Oalah, udah jamuran ternyata. Sori, sori.. bukan saya enggak mau bertanggung jawab atas fic buluk saya ini, tapi sibuk di dunia nyata itu membuat saya lupa buat ngerjain nih cerita. Sekali ingat, eh malah gak ada ide, padahal tema dan alurnya sih mainstream, tapi yang namanya mainstream itulah yang membuat saya susah mikir gimana cara buat fic ringan yang enggak terlalu-terlalu umuuum gitu. Sekali lagi... Maaf~ banget deh..

Oke, lanjut aja ke cerita yang enggak jelas ini. Saya ucapkan selamat membaca~

.

.

.

Disclaimer: Nothing be happy to be just a fans. Pure as big of Anime fans.

.

.

.

Aku tidak lagi menghitung sudah berapa kali terlempar dari si Tanker berambut oranye ini. Dari mulai berguling, terperosok hingga menabrak pohon membuat sedikit demi sedikit mengurangi indikator HP-ku. Sial, memang aku sampai detik ini bisa menghindari lesatan panah dari Kidoumaru yang berdiri di belakang Jirobou, namun ketika aku ingin melakukan counter padanya, selalu dan selalu saja seperti ada dinding tak terlihat yang melindungi range attacker itu. Dengan kata lain, kecepatan dan kelincahanku saat ini memang tak berguna selain untuk melindungi nyawaku.

Kembali, sebuah panah emas melesat membelah udara untuk menikam kepalaku, yang mau tak mau aku harus lagi-lagi melompat ke samping untuk masuk ke semak-semak. Kampret! Kalau seperti ini terus, lama-lama aku pasti terciduk juga.

"Hoi," mendengar suara Kidoumaru, aku mengintip di sela dedaunan, menunjukkan si Archer yang sekitar dua puluh meter jarak di antara kami sedang menatap belukar tempatku sembunyi dengan busur dan tiga anak panah sekaligus yang siap ditembakkan. "Mau sampai kapan petak umpetnya?"

Kampret sekampret-kampretnya! Mimpi apa hamba-Mu semalam, Kami-sama?! Otakku berpikir kritis sampai-sampai bulir keringat mengalir dari pelipis. Ayo, berpikir, otak bodoh! Aku ini Assassin, dan Assassin itu penyudut, pembunuh, pemeras dan pepepepe yang lainnya. Kok ini kesannya terbalik sih?! Aku kan Assassi~

"Ahaa!"

Seakan gir-gir di otakku selesai dari ngadatnya, aku melompat ke semak sebelah, lalu balik lagi ke semak awal, lalu melesat ke belukar ketiga yang terletak agak ke belakang dari dua tempat sebelumnya, kemudian berguling lagi menuju gundukan daun rindang keempat, hingga akhirnya aku berhenti di titik kesebelas, lebih tepatnya aku sekarang berada di semak kedua dari tempat awalku bersembunyi.

Bukan tanpa alasan aku melakukan hal konyol di atas, namun mengingat tingkat kepekaan, kecepatan dan kelincahan si Archer dan si Tanker yang memang lebih rendah dariku, lompatan-lompatan kecil seorang Assassin yang licin tentu saja cukup untuk membingungkan mereka. Terbukti, saat ini mata Kidoumaru celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri mencari lokasi pastiku dengan busur mengacung ke arah semak yang berjarak sekitar tujuh meter di sebelah kiriku, sedang si Tanker.. -ufufufu~ dia harus bercermin saat ini! Lihat wajah dungunya itu, dia hanya bengong dengan tameng dan pedang besar bodohnya yang disiagakan.

Tanpa membuang kesempatan ini, aku segera mengeluarkan semua persediaan roti dan memakannya bulat-bulat. HP yang awalnya hanya 1209 kini naik menjadi 4549, membuatku sedikit bernapas lega. Namun, Mana yang kumiliki tetap pada angka 600 dari 3000 angka. Aku hampir mengumpat, namun akal warasku mengingatkan satu hal.

"Poisonous Green-lake Cobra!" Ooh, kau harapan terakhirku, sobat.

[DING]

'Poisonous Green-lake Cob-'

Berisik! "Gunakan!"

'Mengidentifikasi item... mohon tunggu sesaat. Mencocokkan item.. mohon tunggu sesaat. menggabungkan kedua item... mohon tunggu sesaat.'

Sabar, Naruto. Sabar. Sabar, Naruto. Sabar. Sabar, Naru-aaarrgh kampret! Cepetan dikit ho~

[DING]

'Selamat! Tingkat Avant-garde naik menjadi Myth III. Semua cool down efek skill diturunkan menjadi 0,0 detik setelah membunuh lawan dan 1,05 detik saat memberi assist!'

[DING]

'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Sub-title Anda ditambahkan sebagai Beast Tamer!'

[DING]

'Efek Poisonous telah terpicu! Meracuni target naik dari -120/ detik selama empat detik menjadi -250/ detik selama enam detik!'

"Hooh?" aku hanya bengong melihat rentetan notis di depanku. I-ini semacam cheat?! Over power banget, masbro!

[DING]

'Level Up! 10 poin gratis ditambahkan! Mode Kunci Target terbuka!'

[DING]

'Skill pasif baru! Sembunyi di semak selama dua detik dan bungkam target dalam kesunyian (Invincible Ghost Silence). Dalam mode ini, kecepatan Anda naik sebesar 50 poin. Mode hilang otomatis setelah Anda menggunakan skill atau terkena skill target!'

"A-apakah ini artinya aku jadi semacam hantu sementara?"

[DING]

'Efek Poisonous terpicu! Critical Hit naik menjadi 40%, efek skill pasif memungkinkan Instant Kill!'

[DING]

'Efek Poisonous terpicu! Menangkal efek crowd control apapun selama 1,5 detik!'

"He-hebat!" tanpa sadar aku menggumam, lalu memeriksa statusku.

Player: Naruto.

Class: Assassin.

Guild: None.

Level: 10.

HP: 6549/10000.

MP: 1800/4200.

ATK: 560+90, Crit chance +40%, Poisoning 250/sec (6 detik).

DEF: 280.

AGI: 100.

SPD: 113, (Invisible Ghost Silence +50).

VIT: 70.

INT: 110.

SKILL POWER: Pasif (+20 ATK). 1. Shadows scratch (+40 ATK). 2. (Area on Effects) Windstream Dawn (+30 ATK). 3. Ultimate Skill: Ultimate Swift [Bloody-blade Dancing] 16 hit [+40% critical chance/ hit], Paralyze 5 sec [Instant Kill on lower enemies].

Inventory: 2015 Gold, 7Mineral Water, Standard Short Sword, Avant-garde, 30 free poin, Ultra B-dragg.

"Oh. My. God." dalam ketidaksadaran, aku terkekeh iblis, "Dewi Fortuna, aku sungguh mencintaimu!"

"Bangsat!" ouch! Suara Kidoumaru melengking dalam kemurkaan karena tidak bisa menemukanku? Kasihan sekali dirinya. "Kalau kau enggak keluar juga, maka..." kalimat yang tergantung membuatku sadar jika Archer ini akan melakukan sesuatu yang tidak kusukai, dan benar saja..

"Ultimate: Arrows Heaven!"

Busur Kidoumaru berkilau keemasan sesaat ia berucap dengan anak panah yang instantly berubah menjadi cahaya tunggal. Kidoumaru berputar layaknya kincir, disusul berupa tembakan-tembakan cahaya tajam yang melesat ke seluruh penjuru dalam radius seratus meter! Aku kelabakan, berusaha menghindari hujan light arrow yang mungkin berkisar ribuan itu dengan susah payah, namun tetap saja setidaknya ada belasan anak panah menembus badan, tangan dan pahaku.

Sial! Mode hantuku digagalkan saat aku sibuk berkelit, membuat mereka berdua bisa melihatku secara vulgar.

"Hooo... di situ kau rupanya, kuning jabrik!"

"Sori, deh," aku cengengesan dan membuat tanda 'peace' dengan tangan kiriku, "Kasih waktu dua detik, oke?" berusaha nego sedikit, aku nyungsep lagi ke semak. Dua detik, dan mode invicible-ku kembali.

Kutukupret! Ini skill ulti-nya pedes banget! HP-ku berkurang drastis hingga menyentuh angka -3000. Dan inilah waktunya. Dengan skill-nya yang masih cool down...

Saatnya pembalasan.

Dalam mode Invisible aku bergerak menuju si Archer, namun saat berada tepat di sampingnya, kami bertiga dibuat bego sesaat ketika ada kata 'Warning!' di atas kepala Kidoumaru dan Jirobou. Tapi peduli setan, bantai dulu, mikir belakangan!

"Ultimate Swift: Bloody-blade Dance!"

Sedikit aku memperhatikan ekspresi Kidoumaru sesaat sebelum kueksekusi, nampak raut super bingung singgah di wajahnya. Tentu saja, karna ia hanya mendengar suara tanpa rupa.

HP Kidoumaru ini berjumlah 14000 dalam keadaan penuh, mengingat dari awal memang aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya akibat terus-menerus dilindungi si Tanker. Namun sekarang? Beda dong. Enam belas hit dengan critical hit yang mencapai angka empat puluh persen, tiga belas ribu hit point Archer ini lenyap. Ditambah efek korosif dari racun yang mencapai seribu lima ratus dalam jumlah keseluruhan?

"Instant kill!"

Lokasi kami seketika hening setelah Kidoumaru berubah menjadi jutaan polygon biru keputihan, lalu terbang ke udara dan hilang ditiup angin. Jirobou, rekannya hanya bisa terpaku diam menyaksikan bekas tempat kepergian rekannya beberapa waktu sebelum ia melayangkan pandangan nyalang ke arahku yang berdiri dua meter di hadapannya.

"K-kau.."

Aku yang awalnya memandangi item-item yang ditinggalkan Kidoumau mengangkat wajah. "Aku? Oh, iya, tinggal kau seorang rupanya," nada ini kubuat setenang mungkin, seakan-akan aku ini seorang pembunuh berdarah dingin bak Assassin sejati yang sering muncul di komik-komik gitu.

Jirobou, pria dengan Kelas Tanker ini memang memiliki HP sebesar 21000 poin dengan pertahanan berjumlah 1100. Ditambah efek shield dari skill pasif dan HP regen, tak salah jika aku menyebutnya bunker berjalan. Tapi, bunker tetaplah bunker, defense besar tanpa ATK tidak akan bernilai di hadapan seorang Assassin jika mereka berduel. Dinilai dari speed, agility dan attack yang masing-masing berkisar antara 50-60, jelas ini hanya pertarungan yang mengandalkan waktu, dan tentu saja, nama pemenang ini seakan sudah terukir di atas batu.

Aku menghela napas sebentar sebelum memundurkan langkah menjaga jarak, lalu mengambil ancang-ancang secara acak. "Jirobou, ayo berduel."

Suasana menjadi senyap, kemudian tanah di bawah kaki Jirobou retak saat Tanker ini tiba-tiba mengeluarkan pendar energi kuning kemerahan dari dalam tubuhnya secara gila-gilaan. Pedang besar di tangan kanan Jirobou lenyap, lalu muncul sebuah permata berwarna hijau sebagai penggantinya.

"Naruto," nada yang digunakan Jirobou begitu berat, bahkan terkesan sangat dingin, hal ini membuatku otomatis menguatkan kuda-kuda untuk kemungkinan yang tak bisa kuprediksi. "Akan kuingat nama serta penghinaan terbesarmu ini! Akan kukembalikan dua-tidak, sepuluh kali lipat, camkan itu! Teleport!"

Saking silau cahaya putih yang membungkus penuh tubuh tambun si Tanker, aku harus mengernyitkan mata selama dua detik, sebelum keadaan kembali normal dan Jirobou sudah hilang dari pandanganku. Sumpah, aku dapat mendengar suara jangkrik di kejauhan.

Butuh waktu belasan detik untukku diam tanpa kata, mencerna situasi dan kondisi di mana Tanker tadi yang berucap penuh intimidasi hingga mengucapkan kata 'teleport' dan kemudian ia hilang begitu saja. Ini artinya...

"K-kau kabur.."

Bahkan dalam ketidakpercayaan tanpa sadar aku bermonolog dengan tanda tanya dan setetes keringat besar di atas kepalaku.

.

.

.

~ASO~

.

.

.

Banyak yang mengatakan jika aku ini bego. Eits, tunggu dulu. Bukan bego dalam artian bodoh, tapi bego dalam mengingat sesuatu yang kuanggap memang enggak penting juga.

Contohnya, ketika aku baru memasuki gerbang timur Konoha, banyak orang memandangiku dengan tatapan yang entah itu kuanggap benci lah, jijik lah, takut lah, bangga lah, bahkan ada yang sangat berbinar saat memandangku. Bahkan, dua NPC penjaga gerbang dengan gesit menghadangku, membuatku bingung jika melihat orang lain dibiarkan lewat begitu saja.

"Ada apa?"

Penjaga di depanku ini diam sebentar. "Ada apa dengan permata di atas kepalamu itu?"

Menanggapi pertanyaan yang kubuat setenang mungkin, salah satu dari dua penjaga dengan armor lengkap disertai wajah sangarnya itu membalas pertanyaanku dengan pertanyaan pula.

Anjay! Rupanya itu anomali yang menjadi masalahku saat ini. Aku menarik napas panjang sebelum menghela. "Ada PK yang ingin merampokku," aku mengendikkan bahu ringan. "Aku ya bela diri saja,"

Aku tidak ingin bertele-tele dan langsung ke intinya. Awalnya, kukira kedua penjaga ini akan berbelit-belit hingga akhirnya menahanku, namun ternyata dugaanku salah. Mereka manggut-manggut mengerti dan mempersilahkanku melanjutkan langkah kaki.

Aku sedikit sweatdrop dibuatnya. "Lucky lagi?"

Sekitar lima menit berjalan dari gerbang masuk, aku menyempatkan diri masuk ke toko Konohamaru lagi, itung-itung istirahat sebentar dan menemukan equipment baru atau unik, siapa tahu.

Bunyi 'klinting' kembali menyapaku, lalu ucapan 'Selamat datang' hadir sesaat kemudian. Oh, sedikit kuralat, si penyapa bukan gadis NPC sebelumnya, tapi si pemilik toko sendiri.

"Oh, Naruto-san. Ada kebutuhan yang kembali diperlukan?" Wajahnya yang ramah berubah jadi agak terkejut, dan aku sadar dengan apa yang akan diucapkannya. "Kenapa ada permata hijau di atas kepalamu?" Aah, tepat banget.

Alih-alih menjawab, aku memilih duduk di kursi kayu tunggal yang ada di depan etalase, tepat di hadapannya, lalu mengeluarkan Avant-garde dan menyodorkan kepada Konohamaru. "Aku bertemu PK, dan melawan."

"Dan kau selamat setelah membunuh player killer itu," aku hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Ngomong-ngomong, Sarutobi-san, apa dagger ini bisa di-upgrade? Soalnya tadi aku menggabungkannya dengan satu item, lalu Avant-garde naik level begitu saja."

"Hmm, upgrade ya?" Konohamaru berpikir sambil mengelus pipinya, "Kalau boleh tahu, benda apa yang sudah digabungkan tadi? Karena, aku pernah mencoba menggabungkan Avant-garde dengan biji adamantium, dan dual dagger ini menolaknya."

Adamantium? Bukankan itu biji logam terkuat yang ada di gim ini?

"Aku memakai core dari Beast yang ada di Dungeon," wajah Konohamaru seketika berubah cerah dari yang awalnya serius. "Dari Dungeon yang dihuni seekor ular beracun." aku melanjutkan dengan nada sedikit keki. Edan bener nih GM, bahkan NPC punya rasa kepo juga. Untuk satu hal, aku sebal dengan yang namanya artificial intelligence.

Konohamaru manggut-manggut, puas dengan jawabanku mungkin. "Core itu ada dua macam, Naruto-san. Pertama Dungeon yang diisi Beast yang telah menerima berkah, yang kedua dihuni Beast yang penuh kutukan. Lebih mudahnya, Dungeon Hitam dan Dungeon Putih."

Seketika aku menjadi antusias mendengarnya. "Lanjutkan."

Pemuda di depanku yang masih berdiri ini berdeham sebentar.

"Dungeon Putih memberikan item, mungkin core dan kadang ada pula skill istimewa yang kesemuanya memberi kenaikan status pada si pemilik dan efek baik untuk rekannya. Sedang Dungeon Hitam memberikan item, terkadang core, juga skill yang menaikkan atribut pemilik sekaligus memberikan kerugian bagi lawannya, tentu saja tidak bisa digunakan untuk rekan pemilik sih."

"Ooh," aku kira ini semacam buff dan debuff. "Aku mengerti. Terimakasih infonya, Sarutobi-san."

"Tak masalah, senang bisa membantu."

Aku ikut tersenyum tipis, sama sepertinya. "Ngomong-ngomong, apa ini memang tidak bisa lagi kau maksimalkan potensinya atau apalah yang lainnya, gitu?"

Mendengar kalimatku, pemuda berambut cokelat ini berpikir sebentar, "Mungkin aku bisa sedikit mengoptimalkan efek dari gabungan tadi, mengingat pertama kali penyatuan dua item itu terkadang kurang bersinergi satu sama lain."

"Aku mengerti." balasku singkat. "Berapa lama?" kembali aku bertanya sambil melihat sekeliling ruangan, berharap menemukan sesuatu yang mungkin membuatku tertarik.

"Mungkin sekitar dua hari," mataku berbinar senang saat menemukan barang yang sedikit kuharapkan, dan itu tergantung di dinding belakang Konohamaru. Melalui skill analyze, benda berupa jubah hitam dengan tudung tersebut mengandung unsur Mana.

"Aku meminta pertolonganmu, Blacksmith-sama,"

Konohamaru terkekeh kecil mendengarnya. "Dengan senang hati, Goshujin-sama."

Kemudian aku menunjuk si jubah tadi. "Aku ingin benda itu. Berapa?"

Tanpa basa-basi Konohamaru mengambil jubah itu, lalu menyerahkannya padaku. "Sesuai namanya, Kamufuraaju, jubah ini bisa menekan hawa keberadaan kita walau tidak mencapai angka nol. Tapi walaupun begitu, untuk Beast yang berada di level A akan cukup kesusahan mencari lokasi keberadaan kita."

"Naga levelnya berapa?"

"SSS."

Aku tersedak ludahku sendiri. Serius di gim ini ada naganya?! Aku bertanya asal-asalan dan Konohamaru menjawabnya dengan entengnya. "A-ada naga beneran?" tanyaku lagi, kali ini agak hati-hati.

Ia tertawa kecil. "Meskipun aku tidak pernah melihatnya secara langsung, namun pernah ada seorang yang memintaku membuat katana dengan bahan taring naga. Aku sempat ragu jika itu asli, namun perasaan itu tertepis begitu saja ketika ia memberiku beberapa sisik dari makhluk yang belum pernah kuketahui sebagai imbalannya. Iseng-iseng aku menjualnya satu, sisik tadi dihargai satu juta Gold di pasar lelang. Jadi aku percaya saja." Konohamaru mengangkat pundak dan mengakhiri ceritanya.

"Aku ingin memburu naga," kalimat yang tanpa sadar keluar dari mulutku itu dihadiahi tawa geli dari Konohamaru, dan itu membuatku sedikit keki. "Kenapa?!"

"Tidak, tidak." pemuda ini berusaha menghentikan tawanya. "Seperti yang kubilang tadi, naga itu levelnya SSS, artinya bukan gampang mencarinya. Yah, seperti mencari butir garam di semangkuk gula, gitu."

"Yang benar mencari jarum di tumpukan jerami."

Kali ini Konohamaru tertawa lepas. "Kau benar, kau benar." Kembali aku menghela napas lelah.

"Baiklah," aku beranjak dari dudukku, lalu membayar lima ratus Gold untuk jubah kamuflase, perbaikan Avant-garde serta beberapa MP potion dan HP potion. "Dua hari lagi aku ke sini, oke?"

NPC itu mengangguk. "Tentu saja, silahkan datang lagi dan jangan bosan menjadi pelanggan toko ini." Aku hanya melambai sebentar tanpa menoleh, lalu berjalan meninggalkan toko.

"Ah, capeknya." sembari melirik waktu yang menunjuk angka lima lebih empat puluh menit di sore hari, aku merenggangkan otot dalam perjalanan ke penginapanku. Gim ini berbasis virtual reality, yang berarti waktu yang ditunjukkan sistem selalu disamakan dengan waktu di lokasi kita online. Artinya, di dunia nyata pasti waktunya makan malam. Aku lapar.

Tak terasa penginapan sudah di depan mata, dan ketika akan berbelok menuju pintu, sebuah suara berasal dari kursi alun-alun tempatku bertemu dengan kakek Hiruzen memanggil namaku.

Aku berkedip beberapa kali, memastikan mataku masih sehat walafiat. Wajah seputih dan rambut semerah rambut ibuku itu bukannya, "Nagato-nii?"

Benar, itu Nagato, anak dari Uzumaki Mito, kakak dari ibuku. Dia sepupuku yang sekitar tiga tahun tidak kujumpai. Yah, walau bagaimanapun wajah dan rambutku ini terbilang cukup lain dari yang lain, sehingga orang yang mengenalku di dunia nyata juga pasti terbilang sangat mudah. Lagipula, di gim ini juga menggunakan sistim body scan, di mana ini akan menghindari pemalsuan identitas ataupun gender. Bicara soal gender, ada saja orang yang mau memalsukannya. Ckck, kasihan jiwanya.

Nagato melangkah ke arahku tanpa meninggalkan senyum ramah yang menjadi ciri khasnya, dan itu membuatku makin sweatdrop. "Apa-apaan senyum dan kristal PK-mu itu?" Bayangkan jika di depanmu ada seorang player yang tersenyum, sedang di atas kepalanya bersemayam permata berwarna merah delima, kujamin kalian ngibrit.

Nadaku yang terkesan mencibir tak mengendurkan ekspresinya, malah sebuah notis milikku yang menjawab.

[DING]

'Nagato mengirimi Anda permintaan pertemanan.'

'YES|NO'

Tanpa berpikir aku menerimanya, lalu Nagato berbalik untuk pergi entah ke mana. "Oi?! Itu saja?" Kampret, gemesin banget nih orang.

Nagato menoleh ke arahku sejenak. "Kalau kita berbincang, bukan tidak mungkin Bibi Kushina akan membantaimu habis-habisan nanti, Baka Naru. Dapat salam juga dari Karin, dia merindukanmu." dan dia pergi begitu saja.

Hmm, Karin ya? Dia adik Yahiko, manis, dan aku suka sekali melihat matanya yang berwarna ruby. Tapi sayang, tsundere-nya enggak ketulungan. Huft, dasar para Uzumaki dengan anomalinya.

.

.

.

~ASO~

.

.

.

Pukul sebelas malam, sebelum tidur aku iseng membuka laptop dan surfing ke situs resmi Avantheum Saga Online. Masuk beranda, banyak event-event yang diselenggarakan pihak developer, termasuk Guild War, misi penaklukan Dungeon bertingkat yang mencapai dua ratus lantai, yang kini baru mencapai lantai dua puluh tiga.

Aku tidak tertarik!

Aku menggeser mouse dan meng-klik kata 'Market', yang langsung disuguhi item-item core dan equipments rank rendah sampai rank Myth II sebagai yang tertinggi. Harganya bisa kubilang 'wow' karna equipment berupa tombak trisula berwarna metalik ini dihargai tiga juta Yen, bisa juga dibeli dengan mata uang gim, yakni enam juta Gold.

Sedikit tambahan, Gold di gim ini bisa ditukar untuk dijadikan uang asli di dunia nyata dengan perbandingan 1:2. Satu Yen untuk dua Gold.

Aku membayangkan, aku membunuh seekor naga dan menjualnya ke pasar lelang, berapa harganya? Kurasa aku mulai ngiler, deh. Oke, lupakan hal di atas. Aku fokus membuka karakterku, lalu mengambil busur peninggalan Kidoumaru tadi siang, kemudian meletakkannya di pasar lelang.

Sejenak aku berpikir mematok harga terendah berapa untuk dilelang dari busur berwarna emas dengan ukiran-ukiran seperti tulisan di zaman Fir'aun yang diberi nama Wing of Spartan ini.

Baiklah, sudah kuputuskan. Sepuluh ribu Yen kutulis, lalu kembali ke homepage ASO. Hmm, aku sedikit penasaran dengan Guild, jadi kubuka informasi tentangnya. Ranking pertama ada Gold Saints, memiliki jumlah anggota 97dari 100 player yang ditetapkan. Kedua White Emperor dengan 100 player, ketiga ada Apocalypse Lions dan 100 anggotanya. Keempat Akatsuki dengan 12 dari 100 anggota.

Mataku berkedip beberapa kali. Akatsuki? 12 member? Jajaran Top Ten Guild, nomor 4?! WTF! Aku membuka Guild Akatsuki dengan keingintahuan sekuat apa sih players yang ia punya, hanya untuk terpaku pada satu nama yang menyandang sebagai Co-Leader di Guild itu.

"Na-Nagato?! Akatsuki?! Wakil Ketua?! Hominahominahominahomina.." mulutku komat-kamit membaca mantra, yang di saat bersamaan sebuah surel masuk ke email-ku.

From: Nagato.

To: Naruto.

Subject: Kau mau masuk ke Guild-ku, Naruto?

"Eh? Eh?" Aku merasa seperti seorang idiot saat ini. Baru saja aku ingin membalas surel dari Nagato, pemberitahuan dari pasar lelang item berbunyi, hingga aku yang penasaran pun membukanya.

Baru lima menit. Kuulangi, baru lima menit aku meletakkan busur tadi di lelang, tiga-tidak, sepuluh, sebelas, dua belas dan terus naik tiap detiknya berlomba menawar itemku. 200 ribu Yen?! 210, 230, 240, 250, bahkan sampai 300 ribu Yen?!

Aku lupa, sebenarnya busur apa yang kulelang itu? Bukannya tidak teliti, namun aku memang tipe orang yang suka lupa akan sesuatu yang kurang kuminati. Dan sekarang, aku tahu penyebabnya dan untuk pertama kali dalam hidup, aku ingin mengeplak keras-keras otakku yang suka sekali amnesia ini.

"Wing of Spartan (Myth II), sebuah busur kuno yang penuh akan Berkah Dewa, menyelaraskan unsur Mana pemilik dan memungkinkan anak panah membentuk sesuatu yang dikehendaki."

Laptop kututup paksa, lalu aku berjalan menuju jendela kamar dengan otak blank. Aku membuka kunci, lalu menyembulkan kepalaku keluar. Kuhirup udara malam rakus-rakus, lalu sesaat kemudian... aku berteriak.

"KAMPREEEEEEET!"

Yah, kau tahu kan kalau malam itu waktunya orang istirahat, dan aku dengan bodohnya berteriak kesetanan. Hadiahnya? Digebukin Kushina Akuma-sama sampai semaput.

.

.

.

To be Continued..

.

.

.

Hoouh, jam 6 nulis sampai jam dua malam, hasilnya kek gini. Betewe, terimakasih dukungannya buat para Reader sekalian. Tanggapan Anda sangat sangat membantu semangat saya dalam menulis kembali. Sekali lagi terimakasih, dan sampai jumpa di chap berikutnya. Dadaah...