I Got Pregnant


"Selamat! Baekhyun positif hamil empat minggu!"

Krik. Krik. Krik.

Di ruangan ini ada tiga orang—Dokter Junmyeon, Chanyeol dan aku sendiri. Harusnya berita baik itu disambut dengan suka cita, tapi nyatanya, yang tersenyum lebar di antara kami bertiga hanyalah Dokter Junmyeon seorang.

"Ehm. Ehm." Junmyeon tampaknya menyadari kecanggungan yang terjadi di sini—dia berdehem dan cepat-cepat menghilangkan senyum dari wajah berkacamata miliknya. Sepupu Chanyeol itu melirik kami secara bergantian—aku tahu itu. Tapi aku tak bisa memberi respon apapun selain diam membisu dengan sorot mata kosong.

Hah, dia bilang aku hamil!

"Halo?" Dia melambaikan tangan di depan wajah kami, "Kubilang Baekhyun hamil! Empat minggu!" ucapnya keras-keras.

"Kau pikir aku tuli, hyung? Jangan berteriak di depan mukaku!"

Aku menoleh ke samping dan melihat orang yang telah menghamiliku ternyata keadaannya tak jauh lebih baik dariku. Wajahnya pucat pasi dan kedua pundaknya terkulai lemas. Di saat yang bersamaan, dia juga menoleh hingga pandangan kami bertemu, "Kau hamil."

Iya, aku memang hamil, dasar pria menyebalkan! Salah siapa kalau jadinya di perutku sekarang ada bayinya?

"Pulang!" Satu-satunya kata yang berhasil keluar dari mulutku hanyalah itu. Entah bagian mananya yang membuatku mendadak merasa marah—berita kehamilanku, ekspresi Chanyeol yang tampak tidak terlalu senang atau entahlah—yang jelas sekarang emosiku sedang berada di puncak.

"Pulang, Chanyeol! Kubilang pulang sekarang!" Pelupukku terasa memberat. Selalu saja seperti ini kalau aku sedang berhadapan dengan Park Chanyeol.

"Baiklah. Ayo kita pulang." Dia berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantuku bangkit, tapi dengan kasar tangannya itu malah kutepis. Aku pergi keluar dengan langkah terhentak. Tak peduli Junmyeon hyung yang memanggil-manggil atau Chanyeol yang berlari mengejarku di belakang—aku terus mempercepat langkah sembari menyeka mataku dengan punggung tangan.

Hamil? Hah! Kami baru melakukannya satu kali dan sekarang aku hamil?

"Baekhyuna~"

"Jangan sentuh aku!"

"Hei, Baekhyuna—tunggu!"

"Kubilang ja—"

"Please, berhenti sebentar."

"—ngan peluk aku."

Harusnya aku ingat kalau Park Chanyeol itu jarang mau mendengarkan orang lain. Dia egois. Mau menang sendiri. Selalu melakukan sesuatu sesuka hatinya. Tentu saja setiap kubilang jangan, maka yang akan ia lakukan adalah hal sebaliknya.

Dia tetap saja memelukku meski kami jadi pusat perhatian orang-orang yang ada di lobby rumah sakit.

"Baekhyuna, tidak apa-apa." Chanyeol menepuk-nepuk punggungku dengan lembut.

"Tidak apa-apa kalau kau hamil, sungguh. Sama sekali bukan masalah buatku."

Aku mendorong dadanya dan berusaha keras mengabaikan keinginan untuk merobek-robek mulutnya. "Aku yang apa-apa, Park Chanyeol! Tentu saja ini bukan masalah buatmu karena yang hamil adalah aku!"

Dia melirik resah ke kanan-kiri, berharap tak ada orang iseng yang sedang menguping pembicaraan kami. Sebenarnya, tidak perlu menguping-pun semua orang bisa mendengar karena suaraku yang kelewat melengking.

"Padahal—padahal aku sudah bilang jangan keluarkan di dalam, tapi tetap saja kau tak mau dengar dan terus melakukan apapun yang kularang." Aku menutupi wajah karena kurasakan tangisku mulai pecah. Biar saja kami jadi tontonan, aku tak peduli. Toh yang terjadi kali ini tidak lebih memalukan dibanding saat Chanyeol memintaku untuk jadi istrinya enam bulan lalu.

"Aku dengar, siapa bilang tidak?" Dia berbisik dengan mata yang masih melirik resah.

"Kalau kau dengar lalu kenapa kau ejakulasi di dalam tubuhku, bodoh?"

"Ssst, pelankan suaramu! Hey-hey, jangan menatap kami seperti itu, Pak Tua! Mau matamu kucolok?" Chanyeol mendelik ke arah seorang pria berkursi roda yang kebetulan lewat di dekat kami. Perawat yang mendorong kursi pria itu hanya bisa menggeleng dan berlalu pergi secepat mungkin.

Aku menatap Chanyeol kesal dengan airmata yang masih belum berhenti turun.

"Oh, astaga." Dia meremas rambut kemudian menghela nafas berat berulang kali.

"Oke, aku mengeluarkan sperma di dalam tubuhmu karena aku sudah tidak tahan lagi, paham? Itu seks pertamaku jadi kau harusnya mengerti kalau aku belum menahan diri terlalu lama. Lagipula kau sangat menggairahkan, milikmu menjepitku begitu ketat dan cairanku sudah keluar sebelum aku sempat mencabut penisku—"

"Aku benci kau, Park Chanyeol."

"Yak! Baekhyuna, tunggu!"


Hola!

#galau gabisa liat kapal di Dubai TT. Semoga kapal gue berlayar sampe ke Spanyol, amin.

I'd like to tell you something. I'll be so busy soon and wont be able to write anything maybe for some months(atau mungkin sampe tamat). So, aku nulis ff ini sebagai perpisahan lol. Sebenarnya one shoot dan lagi2 temanya adalah tema favoritku, marriage haha. Tapi aku publishnya chapteran aja, soalnya terlalu long kalo dijadiin satu.

Oke, terima kasih sudah mau meluangkan waktu mengunjungi 10thPrinceWangEun-kalian semua berharga dan gak akan terlupakan. Salam ChanBaek is real. Bye... See ya. Please, just please dont ask me to write or update soon, ok?