ke arah para Iblis yang memasang posisi Siaga. "tenang aku Arthuria de Naruel Istri Naruto Alexander Naruel" Arthuria menjelaskan Para iblis disana mengangguk dan melunakan posisi mereka.

"Maaf atas kekacauan yang dilakukan Mordred" Arthuria membungkuk meminta maaf "ah tidak papa ia hanya ingin kalian merasa aman" Venelana menjawab sambil tersenyum memandangi menantunya itu.

"sialan Kaa san! " Mordred berjalan sambil melap darah yang mengalir dari sudut bibirnya, 'Cih apa kau harus memukulku dengan Excalibur.? " tanya Mordred sambil menatap nyalang pada Arthuria. "tentu saja agar otakmu bisa lebih baik" Arthuria melipat tangannya di depan dada.

"aku tak mengerti salah siapa.? aku dan Naru mendidikmu dengan baik kenapa sikapmu bisa begini aku rasa kau salah pergaulan" Arthuria memijat dahinya.

"arrg mana aku tau" Mordred kesal padahal ia akan bertarung kembali tapi Kaa sannya malah mengganggu. "aku akan mengadukanmu pada Tou sanmu jika kau tak menurut dan ia akan memberikanmu ceramah panjangnya" Arthuria mengancam.

"wakatta wakatta cih!" Mordred mendecih kesal jika Arthuria sudah mengancam begini ia tak bisa apa apa ia paling malas menghadapi ceramah ayahnya.

"bagus sekarang pulanglah" titah Arthuria yang hanya dibalas anggukan oleh Mordred dengan lemas.

"baiklah Venelana Kaa san aku minta maaf" Arthuria membungkukan tubuhnya lalu menegakan kembali. "Jaa na mungkin kita bisa menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga"

Arthuria tersenyum kecil kemudian menghilang bersama Mordred menjadi serpihan cahaya biru.

"aku menanti itu"

Venelana tersenyum

T.B.C

Etto entahlah hehe untuk chap ini hehe tapi mohon reviewnya ^^

#logout