.

.

.

Hold On Never Leave © mochijm

BTS belong to God, their parents, and Bighit

Warning: Taekook as Daddy for their children, fluff, typo(s), etc.

Enjoy!

.

.

.

Hari ini Jungkook menelponnya. Memberitahu jika ia tak bisa menjemput Jungwoo seperti biasa, dan meminta Taehyung untuk menjemputnya sekalian dengan Louis. Taehyung dengan senang hati mengiyakan, sekaligus menawarkan untuk mengantar Jungwoo ke pulang. Jungkook menyetujui dengan sedikit tidak enak hati, namun ia bilang untuk mengantar Jungwoo sedikit lebih malam karena ia harus lembur bekerja.

Taehyung meminta pada pengurus Daycare untuk memanggil Louis dan Jungwoo. Kedua anak kecil itu datang bersama dengan bergandengan, membuat si Ayah terkejut. Ia menunduk bertumpu pada lututnya untuk menyamakan tinggi dengan Jungwoo, kemudian berkata. "Jungwoo-ya, hari kau ikut Paman ya? Ayah Jungwoo tak bisa menjemput karena bekerja. Oke?"

Jungwoo melebarkan mata terkejut, tangan kanannya masih bergandengan dengan Louis. Dengan ragu ia mengangguk kemudian ia bergerak maju dan memeluk leher Taehyung. Taehyung tercenung, dan matanya jatuh diatas rambut lebat Jungwoo. Ia terkekeh pelan, kemudian mencium pucuk kepala Jungwoo dan berdiri sembari menggendong si bocah cilik. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggandeng Louis yang tak berhenti tersenyum melihat tingkah Jungwoo.

"Kami pulang. Terima kasih untuk hari ini."

Ketiganya membungkuk untuk terakhir kalinya dan berbalik. Seperti biasa, Louis selalu berisik menceritakan apa yang terjadi seharian ini dan Taehyung menanggapi anaknya dengan lelucon. Keduanya saja tak menyadari bahwa Jungwoo jatuh tertidur dari ketika Taehyung menggendongnya.

"Ayah, aku senang sekali hari ini. Jungwoo tak mengabaikanku, dia mau bermain bersama meskipun ia masih malu…" Louis terkikik geli, mengingat wajah memerah Jungwoo tadi siang. "Tapi yang membuatku senang lagi adalah dia membagi makanannya denganku! Dia sangat menggemaskan."

Taehyung hanya tertawa menanggapinya. Ia membuka pintu belakang mobil dan Louis masuk kedalam, kemudian ia meletakkan dengan hati-hati Jungwoo yang tertidur. Menyandarkannya di bahu Louis yang sedikit lebih besar ketimbang Jungwoo. Kemudian ia bergerak melingkar dan masuk di bangku kemudi. Ia melihat memalui kaca Jungwoo tertidur pulas dibahu Louis, dan anaknya itu juga siap memejamkan mata. Taehyung tak bisa menghentikan senyumnya.

.

.

.

Ketika ia hendak keluar dari mobil untuk mengangkat dua bocah kecil yang tertidur pulas, ponselnya bergetar. Tangannya beralih merogoh saku untuk menemukan satu pesan dari Jungkook, ia menyatukan kedua alis bingung.

Jungkook: Taehyung, lebih baik aku saja yang ke rumahmu untuk menjemput Jungwoo. Kau istirahat saja.

Taehyung: Ah, begitu? Baiklah, aku tunggu, Kook.

Taehyung keluar dan membuka pintu mobil bagian belakang, menarik Louis terlebih dahulu dengan hati-hati kemudian menyandarkannya dipundak sebelah kiri, tangan kanannya kini menarik Jungwoo dengan sedikit susah payah namun akhirnya berhasil dan ia menaruhnya dipundak sebelah kanan. Taehyung benar-benar telihat seperti ayah sejati sekarang, dengan dua bocah cilik lucu bersandar di kedua bahunya. Ia segera berjalan menuju apartemennya di lantai 3.

Ia menaruh Louis dan Jungwoo berdua di kamar Louis yang sebenarnya jarang dipakai karena Louis terkadang pindah ke kamar ayahnya ditengah malam. Ia memutuskan untuk mandi demi menyegarkan pikiran dan badannya yang lengket. Guyuran air dingin sedikit membuat Taehyung menggigil, namun ia suka sensasinya. Setelah melilitkan handuk di sepanjang pinggang, ia keluar dari kamar mandi.

Taehyung membuka lemari dan mengambil bokser longgar berwarna abu-abu kemudian memakainya. Tangannya baru saja menyentuh kaus polo merah ketika bel apartemennya berbunyi. Ia langsung menyambar kaus itu dan berjalan tergesah untuk membuka pintu sembari dengan susah payah memasukkan kausnya.

Jungkook masuk ke apartemennya dengan kikuk, ia sudah sering ke apartemen Taehyung namun melihat rambut basah si ayah Louis itu tetap saja membuat hatinya terguncang. Ia membenci dirinya yang begitu menyukai bagaimana rambut itu meneteskan air, atau menempel di dahi Taehyung.

"Jungwoo tidur dengan Louis di kamar. Kau yakin mau membawanya pulang?"

Jungkook mengangguk yakin. Ia membuka pintu kamar Louis dan menemukan dua bocah yang sedang tidur itu memunggungi satu sama lain. Terkekeh kecil, dengan hati-hati ia mengangkat Jungwoo dan menggendongnya ala koala. Si kecil mengerang protes namun matanya masih tertutup rapat.

"Lagipula lusa kau ke Amerika, Tae. Aku tak ingin merepotkanmu," Jungkook berdiri diambang pintu rumah, Taehyung mengulurkan tangan untuk mengusap halus pipi si pemuda kelinci.

"Hm. Kau terlihat lelah, istirahatlah yang banyak."

Jungkook mengangguk kecil, tersenyum hingga gigi kelincinya terlihat. Ia membenarkan posisi Jungwoo dan kembali menatap Taehyung, "Aku pulang. Terima kasih sudah menjaga Jungwoo."

Taehyung mengangguk, entah mengapa mereka terdiam dan Jungkook tak kunjung melangkahkan kakinya pergi. Mereka saling menatap satu sama lain seakan berbicara, lalu Taehyung mencondongkan badannya ke depan dan mengecup pelan bibir si pemuda yang akhir-akhir ini memenuhi isi kepalanya.

"Selamat malam, Kook."

Dengan itu Jungkook melangkah pergi dengan pipi bersemu.

.

.

.

Jimin menyandarkan punggungnya di depan cermin besar milik sanggar menarinya. Keringat bercucuran dari atas dahi hingga ke leher, napasnya pun tersengal. Ia baru saja selesai mengajar tari dari pukul 10 pagi hingga sekarang 4 sore. Dan baru saja ia akan mengangkat kaki untuk beranjak mengambil minum ketika pintu terbuka dan belahan jiwanya datang dengan senyum kecil dibibir.

"Ah, hyung!"

"Jimin-ah," Yoongi mengangkat kantong plastik yang dipegangnya, menunjukkan pada sang kekasih, "Capek?"

Jimin melingkarkan lengannya secara natural di pinggang Yoongi dan bibir keduanya bertemu. Sebuah kecupan penuh kerinduan yang selalu Jimin berikan pada sang kekasih. Ia tersenyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit, "Apa itu, hm?"

"Makanan kesukaanmu."

Mereka mendudukkan diri dengan bersila sambil berhadapan, Jimin memperhatikan Yoongi yang sibuk membuka isi kantong plastik dan membukanya untuk sang pujaan. Jimin dengan senang hati membuka mulut ketika Yoongi menyuapinya. "Tidak biasanya kau datang. Merindukanku?"

Yoongi mencubit paha Jimin. Keduanya terkekeh pelan sembari menikmati bekal yang Yoongi bawa, semua murid Jimin telah pulang dan memang sekarang jadwalnya berakhir. Setelah selesai, Jimin meneguk hingga tandas sebotol air.

"Namjoon hyung tak datang lagi? Dia pergi menemuimu tapi tidak denganku,"

Yoongi menggeleng, tangannya dengan cekatan membersihkan sisa-sisa kegiatannya tadi. "Dia pasti sibuk, kau seperti tak tahu dia saja."

Jimin mengangguk setuju. Ia terdiam menatap Yoongi yang tak sedikitpun bertatap mata dengannya. Sejujurnya, dari awal Yoongi melangkah masuk ke ruang tarinya, Jimin telah menyadari ada sesuatu yang aneh. Ia mencekal tangan Yoongi, sedikit meremasnya lembut, "Yoongi hyung."

Yoongi mendongak, mata keduanya bertabrakan dan ia hampir saja menciut ketika melihat tatapan Jimin yang mengintimidasi— ada kemarahan dan rasa ingin tahu disana.

"Kau mengerti kan kalau aku tidak akan tahu apa yang terjadi jika kau diam saja?"

Kemudian Yoongi menjatuhkan apapun yang ia pegang dan merangsek ke pelukan kekasihnya, menangis.

tbc.

halo :D
iya tau ini ngaret bgt updatenya tp yaudahlah... ada ini dan itu haha
akhir2 ini banyak taekook ya… mabok akunya:(((
maaf ya kalo chapter ini ga memuaskan, aku bingung masukin ke konfliknya gimana astaga :"(

anyway, makasih yg udah review dan baca~! luvluv